Pengaruh Proxi Going Concern dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Tahun Berjalan pada Bank Umum yang Go Public di Indonesia
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI
MEDAN
SKRIPSI
PENGARUH PROXI GOING CONCERN DAN OPINI AUDIT TAHUN SEBELUMNYA TERHADAP OPINI AUDIT TAHUN BERJALAN
PADA BANK UMUM YANG GO PUBLIC DI INDONESIA
OLEH:
NAMA : DEWI A. HANDAYANI SIAGIAN NIM : 050503148
DEPARTEMEN : AKUNTANSI
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul : “Pengaruh Proxi
Going Concern dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Tahun
Berjalan pada Bank Umum yang Go Public di Indonesia”, adalah benar hasil karya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasikan atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi program reguler S-1 Departemen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar, saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 19 Mei 2009 Yang membuat pernyataan
Dewi A.Handayani Siagian NIM: 050503148
(3)
KATA PENGANTAR
Segala puji, hormat dan syukur kunaikkan kepada Mu Tuhan Yesus Kristus, Allah dan Juruselamat ku. Terima kasih tuhan untuk segala hikmat dan penyertaan Mu, selama proses pengerjaaan skripsi ini sehingga aku bisa menyelesaikannya dengan baik dan tepat waktu.
Adapun skripsi ini berjudul “Pengaruh Proxi Going Concern dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Tahun Berjalan pada Bank Umum yang Go Public di Indonesia”. Disusun guna memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi Departemen Akuntansi, Universitas Sumatera Utara.
Dalam kesempatan ini penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah memberikan bimbingan, dukungan dan bantuan selama proses penyusunan skripsi ini.
1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs Arifin Akhmad M.Si,Ak. Selaku Ketua Departemen Akuntansi dan Bapak Fahmi Natigor Nasution, SE, M.Acc, selaku Sekretaris Departmen Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si,Ak selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
(4)
4. Bapak Drs. Hotmal Jafar, MM, Ak selaku dosen pembanding I dan Bapak Drs. Wahidin Yasin, Ak selaku dosen pembanding II yang telah memberikan arahan bagi penulis untuk menyelesaikan skripsi ini.
5. Orangtua penulis, Ayahanda K.C.Siagian dan Ibunda S.Sinaga, serta adik penulis Jonathan H.Siagian, terimakasih untuk setiap dukungan dan perhatiannya sehingga penulis tetap bersemangat mengerjakan skripsi ini.
6. Arta, Eka, Tiwi, Winda, Horas, Via, Bang Tunas, Ria, Bang Pitoy, Ka Herlina, terima kasih buat motivasi dan doa-doa kalian semua. Buat Maria dan Revol terima kasih atas pertolongan kalian berdua dalam pengerjaan skripsi ini.
Penulis juga menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dri kesempurnaan karena keterbatasan kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun untuk perbaikan penulisan karya ilmiah kedepan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, 19 Mei 2009 Penulis,
(Dewi A.Handayani Siagian) NIM: 050503148
(5)
ABSTRAK
Dalam penelitian ini, saya mencoba menyelidiki secara empiris hubungan antara proxi going concern dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit tahun berjalan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 17 perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2007. Regresi logistik digunakan untuk menguji hipotesis.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa Debt to Equity Ratio dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahun berjalan. Di sisi lain, Quick Ratio, Loan to Asset Ratio dan Long Term Debt to
Assets Ratio tidak berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan.
Kata Kunci : proxi going concern (QR, LAR, LTDAR, DER), opini audit tahun sebelumnya, opini audit going concern.
(6)
ABSTRACT
In this study, i attempt empirically to investigate the relationship between proxy going concern and previous audit report on current audit opinion would receive a going concern pinion. A samples of 17 banking companies listed at Indonesia Stock Exchange from 2005-2007. Logistic regression is used to examine hypothesis.
The result indicate that Debt to Equity Ratio and previous audit report are signifcantly affect the going concern audit opinion. On the other hand, Quick Ratio, Loan to Asset Ratio, and Long Term Debt to Assets Ratio do not have affect on going concern audit opinion.
Keywords : proxy going concern (QR, LAR, LTDAR, DER), previous audit report, going concern audit opinion.
