Going Concern, Vol. 11, No. 3 September 2016 | Concern | JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN 13143 26236 1 SM

(1)

PENERAPAN METODE PROCESS COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. CONBLOC INDONESIA SURYA

Christian Ray Wensen, Hendrik Manossoh, Sherly Pinatik

ANALISIS PERBANDINGAN PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS (STUDI KASUS PADA CV. FATHERLAND FARM TONDANO)

Abram Ventura Wardana Putra, Sifrid S. Pangemanan, Heince R. N. Wokas

ANALISIS PENERAPAN VARIABEL COSTING SEBAGAI ALAT UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA AKSAN BAKERY DI MANADO

Tety Darise, David Paul Elia Saerang, Anneke Wangkar

PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBYEK PAJAK (SISMIOP) SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PELAYANAN DAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BUOL

Ardiansyah M. Kadadia, Jullie J. Sondakh, Treesje Runtu

PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN CORPORATE SOCIAl RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Angelika Natalia Joseph, Agus T. Poputra, Victorina Z. Tirayoh

EVALUASI PENGENDALIAN INTERN PADA SIKLUS PENGGAJIAN PT ANEKALOKA INDOTUNA DI BITUNG Maria Marisa Marau, Grace B. Nangoi, Hendrik Manossoh

EFEKTIVITAS KINERJA JURUSITA PAJAK DALAM MELAKUKAN PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MANADO DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BITUNG

Megi Afrilia, Jullie J. Sondakh, Robert Lambey

EVALUASI PENATAUSAHAAN, PENYUSUNAN, DAN PENYAMPAIAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

Grace G Lewedalu, Lintje Kalangi, Jessy D. L. Warongan

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PAJAK DAERAH DI KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

Lonex Dandel Anumpitan, Jantje J. Tinangon, Treesje Runtu

ANALISIS PENERAPAN PSAP NO. 07 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP PADA BALAI PENYANTUNAN LANJUT USIA “SENJA CERAH”

Novita Melina Kumesan, Lintje Kalangi, Robert Lambey

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MINAHASA

Billy Ch. G. Rattu, Agus T. Poputra, Meily Y. B. Kalalo

ANALISIS POTENSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN MINAHASA UTARA

Moningka Tesalonika, Agus T. Poputra, Lidia Mawikere

ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KANTOR KELURAHAN KARAME KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO TAHUN ANGGARAN 2014

Judisty Kaumbang, Sifrid S. Pangemanan, Heince R. N. Wokas

EVALUASI PROSEDUR PEMUNGUTAN CUKAI MINUMAN BERALKOHOL BUATAN DALAM NEGERI PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN C KENDARI

Jenni Febriyanti Kapantouw, Inggriani Elim, Lidia Mawikere

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA SORONG Martha Marice Koibur, Sifrid Pangemanan, Harijanto Sabijono

ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN RAJA AMPAT TAHUN 2010 – 2014

Trivosa Isir, Ventje Ilat, Lidia Mawikere

EVALUASI PENGENDALIAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG ASET TETAP PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI UTARA

Devid Manorek, Jenny Morasa, Harijanto Sabijono

ANALISIS PERBANDINGAN TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 17 DAN TARIF PAJAKPENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2 (STUDY KASUS PADA CV. MELANIA)

Marcelino Ransulangi, Herman Karamoy, Sonny Pangerapan

Vol. 11 No. 3, September 2016

ISSN. 1907-9737

JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS


(2)

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT i

Vol.11,No.3,September 2016

ISSN.1907-9737

GOING CONCERN

JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN

Pelindung

Rektor Universitas Sam Ratulangi

Penanggung Jawab

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT

Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis UNSRAT

Pemimpin Redaksi

Prof. DR. David. P.E. Saerang,SE,M.Com(Hons)

Redaksi Pelaksana

Harijanto Sabijono,SE,MSi,Ak

Lidia Mawikere,SE,MSi,Ak

Hendrik Manossoh,SE,MSi,Ak

Imelda Najoan,SE,MSi,Ak

Dewan Redaksi

DR. Grace Nangoy,SE,MSAc,Ak,CPA

Sifrid S. Pangemanan,SE,MSA

DR. Jullie J. Sondakh,SE,MSi,Ak,CPA

DR.Ventje Ilat,SE,MSi

DR. Herman Karamoy,SE,MSi,Ak

DR. Jenny Morasa,SE,MSi,Ak

DR. Agus T. Poputra,SE,MM,MA,Ak

Victorina Tirayoh,SE,MM,Ak

Linda Lambey,SE,MBA,MA,Ak

Margaretha Bolang,SE,MA,Ak

Peter Kapojos,SE,MSi,Ak

Administrasi & Sirkulasi DR. Jantje Tinangon,SE,MM,Ak

DR. Lintje Kalangi,SE,ME,Ak

Winston Pontoh,SE,MM,Ak

Christian Datu,SE,MSA,Ak

Alamat Redaksi

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado

Jl. Kampus Bahu

Manado, Sulawesi Utara

Telp. (0431) 847472, Fax. (0431) 853584

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern diterbitkan oleh Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sam Ratulangi Manado, dimaksudkan sebagai media pertukaran informasi, penelitian dan karya ilmiah antara pengajar, alumni, mahasiswa dan masyarakat pada umumnya. Jurnal ini terbit empat kali setahun yaitu bulan Maret, Juni, September, Desember.

Redaksi menerima naskah yang belum pernah diterbitkan oleh media dan tinjauan atas buku-buku akuntansi terbitan dalam dan luar negeri yang baru serta catatan/komentar atas artikel yang dimuat dalam jurnal ini.

Surat menyurat mengenai naskah yang akan diterbitkan langganan, keagenan, dan lainnya dapat dialamatkan langsung ke alamat redaksi atau melalui email : goingconcern2013@yahoo.com


(3)

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT ii

Vol.11,No.3,September 2016

ISSN.1907-9737

GOING CONCERN

JURNAL RISET AKUNTANSI GOING CONCERN

DAFTAR ISI

PENERAPAN METODE PROCESS COSTING SYSTEM DALAM PENENTUAN HARGA POKOK PRODUKSI PADA PT. CONBLOC INDONESIA SURYA

Christian Ray Wensen, Hendrik Manossoh, Sherly Pinatik ... 1-10 ANALISIS PERBANDINGAN PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS (STUDI KASUS PADA CV. FATHERLAND FARM TONDANO)

Abram Ventura Wardana Putra, Sifrid S. Pangemanan, Heince R. N. Wokas... 11-21 ANALISIS PENERAPAN VARIABEL COSTING SEBAGAI ALAT UNTUK MENGHITUNG HARGA POKOK PRODUKSI PADA AKSAN BAKERY DI MANADO

Tety Darise, David Paul Elia Saerang, Anneke Wangkar ... 22-30 PENERAPAN SISTEM MANAJEMEN INFORMASI OBYEK PAJAK (SISMIOP) SEBAGAI SARANA PENINGKATAN PELAYANAN DAN PENERIMAAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN DI KABUPATEN BUOL

Ardiansyah M. Kadadia, Jullie J. Sondakh, Treesje Runtu ... 31-40 PENGARUH KINERJA KEUANGAN DAN CORPORATE SOCIAl RESPONSIBILITY (CSR) TERHADAP NILAI PERUSAHAAN MANUFAKTUR YANG TERDAFTAR DI BURSA EFEK INDONESIA

Angelika Natalia Joseph, Agus T. Poputra, Victorina Z. Tirayoh ... 41-50 EVALUASI PENGENDALIAN INTERN PADA SIKLUS PENGGAJIAN PT ANEKALOKA INDOTUNA DI BITUNG

Maria Marisa Marau, Grace B. Nangoi, Hendrik Manossoh ... 51-56 EFEKTIVITAS KINERJA JURUSITA PAJAK DALAM MELAKUKAN PENAGIHAN PAJAK PADA KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA MANADO DAN KANTOR PELAYANAN PAJAK PRATAMA BITUNG

Megi Afrilia, Jullie J. Sondakh, Robert Lambey ... 57-65 EVALUASI PENATAUSAHAAN, PENYUSUNAN, DAN PENYAMPAIAN LAPORAN PERTANGGUNGJAWABAN BENDAHARA PADA BADAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAN ASET DAERAH KABUPATEN MALUKU TENGGARA BARAT

Grace G Lewedalu, Lintje Kalangi, Jessy D. L. Warongan ... 66-73 ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK PENERANGAN JALAN TERHADAP PAJAK DAERAH DI KABUPATEN KEPULAUAN TALAUD

Lonex Dandel Anumpitan, Jantje J. Tinangon, Treesje Runtu... 74-85 ANALISIS PENERAPAN PSAP NO. 07 TENTANG AKUNTANSI ASET TETAP PADA BALAI PENYANTUNAN LANJUT USIA “SENJA CERAH”

Novita Melina Kumesan, Lintje Kalangi, Robert Lambey ... 86-96 ANALISIS EFEKTIVITAS DAN KONTRIBUSI PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN MINAHASA


(4)

Jurnal Riset Akuntansi Going Concern FEB UNSRAT iii ANALISIS POTENSI DAN EFEKTIVITAS PENERIMAAN DAN PEMUNGUTAN PAJAK MINERAL BUKAN LOGAM DAN BATUAN SEBAGAI SUMBER PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KABUPATEN MINAHASA UTARA

Moningka Tesalonika, Agus T. Poputra, Lidia Mawikere ... 106-114 ANALISIS PENYUSUNAN ANGGARAN PADA KANTOR KELURAHAN KARAME KECAMATAN SINGKIL KOTA MANADO TAHUN ANGGARAN 2014

Judisty Kaumbang, Sifrid S. Pangemanan, Heince R. N. Wokas ... 115-124 EVALUASI PROSEDUR PEMUNGUTAN CUKAI MINUMAN BERALKOHOL BUATAN DALAM NEGERI PADA KANTOR PENGAWASAN DAN PELAYANAN BEA DAN CUKAI TIPE MADYA PABEAN C KENDARI

Jenni Febriyanti Kapantouw, Inggriani Elim, Lidia Mawikere ... 125-133 ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DI KOTA SORONG

Martha Marice Koibur, Sifrid Pangemanan, Harijanto Sabijono ... 134-142 ANALISIS KONTRIBUSI PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN ASLI DAERAH DI KABUPATEN RAJA AMPAT TAHUN 2010 – 2014

Trivosa Isir, Ventje Ilat, Lidia Mawikere ... 143-149 EVALUASI PENGENDALIAN AKUNTANSI ASET TETAP BERDASARKAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 71 TAHUN 2010 TENTANG ASET TETAP PADA DINAS TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI PROVINSI SULAWESI UTARA

Devid Manorek, Jenny Morasa, Harijanto Sabijono ... 150-161 ANALISIS PERBANDINGAN TARIF PAJAK PENGHASILAN PASAL 17 DAN TARIF PAJAKPENGHASILAN PASAL 4 AYAT 2 (STUDY KASUS PADA CV. MELANIA)


(5)

1

PENERAPAN METODE

PROCESS COSTING SYSTEM

DALAM PENENTUAN HARGA

POKOK PRODUKSI PADA PT. CONBLOC INDONESIA SURYA

Christian Ray Wensen1 Hendrik Manossoh2

Sherly Pinatik3

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi Manado email : wensen_christian@yahoo.com

ABSTRACT

Process costing is a system of pricing of basic products used in industrial production that organizes

activities for a specific product based on an ongoing basis without specific demands from certain

customers. Basic principles of process costing that accrue costs of operations or a specific department

for one full period (monthly, quarterly, annually) and then dividing by the number of units produced

during the period. This study aimed to quantify the cost of production by using the method of process

costing at PT. Conbloc Indonesia Surya. Methods of data analysis used this research is descriptive

qualitative research method, where the study was conducted by collecting data company, and analyze

the collected data and provide particulars faced. Authors collected data were interviews and

documentation. Based on the results of the study showed that the cost allocation made by PT. Conbloc

Indonesia Surya yet remained, should the cost of water input into the cost of raw materials instead of

factory overhead costs.


