15
Pengukuran Aset
Salah satu kriteria pengakuan aset adalah dapat diukur measureability manfaat ekonomis yang akan datang. Yang dimaksudkan dengan pengukuran disini adalah penentuan jumlah harga yang harus dipakai pada suatu
objek aset pada saat terjadinya suatu transaksi. Dan jika suatu sumber daya yang diperoleh suatu perusahaan tidak andal reliable pada elemen pengukurannya maka sumber daya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai aset
melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi.
Penyusutan Aset Tidak Lancar
Setiap benda di dunia ini pasti memiliki nilai penyusutannya masing-masing. Sehingga istilah penyusutan dapat ditemukan sehari-hari yang berhubungan dengan penurunan nilai, manfaat, atau volume dari suatu benda atau
bahkan kekayaan yang dimiliki. Dalam akuntansi, istilah penyusutan lebih spesifik berhubungan dengan penurunan nilai aset tetap karena berlalunya waktu karena pemakaian yang normal atau karena faktor alam. Penyusutan aset
tetap merupakan proses alokasi harga perolehan aset tetap selama taksiran umur ekonomis aset yang bersangkutan. Bagian penyusutan diperhitungkan untuk satu periode waktu tertentu, misalnya 1 bulan, atau 1 tahun yang diberi
nama biaya penyusutan.
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono 2013:13 penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variable mandiri, baik satu variabel atau lebih
independen tanpa membuat perbandingan, atau menghubungan dengan variabel lain. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha membandingkan perbandingan antara perlakuan dari aset biologis dengan aset non-biologis.
Tempat dan Waktu Penelitian
Peneliti mengambil tempat penelitian di CV. Fatherland Farm yang terletak di Desaa Papakelan, kecamatan Maesa. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April tahun 2016.
Prosedur Penelitian 1.
Menentukan permasalahan
2. Merumuskan permasalahan yang jelas
3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian
4. Mengumpulkan informasi mengenai gambaran umum perusahaan
5. Mengumpulkan data mengenai pelaporan keuangan perusahaan
6. Analisis Data
7. Membuat kesimpulan
8. Membuat saran bagi perusahaan
Metode Pengumpulan Data
1. Jenis Data
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata yang diperoleh dari studi kepustakaan, pengamatan secara langsung, wawancara, dan dokumentasi
16 yang berkaitan dengan perlakuan akuntansi untuk aset biologis dan non-biologis sedangkan data kuantitatif, peneliti
mengambil dari laporan keuangan.
2. Sumber Data
Data yang digunakan oleh peneliti didapat dari sumber primer dan sumber sekunder. 1.
Sumber Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data Indrawan dan Yaniawati, 2012:141. Sumber primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui
wawancara serta observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti 2.
Sumber Sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen Indrawan dan Yaniawati, 2014:141.
Pengumpulan data sekunder dan kajian kepustakaan literatur, didefinisikan sebagai penelusuran yang dilakukan oleh peneliti
terhadap sumber pendukung untuk kepentingan penelitian yang sedang dilakukan. Data ini digunakan untuk mendukung informasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara, maupun observasi
langsung ke lapangan.
Teknik Pengumpulan Data
Menurut Sugiyono 2013:224 teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam
penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.
1. Teknik Wawancara, Menurut Esterberg dalam Sugiyono 2013:231 wawancara merupakan pertemuan
dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu
2. Teknik Dokumentasi, Menurut Sugiyono 2013:240 dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah
berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang
Metode Analisis
Menurut Sugiyono 2013:3 Metode dalam penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Untuk menjawab rumusan masalah, maka metode analisis yang
digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Indrawan dan Yaniawati 2014:67, metode-metode penelitian dalam pendekatan kualitatif sering digunakan untuk melihat lebih dalam suatu
fenomena social termasuk didalamnya kajian terhadap ilmu pendidikan, manajemen dan administrasi bisnis, kebijakan public, pembangunan ataupun ilmu hukum.
HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Gambaran Umum CV. Fatherland Farm
Fatherland Farm merupakan perusahaan yang bergerak di sektor perternakan ayam petelur yang terletak di Desa Papakelan, Kecamatan Maesa. Fatherland memproduksi telur ayam, pupuk dan daging ayam. Untuk sekarang,
Fatherland Farm memasok telur ke sekitaran wilayah Tondano hingga Sulawesi Utara.
Aset Biologis pada CV. Fatherland Farm
Aset biologis yang dimiliki oleh CV. Fatherland Farm adalah hewan ternak berupa ayam petelur. Produk utama yang dihasilkan dari aset biologis adalah telur ayam dan produk sampingan adalah daging ayam yang
diperoleh dari ayam petelur yang umur ekonomisnya telah habis serta pupuk kandang.
17 Aset biologis yang dimiliki oleh perusahaan dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan umur dan masa
manfaat, yakni sebagai berikut. 1.
Ayam Belum Menghasilkan Ayam belum menghasilkan merupakan ayam yang masih belum memenuhi usia produktif untuk
menghasilkan telur. 2.
Ayam Menghasilkan Ayam menghasilkan merupakan ayam yang sudah memasuki usia produktif dan siap untuk
menghasilkan telur setiap harinya. 3.
Ayam BT ayam afkir Ayam BT merupakan ayam yang sudah mengalami penurunan jumlah produksi telur. Jenis ayam ini
nantinya akan direklasifikasikan menjadi aset lancar yaitu persediaan.
Perlakuan Akuntansi Terhadap Aset Biologis Menurut Fatherland Farm
Di dalam laporan keuangan Fatherland Farm, perusahaan mengklasifikasikan aset biologis yang mereka miliki sebagai ayam belum menghasilkan, ayam menghasilkan dan ayam yang sudah tidak berproduksi ayam BT.
Berikut ini merupakan tahap-tahap dalam perlakuan akuntansi aset biologis menurut Fatherland farm. 1.
Perolehan Aset Biologis Ada berbagai cara yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh aset biologis yakni dengan cara
tunai dan kredit. 2.
Pengakuan Aset Biologis Menurut kriteria pengakuan dari aset, perusahaan harus mengakui biaya perolehan dari aset tersebut
jika manfaat ekonomis di masa depan yang berhubungan dengan aset tersebut mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal.
Fatherland farm mencatat aset biologis sebesar harga perolehannya pada pengakuan awal
3. Pengukuran Aset Biologis
Setelah pengakuan awal aset biologis, terdapat sejumlah biaya untuk memelihara aset tersebut hingga siap berproduksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengakuan awal tersebut ditambah dengan
biaya perawatan lainnya seperti pakan, obat dan vaksin serta vitamin atau dengan kata lain, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pertumbuhan aset biologis harga perolehan dijadikan sebagai
dasar pengukuran pada saat perusahaan mereklasifikasi ayam belum menghasilkan ke ayam menghasilkan. Berikut ini merupakan perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur
aset biologis per ekor.
Harga Perolehan per ekor = Biaya Bibit Ayam + Biaya Pengiriman + Biaya Perawatan
Jumlah Bibit Ayam 4.
Penyajian dalam Laporan Keuangan Dalam penyajian untuk aset biologis dalam laporan keuangan, aset biologis disajikan dalam neraca
pada kategori aset tidak lancar dan mengklasifikasikan jenis aset biologisnya ke dalam ayam belum menghasilkan, ayam menghasilkan, dan ayam tidak berproduksi ayam BT. Khusus untuk ayam yang
sudah tidak berproduksi ayam BT, perusahaan melakukan reklasifikasi lagi dari aset tidak lancar ke aset lancar dan digolongkan ke dalam persediaan
5. Penghentian Aset Biologis
18 Aset biologis yang telah berumur lebih dari 2 tahun dan aset biologis yang belum mencapai usia 2 tahun
tetapi telah mengalami penurunan produksi telur sebesar 70, tidak lagi diakui ke dalam aset tidak lancar. Aset biologis tersebut langsung ditarik kemudian siap untuk dijual. Aset biologis yang ditarik
direklasifikasi dari aset tidak lancar menjadi aset lancar dan digolongkan ke dalam persediaan
Aset Non Biologis Pada CV. Fatherland Farm
Aset Non Biologis yang dimaksud disini adalah aset yang dimiliki entitas yang tidak memiliki karakteristik biologis dan mempunyai manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Aset non biologis merupakan komponen
untuk mendukung operasional entitas. Aset non biologis biasanya dibeli dan digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.
Jenis-Jenis Aset Non Biologis Yang Dimiliki Oleh CV. Fatherland Farm
Berbeda dengan Aset Biologis yang dimiliki oleh Fatherland, Aset non biologis yang dimiliki oleh Fatherland bermacam-macam. Namun pada umumnya semua memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendukung
operasional entitas. Aset non biologis yang dimiliki oleh Fatherland diantaranya adalah sebagai berikut. 1.