(7)
DAFTAR ISI
Halaman
PERNYATAAN...i
KATA PENGANTAR...ii
ABSTRAK... iv
ABSTRACT...v
DAFTAR ISI...vi
DAFTAR TABEL...ix
DAFTAR GAMBAR...x
DAFTAR LAMPIRAN...xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah...1
B. Perumusan Masalah...6
C. Batasan Penelitian...7
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian...8
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Opini Audit...10
B. Going Concern...11
C. Proxi Going Concern...13
D. Opini Audit Tahun Sebelumnya...15
E. Opini Audit Going Concern...15
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu...16
(8)
BAB III METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian...21
B. Populasi Dan Sampel Penelitian...21
C. Jenis Dan Sumber Data...23
D. Metode Pengumpulan Data...24
E. Defenisi Operasional Dan Pengukuran Variabel...25
F. Metode Analisa Data 1. Pengujian Data...28
a. Uji Asumsi Klasik...28
1. Uji Autokorelasi...28
2. Uji Multikolinearitas...29
b. Menguji Keseluruhan Model Fit...30
c. Menguji Kelayakan Model Regresi...30
2. Pengujian Hipotesis...31
G. Jadwal Penelitian...33
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Data Penelitian...34
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif...34
2. Pengujian Data...37
a. Uji Asumsi Klasik...37
1. Uji Multikolinearitas...37
(9)
b.Menilai Keseluruhan Model...42
c.Menilai Kelayakan Model Regresi...47
3. Pengujian Hipotesis...49
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan...57
B. Keterbatasan...57
C. Saran...58
DAFTAR PUSTAKA...59 LAMPIRAN
(10)
DAFTAR TABEL
Nomor Judul Halaman
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu 16
Tabel 3.1 Daftar Sampel Emiten 23
Tabel 3.2 Rencana Jadwal Penelitian 33
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif 31
Tabel 4.2 Coefficient Correlations 33
Tabel 4.3 Coefficients 34
Tabel 4.4 Run Test 36
Tabel 4.5 Nilai -2 Log Likelihood awal 38
Tabel 4.6 Nilai -2 Log Likelihood akhir 38
Tabel 4.7 Hosmer And Lemeshow Test 43
Tabel 4.8 Ikhtisar Pengolahan Data 44
Tabel 4.9 Cox And Snell R Square Dan Nagelkerke R Square 45
(11)
DAFTAR GAMBAR
Nomor Judul Halaman
(12)
DAFTAR LAMPIRAN Nama Judul
Lampiran 1 Laporan Auditor Independen Dan Laporan Keuangan PT Bank Nusantara Parahyangan Tbk.
Lampiran 2 Laporan Auditor Independen Dan Laporan Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk.
(13)
ABSTRAK
Dalam penelitian ini, saya mencoba menyelidiki secara empiris hubungan antara proxi going concern dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit tahun berjalan. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini yaitu sebanyak 17 perusahaan perbankan yang terdaftar pada Bursa Efek Indonesia dari tahun 2005-2007. Regresi logistik digunakan untuk menguji hipotesis.
Hasil penelitian mengindikasikan bahwa Debt to Equity Ratio dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahun berjalan. Di sisi lain, Quick Ratio, Loan to Asset Ratio dan Long Term Debt to
Assets Ratio tidak berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan.
Kata Kunci : proxi going concern (QR, LAR, LTDAR, DER), opini audit tahun sebelumnya, opini audit going concern.
(14)
ABSTRACT
In this study, i attempt empirically to investigate the relationship between proxy going concern and previous audit report on current audit opinion would receive a going concern pinion. A samples of 17 banking companies listed at Indonesia Stock Exchange from 2005-2007. Logistic regression is used to examine hypothesis.
The result indicate that Debt to Equity Ratio and previous audit report are signifcantly affect the going concern audit opinion. On the other hand, Quick Ratio, Loan to Asset Ratio, and Long Term Debt to Assets Ratio do not have affect on going concern audit opinion.
Keywords : proxy going concern (QR, LAR, LTDAR, DER), previous audit report, going concern audit opinion.
(15)
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Teori keagenan (agency theory) mengimplikasikan adanya asimetri informasi antara manajer sebagai agen dan pemegang saham sebagai prinsipal. Dengan adanya asimetri informasi ini, manajer dapat memaksimalisasi nilai saham perusahaan melalui pengungkapan (disclosure) informasi akuntansi. Bagaimanapun juga manajer tidak selalu bertindak sesuai keinginan
shareholders, sebagian dikarenakan oleh adanya moral hazard sehingga
dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal (pemegang saham) dan agen (manajer).