(6)

2

PENDAHULUAN Latar Belakang

Setiap perusahaan bertujuan untuk mendapatkan laba semaksimal mungkin untuk mempertahankan kelangsungan hidup perusahaan dan memperluas perusahaan. Sehingga bagi seorang pimpinan akan terus meningkatkan laba yang akan diperoleh, karena jumlah yang dihasikan dapat digunakan sebagai ukuran kemajuan perusahaan dan juga sebagai gambaran keberhasilan seorang pemimpin dalam manajemen perusahaan. Laba dapat diperoleh apabila perusahaan mampu bersaing dengan perusahaan yang sejenis. Persaingan ini selain dari mutu yang dihasilkan, juga persaiangan dalam menentukan harga jual. Konsumen biasanya akan mencari produk dengan harga yang wajar dengan kualitas yang tinggi.

Penentuan harga pokok produksi merupakan hal yang sangat penting bagi perusahaan industri, karena selama proses masukan (bahan mentah) menjadi keluaran (bahan jadi) begitu banyak biaya-biaya yang terjadi dalam perusahaan, misalnya : biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya pabrik tidak langsung. Biaya-biaya tersebut harus diperhitungkan untuk menentukan besarnya biaya produksi untuk memproduksi suatu jenis produk pada unit tertentu, atau dapat dikatakan untuk penentuan harga pokok produksi pada suatu produk yang diproduksi. Dalam kebanyakan bisnis manfaktur, biaya produksi dipertanggungjawabkan menggunakan salah satu dari dua jenis sistem akumulasi biaya, yaitu sistem perhitungan biaya berdasarkan pesanan (job order costing system) dan sistem perhitungan biaya berdasarkan proses (process costing system). Tujuan penting dari sistem dari perhitungan biaya manapun adalah untuk menentukan biaya dari barang atau jasa yang dihasilkan oleh perusahaan. Sodikin (2015 : 69), Metode penentuan biaya proses adalah metode pengumpulan biaya produk berdasar proses. Metode ini digunakan oleh perusahaan pemanfakturan yang membuat produk massa. Perusahaan-perusahaan yang membuat bumbu masak, minyak kelapa sawit, dan kertas adalah contoh-contoh perusahaan yang menggunakan metode penentuan biaya proses.

PT. Conbloc Indonesia Surya adalah salah satu anak perusahaan Conbloc Grup, yang berada di Sulawesi Utara dan merupakan perusahaan yang mengembangkan usahanya dalam kategori industri bahan bangunan, perusahaan ini menghasilkan produk berupa paving dan beberapa produk lainnya, namun paving merupakan main product diantara produk lainnya. Perusahaan semaksimal mungkin mempertahankan kualitas dalam hal memproduksi produk. Namun, perusahaan terkadang melakukan sedikit kesalahan dalam jumlah kapasitas produksi demi menggapai laba maksimum dalam satu periode. Berdasarkan analisis awal yang dilakukan, perusahaan ini masih belum mengetahui secara tepat dalam pengalokasian biaya, masih banyak yang perlu diperhatikan dalam mengalokasikan biaya, karena akan berpengaruh dalam menentukan harga pokok produksi dan penetapan harga jual.

Tujuan Penelitian

Tujuan dalam penelitian ini adalah untuk menghitung harga pokok produksi dengan menggunakan metode process costing dan membandingkan perhitugan yang dilakukan pada PT. Conbloc Indonesia Surya.

TINJAUAN PUSTAKA Konsep Akuntansi

Akuntansi memiliki peranan yang sangat besar sebagai alat pembantu dalam pengambilan keputusan-keputusan ekonomi. Bagi dunia usaha, akuntansi sangat dibutuhkan untuk membantu melancarkan tugas manajemen, khususnya dalam melaksanakan fungsi perencanaan dan pengawasan. Oleh sebab itu akuntansi banyak dipelajari oleh para usahawan.

Definisi akuntansi menurut beberapa ahli, yaitu sebagai berikut :

Horngren (2013 : 4) mengungkapkan bahwa akuntansi adalah sistem informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses data menjadi laporan dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pengambil keputusan. Akuntansi adalah system informasi yang mengukur aktivitas bisnis, memproses informasi menjadi laporan keuangan, dan mengkomunikasikan hasilnya kepada para pembuat keputusan (Oentoe, 2013)

Sujarweni (2015 : 1), akuntansi adalah proses dari transaksi yang dibuktikan dengan faktur, lalu dari transaksi dibuat jurnal, buku besar, neraca lajur, sehingga menghasilkan informasi dalam bentuk laporan keuangan yang dapat digunakan oleh pihak-pihak tertentu.


(7)

3 Akuntansi Biaya

Akuntansi yang kegiatannya bertujuan menyediakan informasi biaya bagi manajemen disebut akuntansi biaya. Surjadi (2013 : 1), akuntansi biaya (cost accounting) adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan, dan penyajian biaya-biaya pembuatan dan penjualan produk atau penyerahan jasa dengan cara-cara tertentu beserta penafsiran terhadap hasilnya.

Konsep Biaya

Biaya merupakan sumber ekonomi, yang diukur dalam satuan uang, yang telah terjadi atau yang kemungkinan terjadi untuk tujuan tertentu atau pengukuran aktiva brersih akibat digunakannya jasa-jasa ekonomis untuk menciptakan pendapatan pada saat ini atau masa mendatang. Umumnya biaya dihubungkan dengan jenis-jenis organisasi, yaitu organisasi bisnis, organisasi non bisnis, perusahaan manufaktur, perusahaan dagang, dan perusahaan jasa. Jenis biaya yang terjadi dan cara pengelompokkannya tergantung pada jenis organisasinya (Tulende, 2014). Hongren,dkk.(2013 : 18), biaya didefinisikan sebagai suatu sumber daya yang dikorbankan (sacrified) atau dilepaskan (forgone) untuk mencapai tujuan tertentu. Suatu biaya biasanya diukur dalam unit uang yang harus dikeluarkan dalam rangka mendapatkan barang dan jasa. Biaya yang dibebankan pada produk membantu keputusan penetapan harga dan untuk menganalisis bagaimana tingkat profitabilitas produk yang berbeda.

Biaya Produksi

Sodikin (2015 : 23), Biaya produk adalah biaya untuk memperoleh atau membuat barang atau produk. Biaya ini dipertemukan (ditandingkan) dengan pendapatan pada perioda penjualan produk. Biaya produk pada perusahaan manfaktur adalah biaya baik langsung maupun taklangsung yang dikeluarkan untuk membuat barang atau produk pada perusahaan dagang, biaya produk terdiri atas biaya untuk memperoleh barang dagang, yang meliputi, antara lain, harga beli dan biaya pengangkutan. Biaya produk baik pada perusahaan dagang maupun pada perusahaan pemanfakturan disebut juga inventoriable cost, artinya biaya yang dapat diletakan kepada persediaan (inventory).

Harga Pokok Produksi

Menurut Hansen & Mowen (2010 : 162), harga pokok produksi adalah biaya dari bahan baku langsung dan biaya tenaga kerja langsung pada produk dengan penelusuran langsung dengan dibebankan biaya overhead pabrik secara spesifik menggunakan penelusuran penggerak aktivitas tingkat unit dan alokasi. Pembebanan harga pokok produksi adalah pembebanan unrur biaya produksi terhadap produk yang dihasilkan dari suatu proses produksi, artinya penentuan biaya yang melekat pada produk jadi dan persediaan barang dalam proses (Malue, 2013).

Harga Pokok Proses

Samryn (2012 : 116), harga pokok proses adalah suatu sistem penetapan harga pokok produk yang digunakan dalam industri yang menyelenggarakan kegiatan produksi untuk suatu produk tertentu secara berkelanjutan tanpa berdasarkan permintaan yang spesifik dari pelanggan tertentu. Sebagai akuntansi untuk perusahaan industri, antara harga pokok pesanan dengan harga pokok proses pada dasarnya memiliki banyak perseamaan. Pertama dilihat dari tujuan dasarnya, kedua sistem produksi sama-sama membebankan bahan baku, tenaga kerja, dan biaya overhead pada produk dalam suatu mekanisme perhitungan harga pokok per unit produk. Kedua, kedua sistem menggunakan dasar akun pabrikasi yang sama, sebagai media pencatatan dan pengumpulan data biayanya. Arus fisik produksinya sama-sama melibatkan overhead pabrik, bahan baku, barang dalam proses, dan barang jadi. Ketiga, arus fisik dan biaya dalam akun pabrikasi pada dasarnya sama pada kedua sistem tersebut.


(8)

4 Penelitian Terdahulu

Dewi Amorita (2011) dengan judul Analisis Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin PT Alkarin Mariendal. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui apakah penerapan process costing system dalam penentuan harga pokok produksi telah sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum (PABU). Metode yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menujukkan pengalokasian biaya-biaya masih belum sesuai dikarenakan masih adanya biaya yang tidak dimasukkan dalam harga pokok produksi. sehingga harga pokok produksi menjadi lebih kecil, Dimana biaya-biaya tersebut dimasukkan kedalam beban operasional.

Helmina Batubara (2013) dengan judul Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing Pada Pembuatan Etalase kaca dan Alumunium di UD. Istana Alumunium Manado. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penentuan harga pokok produksi dengan metode perusahaan dan perbandingan dengan metode full costing yang dilakukan perusahaan. Metode yang digunakan adalah metode pendekatan deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan penulis menemukan memasukkan semua biaya kedalam biaya produksi yaitu biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, biaya overhead pabrik dan biaya administrasi, hal ini menyebabkan penentuan harga pokok produksi jadi lebih tinggi dan berdampak terhadap penentuan harga jual.

METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif, yaitu suatu pendekatan investigasi karena peneliti mengumpulkan data dengan cara bertatap muka langsung dan berinteraksi dengan orang-orang di tempat penelitian. Jenis penelitian dilakukan langsung ke sumber data, pengumpulan data menggunakan instrument penelitian, dan data yang terkumpul berupa visi dan misi perusahaan, struktur organisasi, dan informasi biaya-biaya perusahaan PT. Conbloc Indonesia Surya.

Tempat Penelitian

Tempat penelitian dilakukan pada PT. Conbloc Indonesia Surya yang berlokasi di jln. Raya Manado-Bitung, Lingkungan V, Kelurahan Manembo-nembo bawah, Kecamatan Matuari, Kota Bitung. Waktu penelitian adalah dalam waktu dua bulan, yaitu dari bulan Februari hingga bulan maret 2016.

Prosedur Penelitian

Tahap penelitian yang berhubungan dengan masalah yang diteliti, tahapan-tahapan tersebut sebagai berikut.

1.

Survey Pendahuluan

Dalam penelitian ini objek yang akan diteliti adalah PT. Conbloc Indonesia Surya yang merupakan jenis usaha dalam kategori industri bahan bangunan, perusahan ini menghasilkan produk berupa paving. Setelah menentukan objek yang akan digunakan, selanjutnya mengidentifikasi gambaran umum perusahaan.

2.

Identifikasi Masalah

Mengidentifikasi masalah yang akan diangkat dalam penelitian ini. Kemudian menentukan judul penelitian yang sesuai.

3.

Pengumpulan Data

Pengumpulan data berupa suatu pernyataan tentang sifat, keadaan, kegiatan tertentu dan sejenisnya.

4.

Analisis Data

Setelah memperoleh data yang diperlukan, penulis menganalisa data-data yang telah dikumpulkan dan mengolah data-data tersebut sesuai dengan rumusan masalah yang telah ditentukan sebelumnya.

5.

Penarikan Kesimpulan

Setelah melakukan penelitian, maka penulis mengambil kesimpulan atas hasil dari analisa dan interprestasi data yang dilengkapi dengan saran-saran.


(9)

5 Metode Pengumpulan Data

Metode yang digunakan dalam mengumpulkan data adalah wawancara dan dokumentasi.

1.