Tanah. 2.
Kandang. 3.
Kendaraan. 4.
Peralatan dalam kandang pemanas, baby feeder, dll maupun peralatan lain seperti penggilingan pakan ayam, laptop dan genset
Setiap aset non biologis yang dimiliki oleh perusahaan memiliki umur ekonomisnya masing-masing yang ditentukan oleh perusahaan
Perlakuan Akuntansi Terhadap Aset Non Biologis Menurut Fatherland Farm
1. Perolehan Aset Non Biologis
Fatherland farm memperoleh aset non biologis yang mereka miliki secara tunai maupun kredit. 2.
Pengakuan Aset Non Biologis Dalam pengakuan aset non biologis, Fatherland mencatat aset biologis tersebut sebesar harga perolehan
3. Pengukuran Aset Non Biologis
Pada pengukuran awal, Fatherland mengukur aset non biologis sebesar harga perolehannya. Setelah pengakuan awal, Fatherland mengukur aset non biologis dengan mengurangi harga perolehan dengan akumulasi
penyusutan. Setelah pengukuran awal, perusahaan masih harus merawat agar aset tetap beroperasi. Pengeluaran yang dikeluarkan setelah pengukuran awal digolongkan sebagai beban oleh entitas.
4. Penyajian dalam Laporan Keuangan
Aset non biologis disajikan dalam laporan keuangan perusahaan setiap tahunnya. Penyajian laporan aset non biologis dalam laporan keuangan dilakukan oleh manajer yang merangkap sebagai pembuat laporan keuangan.
Namun laporan keuangan ini tetap diperiksa kembali oleh pemilik perusahaan.
5. Penghentian Pengakuan Aset Non Biologis
Aset non biologis akan dihentikan pengakuannya jika telah habis masa ekonomisnya atau tidak lagi memberikan masa manfaat di masa depan. Aset non biologis yang dihentikan pengakuannya akan dijual atau
19 ditukar dengan yang baru. Untuk aset non biologis yang tidak bisa dijual, perusahaan tetap menyimpan aset
tersebut sebagai barang rusak. Kriteria dalam penghentian pengakuan aset non biologis ditentukan sendiri oleh perusahaan.
Pembahasan Standar Akuntansi yang Digunakan Perusahaan
Belum adanya standar resmi yang mengatur tentang perlakuan akuntansi aset biologis untuk perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas publik, mengharuskan perusahaan untuk memperlakukan aset biologis sama
dengan aset non biologis. CV. Fatherland Farm mengacu pada perlakuan akuntansi aset tetap seperti yang diatur dalam SAK ETAP
Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Menurut ED PSAK 69 Tahun 2015
Secara garis besar, ED PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis harus diakui dan diukur berdasarkan bilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Namun apabila ada kejadian yang membuat aset biologis tidak bisa diukur
secara andal, maka perusahaan diizinkan menggunakan nilai historis tetapi, perusahaan harus mengurangi harga perolehan dengan penyusutan dan penurunan nilai. Dalam pengakuan dan pengukuran aset biologis yang dimiliki
perusahaan, perusahaan mengakui dan mengukur aset biologis sebesar harga perolehan tetapi, karena perusahaan tidak mengakui adanya penyusutan dan penurunan nilai untuk aset biologis yang mereka miliki, maka kriteria
pengakuan dan pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan tidak sesuai dengan ED PSAK 69.
Perbandingan Perlakuan Akuntansi Antara Aset Biologis dan Non Biologis.
Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dibuatlah perbandingan perlakuan akuntansi terhadap aset biologis dan non biologis sebagai berikut.
Aset Biologis Aset Non Biologis
Perbandingan Perolehan
Entitas memperoleh aset biologis melalui pembelian
tunai maupun utang Entitas memperoleh aset non
biologis melalui pembelian tunai maupun kredit
Dalam memperoleh kedua jenis aset yang mereka miliki,
Fatherland sama-sama mendapatkan kedua aset tersebut
secara tunai maupun secara kredit.
Pengakuan Diakui sebesar harga
perolehan. Diakui sebesar harga
perolehan Pada pengakuan awal, kedua
aset sama-sama diakui sebesar harga perolehan. Khusus untuk
aset biologis, terdapat biaya tambahan untuk perawatan
setelah pengakuan awal, sehingga menambah harga
perolehan.
Pengukuran Dasar pengukuran yang
digunakan oleh perusahaan berdasarkaan harga
perolehan. Perusahaan tidak mengakui adanya.
Dasar pengukuran yang digunakan oleh perusahaan
berdasarkan harga perolehan. Perusahaan
Perusahaan sama-sama mengambil dasar pengukuran
berdasarkan harga perolehan. Untuk aset biologis, perusahaan
penyusutan dalam pengukuran aset biologis
Mengakui adanya penyusutan dalam
pengukuran aset non biologis
tidak mengakui adanya penyusutan, sedangkan untuk
aset non biologis, perusahaan mengakui adanya penyusutan
20 Penyajian
Penyajian dalam laporan keuangan, aset biologis
disajikan dalam neraca. Untuk aset biologis,
perusahaan memiliki dua macam penyajian dan
pengungkapan. Untuk aset biologis yang masih
berproduksi, perusahaan menyajikan aset biologis
pada aset tidak lancar. Sedangkan yang sudah
tidak berproduksi, disajikan dalam aset tidak lancar
dalam akun persediaan, Penyajian dalam laporan
keuangan, aset non biologis disjaikan dalam neraca.
Untuk aset non biologis, perusahaan hanya
menyajikannya dalam aset tidak lancar.
Dalam laporan keuangan, aset biologis sama-sama disajikan
dalam neraca. Aset biologis memiliki dua macam penyajian,
hal ini disebabkan karena transformasi biologis yang
dialami oleh aset biologis. Sedangkan untuk aset non
biologis hanya disajikan dalam aset tidak lancar.
Penghentian Setelah produksi menurun,
aset biologis di reklasifikasi sebagai
persediaan kemudian dijual.
Pada aset non biologis, perusahaan memiliki dua
jenis perlakuan untuk penghentian aset. Yang
pertama yaitu Aset yang dijadikan barang yang tidak
dipakai dan aset yang akan dijual.
Setelah aset biologis produksinya telah menurun, aset
biologis langsung direklasifikasi ke persediaan. Nilai jualnya
diukur sesuai dengan nilai pasar. Untuk aset non biologis,
penghentian yang dilakukan oleh entitas terdapat dua macam,
yaitu aset non biologis dijadikan barang yang tidak dipakai dan
aset non biologis untuk dijual.
KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut. 1.
Dalam prosedur perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan untuk melaporkan aset biologis dan non biologis terdiri dari 5 prosedur, yaitu perolehan, pengakuan, pengukuran, penyajian dan penghentian.
Pada saat perolehan, perusahaan cenderung memperoleh kedua jenis aset tersebut dengan cara yang sama, yaitu secara tunai maupun kredit.
2. Perusahaan mengakui kedua jenis aset yang mereka miliki berdasarkan harga perolehan pada saat kedua
jenis aset tersebut diperoleh. Perusahaan mengukur kedua jenis aset tersebut berdasarkan harga perolehan. 3.
Untuk aset biologis, perusahaan tidak mengakui adanya penyusutan, sedangkan aset non biologis, perusahaan mengakui adanya penyusutan.
4. Dalam penyajian, perusahaan telah melakukan penyajian untuk kedua jenis aset yang mereka miliki hampir
sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. 5.
Pada prosedur penghentian, aset biologis akan direklasifikasi menjadi persediaan pada saat aset tersebut sudah tidak berproduksi sedangkan aset non biologis dilakukan dua jenis perlakuan, yaitu aset yang akan
dijual dan aset yang akan tetap disimpan menjadi aset rusak.
21
Saran
Setelah menganalisis permasalahan yang ada mengenai permasalahan yang ada, maka peneliti memberikan saran yakni sebagai berikut.
1. Penyajian yang telah dilakukan oleh perusahaan sebaiknya dipertahankan bahkan ditingkatkan. Penyajian
yang baik selain dapat mempermudah pengawasan internal, dapat juga menarik investor dikarenakan laporan keuangan yang mudah dipahami.
2. Untuk mengukur nilai dari aset biologis perusahaan sebaiknya menetapkan nilai wajar mengingat
karakteristik dari aset biologis yang mengalami transformasi biologis tersebut.