Untuk melindungi publik yang juga merupakan pemilik perusahaan, otoritas pasar modal mengharuskan perusahaan emiten menyerahkan laporan keuangan auditan. Oleh karenanya informasi yang dianggap relevan untuk pengambilan keputusan investasi oleh para investor adalah laporan keuangan perusahaan yang telah diaudit oleh auditor independen. Hal ini menyebabkan pemeriksaan atas laporan keuangan oleh pihak ketiga yang independen menjadi sangat diperlukan.
Auditor mempunyai peranan penting dalam menjembatani antara kepentingan investor dan kepentingan perusahaan sebagai pemakai dan penyedia laporan keuangan. Data-data perusahaan akan lebih mudah dipercaya oleh investor dan pemakai laporan keuangan lainnya apabila laporan keuangan yang mencerminkan kinerja dan kondisi keuangan perusahaan telah mendapat
(16)
pernyataan wajar dari auditor. Pernyataan auditor diungkapkan melalui opini audit. Peran auditor diperlukan untuk mencegah diterbitkannya laporan keuangan yang menyesatkan. Dengan menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit, para pemakai laporan keuangan dapat mengambil keputusan dengan benar sesuai dengan kenyataan yang sesungguhnya.
Selain memberikan opini audit atas laporan keuangan, mengenai kewajarannya auditor juga bertanggungjawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going concern) dalam periode waktu tidak lebih dari satu tahun sejak tanggal laporan audit (SPAP 2004). Jika ada keraguan mengenai kelangsungan hidup suatu bank, maka auditor perlu mengungkapkannya dalam laporan opini audit dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified modified
opinion).
Krisis moneter yang melanda beberapa negara di Asia termasuk Indonesia pada tahun 1997, membawa dampak buruk bagi kelangsungan hidup entitas bisnis termasuk bisnis perbankan. Banyak perusahaan yang tidak mampu lagi membiayai operasional perusahaannya dan pailit. Peralihan kekuasaan pemerintah juga menghasilkan beberapa kebijakan baru, diantaranya kebijakan untuk melikuidasi sejumlah bank.
Kondisi tidak sehatnya kinerja keuangan perbankan di Indonesia sangat mungkin sudah terjadi sebelum datangnya krisis moneter, namun hal ini tidak terdeteksi secara nyata oleh masyarakat. Ketika masa pemerintahan Presiden Soeharto (sekitar akhir tahun 80-an) dikeluarkan kebijakan Pakto yang memudahkan syarat-syarat pendirian bank, sehingga banyak bank-bank yang
(17)
bermunculan. Mayoritas bank-bank tersebut dimiliki oleh kalangan pengusaha yang bukan bankir sehingga ketika krisis ekonomi mengguncang Indonesia, banyak perbankan yang tidak siap menanggung beban akibat tidak sehatnya kinerja keuangan bank. Imbasnya, sejumlah bank dilikuidasi oleh Pemerintah.
Dampak dari memburuknya kondisi ekonomi ini mengakibatkan makin meningkatnya opini dengan Qualified dengan penjelasan Going Concern dan opini Disclaimer pada tahun 1998. Beberapa hal yang memicu masalah going concern pada tahun tersebut umumnya adalah perusahaan-perusahaan memiliki rasio hutang terhadap modal yang tinggi, saldo hutang jangka pendek dalam jumlah besar yang segera jatuh tempo, mengalami penurunan modal (capital deficiency) yang signifikan, kerugian keuangan (financial losses) yang disebabkan karena kerugian nilai tukar, menanggung beban-beban keuangan, kerugian operasional dan tidak adanya action plans yang jelas dari pihak manajemen.
Going concern adalah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Dengan
adanya going concern maka suatu badan usaha dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka waktu panjang, tidak akan dilikuidasi (untuk perusahaan) dalam jangka waktu pendek. Sehingga opini dengan tambahan bahasa penjelasan going concern harus diungkapkan dengan harapan dapat segera mempercepat upaya penyelamatan perusahaan yang bermasalah.