Wawancara, yaitu teknik pengumpulan data primer dari para pihak yang dijadikan informan peneliti. Tekinik wawancara dilakukan dengan mempersiapkan terlebih dahulu pedoman wawancara. Pedoman wawancara tesebut berisi pokok-pokok pertanyaan untuk diajukan kepada perusahaan.

2.

Dokumentasi, yaitu melalui pengambilan data-data dari catatan dan dokumen yang diperlukan sesuai dengan masalah yang diteliti. Catatan dan dokumen tersebut berupa laporan keuangan bulanan perusahaan PT. Conbloc Indonesia Surya.

Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif. Metode deskriptif bersifat sistematis, terencana, dan terstruktur sejak awal penelitian. Metode ini merupakan suatu metode yang bertujuan untuk menguraikan, membandingkan memberikan gambaran perusahaan dan menerangkan suatu data kemudian dianalisis sehingga dapat membuat kesimpulan sesuai dengan informasi dan data yang telah ada.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Gambaran Umum Objek Penelitian

Pada awal dekade 1970, yaitu pada tahun 1974, Conbloc didirikan dijakarta. Merupakan perusahaan yang merintis serta memperkanalkan produk paving beton untuk konstruksi jalan yang dapat dipakai sebagai alternatif perkerasan jalan dengan tingkat pemeliharaan lebih mudah serta biaya lebih kecil. Selama beberapa dekade, Conbloc telah berkembang menjadi group usaha terpadu yang secara struktural operasional didukung oleh tim kerja profesional serta sumber daya manusia yang terampil dan berpengalaman. Dedikasi tinggi serta memelihara komitmen di dalam badan manajemen merupakan hal yang harus tetap dilakukan. Tanpa hal itu tidaklah mungkin kami dapat bertahan di dalam persaingan usaha. Sejauh ini, Conbloc telah menjadi perintis sekaligus telah berada pada posisi terdepan dalam dunia usaha manfaktur paving beton dan produk beton lain. Hingga saat ini, satu hal yang tidak akan berubah dari citra Conbloc adalah upaya dan langkah inovatif dalam konsep dan desain bagi perkembangan teknologi perkerasan jalan, paving dan produk beton lainnya. Walaupun demikian, semua ini tanpa mengabaikan kepuasan pelanggan dan selalu berusaha memelihara hubungan baik dengan mitra usaha. Sebagai cabang dari perusahaan manufaktur yang mempunyai sertifikat ISO 9001:2000 untuk system manajemen mutu, PT. Conbloc Indonesia Surya didirikan pada bulan juni 2004 di Bitung, Sulawesi Utara. Selain manajemen dan sumber daya yang solid, kelengkapan bidang usaha ini didukung oleh mesin penghasil paving beton yang berteknologi tinggi. Kami membuat produk beton pracetak dengan kualitas terbaik serta telah teruji dengan seksama di bawah pengawasan team yang berpengalaman. Oleh karenanya kualitas produk beton yang kami hasilkan merupakan produk beton dengan kualitas baik dan terjamin.

Hasil Penelitian

Biaya Produksi Pada PT. Conbloc Indonesia Surya

Berdasarkan data yang telah penulis peroleh di perusahaan, maka yang menjadi biaya produksi pada PT. Conbloc Indonesia Surya terbagi atas tiga, yaitu:

biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik. 1. Biaya bahan baku

Bahan baku merupakan bahan yang tercampur langsung pada produk jadi yang akan dihasilkan. Bahan baku yang digunakan untuk menghasilkan sebuah paving pada PT. Conbloc Indonesia Surya adalah semen, pasir halus, pasir kasar (gros), abu batu dan split 10/5. Berikut merupakan penyajian langsung yang ditampilkan dalam bentuk tabel.


(10)

6 Tabel 1

Biaya Bahan Baku Untuk Memproduksi Paving Bulan November 2015 Dalam (Rp) Untuk 559.000 buah paving

No Jenis bahan baku Jumlah Harga (Rp) Total harga (Rp)

1 Semen 4.800 sak 58.000 278.400.000

2 Pasir halus 24 dam 180.000 4.320.000

3 Pasir kasar 120 dam 140.000 16.800.000

4 Abu batu 72 dam 1.050.000 75.600.000

5 Split 10/5 50 dam 875.000 42.000.000

TOTAL 417.120.000

Sumber: PT. Conbloc Indonesia Surya (2015)

Seperti yang dapat dilihat ditabel 4.1, perusahaan mengeluarkan Rp. 417.120.000 untuk total biaya bahan baku dalam satu bulan pembuatan paving. Lebih jelasnya, PT. Conbloc Indonesia Surya menggunakan 16 kapsul semen untuk setiap bulan ( 1 kapsul terdiri dari 300 sak semen) jadi 16 kapsul semen terdiri dari 4.800 sak semen dengan harga satuan Rp. 58.000, 24 dam pasir halus per bulan dengan harga satuan Rp. 180.000, 120 dam pasir kasar untuk penggunaan setiap bulan dengan harga satuan Rp. 140.000, abu batu 72 dam per bulan dengan harga satuan Rp. 1.050.000, serta split (ukuran 10/5) 50 dam per bulan dengan harga satuan Rp. 875.000.

2. Biaya tenaga kerja langsung

Yang termasuk dalam biaya tenaga kerja langsung adalah semua tenaga kerja yang terlibat secara langsung dalam kegiatan produksi untuk sehari-harinya, yaitu pekerja pabrik. Seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membayar upah tenaga kerja langsung dimasukkan sebagai bagian dari biaya produk yang membentuk harga pokok produksi.

Pemberian gaji karyawan pada PT. Conbloc Indonesia Surya ditentukan berdasarkan jabatan masing-masing serta lamanya bekerja. Pemberian gaji secara bulanan. Jumlah karyawan tenaga kerja langsung dalam proses produksi paving berjumlah 26 orang.

Berikut adalah ketentuan mengenai biaya tenaga kerja langsung pada PT. Conbloc Indonesia Surya. a. Gaji pokok untuk tenaga kerja langsung Rp. 86.000 per hari.

b. Tunjangan-tunjangan yang diberikan untuk setiap karyawan adalah sebagai berikut. 1) Tunjangan asuransi sebesar Rp. 35.000 per bulan.

2) Tunjangan transportasi dan makan sebesar Rp. 20.000 per hari.

Sehingga dapat dihitung biaya tenaga kerja langsung pada PT. Conbloc Indonesia Surya untuk bulan November 2015 adalah sebagai berikut.

Biaya tenaga kerja langsung (26 orang) a. Gaji pokok @Rp. 86.000 (25 hari)

Rp. 86.000 x 26 orang x 25 hari Rp. 55.900.000 b. Tunjangan asuransi

Rp. 35.000 x 26 orang Rp. 910.000

c. Tunjangan transportasi dan makan

Rp. 20.000 x 26 orang x 25 hari Rp. 13.000.000

TOTAL Rp. 69.810.000

3. Biaya overhead pabrik

Selain biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung tentunya ini merupakan salah satu biaya yang tidak dapat dipisahkan ketika proses produksi. Pada PT. Conbloc Indonesia Surya adapula biaya-biaya yang dapat dikategorikan sebagai biaya overhead pabrik seperti biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya minyak dan oli, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, biaya listrik maupun biaya telepon dan masih ada beberapa yang lain. Biaya overhead ini sulit untuk diidentifikasi maka harus dapat dianalisa sebaik mungkin oleh perusahaan sesuai dengan infomasi-informasi yang ada. Berikut merupakan penyajian langsung yang ditampilkan dalam bentuk tabel.


(11)

7 Tabel 2

Biaya Overhead Pabrik Untuk Memproduksi Paving Bulan November 2015 Dalam (Rp) Untuk 559.000 buah paving

No Jenis biaya overhed Total harga (Rp)

1 Biaya tenaga kerja tidak langsung 30,750,000

2 Biaya perlengkapan pabrik 10,800,000

3 Biaya reparasi dan pemeliharaan mesin 5,000,000

4 Penyusutan gedung 7,500,000

5 Penyusutan mesin 7,500,000

6 Listrik dan telepon 5,500,000

7 Biaya operasional 126,576,000

TOTAL 193,626,000

Sumber: PT. Conbloc Indonesia Surya (2015)

Seperti yang dapat dilihat ditabel 4.2, perusahaan mengeluarkan Rp. 193.626.000 untuk total biaya overhead pabrik dalam satu bulan pembuatan paving, untuk biaya operasional perusahaan menggunakan 6 unit mobil dam truk yang dibagi menjadi 2 bagian, yaitu 3 unit mobil dam truk dipakai untuk mengangkut material seperti pasir dan split, dan 3 unit mobil dam truk dipakai untuk membawa pesanan paving yang sudah selesai dicetak kepada konsumen, yang termasuk biaya operasional adalah membayar upah sopir, upah kenek, dan bahan bakar minyak. Cara perhitungannya yaitu setiap mobil dalam satu hari mengagkut material maupun mengantar paving kepada konsumen sebanyak 3 kali (tiga ret), jadi total dalam satu hari 6 unit mobil dam truk melakukan tugasnya sebanyak 18 kali.

Penetapan Harga Pokok Produksi

Setelah setiap elemen-elemen biaya yang timbul dari jumlah yang diperhitungkan dalam penentuan harga pokok paving yang dihasilkan perusahaan, maka berikut akan disajikan metode perhitungan yang diterapakan perusahaan dengan menggunakan metode variable costing dalam laporan harga pokok produksi paving.

Laporan perhitungan harga pokok produksi paving bulan November 2015.

Biaya bahan baku 417.120.000

Biaya tenaga kerja langsung 69.810.000

Biaya overhead pabrik 193.626.000 +

Total biaya produksi 680.556.000

Jadi, harga pokok per unit adalah : HPP = 680.556.000 / 559.000 = Rp. 1.217,452 yang dibulatkan menjadi Rp. 1.250 / buah

Penetapan Harga Jual Paving

Seperti yang diketahui harga jual atau selling price merupakan harga yang dibebankan kepada konsumen yang diperoleh atau dihitung dari biaya produksi ditambahkan dengan laba yang diharapkan. Untuk menetapkan harga jual produk ada beberapa hal yang harus diketahui mengenai presentase keuntungan yang diharapkan sehingga pemecahan dalam menetapkan keuntungan yang tidak terlalu tinggi maupun telalu rendah, karena dengan presentase keuntungan yang terlalu tinggi akan menyebabkan kerugian bagi perusahaan karena dapat membuat konsumen beralih pada perusahaan lain yang sejenis, namun jika terlalu rendah maka laba yang akan diperoleh tidak akan sesuai dengan yang diharapkan. Dalam hal ini perusahaan menetapkan laba sebesar 40% dari total biaya per unit. Pada PT. Conbloc Indonesia Surya, dalam menetapkan harga jual menggunakan formula sebagai berikut.

Harga Jual = Total Biaya per Unit + Laba Yang Diharapkan

Berdasarkan informasi harga pokok produk yang diperoleh dari perusahaan maka perhitungan harga jual paving pada PT. Conbloc Indonesia Surya dapat dihitung sebagai berikut.

Biaya pe unit = 680.556.000 / 559.000 = Rp. 1.217.452 yang dibulatkan menjadi Rp. 1.250 / buah. Laba yang diharapkan 40% x Rp. 1.250 = Rp. 500


(12)

8 Pembahasan

Penerapan Metode Process Costing dalam Penentuan Harga Pokok Produki

Perusahaan ini menghitung harga pokok produksi berdasarkan biaya-biaya yang benar terjadi dan dihitung pada akhir periode. Penentuan harga pokok produksi pada PT. Conbloc Indonesia Surya adalah dengan metode process Costing, dimana harga pokok per unit diperoleh dengan membagi semua biaya produksi dengan jumlah unit produksi.

Berdasarkan data pada perusahaan, untuk harga pokok produksi per unit perusahaan membagi seluruh biaya-biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi paving dengan jumlah paving yang diproduksi.