DAFTAR PUSTAKA
Cahyani, Ranny dan Vita, Aprilina. 2014. Evaluasi Penerapan Sak Etap Dalam Pelaporan Aset Biologis Pada Peternakan
Unggul Farm
Bogor, Jurnal
RAK. Vol
5 No
1 http:www.ejournalunisma.netojsindex.phpjrakarticleview1060
. Diakses Maret, 03, 2016. Hal 14-37 Darmansyah, Asep, 2012. Akuntansi Agribisnis. Alfabeta. Bandung
Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik SAK ETAP. Salemba Empat. Jakarta
Ikatan Akuntansi Indonesia.2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015. Penerbit Ikatan Akuntansi Indonesia
Kieso, Weygandt, Warfield, 2013. Akuntansi Intermediate Jilid 1. Cetakan ke-12. Penerbit Erlangga. Jakarta Kurniawan, Rendra. 2012. Valuasi Aset Biologis : Kajian Kritis Atas IAS 41 Mengenai Akuntansi Pertanian , Jurnal
IMFEB. Vol 1, No 1 . http:jimfeb.ub.ac.idindex.phpjimfebarticleview126
. Diakses Maret, 05,2016 . Putra, Trio Mandala. Analisis Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada CV. Kombos Manado, Jurnal EMBA. Vol.1
No.3 http:ejournal.unsrat.ac.idindex.phpembaarticleview1646
. Diakses tanggal 2 Mei 2016.
Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran Untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. PT. Refika Aditama. Bandung
Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif RD. Cetakan Ke-19. Alfabeta CV. Bandung Suwardjono, 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga. Cetakan Ke-8. BPFE.
Yogyakarta
22
ANALISIS PENERAPAN VARIABEL COSTING SEBAGAI ALAT UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA AKSAN BAKERY DI MANADO
Tety Darise David Paul Elia Saerang
Anneke Wangkar Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi
Universitas Sam Ratulangi Manado
Email : tety.darisegmail.com
ABSTRACT
Determining the cost of goods sold is right becomes one factor supporting the success of a company in achieving its goals , the cost of production has an important role in a company , due to the determination of the
cost of goods sold , the company could easily determine the selling price , and the targeted profit also clear. This research was conducted at a company manufacturing in Manado . This study aimed to analyze the
application of variable costing in Aksan Bakery in Manado. Data analysis method used is descriptive analysis . The data used is qualitative data , the data is presented in a descriptive or shape description and quantitative
data , the data presented in the form of numbers. The research findings show that the application of variable costing method can be used as a tool to calculate the cost of production in the Aksan Bakery. It can be seen
from a comparative analysis of the cost of goods sold according to variable costing lower than the production cost price calculation method used Aksan Bakery. By using the full costing method used by companies the cost
of goods sold Rp . 1.191.956 .000 while according to the variable cost of production costing Rp . 1.033.560.000. The main difference between full costing calculation method used by the company with variable costing method
lies in the treatment of factory overhead costs .
Keywords : cost of goods sold, variabel costing
23
PENDAHULUAN Latar Belakang
Perkembangan perekonomian Indonesia saat ini secara tidak langsung telah mendorong semakin ketatnya persaingan antar perusahaan diberbagai bidang. Untuk itu perusahaan memerlukan data yang relevan
dan siap pakai agar dapat mengambil keputusan dengan tepat dan segera. Sebab keterlambatan dalam mengambil keputusan dapat berarti kerugian bagi perusahaan. Dan hal ini berarti akan sulit bagi perusahaan
untuk dapat mempertahankan kelangsungan hidupnya serta berperan dalam pengembalian di masa yang akan datang Olivia Reppie, 2013: 1061.
Perusahaan merupakan organisasi yang mempunyai berbagai tujuan baik jangka panjang maupun jangka pendek, salah satu tujuan yang penting bagi perusahaan yaitu pencapaian laba optimum. Pencapaian
laba dirasa penting karena berkaitan dengan berbagai konsep akuntansi antara lain kesinambungan perusahaan dan perluasan perusahaan. Biaya produksi merupakan unsur dari harga pokok produksi yang
merupakan salah satu bagian terpenting dalam menentukan harga jual terutama bagi perusahaan industri. Oleh karena itu, harga pokok produksi merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan dari
perusahaan.
Harga pokok produksi biasanya terdiri dari dua jenis biaya yaitu biaya produksi dan biaya non produksi, dalam penentuan harga pokok produksi harus diperhatikan unsur-unsur biaya apa saja yang masuk
dalam harga pokok produk dan mengalokasikan unsur-unsur biaya tersebut secara tepat sehingga dapat menggambarkan pengorbanan sumber ekonomi yang sesungguhnya IndroDjumali, 2014: 83. Biaya
produksi akan membentuk harga pokok produksi yang digunakan untuk menghitung harga pokok produk jadi, sedangkan biaya non produksi akan ditambahkan pada harga pokok produksi untuk menghitung total
harga pokok produk. Informasi dan pengumpulan biaya produksi yang tepat akan sangat menentukan perhitungan harga pokok produksi yang tepat pula.
Harga pokok produksi mempunyai kaitan erat dengan indikator-indikator tentang kesuksesan sebuah perusahaan, misalnya laba kotor penjualan dan laba bersih. Maka dari itu perusahaan harus memperhatikan
harga pokok produksi untuk efisiensi biaya yang dikeluarkan oleh perusahaan. Penentuan harga pokok produksi yang tepat menjadi salah satu faktor penunjang suksesnya sebuah perusahaan dalam mencapai
tujuannya, harga pokok produksi memiliki peran penting dalam sebuah perusahaan, karena dengan adanya penentuan harga pokok produksi maka perusahaan bisa dengan mudah menentukan harga jual produk, dan
laba yang ditargetkan juga jelas.
Metode variabel costing adalah metode untuk menentukan harga pokok produk dengan hanya memperhitungkan biaya produksi variabel saja, biaya-biaya yang diperhitungkan sebagai harga pokok
produksi dalam metode variabel costing adalah biaya produksi variable yang terdiri dari biaya bahan bakulangsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variable. Dalam pendekatan variabel
costing, hanya biaya-biaya produksi yang berubah sejalan dengan perubahan output yang diperlakukan sebagai elemen harga pokok produk.
Aksan bakery merupakan perusahaan yang bergerak dibidang produksi roti, perusahaan ini dimana dalam menjalankan aktivitas usahanya senantiasa mengalami peningkatan, dengan makin banyaknya
permintaan konsumen terhadap produk roti yang diproduksi oleh Aksan Bakery. Seiring dengan penigkatan tersebut maka masalah yang timbul dalam perusahaan juga semakin rumit, dengan penggunaan biaya
produksi yang terus meningkat, maka perhitungan harga pokok produksi menjadi semakin penting. Oleh karena itu perlu dilakukan evaluasi tentang penggunaan biaya-biaya dalam kegiatan produksi. Kesalahan
dalam perhitungan harga pokok produksi menjadi penyebab adanya pembebanan biaya yang tidak relevan, yang berdampak pada harga pokok produksi yang meningkat, sehingga mempengaruhi harga jual produk
dipasaran. Mengingat umur perusahaan ini yang masih dini maka alangkah baiknya pemilik perusahaan lebih bijak lagi dalam menerapkan metode untuk menentukan harga pokok produksi, demi kelangsungan
perusahaan, serta profit perusahaan.
24
Tujuan Penelitian
Untuk menganalisis penerapan metode variabel costing sebagai alat untuk menghitung harga pokok produksi pada Aksan Bakery di Manado, dan membandingkannya dengan metode yang dipakai perusahaan
dalam menghitung atau menetapkan harga pokok produksi.
TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi
Menurut Arfan 2012: 2 menyatakan bahwa Akuntansi dapat dipandang sebagai suatu proses atau kegiatan yang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian, penguraian,
penggabungan, pengiktisaran dan penyajian data keuangan yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan operasi suatu unit organisasi. akuntansi merupakan kegiatan mengidentifikasi, mencatat, menggolongkan,
mengikhtisarkan transaksi-transaksi keuangan yang bertujuan untuk menyajikan informasi keuangan dalam kegiatan perusahaan. Dimana Informasi tersebut dapat digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan atau
memilih alternatif ekonomi dan tanggung jawab dibidang keuangan.
Akuntansi Manajemen
Menurut Hurriyah 2015: 12 Akuntansi manajemen merupakan bidang akuntansi yang menggunakan baik data historis maupun data-data taksiran dalam membantu manajemen untuk merencanakan operasi-
operasi dimasa yang akan datang. Menurut Bake : 2010 Akuntansi manajemen adalah aplikasi praktis dari teknik manajemen untuk mengontrol dan melaporkan pada sumber daya keuangan badan usaha, ini
melibatkan analisis perencanaan, implementasi, dan pengendalian program yang dirancang untuk memberikanpelaporan keuangan untuk mengambil keputusan. akuntansi manajemen adalah salah satu dari
bagian akuntansi yang dipakai oleh manajemen perusahaan untuk perencanaan, pengendalian, dan pengambilan keputusan.
Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya merupakan bidang akuntansi yang mencatat, mengukur, dan melaporkan informasi tentang besarnya biaya dalam bentuk laporan biaya Marwanto, 2011: 1988. Menurut Samryn 2012: 12
Akuntansi biaya merupakan proses penentuan biaya produk atau kegiatan, data biaya dapat digunakan baik untuk laporan internal maupun laporan eksternal. akuntansi biaya merupakan salah satu dari bagian akuntansi
yang aktivitas utamanya meliputi perencanaan, pencatatan, pengendalian, dan pelaporan akan aktivitas perusahaan yang berhubungan dengan keuangan perusahaan.
Pengertian Biaya
Definisi biaya menurut Slamet Sugiri 2015: 20 Biaya merupakan semua pengorbanan yang secara langsung ataupun tidak langsung dikeluarkan untuk melakukan kegiatan tertentu, misalnya kegiatan produksi
atau membeli aset tetap. Biaya adalah suatu pengorbanan ekonomis untuk memperoleh atau memproduksi barang dan jasa yang bemanfaat pada masa sekarang dan masa yang akan datang.
Klasifikasi Biaya
Klasifikasi biaya bertujuan untuk menyajikan informasi biaya yang digunakan untuk berbagai tujuan, sehingga penggolongan biaya juga disesuaikan dengan tujuan tersebut. Ada beberapa cara yang dapat
digunakan untuk menggolongkan biaya diantaranya : 1.
Berdasarkan fungsi pokok dalam perusahaan 2.
Berdasarkan hubungannya dengan sesuatu yang dibiayai 3.
Berdasarkan hubungannya dengan volume kegiatan 4.
Berdasarkan jangka waktu manfaatnya
Pengertian Biaya Produksi
Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Biaya produksi juga merupakan biaya yang digunakan dalam mengubah bahan baku menjadi
25 barang jadi. Biaya produksi ini biasanya terdiri dari tiga unsur yaitu bahan baku langsung, tenaga kerja
langsung dan overhead pabrik Christy Oentoe : 2013. Biaya produksi adalah biaya yang berhubungan langsung dengan kegiatan operasional perusahaan yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya tenaga kerja, dan
biaya overhead pabrik. Biaya produksi juga perlu diklasifikasikan menurut jenis atau objek pengeluarannya, hal ini penting agar pengumpulan data biaya dan aplikasinya yang perlu ketelitian tinggi dapat terlaksana
dengan mudah.
Harga Pokok Produksi
Harga pokok produksi atau products cost merupakan elemen penting untuk menilai keberhasilan performance dari perusahaan dagang maupun manufaktur. Harga pokok produksi mempunyai kaitan erat
dengan indikator-indikator tentang sukses perusahaan, seperti misalnya: laba kotor penjualan, dan laba bersih Mahdi Hendrich : 2013. Harga pokok produksi adalah jumlah dari seluruh pengorbanan sumber ekonomi
yang digunakan untuk mengubah bahan baku menjadi produk. Perhitungan harga pokok produk dapat digunakan untuk menentukan harga jual yang akan diberikan kepada konsumen sesuai dengan biaya-biaya
yang dikeluarkan dalam proses produksi.
Variabel Costing
Mulyadi 2012: 18 menyatakan bahwa “Metode variabel costing adalah metode penentuan kos produksi yang hanya memperhitungkan biaya produksi yang berperilaku variabel ke dalam kos produk, yang
terdiri dari biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik variabel.Variabel costing adalah metode penentuan harga pokok produksi yang hanya memperhitungkan
biaya produksi yang berprilaku variabel ke dalam harga pokok produksi, yang terdiri dari biaya bahan bakulangsung, biaya tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik variabel.
Beberapa anggota manajemen berpendapat bahwa metode variabel costing menyediakan data yang lebih mudah dipahami mengenai biaya, volume, pendapatan, dan laba kepada manajemen yang tidak ahli
dalam teknik dan prosedur akuntansi. Metode variabel costing menyajikan data biaya dalam hubungannya dengan pendapatan dalam bentuk yang sederhana tanpa menyebabkan penyimpangan laba selama periode
terjadinya fluktuasi produksi dan penjualan, karenavariabel cendrung berubah sesuai dengan penjualan.
Jika perusahaan menggunakan metode variabel costing, maka biaya tetap perlu dipisah menjadi biaya tetap langsung dan biaya tetap bersama. Biaya tetap langsung adalah biaya tetap yang menjadi bebanl
angsung dimasing-masing segmen atau unit usaha. Sedangkan biaya tetap bersama adalah biaya tetap yang manfaatnya dinikmati secara bersama oleh semua segmen atau unit usaha.
Biaya Semi Variabel
Biaya semi variabel adalah biaya yang jumlah totalnya berubah sesuai dengan perubahan volume kegiatan, akan tetapi sifat-sifat perubahannya tidak sebanding. Semakin tinggi volume kegiatan semakin besar
jumlah total biaya, semangkin rendah volume kegiatan semakin rendah pula jumlah total biaya, tetapi perubahannya tidak sebanding not proportional.
Di dalam penyusunan anggaran variabel, pemisahan biaya semi variabel menjadi biaya tetap dan biaya variabel perlu dilakukan. Hal ini disebabkan karena anggaran variabel tersebut akan disusun untuk berbagai
macam tingkat kapasitas yang dapat diselenggarakan di dalam perusahaan. Untuk kepentingan ini tentunya harus diketahui seberapa besarnya porsi biaya tetap dan seberapa besar porsi biaya variabel, sehingga
perhitungan jumlah biaya untuk masing-masing tingkat kapasitas akan dapat dibuat dengan mudah. Penelitian Terdahulu
Sitty Rahmi Lasena 2013 dengan judul penelitian : Analisis penentuan harga pokok produksi pada PT.Dimembe Nyiur Agripro. Penelitian ini bertujuan Untuk mengetahui perhitungan harga pokok produksi
yang dilakukan oleh perusahaan. serta untuk membuat dan memperkenalkan penentuan harga pokok produksi dengan metode variabel costing pada perusahaan. Hasil penelitian ini menunjukan perusahaan menerapkan
metode full costing dalam menghitung harga pokok produksi, hal ini dilihat dari dari penyajian unsur-unsur biaya produksi perusahaan yang tidak memisahkan antara biaya variabel dan biaya tetap. Adapun persamaan
dari penelitian ini dengan yang dilakukan penulis yaitu menyangkut perhitungan harga pokok produksi. Perbedaan dari penelitian ini dengan yang diteliti penulis yaitu Kasus penelitian berbeda, objek Penelitian
berbeda.
26
METODE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian komparatif dengan pendekatan kualitatif.
Tempat dan Waktu Penelitian
Untuk memperoleh data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, penulis mengadakan penelitian pada Aksan Bakery yang bertempat di Kelurahan Islam Lingkungan 1 Kecamatan Tuminting Kota Manado.
Sedangkan jadwal penelitian ini dilaksanakan selama bulan April 2016. Prosedur Penelitian
1. Menentukan judul dan merumuskan masalah.
2. Mengumpulkan data sesuai permasalahan yang diangkat.
3. Pengumpulan data melalui wawancara terhadap pihak-pihak yang terkait.
4. Mengelola data dan menginterpretasikan hasil pengolahan data.
5. Menarik kesimpulan dan memberikan saran.
Metode Pengumpulan Data 1.
Jenis Data Jenis data yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah data kualitatif yaitu data berbentuk
informasi, baik dalam bentuk lisan maupun tulisan yang membantu dan mendukung data yang dibutuhkan misalnya berupa wawancara dengan pimpinan dan karyawan, dan data kuantitatif yaitu data
berbentuk angka-angka yang masih perlu dianalisis kembali, misalnya: biaya bahan baku langsung, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik pada produksi roti pada Aksan Bakery.
2. Sumber Data
a.
Data primer
b.
Data Sekunder Teknik Pengumpulan Data
1. Metode Wawancara
2. Metode Dokumentasi
3. Media Elektronik dan Media Buku
Metode Analisis Data
Metode analisis yang dipakai dalam penelitian ini adalah analisis deskriptif. penelitian desktriptif adalah suatu metode yang bertujuan untuk menggambarkan suatu keadaan perusahaan secara sistematis,
aktual dan akurat dengan cara mengumpulkan data berdasarkan data yang nampak dalam perusahan, dimana fakta tersebut dikumpulkan, diolah, dan dianalisis sehingga selanjutnya dapat diambil suatu kesimpulan dan
memberikan saran mengenai analisis harga pokok produksi pada Aksan Bakery di Manado.