Going concern suatu bank dapat diproksikan dengan analisis rasio
keuangan. Kelangsungan usaha tidak hanya dapat diukur dengan profitabilitas tetapi juga harus memperhatikan likuiditas dan solvabilitas. Disamping itu going
(18)
Likuiditas perusahaan perbankan merupakan kemampuan suatu bank untuk menyediakan alat-alat lancar guna membayar kembali titipan yang jatuh tempo dan memberikan pinjaman (loan) kepada masyarakat yang memerlukan. Tingkat likuiditas yang tinggi menunjukkan tingkat efisiensi perusahaan. Likuiditas perbankan dalam penelitian ini diproksikan oleh Quick Ratio dan Loan
to Asset Ratio. Apabila nilai dari Quick Ratio semakin tinggi, maka semakin
tinggi pula kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan. Di sisi lain semakin tinggi nilai Loan to Asset Ratio, maka akan semakin rendah kemampuan likuiditas bank yang bersangkutan sehingga suatu bank kemungkinan besar dinyatakan kurang likuid.
Solvabilitas perbankan merupakan kemampuan suatu bank untuk membayar kewajiban jangka panjangnya ataupun kemampuan bank untuk memenuhi kewajiban-kewajiban jika terjadi likuidasi bank. Solvabilitas perbankan dalam penelitian ini diproksikan dengan Long Term Debt to Assets
Ratio dan Debt to Equity Ratio. Bank yang mempunyai nilai Long Term Debt to Assets Ratio dan Debt to Equity Ratio yang rendah, maka akan memperbesar
kemungkinan bank tersebut mendapat opini audit going concern.
Beberapa penelitian menemukan bahwa auditor dalam menerbitkan opini audit dengan penjelasan going concern akan mempertimbangkan opini audit dengan going concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya. Namun penelitian mengenai opini audit tahun sebelumnya pada industri perbankan masih sangat jarang dilakukan.
Penelitian ini merupakan penelitian replikasi. Penelitian terdahulu dilakukan oleh Hani dkk (2003), yang meneliti tentang pengaruh rasio-rasio keuangan pada industri perbankan yang terdaftar di BEJ terhadap penerimaan opini
(19)
audit dengan going concern. Hasil dari penelitian mereka memberikan bukti empiris yaitu hanya variabel quick ratio, return on asset, dan interest margin of loans yang berpengaruh positif terhadap opini audit going concern. Penelitian mereka lebih berfokus pada industri perbankan saja, dengan periode pengamatan tahun 1995-1997.
Agrianti Komalasari A. (2005) yang melakukan penelitian pada perusahaan publik, yang meneliti pengaruh kualitas auditor, dan proxi going
concern yaitu likuiditas (quick ratio) dan profitabilitas (ROA) dan gearing ratio
terhadap opini auditor. Dia menemukan bahwa kualitas auditor dan gearing ratio berpengaruh negatif terhadap pemberian opini audit dengan going concern, dan ROA berpengaruh positif terhadap pemberian opini audit dengan going concern.
Narwinder Singh (2008) menyelidiki pengaruh dari beberapa rasio perbankan yaitu profitabilitas, likuiditas dan solvabilitas terhadap pemberian opini audit yang berkaitan dengan going concern. Dia menemukan bahwa hanya rasio likuiditas dan solvabilitas yang berpengaruh terhadap pemberian opini yang berkaitan dengan going concern yaitu quick ratio, banking ratio dan CAR.
Eko Budi, dkk (2006) yang meneliti pengaruh kualitas audit, kondisi keuangan perusahaan, opini audit tahun sebelumnya dan pertumbuhan perusahaan terhadap opini audit dengan going concern pada perusahaan manufaktur. Hasil penelitian mereka membuktikan bahwa kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan berpengaruh negatif sedangkan kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun sebelumnya berpengaruh positif terhadap opini audit dengan
going concern.
Meskipun penelitian-penelitian tentang rasio keuangan, opini audit tahun sebelumnya maupun unqualified modified with going concern opinion telah banyak
(20)
dilakukan namun penelitian yang berfokus pada industri perbankan masih sedikit sehingga penulis tertarik untuk melakukan replikasi terhadap penelitian tersebut.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk membahas seberapa besar pengaruh proxi going concern (likuiditas dan solvabilitas) dan opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit dengan objek penelitian bank-bank umum yang go public di Indonesia pada periode 2005-2007 dalam skripsi dengan judul “Pengaruh Proxi Going Concern Dan Opini Audit Tahun Sebelumnya Terhadap Opini Audit Tahun Berjalan Pada Bank Umum Yang Go Public di Indonesia”
B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka penulis membuat perumusan masalah sebagai berikut:
1. Apakah Quick Ratio (QR) berpengaruh terhadap opini audit tahun
berjalan?