Pada bulan November 2015, perusahaan membuat paving sebanyak 559.000 unit paving (13.000 m3), pada akhir November produk selesai yang ditransfer ke gudang sebanyak 473.000 unit paving (11.000 m3), sedangkan yang 86.000 unit paving (2000 m3) masih dalam proses dengan tingkat penyerapan biaya bahan baku 100%, biaya tenaga kerja 75%, dan biaya overhead pabrik 80%. Keterangan (1m3 = 43 buah paving)

Berdasarkan data yang telah diperoleh, dapat dilihat perhitungan harga pokok produksi pada table 4.3. Tabel 4.3Laporan Biaya Produksi Bulan November 2015

PT. Conbloc Indonesia Surya Laporan Biaya Produksi Untuk bulan November 2015 Skedul Kuantitas

Produk masuk proses 559.000 unit

Produk selesai 473.000 unit

Produk dalam proses (100% Bahan baku,

75% Tenaga kerja, 80% BOP) 86.000 unit 559.000 unit

Biaya Dibebankan

Elemen Biaya Total Biaya Biaya Per Unit Bahan Baku Rp. 417.120.000 Rp. 746,189

Tenaga Kerja Rp. 69.810.000 Rp. 129,879

Overhaed Pabrik Rp. 193.626.000 Rp. 357,375

Total biaya yang harus dipertanggungjawabkan Rp. 680.556.000 Rp. 1.233,443 Pertanggungjawaban Biaya

Biaya produk selesai (473.000 x 1.233,443) Rp. 583.413.809 Produk dalam proses:

Bahan baku (86.000 x 100% x 746,189) Rp. 64.172.254 Tenaga kerja (86.000 x 75% x 129,879) Rp. 8.377.196

Overhead pabrik (86.000 x 80% x 357,375) Rp. 24.587.400 Rp. 97.136.850

Total biaya yang dipertanggungjawabkan Rp. 680.556.000

Perhitungan Tambahan:

Unit ekuivalen: Bahan baku = 473.000 + (86.000 x 100%) = 559.000 Tenaga kerja = 473.000 + (86.000 x 75%) = 537.500 Overhead pabrik = 473.000 + (86.000 x 80%) = 541.800 Biaya per unit: Bahan baku = Rp. 417.120.000 : 559.000 = Rp. 746,189 Tenaga kerja = Rp. 69.810.000 : 537.500 = Rp. 129,879 Overhead pabrik = Rp. 193.626.000 : 541.800 = Rp. 357.375

Sumber: PT. Conbloc Indonesia Surya (2015)

Sesuai perhitungan metode proses costing dalam penentuan harga pokok produksi dalam PT. Conbloc Indonesia Surya dapat dilihat bahwa total biaya bahan baku yang dibebankan pruduk dalam proses adalah Rp. 64.172.254, didapat dari jumlah unit produksi produk dalam proses dikali dengan total presentase atau tingkat penyerapan yang dibebankan dikali dengan biaya per unit. Sedangkan biaya tenaga kerja produk dalam proses adalah Rp. 8.377.196, dan biaya overhead pabrik produk dalam proses adalah Rp. 24.587.400.


(13)

9

Maka total biaya produksi produk dalam proses adalah sebesar Rp. 97.136.850, didapat dari jumlah biaya bahan baku dalam proses ditambah biaya tenaga kerja langsung dalam proses ditambah dengan biaya overhead pabrik dalam proses.

Setelah menghitung biaya produksi produk dalam proses, kita menentukan biaya per unit dengan menggunakan perhitungan metode process costing, sebelum menentukan biaya per unit dilakukan terlebih dahulu perhitungan tambahan yaitu unit ekuivalen produksi. Untuk unit ekuivalen produksi biaya bahan baku adalah produk selesai (473.000 unit) ditambah dengan hasil dari produk dalam proses (86.000 unit) dikali dengan tingkat penyelesaian bahan baku (100%). Jadi hasil perhitungan unit ekuivalen produksi bahan baku adalah 559.000 unit. Sedangkan unit ekuivalen produksi tenaga kerja adalah 537.500 unit, dan unit ekuivalen overhead pabrik adalah 541.800 unit. Setelah menentukan unit ekuivalen pada setiap elemen biaya, kita menghitung biaya per unit pada setiap elemen biaya. Biaya per unit bahan baku adalah total biaya bahan baku (Rp. 417.120.000) dibagi dengan unit ekuivalen biaya bahan baku (559.000 unit). Jadi hasil perhitungan biaya per unit pada bahan baku adalah Rp. 746,189. Sedangkan biaya per unit tenaga kerja adalah Rp. 129,879, dan biaya per unit overhead pabrik adalah Rp. 357,375.

Maka total biaya per unit adalah sebesar Rp. 1.233,443, didapat dari jumlah biaya per unit bahan baku ditambah biaya per unit tenaga kerja ditambah biaya per unit overhead pabrik.

Berdasarkan data-data yang diperoleh penulis dari perusahaan maka biaya produksi yang termasuk dalam harga pokok produksi dengan metode process costing adalah biaya bahan baku, biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik.

a. Biaya bahan baku

Menurut perhitungan perusahaan biaya air dimasukan dalam biaya overhead pabrik bukan dalam biaya bahan baku.

b. Biaya tenaga kerja langsung

Biaya tenaga kerja langsung telah sesuai dialokasikan dalam penentuan harga pokok produksi dengan metode process costing, yang terdiri dari gaji pokok, tunjangna asuransi, tunjangan transport dan uang makan, dimana tenaga kerja langsung tersebut adalah karyawan-karyawan yang langsung terlibat dalam proses produksi paving.

c. Biaya overhead pabrik

Biaya overhead pabrik telah sesuai dialokasikan dalam penentuan harga pokok produksi dengan metode process costing, yang terdiri dari biaya tenaga kerja tidak langsung, biaya perlengkapan pabrik, biaya reparasi dan pemeliharaan mesin, penyusutan gedung, penyusutan mesin, listrik dan telepon, biaya operasional.

Perbandingan Perhitungan Harga Pokok Produksi dengan Menggunakan Metode Variabel Costing dan Metode Process Costing

Setelah menghitung harga pokok produksi dengan metode harga pokok proses (process costing), dapat dibandingkan dengan metode perhitungan harga pokok produksi yang digunakan oleh PT. Conbloc Indonesia Surya yaitu metode variabel costing. Ada beberapa persamaan dan perbedaan antara kedua metode tersebut.

Persamaan dari metode variabel costing dan process costing yaitu sama-sama bertujuan biaya bahan baku, tenaga kerja langsung, dan overhead pabrik ke produk dan mekanisme menentukan harga pokok perunit.

Perbedaannya yaitu cara perhitungan dalam menentukan harga pokok produksi. Jika menghitung harga pokok perunit dengan menggunakan perhitungan metode variabel costing yaitu menjumlahkan seluaruh biaya produksi (bahan baku, tenaga kerja langsung, overhead pabrik) kemudian dibagi dengan jumlah unit produksi pada periode tersebut. Sedangkan menggunakan perhitungan metode harga pokok proses (process costing) berbeda dengan metode variabel costing dimana metode sebelumnya menghitung harga pokok perunit menjumlahkan biaya produksi kemudian dibagi dengan jumlah unit produksi tanpa memandang produk dalam proses atau produk yang belum selesai diproduksi. Jika menghitung dengan menggunakan metode process costing seluruh biaya tidak langsung dibagi dengan jumlah unit produk yang akan diproduksi, karena akan ada produk selesai dan produk dalam proses. Metode ini menggunakan perhitungan tambahan (unit ekuivalen), unit ekuivalen adalah penyetaraan produk dalam proses tersebut menjadi produk jadi.


(14)

10 PENUTUP Kesimpulan

Dari penelitian mengenai penerapan metode process costing dalam penetuan harga pokok produksi yang disajikan oleh perusahaan, maka penulis sampai kepada kesimpulan yang mungkin berguna dan bermanfaat terutama bagi PT. Conbloc Indonesia Surya dalam menyajikan laporan harga pokok produksi yang lebih tepat dan wajar. Adapun kesimpulan yang diambil oleh penulis adalah:

1. Dalam perhitungan harga pokok produksi untuk menghasilkan satu buah paving yang diterapkan oleh PT. Conbloc Indonesia Surya adalah metode variable costing. Disetiap kegiatan produksi PT. Conbloc Indonesia Surya harus mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1.217,452 per unit. Namun, apabila perusahaan menerapkan perhitungan dengan metode process costing maka perusahaan akan mengeluarkan biaya sebesar Rp. 1.233,443 per unit.

2. Pengalokasian biaya yang dilakukan oleh PT. Conbloc Indonesia Surya belum tepat, seharusnya biaya air dimasukan kedalam biaya bahan baku bukan overhead pabrik.

Saran

1. Dari kesimpulan yang ada, maka penulis menyarankan kepada perusahaan PT. Conbloc Indonesia Surya, dalam menentukan harga pokok produksi sebaiknya perusahaan menerapkan perhitungan metode process costing.

2. Air merupakan bahan baku langsung dalam proses pembuatan paving. Perusahaan ini air yang dipakai untuk membuat paving diambil dari sumur air dengan menggunakan tenaga listrik. Jadi perusahaan ini, biaya air untuk membuat paving dimasukan kedalam biaya listrik. Dalam pengalokasian biaya air seharusnya perusahaan untuk biaya listrik dialokasikan berapa persen untuk biaya air, setelah itu dimasukan kedalam biaya bahan baku supaya dapat mengetahui biaya dengan jelas.

DAFTAR PUSTAKA

Amorita, Dewi. 2011. Penerapan Metode Process Costing System Dalam Penentuan Harga Pokok Produksi Ban Vulkanisir Sistem Dingin PT. Alkarin Mariendal. Jurnal Eksis, 7(2), 1362-2000.

Batubara, Helmina. 2013. Penentuan Harga Pokok Produksi Berdasarkan Metode Full Costing pada Pembuatan Etalase Kaca dan Alumunium di UD. Istana Alumunium Manado. Jurnal EMBA. ISSN 2303 -1174. Volume 1. Nomor 3.

Hansen Don R. & Maryane M. Mowen. 2010. Management Accounting, Edisi Tujuh. Selemba Empat. Jakarta. Horngren, Datar, Foster, George, 2013. Akuntansi Biaya dengan Penekanan Manajerial. Jilid 1. Edisi

keduabelas. Erlangga. Jakarta.

Malue, J., 2013. Analisis Penerapan Target Costing Sebagai Sistem Pengendalian Biaya Produksi Pada PT. Celebes Mina Pratama. Jurnal EMBA, 1(3), 949-957.

Samryn, L.M, 2012. Akuntansi Manajemen. Edisi Pertama. Kencana. Jakarta.

Sodikin, S. Slamet, 2015. Akuntansi Managemen. Edisi Kelima. STIM YKPN. Yogyakarta.

Sujarweni, Wiratna, 2015. Akuntansi Manajemen, Teori dan Aplikasi. Pustaka Baru Press : Yogyakarta.

Surjadi, Lukman, 2013. Akuntansi Biaya : Dasar-dasar Perhitungan Harga Pokok. Cetakan Pertama. PT. Indeks. Jakarta.

Tulende, Marchel., 2014. Penerapan Biaya Kualitas Untuk Meningkatkan Efisiensi Produksi Pada UD. Sinar Sakti Manado. Jurnal EMBA, 2(2), 1712-1722.