Teknik Analisis Data
1. Analisis kegiatan produksi perusahaan yang menjadi objek penelitian guna memperoleh gambaran
umum mengenai biaya-biaya yang terjadi dalam proses produksi. 2.
Mengklasifikasi biaya-biaya menurut variabel costing 3.
Menganalisa penentuan harga pokok produksi dengan menggunakan variabel costing. 4.
Menarik kesimpulan 5.
Memberikan saran.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian
Setiap harinya perusahaan memproduksi 3000 rotiharinya. Dalam menghitung harga pokok produksi Aksan Bakery menerapkan metode Full Costing, berikut data biayaroduksiAksan Bakery:
27
Biaya Produksi Aksan BakeryTahun 2015 Sebelum Pemisahan Biaya Variabel
Jenis
Biaya Produksi
BiayaProduksi Rp
Per Bungkus
A. Biaya bahan baku langsung
1. Tepung Terigu
374.000.000 400
2. Ragi
4.212.000 4,5
3. Telur
47.424.000 50,66
4. Vanili
4.368.000 4,66
5. Pewarna
8.424.000 9
6. Pelembut
270.000 0,288
7. Pasta Pandan
16.848.000 18
8. Mentega
56.160.000 60
9. Coklat
93.600.000 100
10. Keju
17.550.000 19
11. Kacang
17.550.000 19
12. GulaPasir
93.600.000 100
13. Garam
624.000 0,66
14. GulaHalus
17.082.000 18,25
15. SusuCair
6.396.000 6,83
16. SusuBubuk
11.700.000 12,5
17. Air
1.716.000 1,83
Jumlah Biaya Bahan Baku Langsung 771.924.000
825,17 B.
Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.
Bagian pencampur 28.800.000
30,77 2.
Bagian pembentuk 57.600.000
61,54 3.
Bagian pemanggang 26.400.000
28,2 4.
Bagian pengemas 26.400.000
28,2 Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung
139.200.000 148,71
C. Biaya Overhead Pabrik
1. Biaya bahan penolong
30.452.000 32,53
2. Biaya tenaga kerja tak langsung
57.600.000 61,53
3. Biaya reparasi pemeliharaan
29.900.000 31,94
4. Biaya listrik air
12.000.000 12,82
5. Biaya bahan bakar
78.880.000 84,27
6. Biaya makan
72.000.000 76,92
Jumlah Biaya Overhead Pabrik 280.832.000
300,03 Total Biaya Produksi A+B+C
1.191.956.000 1.273,45
Sumber: Aksan Bakery Dari data biaya produksi di atas berikut perhitungan harga pokok produksi menurut Aksan Bakery:
28
Perhitungan Harga Pokok Produksi Aksan Bakery Tahun 2015
Sumber: Aksan Bakery Harga pokok produksi per bungkus roti dapat dihitung dengan rumus:
Harga Pokok Produksi = Rp 1.191.956.000 936.000
Perbungkus = Rp 1.273,45
Pembahasan
Salah satu faktor yang mempengaruhi meningkatnya laba operasional perusahaan adalah harga pokok produksi, dan dalam pembahasan ini ditekankan pada kalkulasi harga pokok produksi dengan metode
variabel costing. Metode Variabel costing merupakan suatu metode penentuan harga pokok produksi yang hanya
memperhitungkan biaya produksi variabel saja atau yang berpengaruh langsung dengan hasil produksi. Berikut data biaya produksi Aksan Bakery dengan metode variabel costing yaitu sebagai berikut:
Biaya Setelah Pemisahan Biaya Semi Variabel Aksan Bakery Tahun 2015
Jenis Biaya
Total Biaya
Variable Tetap
Biaya
A. Biaya Bahan Baku Langsung
1. Tepung Terigu
374.400.000 -
374.400.000 2.
Ragi 4.212.000
- 4.212.000
3. Telur
47.424.000 -
47.424.000 4.
Vanili 4.368.000
- 4.368.000
5. Pewarna
8.424.000 -
8.424.000 6.
Pelembut 270.000
- 270.000
7. Pasta Pandan
16.848.000 -
16.848.000 8.
Mentega 56.160.000
- 56.160.000
9. Coklat
93.600.000 -
93.600.000 10.
Keju 17.550.000
- 17.550.000
11. Kacang
17.550.000 -
17.550.000 12.
Gula Pasir 93.600.000
- 93.600.000
13. Garam
624.000 -
624.000 14.
Gula Halus 17.082.000
- 17.082.000
15. Susu Cair
6.396.000 -
6.396.000 16.
Susu Bubuk 11.700.000
- 11.700.000
17. Air
1.716.000 -
1.716.000 Jumlah Biaya Bahan Baku Langsung
771.924.000 -
771.924.000 Biaya Bahan Baku Langsung
771.924.000 Biaya Tenaga Kerja Langsung
139.200.000 Biaya Overhead Pabrik
280.832.000 + Harga Pokok Produksi
1.191.956.000
29 B.
Biaya Tenaga Kerja Langsung 1.
Bagian Pencampur 28.800.000
- 28.800.000
2. Bagian Pembentuk
57.600.000 -
57.600.000 3.
Bagian Pembakar 26.400.000
- 26.400.000
4. Bagian Pengemas
26.400.000 -
26.400.000 Jumlah Biaya Tenaga Kerja Langsung
139.200.000 -
139.200.000 C.
Biaya Overhead Pabrik 1.
Biaya Bahan Penolong 30.452.000
30.452.000 2.
Biaya Tenaga Kerja Tak Langsung -
57.600.000 57.600.000
3. Biaya Reparasi dan Pemeliharaan
9.360.000 20.540.000
29.900.000 4.
Biaya Listrik dan Air 3.744.000
8.256.000 12.000.000
5. Biaya Bahan Bakar
74.880.000 -
74.880.000 6. Biaya makan karyawan
- 72.000.000 72.000.000
Jumlah Biaya Overhead Pabrik 122.436.000
158.396.000 280.832.000
D. Biaya Operasional
1. Gaji Bagian AdmUmum
- 24.000.000
24.000.000 2.
Biaya di Bank -
66.000.000 66.000.000
JumlahBiayaOperasional -
90.000.000 90.000.000
Jumlah Biaya A+B+C+D 1.032.652.760
239.403.240 1.272.056.000
Sumber: Data Olahan Dari data biaya produksi di atas berikut perhitungan harga pokok produksi menurut metode variable
costing:
Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Metode Variabel CostingTahun 2015
Biaya Bahan Baku Langsung 771.924.000
Biaya Tenaga Kerja Langsung 139.200.000
Biaya Overhead Pabrik Variabel 122.436.000
Harga Pokok Produksi Variabel 1.033.560.000
Sumber: Data Olahan Perhitungan harga pokok produksi menurut metode Variabel Costing:
Harga pokok produksi = 1.033.560.000 936.000
per bungkus = 1.104,23
PENUTUP Kesimpulan
1. Aksan Bakery menerapkan metode full costing dalam menentukan harga pokok produksi, dimana
dalam menghitung harga pokok produksi perusahaan membebankan semua unsur biaya produksi dengan berdasarkan biaya yang terjadi dalam proses produksi.
2. Berdasarkan perhitungan menurut variabel costing yang dibuat oleh penulis didapatkan hasil
yang berbeda dengan perhitungan perusahaan yang menggunakan full costing. Perbedaan utama antara metode perhitungan full costing yang dipakai perusahaan dengan metode variabel costing
terletak pada perlakuan biaya overhead pabrik. Dimana dalam metode full costing menggunakan biaya overhead tetap dan variabel, sedangkan metode dalam metode variabel costing hanya
menggunakan biaya overhead variabel saja.
30
Saran
Adapun saran-saran dari penulis untuk perusahaan, sehubungan dengan penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Sebaiknya perusahaan menggunakan metode variabel costing dalam menghitung harga pokok
produksi. Karena dalam metode variabel costing dihitung semua biaya yang hanya berkaitan langsung dalam proses produksi.
2. Perlu adanya peningkatan efisiensi dalam penggunaan biaya produksi roti.
3. Perlu adanya biaya penyusutan aktiva tetap, guna menjadi biaya jaga-jaga untuk pabrik di masa
yang akan datang 4.
Sebaiknya perusahaan menambah tenaga kerja tak langsung khususnya dibagian pemasaran.