2. Apakah Loan to Asset Ratio (LAR) berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan?
3. Apakah Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan?
4. Apakah Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan ?
5. Apakah opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan?
(21)
C. Batasan Penelitian
Supaya penelitian ini terfokus pada topik yang dipilih, maka penulis memberi batasan masalah sebagai berikut:
1. Faktor yang mempengaruhi opini audit adalah kemampuan entitas bisnis dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya (going
concern), yang dalam penelitian ini diproxikan oleh rasio keuangan
bank serta opini audit tahun sebelumnya,
2. Rasio keuangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio likuiditas dan solvabilitas, dengan menggunakan alat ukur quick ratio,
loan to asset ratio, long term debt to assets ratio dan debt to equity ratio
3. Opini audit yang diamati adalah unqualified opinion atau wajar tanpa pengecualian, yang diklasifikasikan menjadi 2, yaitu: Unqualified with
Going Concern Audit Report maupun Unqualified with Non-Going Concern Audit Report .
4. Objek penelitian adalah industri perbankan yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia, dan
5. Periode penelitian yang diamati adalah tahun 2005-2007
D. Tujuan Dan Manfaat Penelitian A. Tujuan penelitian
Tujuan dari penelitian ini adalah :
1. Untuk menguji pengaruh dari Quick Ratio (QR) terhadap opini audit tahun berjalan.
(22)
2. Untuk menguji pengaruh dari Loan to Asset Ratio (LAR) terhadap opini audit tahun berjalan.
3. Untuk menguji pengaruh dari Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) terhadap opini audit tahun berjalan.
4. Untuk menguji pengaruh dari Debt to Equity Ratio (DER) terhadap opini audit tahun berjalan.
5. Untuk menguji pengaruh dari opini audit tahun sebelumnya terhadap opini audit tahun berjalan.
B. Manfaat penelitian
Adapun manfaat dari penelitian ini diharapkan:
1. Bagi peneliti, untuk menambah wawasan peneliti sehubungan dengan pengaruh dari informasi keuangan bank bagi kelangsungan hidup suatu bank.
2. Bagi calon investor dan investor, hasil penelitian ini diharapkan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan keputusan investasi pada perusahaan perbankan yang mempunyai kinerja tertentu berdasarkan laporan audit.
3. Bagi manajemen bank, sebagai pertimbangan dalam menggunakan laporan audit terhadap dampaknya bagi kelangsungan hidup perusahaan yang dimilikinya di masa yang akan datang.
4. Bagi akademisi, sebagai bahan referensi dan sumber informasi dalam melakukan penelitian selanjutnya yang sejenis.
(23)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Opini Audit
Dalam melakukan penugasan umum, auditor ditugasi memberikan opini atas laporan keuangan perusahaan. Opini yang diberikan merupakan pernyataan kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan dan hasil usaha dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi berterima umum (SPAP, 2004 alinea 1). Sehingga pendapat atau opini audit merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari laporan audit.
Opini yang dikeluarkan auditor ada empat macam yaitu: pendapat wajar tanpa pengecualian (unqualified opinion), pendapat wajar dengan tambahan bahasa penjelasan (unqualified modified opinion), pendapat wajar dengan pengecualian (qualified opinion), opini audit tidak memberikan pendapat (disclaimer opinion) dan pendapat tidak wajar (adverse opinion). Laporan penting sekali dalam suatu audit karena laporan menginformasikan pemakai informasi mengenai apa yang dilakukan auditor dan kesimpulan yang diperolehnya.
Auditor mempunyai tanggung jawab untuk menilai apakah terdapat kesangsian besar terhadap kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya dalam periode waktu pantas. Pada saat auditor menemukan adanya keraguan terhadap kemampuan klien untuk melanjutkan usahanya, auditor harus memberikan opini audit dengan modifikasi mengenai
going concern, auditor diijinkan untuk memilih apakah akan mengeluarkan unqualified modified report atau disclaimer opinion.