(15)

11

ANALISIS PERBANDINGAN PERLAKUAN AKUNTANSI TERHADAP ASET BIOLOGIS DAN NON BIOLOGIS

(Studi Kasus pada CV. Fatherland Farm Tondano) Abram Ventura Wardana Putra1

Sifrid S. Pangemanan2 Heince R. N. Wokas3 1,2,3

Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Jurusan Akuntansi Universitas Sam Ratulangi

email: 1abramputra74@yahoo.com

.ABSTRACT

The accounting treatment for biological assets in Indonesia does not have mutual standards so, many agribusiness companies reported their biological assets just like the standards that used to report the non-biological assets. Characteristics of different biological assets can cause mistakes in recording if we use the same standards with non-biological assets. This study aimed to comparing the accounting treatment made by the company between two types of assets that owned by the company. The result of this research found that accounting treatment between the two types of asset does not have significant differences. The differences in the accounting treatment of these assets only in the measurement of assets and discontinuation. Companies measure the value of both types of assets in accordance with the acquisition price. But the company did not recognize the depreciation of their biological assets. At the time of biological assets termination, the company immediately reclassified the biological assets to the inventories that available to sale, while for non-biological assets, there are two types of termination that is for resale and stored as damaged goods. Considering to the characteristics of the biological assets, company should establish fair value in the measurement of biological assets.


(16)

12

PENDAHULUAN Latar Belakang

Perusahaan sebagai sebuah entitas bisnis memiliki tanggung jawab untuk melaporkan segala hal dalam perusahaan yang menunjang produksi atau yang menghasilkan keuntungan di masa sekarang maupun di masa mendatang dalam bentuk sebuah laporan keuangan. Laporan keuangan itu digunakan baik untuk pihak luar sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan investasi, atau bagi pihak dalam sebagai evaluasi tentang keadaan perusahaan sehingga manajemen bisa mengarahkan operasi dari perusahaan.

Komponen-komponen yang di terdapat dalam laporan keuangan, adalah laporan posisi keuangan (neraca), laporan arus kas, laporan laba rugi, dan laporan perubahan modal dan catatan atas laporan keuangan. Dalam neraca terdapat sebuah akun penting yaitu aset. Aset bisa dikatakan sebagai harta sebuah perusahaan yang digunakan sebagai penunjang operasi. Entah dalam bentuk aset lancar (Current Assets) atau aset tidak lancar (Non Current Assets). Bagi perusahaan-perusahaan kebanyakan, aset-aset tersebut biasanya dalam bentuk benda mati atau bahkan tidak berwujud. Namun, perusahaan yang bergerak dalam bidang agribisnis mempunyai aset yang memiliki karakteristik yang unik. Aset tersebut disebut aset biologis.

Aset biologis adalah aset yang berupa makhluk hidup yang mengalami proses biologis mulai dari bertumbuh, berproduksi, berkembangbiak, hingga tidak bisa berproduksi lagi dan mati. Karena mengalami proses biologis tersebut, perusahaan harus membuat suatu pengukuran untuk mengukur nilai dari aset tersebut secara wajar sesuai dengan pengaruhnya untuk menghasilkan keuntungan pada perusahaan. Karena karakteristik yang unik tersebut, aset biologis harus diperlakukan berbeda dengan aset yang lainnya seperti tanah, bangunan, dan lain-lain. Perlakuan pada sebuah aset dengan cara yang benar menghindari terjadi adanya kesalahan penyajian informasi.

Berbeda dengan IFRS, peraturan akuntansi di Indonesia sampai saat ini belum memiliki suatu standar dalam memperlakukan aset biologis secara spesifik. Selama ini hanya ada PSAK 32 yang mengatur mengenai akuntansi kehutanan yang juga diterapkan dalam industri perkebunan. Tetapi, PSAK 32 ini sudah dicabut sebagai suatu standar dalam akuntansi di Indonesia sehingga standar khusus dalam mengatur aset biologis secara spesifik belum ada. Sehingga menurut Kurniawan (2012) yang memiliki pendapat sama dengan Rani (2013) adalah penyusunan laporan keuangan bagi perusahaan agribisnis lebih mengacu pada PSAK 16 dan 48 dalam melaporkan dan menilai aset biologis yang mereka miliki. Sedangkan untuk perusahaan tanpa akuntabilitas publik, perusahaan lebih mengacu kepada SAK ETAP.

Penelitian ini difokuskan pada sebuah perusahaan yang memiliki aset biologis, dalam hal ini CV. Father Land Farm. Perusahaan ini merupakan perusahaan agribisnis yang bergerak dalam sektor perternakan yang mendistribusikan telur segar ke Tondano hingga sampai ke Manado. Meskipun produk utama dari CV. Father Land Farm merupakan telur segar, perusahaan ini juga menyediakan daging ayam dan pupuk sebagai produk sampingan.

Alasan pemilihan CV. Father Land Farm sebagai objek penelitian adalah karena perusahaan memiliki pelaporan keuangan yang baik serta memiliki aset biologis dan aset non biologis yang menjadi fokus utama dari penelitian ini. Sehingga tujuan penelitian untuk mengetahui bagaimana perlakuan akuntasi antara aset biologis dan aset non biologis dapat terpenuhi.

Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana prosedur perlakuan akuntansi antara aset biologis dan aset non biologis yang dilakukan oleh perusahaan dan bagaimanakah perbandingan perlakuan akuntansi terhadap kedua jenis aset tersebut.


(17)

13

TINJAUAN PUSTAKA Akuntansi

Menurut Suwardjono (2014:10) pengertian akuntansi dibedakan menjadi dua pengertian, yaitu akuntansi sebagai pengetahuan, dan akuntansi sebagai proses, fungsi atau praktik. Sebagai pengetahuan, akuntansi adalah seperangkat pengetahuan yang mempelajari perekayasaan penyediaan jasa berupa informasi keuangan kuantitatif unit-unit organisasi dalam suatu lingkungan negara tertentu dan cara penyampaian (pelaporan) informasi tersebut kepada pihak yang berkepentingan untuk dijadikan dasar dalam pengambilan keputusan ekonomik. Sedangkan sebagai proses, fungsi, praktik, akuntansi adalah proses pengidentifikasian, pengesahan, pengukuran, pengakuan, pengklasifikasian, penggabungan, peringkasan, dan penyajian data keuangan dasar (bahan olah akuntansi) yang terjadi dari kejadian-kejadian, transaksi-transaksi, atau kegiatan operasi suatu unit organiasi dengan cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.

Akuntansi Keuangan

Akuntansi keuangan bisa didefinisikan sebagai sebuah disiplin ilmu yang menyajikan suatu informasi yang diperlukan untuk melaksanakan serta mengevaluasi kegiatan ekonomi secara efisien. Menurut Lubis (2010:3) akuntansi dapat dipandang secara sempit sebagai suatu proses atau kegiatan yang meliputi proses pengidentifikasian, pengukuran, pencatatan, pengklasifikasian, penguraian, penggabungan, pengikhtisarian, dan penyajian data keuangan dasar yang terjadi sebagai akibat dari kegiatan operasi suatu unit organisasi dengan cara-cara tertentu untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan. Dapat disimpulkan bahwa akuntansi keuangan merupakan suatu proses akuntansi untuk menghasilkan informasi yang relevan bagi pihak yang berkepentingan.

Laporan Keuangan

Menurut Kieso, et al (2013: 5), laporan keuangan memiliki tujuan yakni sebagai berikut.

1. Sebagai pembuat keputusan investasi, kredit, dan keputusan rasional untuk investor serta kreditor dan pemakai lainnya.

2. Membantu investor serta kreditor saat ini dan pemakai lainnya dalam menilai jumlah, penetapan waktu, dan ketidakpastian penerimaan kas prospektif dari dividen atau bunga dan hasil dari penjualan, penebusan, atau jatuh tempo sekuritas atau pinjaman.

3. Dengan jelas menggambarkan sumber daya ekonomi dari sebuah perusahaan serta klaim terhadap sumber daya tersebut.

. Sedangkan menurut A Statement of Basic Accounting Theory (ASOBAT) yang dikutip oleh Putra (2013) merumuskan empat tujuan laporan keuangan:

1. Membuat keputusan yang menyangkut penggunaan kekayaaan yang terbatas dan untuk mencapai tujuan 2. Mengarahkan dan mengontrol secara efektif sumber daya manusia dan faktor produksi lainnya

3. Memelihara dan melaporkan pengamanan terhadap kekayaan 4. Membantu fungsi dan pengawasan sosial.

Dapat disimpulkan bahwa tujuan laporan keuangan menurut Kieso lebih menekankan tujuan laporan keuangan dari sisi pihak eksternal perusahaan, sedangkan tujuan laporan keuangan yang dikutip oleh Putra, merupakan tujuan laporan keuangan dilihat dari sisi pihak internal perusahaan.


(18)

14 Standar Pelaporan Keuangan

Setiap Negara memiliki standar pelaporan masing-masing yang sesuai dengan keadaan atau kondisi Negara tersebut. Menurut Suwardjono (10:2014) akuntansi yang dipraktikkan di dalam suatu negara sebenarnya tidak terjadi secara alamiah tetapi dirancang dan dikembangkan secara sengaja untuk mencapai tujuan sosial tertentu. Praktik akuntansi dipengaruhi oleh faktor lingkungan (social, ekonomi, dan politis) dimana standar akuntansi itu diterapkan. Oleh karena itulah, hal itu menimbulkan masalah karena setiap Negara yang berbeda menghasilkan standar pelaporan yang berbeda pula. Sehingga transaksi ekonomi global sulit dilakukan jika hanya melihat dari laporan keuangan dimana perusahaan itu berada. Akuntansi merupakan bahasa bisnis, oleh karena akuntansi adalah bahasa, perusahaan tidak bisa berbicara jika mempunyai bahasa yang berbeda pula. Inilah suatu alasan transaksi ekonomi global sulit dilakukan jika tidak mempunyai standar yang berlaku dan diterapkan secara global. Karena alasan tersebut, IASB (International Accounting Standar Board) membuatu suatu standar yang bisa diterapkan dalam skala global yaitu IFRS (International Financial Reporting Standard). Dapat disimpulkan bahwa standar pelaporan haruslah memiliki keselarasan sehingga akan semakin mempermudah transaksi ekonomi secara global. Agribisnis

Menurut Asep (2012:4) agribisnis adalah suatu aktivitas bisnis berbasis pertanian beserta faktor-faktor pendukungnya. Istilah agribisnis sudah lama dikenal di Indonesia. Asal kata agribisnis adalah agribusiness yang merupakan gabungan dari agriculture (pertanian) dan business (bisnis) Inti dari pertanian adalah aspek budidaya (tanaman, ternak, ikan). Dapat disimpulkan bahwa agribisnis bukan hanya satu bisnis yang melibatkan pertanian saja, melainkan semua bisnis yang memiliki kaitan dengan alam.

Aset

Menurut PSAK 19, aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan diperoleh dari perusahaan. Sedangkan menurut SAK ETAP, aset adalah sumber daya yang dikuasai oleh entitas sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh entitas aset diakui dalam neraca jika kemungkinan manfaat ekonominya dimasa depan akan mengalir ke entitas dan aset tersebut mempunyai nilai atau biaya yang dapat diukur dengan andal.

Aset Biologis

Aset biologis adalah sumber daya yang berupa makhluk hidup yang mengalami transformasi biologis sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana dapat memberikan manfaat bagi perusahaan di masa yang akan datang. Menurut Lalic, et al Transformasi biologis mengarah ke perubahan nilai aset melalui kenaikan (peningkatan kualitas dari hewan atau tanaman), penurunan (pengurangan atau penurunan kualitas hewan atau tanaman), perkembangbiakkan (prokreasi), dan produksi.

Pengakuan Aset

Seperti yang dikutip oleh Cahyani & Aprilina (2014), Pengakuan (recognition) merupakan proses pembentukan suatu pos yang memenuhi definisi unsur serta kriteria pengakuan dalam neraca atau laporan laba rugi. Sebuah aset harus diakui oleh perusahaan jika aset tersebut memberi kontribusi ke perusahaan ke masa yang akan datang.

Harga Perolehan Aset

Menurut PSAK 16 (2015) Biaya Perolehan atau harga perolehan aset adalah jumlah kas atau setara kas yang dibayarkan atau nilai wajar dari imbalan lain yang diserahkan untuk memperoleh suatu aset pada saat perolehan atau konstruksi atau, jika dapat diterapkan, jumlah yang diatribusikan pada aset ketika pertama kali diakui sesuai dengan persyaratan tertentu dalam PSAK lain.