DAFTAR PUSTAKA
Badriyah, Huriariyah. 2015., “Buku Pintar Akuntansi Biaya Untuk Orang Awam”. HB, Jakarta Hendrich, Mahdi 2013., “Analisis Perhitungan Harga Pokok Produksi pada Usaha Peternakan Lele Pak Jay
di Sukabangun II Palembang. Politeknik Darussalam”. Jurnal Ilmiah Vol.V No.3
Ikhsan, Arfan 2012., “Pengantar praktis Akuntansi”. Edisi Kedua. Graha Ilmu. Yogyakarta Jane, Bake 2010., “Accounting Management by International Standars”., International Journal of Business
and Management. 55, 36-43. Lasena, Sity Rahmi 2013., “Analisis Penentuan Harga Pokok Produksi pada PT. Dimembe Nyiur Agripro”.
Universitas Sam Ratulangi. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3 Marwanto 2011., “Analisis Perhitungan Variable Costing pada Ukiran Setia Katya Nanda Balikpapan”.
Politeknik Negeri Samarinda. Jurnal Eksis Vol.7 No.2 Mulyadi. 2012., “Akuntansi Biaya”.Edisi Kelima. Unit penerbit dan percetakan Sekolah Tinggi Ilmu
Manajemen YKPN, Yogyakarta. Oentoe , Christy 2013., “Analisis Perhitungan Biaya Produksi Menggunakan Metode Variable Costing”.
unsrat. Jurnal EMBA. Vol.1 No.3
31
PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBYEK PAJAK SISMIOP SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PELAYANAN DAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI
KABUPATEN BUOL Ardiansyah M. Kadadia
1
Jullie J. Sondakh
2
Treesje Runtu
3
1,2
Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi
Email :
1
ardiankadadiayahoo.co.id
ABSTRACT
Tax property, urban and rural is a local tax was previously managed by the central government. In the year 2011 has been transferred to the regional governments together with SISMIOP. This is due lack of optimization
PBB-P2 and SISMIOP as well as the central government gives full authority to local goverments so as to maximize the revenues from the tax. The purpose of this research is how the comparison application SISMIOP,
is SISMIOP can improve service and reception as well as obstacless ancountered in the implementation of SISMIOP in Buol district. The method used for this research is the qualitative method that use observation,
interviews with tax officials and documents processing. The results showed that application of SISMIOP in Buol district accordance with applicable rules and implementation SISMIOP can be more simple, fast and efficient.
This is evidenced by the increasing aaceptance of the PBB-P2 once transferred to local government. Increased acceptance PBB-P2 can not be separated from continue doing the billing to the taxpayeer.
Keyword: SISMIOP, Services, Income
32
PENDAHULUAN Latar belakang
Sebagai salah satu negara berkembang di dunia, Indonesia terus melakukan pembangunan di berbagai sektor di seluruh wilayah di Indonesia. Pembangunan ini membutuhkan anggaran yang tidak sedikit. Maka dari
itu Pemerintah terus melakukan pengoptimalisasian terhadap penerimaan-penerimaan negara. Salah satu pengoptimalisasian penerimaan yang terus dilakukan adalah pajak.
Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan ataupendapatan terbesar negara. Salah satu pajak yang memberikan kontribusi terhadap negara adalah pajak bumi dan bangunan PBB. Pajak Bumi dan Bangunan
PBB adalah pajak yang bersifat kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah atau bangunan. Ada beberapa klasifikasi untuk objek pajak bumi dan bangunan, salah satunya
sektor perkotaan dan perdesaan atau disebut PBB-P2.Sebelum tahun 2011 pajak bumi dan bangunan perkotaan perdesaan ini dikelola oleh pemerintah pusatdan telah diserahkan atau dialihkan kepada pemerintah daerah
sebagaimana tindak lanjut dari kebijakan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal.
Dengan pengalihan ini maka kegiatan proses pendataan, penilaian, penetapan, pengadministrasian, pemungutanpenagihan dan pelayan PBB-PP akan diselenggarakan oleh pemerintah daerah kabupatenkota.
Pemerintah daerah harus sepenuhnya menyadari bahwa agenda pengalihan PBB-PP ini merupakan pekerjaan besar, selain dihadapkan pada beberapa kendala, rencana ini juga membutuhkan waktu dan perencanaan yang
matang agar prosesnya berjalan dengan baik dan memberikan hasil yang optimal. Kendala tersebut antara lain kesiapan sumber daya manusia, proses pemungutan PBB perdesaan dan perkotaan memerlukan kesiapan
sumber daya manusia SDM pada pemda yang nantinya akan melaksanakan pengadministrasian PBB secara otonom.
Berdarsarkan hal tersebut pemerintah dalam hal ini Dirjen Pajak dan Kementrian Keuangan menciptakan sistem administrasi perpajakan modern untuk memberikan pelayanan yang baik dan meningkatkan
penerimaan yang disebut SISMIOP Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak. SISMIOP menurut Dirjen Pajak merupakan sistem yang terintegrasi untuk mengolah informasidata objek dan subjek pajak bumi dan
bangunan dengan bantuan komputer sejak dari pengumpulan data melalui pendaftaran, pendataan dan penilaian pemberian identitas objek pajak nomor objek pajak, perekaman data, pemeliharaan basis data,
pencetakan hasil keluaran berupa SPPT, STTS, DHKP, dan sebagainya, pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak, sampai dengan pelayanan kepada wajib pajak melalui pelayanan satu tempat.
SISMIOP sendiri telah dilaksanakan oleh pemerintah pusat untuk membantu pengelolaan objek dan subjek PBB-P2. Namun pengelolaan yang dilakukan pemerintah pusat kurang optimal dalam memaksimalkan
penerimaan dari sektor PBB-P2.Misalnya dalam hal pembaharuan data objek dan subjek PBB-P2 yang kurang jelas. Selain itu pengalihan PBB-P2 dan SISMIOP kepada pemerintah daerah untuk memberikan wewenang
penuh kepada pemda agar dapat dikelola dengan maksimal.
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengetahui perbandingan penerapan SISMIOP di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.
2. Untuk mengetahui apakah ada peningkatan pelayanan dan penerimaan PBB-P2.
3. Untuk mengetahui masalah atau kendala dalam penerapan SISMIOP di Kabupaten Buol.
TINJAUAN PUSTAKA Pajak Bumi dan Bangunan PBB
Pajak bumi dan bangunan PBB adalah pajak negara yang dikenakan terhadap bumi dan atau bangunan berdasarkan undang-undang nomor 12. Tahun 1985 tentang pajak bumi dan bangunan sebagaimana telah diubah
dengan undang-undang nomor 12. Tahun 1994. Menurut Dirjen Pajak, PBB adalah pajak yang bersifat
33 kebendaan dalam arti besarnya pajak terutang ditentukan oleh keadaan objek yaitu bumitanah dan atau
bangunan. Keadaan subjek siapa yang membayar tidak ikut menentukan besarnya pajak Nadhia, et al : 2014. Selain itu, Pajak Bumi dan Bangunan PBB biasanya didefinisakan sebagai pajak yang dikenakan pada orang
pribadi atau badan yang nilainya bergantung pada tanah dan bangunan itu sendiri L. Cameron, 1999.
Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan Perdesaan PBB-P2 Sebagai Pajak Daerah
Menurut Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pajak Bumi dan Bangunan adalah pajak atas bumi danatau bangunan yang dimiliki, dikuasai, danatau dimanfaatkan oleh orang pribadi atau badan, kecuali
kawasan yang digunakan untuk kegiatan usaha perkuburan, perhutanan, dan pertambangan. Tarif Pajak Bumi dan Bangunan Perkotaan dan Perdesaan ditetapkan adalah paling tinggi sebesar 3. PBB-P2 wewenang
pemungutannya diserahkan kepada pemerintah daerah dan hasilnya masuk ke kas daerah sebagai pajak daerah Jacob Ratuela, et al : 2015.
SISMIOP
Menurut Keputusan Direktorat Jendral Pajak Nomor kep-533Pj2000 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pendaftaran, Pendataan dan Penilaian Objek dan Subjek Pajak Bumi dan Bangunan Dalam Rangka
Pembentukan dan atau Pemeliharaan Basis Data Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak SISMIOP, SISMIOP adalah sistem yang terintegrasi untuk mengolah pengumpulan data melalui pendaftaran, pendataan
dan penilaian pemberian identitas objek pajak nomor objek pajak, perekam data, pemeliharaan basis data, pencetakan hasil keluaran, pemantauan penerimaan dan pelaksanaan penagihan pajak.
Tahapan SISMIOP
SISMIOP merupakan sebuah sistem manajemen PBB-PP yang terintegrasi. Untuk membentuknya memerlukan beberapa tahapan yang sesuai dengan pengertian Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor
KEP-05PJ.61994 Tentang Pelaksanaan SISMIOP Pajak Bumi dan Bangunan PBB Tahun Anggaran 19941995. Tahapan tersebut sebagai berikut Wahyudi, 2013 :
1. Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak.