(24)
Menurut PSAK 29, bahwa keraguan yang besar tentang kemampuan satuan usaha dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya merupakan keadaan yang mengharuskan auditor menambah paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit, meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian, yang dinyatakan oleh auditor. Istilah bahasa digunakan untuk mencakup paragraf, kalimat, frasa dan kata yang digunakan oleh akuntan publik untuk mengkomunikasikan hasil auditnya kepada pemakai laporan.
B. Going Concern
Going concern ialah kelangsungan hidup suatu badan usaha. Going concern adalah salah satu konsep yang paling penting yang mendasari pelaporan keuangan. Dengan adanya going concern maka suatu entitas dianggap akan mampu mempertahankan kegiatan usahanya dalam jangka panjang, tidak akan dilikuidasi dalam jangka waktu pendek. Adalah tanggung jawab utama director untuk menentukan kelayakan dari persiapan laporan keuangan menggunakan dasar going concern dan tanggung jawab auditor untuk meyakinkan dirinya bahwa penggunaan dasar going concern oleh perusahaan adalah layak dan diungkapkan secara memadai dalam laporan keuangan. Ketika kondisi ekonomi merupakan sesuatu yang tidak pasti, para investor mengharapkan auditor memberikan early warning akan kegagalan keuangan perusahaan. Kelangsungan hidup usaha selalu dihubungkan dengan kemampuan manajemen dalam mengelola perusahaan agar bertahan hidup.
PSAK 30 menyatakan bahwa going concern dipakai sebagai asumsi dalam pelaporan keuangan sepanjang tidak terbukti adanya informasi yang menunjukkan hal yang berlawanan. Biasanya informasi yang secara signifikan dianggap
(25)
berlawanan dengan asumsi kelangsungan hidup suatu badan usaha adalah berhubungan dengan dengan ketidakmampuan suatu badan usaha dalam memenuhi kewajiban pada saat jatuh tempo tanpa melakukan penjualan melakukan penjualan sebagian besar aktiva kepada pihak luar melalui bisnis biasa, restrukturisasi utang, perbaikan operasi yang dipaksakan dari luar dan kegiatan serupa yang lain.
Salah satu dari hal-hal penting yang harus diputuskan oleh auditor dalam menyampaikan laporan audit adalah apakah perusahaan dapat mempertahankan hidupnya (going concern). Audit report dengan modifikasi mengenai going
concern, mengindikasikan bahwa dalam penilaian auditor terdapat resiko
perusahaan tidak dapat bertahan dalam bisnis. Dari sudut pandang auditor, keputusan tersebut melibatkan beberapa tahap analisis. Auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
Menurut Altman dan McGough (1974) seperti yang dikutip dari Mirna dan Indira (2006), masalah going concern terbagi dua, yaitu masalah keuangan yang meliputi kekurangan (defisiensi) likuiditas, defisiensi ekuitas, penunggakan utang, kesulitan memperoleh dana, serta masalah operasi yang meliputi kerugian operasi yang terus-menerus, prospek pendapatan yang meragukan, kemampuan operasi terancam, dan pengendalian yang lemah atas operasi.
(26)
C. Proxi Going Concern
Menurut Agrianti Komalasari rasio keuangan merupakan proxi dari going
concern. Menurut Hani, dkk. (2003) analisis rasio secara tradisional
memfokuskan kepada profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas. Sudah jelas sekali bahwa perusahaan yang tidak menghasilkan profit atau keuntungan dalam jangka panjang adalah tidak solvabel, atau tidak likuid dan kemungkinan harus direstrukturisasi, dan yang sering terjadi setelah direstrukturisasi, maka perusahaan akan bangkrut. Cara untuk menghindarinya adalah dengan memprediksi bahaya keuangan jauh sebelumnya agar tidak menderita kerugian investasi.
• Likuiditas
Rasio likuiditas digunakan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban-kewajiban yang akan jatuh tempo (kewajiban jangka pendek). Sebagai parameter dari rasio likuiditas, penulis menggunakan Quick Ratio (QR) dan Loan to Assets Ratio (LAR).
Quick Ratio atau rasio cepat digunakan untuk mengetahui kemampuan
bank untuk membayar kembali kewajibannya kepada para deposannya dengan aktiva tunai yang dimilikinya. Rendahnya nilai rasio ini mengindikasikan bahwa suatu perusahaan perbankan atau bank mengalami kesulitan kas, sehingga suatu waktu dapat menimbulkan rush atau kegagalan pembayaran kepada nasabah, apabila terjadi penarikan besar-besaran oleh nasabah.