(19)

15 PengukuranAset

Salah satu kriteria pengakuan aset adalah dapat diukur (measureability) manfaat ekonomis yang akan datang. Yang dimaksudkan dengan pengukuran disini adalah penentuan jumlah harga yang harus dipakai pada suatu objek aset pada saat terjadinya suatu transaksi. Dan jika suatu sumber daya yang diperoleh suatu perusahaan tidak andal (reliable) pada elemen pengukurannya maka sumber daya tersebut tidak dapat ditampilkan sebagai aset melainkan diakui sebagai pendapatan ketika terjadi transaksi.

Penyusutan Aset Tidak Lancar

Setiap benda di dunia ini pasti memiliki nilai penyusutannya masing-masing. Sehingga istilah penyusutan dapat ditemukan sehari-hari yang berhubungan dengan penurunan nilai, manfaat, atau volume dari suatu benda atau bahkan kekayaan yang dimiliki. Dalam akuntansi, istilah penyusutan lebih spesifik berhubungan dengan penurunan nilai aset tetap karena berlalunya waktu karena pemakaian yang normal atau karena faktor alam. Penyusutan aset tetap merupakan proses alokasi harga perolehan aset tetap selama taksiran umur ekonomis aset yang bersangkutan. Bagian penyusutan diperhitungkan untuk satu periode waktu tertentu, misalnya 1 bulan, atau 1 tahun yang diberi nama biaya penyusutan.

METODE PENELITIAN Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif. Menurut Sugiyono (2013:13) penelitian deskriptif yaitu penelitian yang dilakukan untuk mengetahui variable mandiri, baik satu variabel atau lebih (independen) tanpa membuat perbandingan, atau menghubungan dengan variabel lain. Dalam penelitian ini, peneliti berusaha membandingkan perbandingan antara perlakuan dari aset biologis dengan aset non-biologis.

Tempat dan Waktu Penelitian

Peneliti mengambil tempat penelitian di CV. Fatherland Farm yang terletak di Desaa Papakelan, kecamatan Maesa. Penelitian dilakukan pada bulan Maret sampai dengan April tahun 2016.

Prosedur Penelitian

1. Menentukan permasalahan

2. Merumuskan permasalahan yang jelas 3. Menentukan tujuan dan manfaat penelitian

4. Mengumpulkan informasi mengenai gambaran umum perusahaan 5. Mengumpulkan data mengenai pelaporan keuangan perusahaan 6. Analisis Data

7. Membuat kesimpulan

8. Membuat saran bagi perusahaan

Metode Pengumpulan Data 1. Jenis Data

Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif yaitu data yang berupa kata-kata yang diperoleh dari studi kepustakaan, pengamatan secara langsung, wawancara, dan dokumentasi


(20)

16

yang berkaitan dengan perlakuan akuntansi untuk aset biologis dan non-biologis sedangkan data kuantitatif, peneliti mengambil dari laporan keuangan.

2. Sumber Data

Data yang digunakan oleh peneliti didapat dari sumber primer dan sumber sekunder.

1. Sumber Primer adalah sumber data yang langsung memberikan data kepada pengumpul data (Indrawan dan Yaniawati, 2012:141). Sumber primer ini berupa catatan hasil wawancara yang diperoleh melalui wawancara serta observasi lapangan yang dilakukan oleh peneliti

2. Sumber Sekunder merupakan sumber yang tidak langsung memberikan data kepada pengumpul data, misalnya lewat orang lain atau lewat dokumen (Indrawan dan Yaniawati, 2014:141). Pengumpulan data sekunder dan kajian kepustakaan (literatur), didefinisikan sebagai penelusuran yang dilakukan oleh peneliti terhadap sumber pendukung untuk kepentingan penelitian yang sedang dilakukan. Data ini digunakan untuk mendukung informasi dari data primer yang diperoleh baik dari wawancara, maupun observasi langsung ke lapangan.

Teknik Pengumpulan Data

Menurut Sugiyono (2013:224) teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data.

1. Teknik Wawancara, Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2013:231) wawancara merupakan pertemuan dua orang untuk bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab, sehingga dapat dikontruksikan makna dalam suatu topik tertentu

2. Teknik Dokumentasi, Menurut Sugiyono (2013:240) dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen bisa berbentuk tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seorang

Metode Analisis

Menurut Sugiyono (2013:3) Metode dalam penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan tertentu. Untuk menjawab rumusan masalah, maka metode analisis yang digunakan adalah metode analisis deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Indrawan dan Yaniawati (2014:67), metode-metode penelitian dalam pendekatan kualitatif sering digunakan untuk melihat lebih dalam suatu fenomena social termasuk didalamnya kajian terhadap ilmu pendidikan, manajemen dan administrasi bisnis, kebijakan public, pembangunan ataupun ilmu hukum.

HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian

Gambaran Umum CV. Fatherland Farm

Fatherland Farm merupakan perusahaan yang bergerak di sektor perternakan ayam petelur yang terletak di Desa Papakelan, Kecamatan Maesa. Fatherland memproduksi telur ayam, pupuk dan daging ayam. Untuk sekarang, Fatherland Farm memasok telur ke sekitaran wilayah Tondano hingga Sulawesi Utara.

Aset Biologis pada CV. Fatherland Farm

Aset biologis yang dimiliki oleh CV. Fatherland Farm adalah hewan ternak berupa ayam petelur. Produk utama yang dihasilkan dari aset biologis adalah telur ayam dan produk sampingan adalah daging ayam yang diperoleh dari ayam petelur yang umur ekonomisnya telah habis serta pupuk kandang.


(21)

17

Aset biologis yang dimiliki oleh perusahaan dikategorikan menjadi tiga jenis berdasarkan umur dan masa manfaat, yakni sebagai berikut.

1. Ayam Belum Menghasilkan

Ayam belum menghasilkan merupakan ayam yang masih belum memenuhi usia produktif untuk menghasilkan telur.

2. Ayam Menghasilkan

Ayam menghasilkan merupakan ayam yang sudah memasuki usia produktif dan siap untuk menghasilkan telur setiap harinya.

3. Ayam BT (ayam afkir)

Ayam BT merupakan ayam yang sudah mengalami penurunan jumlah produksi telur. Jenis ayam ini nantinya akan direklasifikasikan menjadi aset lancar yaitu persediaan.

Perlakuan Akuntansi Terhadap Aset Biologis Menurut Fatherland Farm

Di dalam laporan keuangan Fatherland Farm, perusahaan mengklasifikasikan aset biologis yang mereka miliki sebagai ayam belum menghasilkan, ayam menghasilkan dan ayam yang sudah tidak berproduksi (ayam BT). Berikut ini merupakan tahap-tahap dalam perlakuan akuntansi aset biologis menurut Fatherland farm.

1. Perolehan Aset Biologis

Ada berbagai cara yang digunakan oleh perusahaan untuk memperoleh aset biologis yakni dengan cara tunai dan kredit.

2. Pengakuan Aset Biologis

Menurut kriteria pengakuan dari aset, perusahaan harus mengakui biaya perolehan dari aset tersebut jika manfaat ekonomis di masa depan yang berhubungan dengan aset tersebut mengalir ke entitas dan biaya perolehan aset tersebut dapat diukur secara andal. Fatherland farm mencatat aset biologis sebesar harga perolehannya pada pengakuan awal

3. Pengukuran Aset Biologis

Setelah pengakuan awal aset biologis, terdapat sejumlah biaya untuk memelihara aset tersebut hingga siap berproduksi. Biaya-biaya yang dikeluarkan pada saat pengakuan awal tersebut ditambah dengan biaya perawatan lainnya seperti pakan, obat dan vaksin serta vitamin atau dengan kata lain, biaya-biaya yang dikeluarkan perusahaan untuk pertumbuhan aset biologis (harga perolehan) dijadikan sebagai dasar pengukuran pada saat perusahaan mereklasifikasi ayam belum menghasilkan ke ayam menghasilkan. Berikut ini merupakan perhitungan yang dilakukan oleh perusahaan untuk mengukur aset biologis per ekor.

Harga Perolehan (per ekor) = (Biaya Bibit Ayam + Biaya Pengiriman + Biaya Perawatan) Jumlah Bibit Ayam

4. Penyajian dalam Laporan Keuangan

Dalam penyajian untuk aset biologis dalam laporan keuangan, aset biologis disajikan dalam neraca pada kategori aset tidak lancar dan mengklasifikasikan jenis aset biologisnya ke dalam ayam belum menghasilkan, ayam menghasilkan, dan ayam tidak berproduksi (ayam BT). Khusus untuk ayam yang sudah tidak berproduksi (ayam BT), perusahaan melakukan reklasifikasi lagi dari aset tidak lancar ke aset lancar dan digolongkan ke dalam persediaan


(22)

18

Aset biologis yang telah berumur lebih dari 2 tahun dan aset biologis yang belum mencapai usia 2 tahun tetapi telah mengalami penurunan produksi telur sebesar 70%, tidak lagi diakui ke dalam aset tidak lancar. Aset biologis tersebut langsung ditarik kemudian siap untuk dijual. Aset biologis yang ditarik direklasifikasi dari aset tidak lancar menjadi aset lancar dan digolongkan ke dalam persediaan

Aset Non Biologis Pada CV. Fatherland Farm

Aset Non Biologis yang dimaksud disini adalah aset yang dimiliki entitas yang tidak memiliki karakteristik biologis dan mempunyai manfaat ekonomis di masa yang akan datang. Aset non biologis merupakan komponen untuk mendukung operasional entitas. Aset non biologis biasanya dibeli dan digunakan untuk operasi dan tidak dimaksudkan untuk dijual kembali.

Jenis-Jenis Aset Non Biologis Yang Dimiliki Oleh CV. Fatherland Farm

Berbeda dengan Aset Biologis yang dimiliki oleh Fatherland, Aset non biologis yang dimiliki oleh Fatherland bermacam-macam. Namun pada umumnya semua memiliki tujuan yang sama yaitu untuk mendukung operasional entitas. Aset non biologis yang dimiliki oleh Fatherland diantaranya adalah sebagai berikut.

1. Tanah. 2. Kandang. 3. Kendaraan.

4. Peralatan dalam kandang (pemanas, baby feeder, dll) maupun peralatan lain (seperti penggilingan pakan ayam, laptop dan genset)

Setiap aset non biologis yang dimiliki oleh perusahaan memiliki umur ekonomisnya masing-masing yang ditentukan oleh perusahaan

Perlakuan Akuntansi Terhadap Aset Non Biologis Menurut Fatherland Farm 1. Perolehan Aset Non Biologis

Fatherland farm memperoleh aset non biologis yang mereka miliki secara tunai maupun kredit. 2. Pengakuan Aset Non Biologis

Dalam pengakuan aset non biologis, Fatherland mencatat aset biologis tersebut sebesar harga perolehan 3. Pengukuran Aset Non Biologis

Pada pengukuran awal, Fatherland mengukur aset non biologis sebesar harga perolehannya. Setelah pengakuan awal, Fatherland mengukur aset non biologis dengan mengurangi harga perolehan dengan akumulasi penyusutan. Setelah pengukuran awal, perusahaan masih harus merawat agar aset tetap beroperasi. Pengeluaran yang dikeluarkan setelah pengukuran awal digolongkan sebagai beban oleh entitas.

4. Penyajian dalam Laporan Keuangan

Aset non biologis disajikan dalam laporan keuangan perusahaan setiap tahunnya. Penyajian laporan aset non biologis dalam laporan keuangan dilakukan oleh manajer yang merangkap sebagai pembuat laporan keuangan. Namun laporan keuangan ini tetap diperiksa kembali oleh pemilik perusahaan.

5. Penghentian Pengakuan Aset Non Biologis

Aset non biologis akan dihentikan pengakuannya jika telah habis masa ekonomisnya atau tidak lagi memberikan masa manfaat di masa depan. Aset non biologis yang dihentikan pengakuannya akan dijual atau


(23)

19

ditukar dengan yang baru. Untuk aset non biologis yang tidak bisa dijual, perusahaan tetap menyimpan aset tersebut sebagai barang rusak. Kriteria dalam penghentian pengakuan aset non biologis ditentukan sendiri oleh perusahaan.