2. Pendataan Objek dan Subjek Pajak.
3. Penilaian
a. Penilaian Massal
b. Penilaian Individu
4. Pemberian Identitas Objek Pajak NOP.
5. Perekaman Data.
a. Perekaman ZNT dan DBKB
b. Perekaman SPOP
6. Pemeliharaan Basis Data
7. Pencetakan Hasil Keluaran.
a. Surat Pemberitahuan Pajak Terutang SPPT.
b. Surat Tanda Terima Setoran STTS.
c. Daftar Himpunan Ketetapan Pajak DHKP.
8. Pemantauan PenerimaanPembayaran.
9. Pelayanan Satu Tempat.
MOTEDE PENELITIAN Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan dalam penulisan skripsi ini adalah penelitian kualitatif, yaitu data yang mencakup hampir semua data non-numerik. Data ini dapat menggunakan kata-kata untuk menggambarkan fakta
dan fenomena yang diamati.
Tempat dan Waktu Penelitian
34 Adapun tempat penelitian ini dilakukan di Dinas Pendapatan Daerah DPPKAD Kabupaten Buol.
Proses pengumpulan dan pengolahan data untuk penelitian ini memakan waktu 3 tiga bulan yaitu dimulai dari bulan Desember 2015 sd Februari 2016.
Metode Analisis
Metode analisis data adalah suatu metode yang digunakan untukmengelolah hasil penelitian guna memperoleh suatu kesimpulan. Dengan melihat kerangka pemikiran teoritis, maka teknik analisis data yang
digunakan dalam penelitian ini analisis komparatif, yaitu suatu penelitian yang sifatnya membandingkan. Disini variabelnya masih sama dengan variabel mandiri tetapi untuk sampel yang lebih dari satu atau dalam waktu
yang berbeda. Penggambaran kondisi bisa individual atau menggunakan angka-angka. Dan mendeskripsikan, gambaran atau lukisan secara sistematis serta menghubungkan antar fenomena yang diteliti.
Untuk mengetahui efektivitas penerapan SISMIOP di Kabupaten Buol maka digunakan rumus rasio efektivitas yang dapat dilihat dari rencana penerimaan dan realisasi PBB-P2. Rumus rasio efektivitas Ayu, et al : 2015 :
Untuk mengetahui suatu efektivitas, maka digunakan kriteria yang dijelaskan Tabel 1 sebagai berikut :
Tabel 1 Kriteria Efektivitas dalam penerapan SISMIOP Kemampuan Efektivitas
Rasio
Sangat Efektif 100
Efektif 90-100
Cukup Efektif 80-90
Kurang Efektif 60-80
Tidak Efektif 60
Sumber : KEP. MENDAGRI NO. 690.900-327, 1967 Sharon Sumenge, 2013
HASIL PENELTIAN DAN PEMBAHASAN Gambaran Umum DPPKAD Kabupaten Buol
VISI “Optimalisasi Pengelolaan Keuangan Daerah menuju Pemerintahan yang Bersih dan Baik”
Visi ini merupakan cara pandang jauh kedepan tentang pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Buol yang harus diwujudkan, dengan pengertian sebagai berikut :
Optimalisasi.
Sikap, kebijakan dan tindakan yang profesional, cakap dan kreatif dalam pelaksanaan kegiatan berdasarkan peraturan perundang-undangan dengan didukung sarana dan prasarana sehingga memperoleh hasil
yang maksimal.
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Penyelenggaraan penatausahaan keuangan daerah yang meliputi penyusunan anggaran, pengelolaan pendapatan, pelaksanaan anggaran, pengelolaan asset daerah beserta laporan atas pertanggungjawaban dimana
Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah sebagai Entitas Akuntansi dan Entitas Pelaporan yang transparan dan akuntable serta meningkatkan pelayanan yang maksimal.
Pemerintahan yang Bersih dan Baik.
Pemerintahan yang bebas dari korupsi, kolusi dan nepotisme dengan berpedoman pada peraturan perundangan yang berlaku sehingga dapat terwujud penatausahaan keuangan dan aset daerah yang transparan,
efektif, efisien dan akuntabel.
35
MISI
Oleh karena itu Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah Kabupaten Buol menetapkan Misi guna menjabarkan rumusan dan makna yang terkandung dalam Visi di atas, adalah sebagai berikut :
1 Meningkatkan Kapasitas Kelembagaan dan Kompetensi sumber daya manusia dibidang pengelolaan
keuangan daerah. 2
Meningkatkan pendapatan daerah melalui intensifikasi dan ekstensifikasi. 3
Penatausahaan pengelolaan keuangan dan aset daerah yang transparan dan akuntabel.
Hasil Penelitian Penerapan SISMIOP di Kabupaten Buol
Penerapan SISMIOP dilaksanakan pada tahun 2014 bersamaan dengan dialihkannya PBB-P2 kepada pemerintah daerah. Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak SISMIOP merupakan aplikasi yang membantu
aparat pajak dalam melakukan pendataan hingga pelayanan satu tempat. Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah DPPKAD Kabupaten Buol memiliki seksi-seksi atau bagian-bagian yang memiliki
tugas masing-masing dalam pelayanan PBB-P2, yaitu :
1 Bagian Pelayanan, bertugas melayani wajib pajak misalnya pembayaran PBB-P2, penyerahan berkas
pengajuan keberatan, pengurangan dan balik nama, dan lain-lain. 2
Bagian Verifikasi, bertugas menyortir data-data yang dibutuhkan atau digunakan dalam pendataanpenetapan.
3 Bagian PendataanPenilaian, bertugas untuk melakukan pendataan dan penilaian objek pajak PBB-P2.
4 Bagian Data dan Informasi, bagian ini bertugas melakukan perubahan data komputer, pencetakan SPPT.
Gambar 1 merupakan alur atau flowchart mengenai pelayanan PBB-P2 yang dilaksanakanoleh Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset DaerahDPPKAD Kabupaten Buol terhadap wajib pajak :
Gambar 1 Sumber Data : DPPKAD Kabupaten Buol “Alur Pelayanan PBB-P2”
Bagian Pelayanan
Bagian Verifikasi
Bagian PendataanPenilai
Bagian DataInformasi
Kepala Dinas Wajib Pajak
36 Berdasarkan Keputusan Dirjen Pajak nomor Keputusan Direktorat Jenderal Pajak Nomor KEP-
05PJ.61994 Tentang Pelaksanaan SISMIOP Pajak Bumi dan Bangunan PBB Tahun Anggaran 19941995 bahwa tahapan SISMIOP yang telah disebutkan telah sesuai dan dilaksanakan oleh DPPKAD Kabupaten Buol.
Berikut merupakan tahapan SISMIOP yang ada di Kabupaten Buol :
Pendaftaran Objek dan Subjek Pajak
Wajib pajak dapat melakukan pendaftaran objek pajak dan subjek pajak baru di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah DPPKAD tepatnya di bidang pelayanan. Di bidang ini WP akan diberikan
Surat Pemberitahuan Objek Pajak SPOP untuk diisi oleh wajib pajak dengan benar, jelas dan lengkap kemudian dikembalikan lagi kepada aparat pajak untuk dilakukan pendataan. Pengembalian SPOP ke tempat
pengambilan atau kantor pelayanan paling lambat 30 hari sejak SPOP diterima oleh wajib pajak. Terlambat mengembalikan SPOP akan dikenakan denda administrasi 25 dari pajak terutang. SPOP sendiri tidak hanya
didapatkan di DPPKAD saja, tetapi kantor lurahcamat menyediakan lembar SPOP tersebut.
Pendataan dan Penilaian
Setelah SPOP telah diterima oleh aparat pajak maka akan dilakukan pendataan mengenai hal-hal yang berkaitan dengan objek pajak yang telah diisi oleh wajib pajak kedalam SPOP. Misalnya luas tanah, bangunan,
letak objek pajak tersebut, dan lain sebagainya. Setelah dilakukan pendataan maka akan dilakukan penilaian. DPPKAD Kabupaten Buol telah memiliki
bagian yang bertugas untuk melakukan pendataan dan penilaian yakni bagian pendataanpenilaian yang ada di Bidang Pendapatan.
Pemberian Identitas Objek Pajak NOP dan Perekaman Data
Bidang pendataanpenilaian di DPPKAD Kabupaten Buol salah satunya melakukan tugas pemberian nomor objek pajak dan perekaman data setelah dilakukannya pendataan dan penilaian. Nomor Objek Pajak
NOP merupakan nomor unik yang menunjukan identitas tiap-tiap objek pajak. Ciri-ciri yang melekat pada NOP adalah unik, permanen dan standar.