Menurut Juli, Zainal, dkk., (2002:90), Loan to Asset Ratio (LAR) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aktiva yang dimiliki. Semakin tinggi LAR, maka
(27)
tingkat likuiditasnya rendah karena jumlah aktiva yang diperlukan untuk membiayai kreditnya semakin besar.
• Solvabilitas
Rasio solvabilitas digunakan karena rasio ini mengukur kemampuan perusahaan di dalam memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjang. Sebagai parameter dari rasio solvabilitas, penulis menggunakan Long Term Debt to Assets
Ratio (LTDAR) dan Debt to Equity Ratio (DER).
Menurut Juli, Zainal, dkk., (2002:91), Long Term Debt to Assets Ratio
(LTDAR) digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva bank dalam memenuhi
kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi nilai LTDAR, maka semakin kecil kemampuan untuk membayar hutang dari aktiva. Hal ini berarti bank tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban bank untuk memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi bank.
Menurut Juli, Zainal, dkk., (2002: 91), Debt to Equity Ratio (DER) digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang jangka pendek maupun panjang, dengan menggunakan modal bank sendiri. Semakin tinggi nilai dari DER, maka semakin kecil kemampuan membayar hutangnya dari modal sendiri. Hal ini berarti bank tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya atau kewajiban bank untuk memenuhi kewajiban jika terjadi likuidasi bank.
D. Opini audit tahun sebelumnya
Wawancara yang dilakukan oleh Mutchler (1984) seperti yang dikutip dari Eko, Indira dan Faisal (2006) menyatakan bahwa perusahaan yang menerima
(28)
opini audit modifikasi mengenai going concern pada tahun sebelumnya lebih cenderung untuk menerima opini yang sama pada tahun berjalan. Penelitian oleh Carcello dan Neal (2000) serta Rahmadhani (2004) seperti yang dikutip dari Eko, Indira dan Faisal, memperkuat bukti mengenai opini audit modifikasi mengenai
going concern yang diterima tahun sebelumnya dengan opini audit modifikasi
mengenai going concern tahun berjalan. Ada hubungan positif yang signifikan antara opini audit modifikasi mengenai going concern tahun sebelumnya dengan opini audit modifikasi mengenai going concern tahun berjalan. Apabila pada tahun sebelumnya auditor telah menerbitkan opini audit modifikasi mengenai
going concern, maka akan semakin besar kemungkinan auditor untuk menerbitkan
kembali opini audit modifikasi mengenai going cocern pada tahun berikutnya.
E. Opini audit going concern
Opini audit modifikasi mengenai going concern merupakan opini audit yang dalam pertimbangan auditor terdapat ketidakmampuan atau ketidakpastian signifikan atas kelangsungan hidup perusahaan dalam menjalankan operasinya (SPAP). Termasuk dalam opini audit going concern ini adalah opini going
concern unqualified/qualified dan going concern disclaimer opinion.
Menurut Lenard dkk, (1998) seperti yang dikutip dari Mirna dan Indira, auditor harus mempertimbangkan hasil dari operasi, kondisi ekonomi yang mempengaruhi perusahaan, kemampuan pembayaran hutang, dan kebutuhan likuiditas di masa yang akan datang.
(29)
F. Tinjauan Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Peneliti/
Tahun
Judul Variabel
Independen Metode Analisis Hasil Agrianti Komalasari (2006) Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxi Going Concern Terhadap Opini Auditor. Kualitas auditor
Quick Ratio (QR)
Return on Total Assets Regresi Logistik Kualitas auditor menunjukkan arah negatif terhadap opini going concern. Quick Ratio tidak
berpengaruh terhadap opini audit going concern. Eko Budi Setyarno, dira Januarti, Faisal (2007) Pengaruh Kualitas audit, Kondisi Keuangan Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern. Kualitas audit Kondisi keuangan perusahaan
Opini audit tahun sebelumnya
Regresi logistik
Kondisi keuangan perusahaan dan opini audit tahun
sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit, sedangkan kualitas audit dan pertumbuhan perusahaan tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit.