Pembahasan

Standar Akuntansi yang Digunakan Perusahaan

Belum adanya standar resmi yang mengatur tentang perlakuan akuntansi aset biologis untuk perusahaan yang tidak memiliki akuntabilitas publik, mengharuskan perusahaan untuk memperlakukan aset biologis sama dengan aset non biologis. CV. Fatherland Farm mengacu pada perlakuan akuntansi aset tetap seperti yang diatur dalam SAK ETAP

Perlakuan Akuntansi Aset Biologis Menurut ED PSAK 69 Tahun 2015

Secara garis besar, ED PSAK 69 mengatur bahwa aset biologis harus diakui dan diukur berdasarkan bilai wajar dikurangi biaya untuk menjual. Namun apabila ada kejadian yang membuat aset biologis tidak bisa diukur secara andal, maka perusahaan diizinkan menggunakan nilai historis tetapi, perusahaan harus mengurangi harga perolehan dengan penyusutan dan penurunan nilai. Dalam pengakuan dan pengukuran aset biologis yang dimiliki perusahaan, perusahaan mengakui dan mengukur aset biologis sebesar harga perolehan tetapi, karena perusahaan tidak mengakui adanya penyusutan dan penurunan nilai untuk aset biologis yang mereka miliki, maka kriteria pengakuan dan pengukuran yang dilakukan oleh perusahaan tidak sesuai dengan ED PSAK 69.

Perbandingan Perlakuan Akuntansi Antara Aset Biologis dan Non Biologis.

Berdasarkan hasil penelitian diatas, maka dibuatlah perbandingan perlakuan akuntansi terhadap aset biologis dan non biologis sebagai berikut.

Aset Biologis Aset Non Biologis Perbandingan

Perolehan Entitas memperoleh aset biologis melalui pembelian tunai maupun utang

Entitas memperoleh aset non biologis melalui pembelian tunai maupun kredit

Dalam memperoleh kedua jenis aset yang mereka miliki, Fatherland sama-sama

mendapatkan kedua aset tersebut secara tunai maupun secara kredit.

Pengakuan Diakui sebesar harga perolehan.

Diakui sebesar harga perolehan

Pada pengakuan awal, kedua aset sama-sama diakui sebesar harga perolehan. Khusus untuk aset biologis, terdapat biaya tambahan untuk perawatan setelah pengakuan awal, sehingga menambah harga perolehan.

Pengukuran Dasar pengukuran yang digunakan oleh perusahaan berdasarkaan harga

perolehan. Perusahaan tidak mengakui adanya.

Dasar pengukuran yang digunakan oleh perusahaan berdasarkan harga

perolehan. Perusahaan

Perusahaan sama-sama mengambil dasar pengukuran berdasarkan harga perolehan. Untuk aset biologis, perusahaan penyusutan dalam

pengukuran aset biologis

Mengakui adanya penyusutan dalam pengukuran aset non biologis

tidak mengakui adanya penyusutan, sedangkan untuk aset non biologis, perusahaan mengakui adanya penyusutan


(24)

20 Penyajian Penyajian dalam laporan

keuangan, aset biologis disajikan dalam neraca. Untuk aset biologis, perusahaan memiliki dua macam penyajian dan pengungkapan. Untuk aset biologis yang masih berproduksi, perusahaan menyajikan aset biologis pada aset tidak lancar. Sedangkan yang sudah tidak berproduksi, disajikan dalam aset tidak lancar dalam akun persediaan,

Penyajian dalam laporan keuangan, aset non biologis disjaikan dalam neraca. Untuk aset non biologis, perusahaan hanya

menyajikannya dalam aset tidak lancar.

Dalam laporan keuangan, aset biologis sama-sama disajikan dalam neraca. Aset biologis memiliki dua macam penyajian, hal ini disebabkan karena transformasi biologis yang dialami oleh aset biologis. Sedangkan untuk aset non biologis hanya disajikan dalam aset tidak lancar.

Penghentian Setelah produksi menurun, aset biologis di

reklasifikasi sebagai persediaan kemudian dijual.

Pada aset non biologis, perusahaan memiliki dua jenis perlakuan untuk penghentian aset. Yang pertama yaitu Aset yang dijadikan barang yang tidak dipakai dan aset yang akan dijual.

Setelah aset biologis

produksinya telah menurun, aset biologis langsung direklasifikasi ke persediaan. Nilai jualnya diukur sesuai dengan nilai pasar. Untuk aset non biologis,

penghentian yang dilakukan oleh entitas terdapat dua macam, yaitu aset non biologis dijadikan barang yang tidak dipakai dan aset non biologis untuk dijual.

KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan, maka dapat disimpulkan sebagai berikut.

1. Dalam prosedur perlakuan akuntansi yang dilakukan oleh perusahaan untuk melaporkan aset biologis dan non biologis terdiri dari 5 prosedur, yaitu perolehan, pengakuan, pengukuran, penyajian dan penghentian. Pada saat perolehan, perusahaan cenderung memperoleh kedua jenis aset tersebut dengan cara yang sama, yaitu secara tunai maupun kredit.

2. Perusahaan mengakui kedua jenis aset yang mereka miliki berdasarkan harga perolehan pada saat kedua jenis aset tersebut diperoleh. Perusahaan mengukur kedua jenis aset tersebut berdasarkan harga perolehan. 3. Untuk aset biologis, perusahaan tidak mengakui adanya penyusutan, sedangkan aset non biologis,

perusahaan mengakui adanya penyusutan.

4. Dalam penyajian, perusahaan telah melakukan penyajian untuk kedua jenis aset yang mereka miliki hampir sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku.

5. Pada prosedur penghentian, aset biologis akan direklasifikasi menjadi persediaan pada saat aset tersebut sudah tidak berproduksi sedangkan aset non biologis dilakukan dua jenis perlakuan, yaitu aset yang akan dijual dan aset yang akan tetap disimpan menjadi aset rusak.


(25)

21 Saran

Setelah menganalisis permasalahan yang ada mengenai permasalahan yang ada, maka peneliti memberikan saran yakni sebagai berikut.

1. Penyajian yang telah dilakukan oleh perusahaan sebaiknya dipertahankan bahkan ditingkatkan. Penyajian yang baik selain dapat mempermudah pengawasan internal, dapat juga menarik investor dikarenakan laporan keuangan yang mudah dipahami.

2. Untuk mengukur nilai dari aset biologis perusahaan sebaiknya menetapkan nilai wajar mengingat karakteristik dari aset biologis yang mengalami transformasi biologis tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Cahyani, Ranny dan Vita, Aprilina. 2014. Evaluasi Penerapan Sak Etap Dalam Pelaporan Aset Biologis Pada

Peternakan Unggul Farm Bogor, Jurnal RAK. Vol 5 No 1

http://www.ejournalunisma.net/ojs/index.php/jrak/article/view/1060 . Diakses Maret, 03, 2016. Hal 14-37

Darmansyah, Asep, 2012. Akuntansi Agribisnis. Alfabeta. Bandung

Ikatan Akuntan Indonesia. 2013. Standar Akuntansi Keuangan Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK ETAP). Salemba Empat. Jakarta

Ikatan Akuntansi Indonesia.2014. Standar Akuntansi Keuangan Per Efektif 1 Januari 2015. Penerbit Ikatan Akuntansi Indonesia

Kieso, Weygandt, Warfield, 2013. Akuntansi Intermediate Jilid 1. Cetakan ke-12. Penerbit Erlangga. Jakarta

Kurniawan, Rendra. 2012. Valuasi Aset Biologis : Kajian Kritis Atas IAS 41 Mengenai Akuntansi Pertanian , Jurnal IMFEB. Vol 1, No 1 . http://jimfeb.ub.ac.id/index.php/jimfeb/article/view/126. Diakses Maret, 05,2016 . Putra, Trio Mandala. Analisis Penerapan Akuntansi Aset Tetap pada CV. Kombos Manado, Jurnal EMBA. Vol.1

No.3 http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/view/1646. Diakses tanggal 2 Mei 2016.

Rully Indrawan dan Poppy Yaniawati. 2014. Metodologi Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan Campuran Untuk Manajemen, Pembangunan, dan Pendidikan. PT. Refika Aditama. Bandung

Sugiyono, 2013. Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif (R&D). Cetakan Ke-19. Alfabeta CV. Bandung Suwardjono, 2014. Teori Akuntansi Perekayasaan Pelaporan Keuangan Edisi Ketiga. Cetakan Ke-8. BPFE.


(1)

165 Metode Analisis

Proses menganalisis dimulai dengan mengumpulkan data dan informasi dari pihak terkait di CV. MELANIA lalu mengelola data dan informasi yang diperoleh kemudian dari hasil analisis tersebut dapat ditarik kesimpulan serta saran yang dianggap perlu untuk perbaikan dalam masalah yang dihadapi.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Perhitungan Pajak Penghasilan (PPh)

Pajak Penghasilan pasal 17

Cara perhitungan PPh Pasal 17 ayat 1 (b) dan ayat 2a untuk wajib pajak badan berdasarkan UU PPh No. 36 tahun 2008 untuk pelaporan tahun pajak di atas tahun 2010 yang dikenakan atas penghasilan kena pajak dari bagian peredaran bruto sampai dengan Rp 4.800.000.000.

a. Perhitungan PPh Pasal 17 tahun 2013

Peredaran bruto Per-bulan

untuk Periode 1 Januari – 31 Desember 2013

Januari Rp 37.800.000

Februari Rp 39.650.000

Maret Rp 44.900.000

April Rp 38.550.000

Mei Rp 42.950.000

Juni Rp 45.700.000

Juli Rp 41.400.000

Agustus Rp 43.750.000

September Rp 47.000.000

Oktober Rp 49.850.000

November Rp 50.700.000

Desember Rp 52.650.000

Total Rp 534.900.000

o Total penghasilan bruto Rp 534.900.000 o Biaya overhead tahun 2013 Rp 273.450.000

Penghasilan kena pajak:

Total penghasilan bruto – Biaya overhead

Rp 534.900.000 – Rp 273.450.000 = Rp 261.450.000 Perhitungan pajak penghasilan terhutang:

25% x 50% x Penghasilan Kena Pajak (PKP) 25% x 50% x Rp 261.450.000 = Rp 32.681.250

Dari hasil perhitungan PPh terhutang tahun 2013 mendapatkan hasil Rp 32.681.250 sebagai jumlah hasil pajak terhutang untuk tahun pajak 2013.

Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2

Tarif pajak PPh Pasal 4 ayat 2 untuk wajib pajak badan berdasarkan PP nomor 46 tahun 2013.Besarnya tarif pajak penghasilan adalah sebesar 1% (satu persen) dan bersifat final.Dasar pengenaan pajak yang digunakan untuk menghitung pajak penghasilan yang bersifat final tersebut adalah jumlah peredaran bruto setiap bulan.Pengenaan pajak penghasilan sebesar 1% didasarkan pada peredaran bruto dari usaha dalam 1 tahun dari tahun pajak terakhir sebelum tahun pajak yang bersangkutan.