Sedangkan untuk perekaman data yaitu perekaman Zona Nilai Tanah ZNT, Daftar Biaya Komponen Bangunan DBKB serta SPOP. Perekaman dimaksudkan untuk memasukan kode ZNT berdasarkan NIR
kedalam aplikasi SISMIOP. DBKB dilakukan dengan cara memasukan harga bahan bangunan dan upah pekerja dari setiap wilayah kabupatenkota. Sedangkan SPOP akan dimasukkan ke dalam aplikasi setelah ZNT dan
DBKB terlebih dahulu dimasukan. Akan dilakukan penilaian massal dan akan menghasilkan NJOP Bumi dan NJOP Bangunan.
Pemeliharaan Basis Data
Pemeliharaan data dapat dilakukan langsung oleh DPPKAD Kabupaten Buol setelah PBB-P2 diserahkan kepada Pemerintah Daerah. DPPKAD secara aktif memperbaharui data mengenai daerah-daerah
yang banyak melakukan perubahan-perubahan, misalnya tanah kosong yang kemudian diatasnya sudah dibuat bangunan, bangunan yang melakukan renovasi sehingga perlu didata ulang.
Pemuktahiran data juga dapat dilakukan atas permintaan atau permohonan wajib pajak mengenai keberatan, balik nama, pemecahan objek pajak, dan pembatalan SPPT. Pemuktahiran data dalam hal ini
melakukan pendataan kembali objek pajak wajib pajak yang bersangkutan. Dalam pemuktahiran basis data Pemerintah Kabupaten Buol telah mengatur proses tersebut. Setiap tahun DPPKAD telah mencanangkan
memperbaharui data sebab data yang terdapat pada DPPKAD Kab. Buol adalah data sebelum SISMIOP diterapkan. Hal ini banyak terdapat perubahan dalam hal kepemilikan objek pajak tersebut.
Pencetakan Massal
Pencetakan massal dilakukan setelah diadakannya pemuktahiran basis data agar SPPT yang akan dicetak sudah sesuai dengan data yang terakhir. Selain itu ditetapkan juga jatuh tempo pembayaran SPPT dalam
pencetakkan massal.
37
Penyerahan SPPT
Penyampain SPPT ke wajib pajak sangat menentukan keberhasilan penerimaan PBB-P2. Wajib pajak yang terlambat menerima SPPT dapat mengajukan keberatan atas jatuh tempo dalam SPPT tersebut. Karena
sesuai ketentuan jatu tempo adalah enam bulan setelah diterimanya SPPT.
Tata Cara Pembayaran
Dalam perda nomor 12 tahun 2013 pasal 22 dijelaskan apabila pajak terutang pada saat jatuh tempo pembayaran tidak dibayarkan atau kurang bayar maka dikenakan denda sebesar 2 dua persen sebulan yang
terhitung dari saat jatuh tempo sampai pembayaran untuk jangka waktu paling lama 24 dua puluh empat bulan. Pembayaran pajak terutang dapat dilakukan ditempat yang telah ditunjuk oleh pemda setempat. Wajib
pajak dapat membayar pajak terutang di bank yang telah bekerja sama dengan pemeritah daerah atau melakukan pembayaran pada petugas pemungut pajak.
Pelayanan Ke Wajib Pajak
Jangka waktu penyelesaian permohonan pelayanan PBB-P2 oleh DPPKAD Kabupaten buol paling cepat adalah 5 hari. Tabel 2 merupakan jumlah wajib pajak yang melakukan keberatan, objek pajak baru,
mutasi, pembetulanpenghapusan, penerbitan salinan SPPT pada tahun 2015 :
Tabel 2 Penyelesaian Permohonan Pelayanan PBB-P2 di Kab. Buol Tahun 2015
No. Jenis Pelayanan
Jumlah Masuk Jumlah Selesai
1. Keberatan
15 15
2. Mutasi
34 34
3. PenghapusanPembetulan
50 50
4. Salinan SPPT
- -
5. OP Baru
164 164
Sumber : DPPKAD Kabupaten Buol Pembahasan
1.
Perbandingan Tahapan SISMIOP
Perbandingan tahapan SISMIOP yang dilaksanakan oleh DPPKAD Kabupaten Buol dengan tahapan SISMIOP sesuai pengertian Dirjen Pajak dalam Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep-05PJ.61994 Tentang
Pelaksanaan Sistem Manajemen Informasi Objek Pajak SISMIOP PBB Tahun Anggaran 19941995 dengan penjelasan lebih lanjut oleh Wahyudi :
Tabel 3 Perbandingan Tahapan SISMIOP oleh Waluyo dan DPPKAD Kabupaten Buol
No. Tahapan
SISMIOP Tahapan SISMIOP
Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep-
05PJ.61994
Tahapan SISMIOP DPPKAD Kab. Buol
Ket.
1. Pendaftaran
Pendaftaran objek
pajak baru
dilakukan dengan mengisi SPOP ditempat yang telah ditunjuk oleh
Dirjen Pajak Wajib
pajak dapat
melakukan pendaftaran Objek pajak di Bidang
Pelayanan di DPPKAD dengan mengisi SPOP dengan benar, jelas
dan lengkap Sesuai
2. Pendataan
Objek dan
Subjek Pajak Setelah mengisi SPOP maka akan
dilakukan pendataan mengenai obejk pajak baru
tersebut Pendataan akan dilakukan oleh Seksi
PendataanPenilaian setelah data-data yang dibutuhkan telah diverifikasi
dulu oleh Seksi Verifikasi Sesuai
3. Penilaian
Setelah dilakukannya Pendataan maka akan dilakukan Penilaian untuk NJOP
dari objek pajak tersebutdengan Seksi PendataanPenilaian melakukan
penilaian dengan
pendekatan penilaian
massal atau
individu, Sesuai
38
pendekatan penilaian massal atau individu
penilaian ini sebagai dasar NJOP dari objek pajak tersebut
4. Pemberian
Identitas Objek NOP
Nomor Objek Pajak NOP diberikan pada saat dilakukannya pendaftaran
atau pendataan Seksi
Pelayanan yang
bertugas memberi NOP pada saat objek pajak
baru didaftarkan Sesuai
5. Perekaman Data Proses memasukan data-data kedalam
aplikasi SISMIOP untuk dilakukan penilaian
massal sehingga
menghasilkan NJOP Bumi dan NJOP Bangunan
Data OP Bumi, ZNT-NIR, OP Bangunan, DBKB merupakan data
yang akan dimasukkan kedalam aplikasi SISMIOP untuk dilakukan
penilaian massal dan menghasilkan NJOP Bumi dan NJOP Bangunan
Sesuai
6. Pemeliharaaan
Basis Data Pemeliharaan basis data merupakan
tahapan sismiop yang apabila data- data
objek pajak
mengalami perubahan
sehingga data
harus diperbaharui
Pembaharuan basis data dilakukan oleh
Seksi DataInformasi
di DPPKAD ini dimaksudkan agar data
menjadi akurat Sesuai
7. Pencetakan
Hasil Keluaran Mencetak SPPT, STTS, DHKP
Setelah dilakukan pembaharuan basis data maka akan dilakukan Pencetakan
Massal berupa SPPT, STTS dan DHKP serta daftar tuggakan
Sesuai
8. Pemantauan
Penerimaan atau
Pembayaran Pembayaran dapat dilakukan ditempat
yang ditunjuk
oleh Pemerintah
Daerah Pembayaran dapat dilakukan di Bank
yang terlah bekerja sama dengan pemda setempat atau kepada aparat
pajak yang terlah ditunjuk oleh Pemerintah Daerah
Sesuai
9. Pelayanan Satu
Tempat Permohonan yang diajukan oleh wajib
pajak dapat diselesaikan disatu tempat tanpa harus ketempat yang lainya
Penyelesaian permohonan
wajib pajak berupa pembetulan SPPT, dll
dapat dilakukan di satu tempat yakni DPPKAD, sehingga lebih efisien
Sesuai
Sumber : Data olahan, 2016 Berdasarkan Tabel 3 Tahapan SISMIOP menurut Keputusan Dirjen Pajak Nomor Kep-05PJ.61994
yang telah sesuai dengan yang ada di Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan Aset Daerah Kabupaten Buol. Namun demikian, tahapan tersebut sudah terdapat pada tugas yang dilakukan oleh seksi-seksi yang ada di
bagian pendapatan DPPKAD. Sehingga hal ini lebih memudahkan dalam pelaksanaan SISMIOP di Kabupaten Buol.
2. Pelayanan Kepada Wajib Pajak dan Realisasi Penerimaan