(2)

166

Penjualan kotor bulan Januari–Desember 2012 adalah sebesar Rp 459.650.000. Dengan demikian perusahaan dapat menggunakan PPh pasal 4 ayat 2, karena omset perusahaan tahun 2012 lebih kecil dari Rp 4.800.000.000

 Penjualan kotor bulan Januari 2013 adalah sebesar Rp 37.800.000  Penjualan kotor bulan Februari 2013 adalah sebesar Rp 39.650.000  Penjualan kotor bulan Maret 2013 adalah sebesar Rp 44.900.000  Penjualan kotor bulan April 2013 adalah sebesar Rp 38.550.000  Penjualan kotor bulan Mei 2013 adalah sebesar Rp 42.950.000  Penjualan kotor bulan Juni 2013 adalah sebesar Rp 45.700.000  Penjualan kotor bulan Juli 2013 adalah sebesar Rp Rp 41.400.000  Penjualan kotor bulan Agustus 2013 adalah sebesar Rp 43.750.000  Penjualan kotor bulan September 2013 adalah sebesar Rp 47.000.000  Penjualan kotor bulan Oktober 2013 adalah sebesar Rp 49.850.000  Penjualan kotor bulan November 2013 adalah sebesar Rp 52.650.000  Penjualan kotor bulan Desember 2013 adalah sebesar Rp 52.650.000

Pajak penghasilan yang harus dibayar oleh CV. Melania untuk tahun pajak 2013 adalah sebagai berikut:

Masa Pajak Peredaran Bruto Tarif Pajak PPh Pasal 4 ayat 2

Januari Rp 37.800.000 1% Rp 378.000

Februari Rp 39.650.000 1% Rp 396.500

Maret Rp 44.900.000 1% Rp 449.000

April Rp 38.550.000 1% Rp 385.500

Mei Rp 42.950.000 1% Rp 429.500

Juni Rp 45.700.000 1% Rp 457.000

Juli Rp 41.400.000 1% Rp 414.000

Agustus Rp 43.750.000 1% Rp 437.500

September Rp 47.000.000 1% Rp 470.000

Oktober Rp 49.850.000 1% Rp 498.500

November Rp 50.700.000 1% Rp 507.000

Desember Rp 52.650.000 1% Rp 526.500

Total Rp 534.900.000 Rp 5.349.000

Dari hasil perhitungan PPh pasal 4 ayat 2 bulan Januari s/d Desember 2013 mendapatkan hasil Rp 5.349.000 sebagai jumlah hasil pajak terhutang .

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan, paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir kecuali ditetapkan oleh Menteri Keuangan. b. Perhitungan PPh pasal 4 ayat 2 tahun 2014

Penjualan kotor bulan Januari–Desember 2013 adalah sebesar Rp 534.900.000. Dengan demikian perusahaan dapat menggunakan PPh pasal 4 ayat 2, karena omset perusahaan tahun 2013 lebih kecil dari Rp 4.800.000.000

 Penjualan kotor bulan Januari 2014 adalah sebesar Rp 44.950.000  Penjualan kotor bulan Februari 2014 adalah sebesar Rp 47.650.000  Penjualan kotor bulan Maret 2014 adalah sebesar Rp 64.800.000  Penjualan kotor bulan April 2014 adalah sebesar Rp 65.750.000  Penjualan kotor bulan Mei 2014 adalah sebesar Rp 63.400.000  Penjualan kotor bulan Juni 2014 adalah sebesar Rp 70.300.000  Penjualan kotor bulan Juli 2014 adalah sebesar Rp Rp 61.100.000


(3)

167

 Penjualan kotor bulan Agustus 2014 adalah sebesar Rp 69.400.000  Penjualan kotor bulan September 2014 adalah sebesar Rp 73.750.000  Penjualan kotor bulan Oktober 2014 adalah sebesar Rp 75.750.000  Penjualan kotor bulan November 2014 adalah sebesar Rp 76.500.000  Penjualan kotor bulan Desember 2014 adalah sebesar Rp 82.000.000

Pajak penghasilan yang harus dibayar oleh CV. Melania untuk tahun pajak 2014 adalah sebagai berikut:

Masa Pajak Peredaran Bruto Tarif Pajak PPh Pasal 4 ayat 2

Januari Rp 44.950.000 1% Rp 449.500

Februari Rp 47.650.000 1% Rp 476.500

Maret Rp 64.800.000 1% Rp 648.000

April Rp 65.750.000 1% Rp 657.500

Mei Rp 63.400.000 1% Rp 634.000

Juni Rp 70.300.000 1% Rp 703.000

Juli Rp 61.100.000 1% Rp 611.000

Agustus Rp 69.400.000 1% Rp 694.000

September Rp 73.750.000 1% Rp 737.500

Oktober Rp 75.750.000 1% Rp 757.500

November Rp 76.500.000 1% Rp 765.000

Desember Rp 82.000.000 1% Rp 820.000

Total Rp 795.350.000 Rp 7.953.500

Dari hasil perhitungan PPh pasal 4 ayat 2 bulan Januari s/d Desember 2014 mendapatkan hasil Rp 7.953.500 sebagai jumlah hasil pajak terhutang .

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan, paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir kecuali ditetapkan oleh Menteri Keuangan. c. Perhitungan PPh pasal 4 ayat 2 tahun 2015

Penjualan kotor bulan Januari–Desember 2014 adalah sebesar Rp 795.350.000. Dengan demikian perusahaan dapat menggunakan PPh pasal 4 ayat 2, karena omset perusahaan tahun 2014 lebih kecil dari Rp 4.800.000.000

 Penjualan kotor bulan Januari 2015 adalah sebesar Rp 74.250.000  Penjualan kotor bulan Februari 2015 adalah sebesar Rp 79.400.000  Penjualan kotor bulan Maret 2015 adalah sebesar Rp 83.850.000  Penjualan kotor bulan April 2015 adalah sebesar Rp 82.150.000  Penjualan kotor bulan Mei 2015 adalah sebesar Rp 89.450.000  Penjualan kotor bulan Juni 2015 adalah sebesar Rp 84.800.000  Penjualan kotor bulan Juli 2015 adalah sebesar Rp Rp 79.900.000  Penjualan kotor bulan Agustus 2015 adalah sebesar Rp 85.350.000  Penjualan kotor bulan September 2015 adalah sebesar Rp 89.400.000  Penjualan kotor bulan Oktober 2015 adalah sebesar Rp 92.250.000  Penjualan kotor bulan November 2015 adalah sebesar Rp 97.000.000  Penjualan kotor bulan Desember 2015 adalah sebesar Rp 99.350.000

Pajak penghasilan yang harus dibayar oleh CV. Melania untuk tahun pajak 2015 adalah sebagai berikut:


(4)

168

Masa Pajak Peredaran Bruto Tarif Pajak PPh Pasal 4 ayat 2

Januari Rp 74.250.000 1% Rp 742.500

Februari Rp 79.400.000 1% Rp 794.000

Maret Rp 83.850.000 1% Rp 838.500

April Rp 82.150.000 1% Rp 821.500

Mei Rp 89.450.000 1% Rp 894.500

Juni Rp 84.800.000 1% Rp 848.000

Juli Rp 79.900.000 1% Rp 799.000

Agustus Rp 85.350.000 1% Rp 853.500

September Rp 89.400.000 1% Rp 894.000

Oktober Rp 92.250.000 1% Rp 922.500

November Rp 97.000.000 1% Rp 970.000

Desember Rp 99.350.000 1% Rp 993.500

Total Rp 1.037.350.000,- Rp 10.373.500,-

Dari hasil perhitungan PPh pasal 4 ayat 2 bulan Januari s/d Desember 2015 mendapatkan hasil Rp 10.373.500 sebagai jumlah hasil pajak terhutang .

PPh Pasal 4 ayat 2 (berdasarkan PP 46 Tahun 2013) disetorkan setiap bulan, paling lambat tanggal 15 pada bulan berikutnya setelah masa pajak berakhir kecuali ditetapkan oleh Menteri Keuangan.

PENUTUP

Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya maka dapat disimpulkan bahwa

1. CV. Melania telah menjalankan kewajibannya dalam menghitung dan membayar pajak ke Negara. 2. Besaran hasil perhitungan dari Pajak Penghasilan Pasal 17 dan Pajak Penghasilan Pasal 4 ayat 2 pada

CV.Melania berbeda.

3. Perhitungan Pajak Penghasilan Pasal 17 jauh lebih besar jumlah pajak yang akan dibayarkan oleh CV Melania.

4. CV Melania saat telah menggunakan PPh Pasal 4 ayat 2 dalam proses menghitung jumlah pajak terhutang, karena selain jumlah pajak yang dibayarkan lebih ringan, jenis PPh pasal 4 ayat 2 juga sistem perhitungannya lebih mudah untuk diterapkan.

Saran

Setelah memberikan kesimpulan dari hasil perbandingan Pajak Penghasilan Pasal 17 dengan Pasal 4 ayat 2, maka penulis juga memberikan saran sebagai berikut:

1. Perlu dilaksanakannya pencatatan yang lebih sistematis dan terorganisir dalam pembukuan dalam perusahaan agar dapat mempermudah dalam penghitungan dan penyelesaian kewajiban perpajakan.

2. Untuk meningkatkan pelayanan kepada pelanggan, agar kualitas dan kuantitas SDM dalam perusahaan dapat menjadi lebih baik. Dapat dimulai dengan struktur organisasi yang lebih terperinci atau lebih spesifik agar pelayanan yang di berikan lebih baik.

3. Kedepannya semoga pihak bisa lebih terbuka untuk memberikan data terhadap mahasiswa yang melakukan penelitian.


(5)

169

DAFTAR PUSTAKA

Hery. 2008. Pengantar Akuntansi 1. Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi UI. Jakarta.

Ilyas, Wirawan dan Burton, Richard. 2010. Hukum Pajak. Edisi Lima.Salemba Empat. Jakarta. Ilyas, Wirawan dan Burton, Richard. 2010. Hukum Pajak. Edisi Enam.Salemba Empat. Jakarta.

Jennifer F. Reinganum dan Louis L. Wilde. 1985. Income Tax Compliance In A Principal-Agent Framework.http://citeseerx.ist.psu.edu/viewdoc/download?doi=10.1.1.464.2399&rep=rep1&type=pd f

Kadek Trisna Dwiyanti dan Made Sukartha.2013. Pengaruh Perubahan Tarif Pajak Penghasilan Badan

Tahun 2010 Pada Manajemen

Laba.http://download.portalgaruda.org/article.php?article=82276&val=986

Luh Gita Andini A. P. dan I Kadek Sumadi. 2014. Analisis Penerapan Tax review Atas Pajak Penghasilan

Badan Dan Withholding Tax Pada Hotel X.

http://download.portalgaruda.org/article.php?article=195930&val=986&title=ANALISIS%20PENERAP AN%20TAX%20REVIEW%20ATAS%20PAJAK%20PENGHASILAN%20BADAN%20DAN%20WIT HHOLDING%20TAX%20PADA%20HOTEL%20X

Mankiw, N. Gregory, Matthew Charles Weinzierl, dan Danny Ferris Yagan. 2009. Optimal Taxation In

Theory And Practice.

https://dash.harvard.edu/bitstream/handle/1/4263739/Mankiw_OptimalTaxationTheory.pdf?sequence=2 Mardiasmo. 2011. Perpajakan. Edisi revisi 2011.ANDI. Jakarta.

Michael G. Allingham & Agnar Sandmo. 1972. Income Tax Evasion : A Theoretical Analysis. http://www3.nccu.edu.tw/~klueng/tax%20paper/1.pdf

Nurul Ifadhoh. 2013. Implementasi Tax Planing Pajak Penghasilan Badan PT. Indojaya Mandiri.http://ejournal.stiesia.ac.id/index.php/jira/article/viewFile/205/208

Renita Rumuy. 2012. Penerapan Perencanaan Pajak Penghasilan Badan Sebagai Upaya Efisiensi

Pembayaran Pajak PT. Sinar Sasongko.

http://eprints.mdp.ac.id/706/1/jurnal%202009210045%20Renita_Rumuy.Pdf

Republik Indonesia, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 Tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan

Rifaldi Josua Muaja. 2015. Analisis Penerapan Perencanaan Pajak Pada Wajib Pajak Badan di PT. Elsadai Servo Cons. http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/10586/10173 Rima Naomi Pangemanan. 2013. Hubungan Jumlah Dan Kepatuhan Wajib Pajak Badan Dengan

Penerimaan PPh KPP Pratama

Manado.http://ejournal.unsrat.ac.id/index.php/emba/article/download/1886/1489 Sugiyono, 2007.Metode Penelitian Bisnis. Alfabeta. Bandung.


(6)