(30)
Pertumbuhan perusahaan. Hani, Cleary, Mukhlasin (2003) Going Concern dan Opini Audit: Suatu Studi Pada Perusahaan Perbankan di BEJ
Quick Ratio (QR)
anking Ratio (BR)
Return on Asset (ROA)
Interest Margin of Loans (IML)
Cash ratio (CR)
Capital Adequacy Ratio (CAR)
Regresi logistik
QR, ROA, IML berpengaruh positif terhadap
opini audit. BR, CR, CAR tidak
berpengaruh signifikan. Narwinder Singh (2008) engaruh Rasio Likuiditas, Profitabilitas dan Solvabilitas bank Terhadap Opini Audit Pada Perusahaan Perbankan yang terdaftar di BEI.
Quick Ratio (QR)
anking Ratio (BR)
Return on Asset (ROA)
Net Interest Margin (NIM)
Capital Adequacy Ratio (CAR).
Regresi Logistik
QR, BR, CAR berpengaruh
terhadap pemberian opini audit. Sedangkan
ROA dan NIM tidak berpengaruh.
(31)
Puji Rahayu (2007)
Assesing Going Concern Opinion : A Study Based on Financial
Likuiditas
Profitabilitas
Solvabilitas Afiliasi
Opini audit tahun sebelumnya
Reputasi auditor
Regresi Logistik.
Likuiditas, profitabilitas, solvabilitas dan
afiliasi tidak berpengaruh signifikan dalam pemberian opini going concern. Opini audit tahun sebelumnya dan reputasi auditor
berpengaruh signifikan
terhadap pemberian opini going concern.
(32)
G. Kerangka Konseptual dan Hipotesis 1. Kerangka Konseptual
Berdasarkan latar belakang masalah dan tujuan penelitian yang telah dikemukakan di atas, maka dibuat kerangka konseptual dan hipotesis sebagai berikut:
Loan to Asset Ratio(LAR)
(x2)
Long Term Debt to Assets Ratio(LTDAR)
(x3) Quick Ratio(QR)
(x1)
Opini Audit Tahun Berjalan
(Y)
Debt to equity Ratio (DER)
(x4)
Opini Audit Tahun Sebelumnya
(33)
2. Hipotesis
Hipotesis menurut Sugiyono (2005:306), menyatakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah. Karena sifatnya masih sementara, maka perlu dibuktikan kebenarannya melalui data empirik yang terkumpul.
Dari kerangka konseptual dan tinjauan teoritis tersebut, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut:
H1: Quick Ratio (QR) berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan.
H2: Loan to Asset Ratio (LAR) berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan.
H3: Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR) terhadap pemberian opini audit tahun berjalan.
H4: Debt to Equity Ratio (DER) berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan.
H4: Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan.
(34)
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Peneliti menggunakan desain kausal atau hubungan sebab akibat. Desain penelitian kausal ini berguna untuk menganalisis hubungan antara satu variabel dengan variabel lainnya (Umar,2003:30). Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah quick ratio, loan to asset ratio, long term debt to assets ratio dan debt to equity ratio dan opini audit tahun sebelumnya sebagai varibel independen serta opini audit tahun berjalan sebagai variabel dependen.
B. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari, kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono,2004:72). Populasi pada penelitian ini adalah seluruh perusahaan perbankan yang terdaftar (listing) di BEI tahun 2005 sampai 2007. Sektor perbankan dipilih untuk menghindari adanya industrial effect yaitu risiko industri yang berbeda antara suatu sektor industri yang satu dengan yang lain.
Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono,2004:73). Dimana sampel yang diambil harus betul-betul representatif (mewakili). Sampel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini ditentukan dengan menggunakan teknik purposive sampling, yaitu teknik penentuan sampel dengan pertimbangan tertentu (Sugiyono,2004:78).
(35)
Kriteria-kriteria sampel yang ditentukan oleh peneliti adalah sebagai berikut:
1. Perusahaan tersebut terdaftar di BEI pada tahun 2005 sampai 2007. 2. Perusahaan tidak sedang berada dalam proses delisting pada periode
pengamatan.
3. Perusahaan tersebut menerbitkan laporan keuangan pada tahun 2005 sampai 2007.
4. Mempunyai laporan auditor independen yang dipublikasikan bersamaan dengan periode pengamatan, dan opini yang diterima adalah unqualified opinion, baik dengan going concern maupun non
(36)
Setelah dilakukan uji purposive sampling, maka emiten yang lolos uji ini adalah: Tabel 3.1
Daftar Sampel Emiten
NO. NAMA EMITEN
1. Bank Bumiputera Indonesia Tbk. 2. Bank Central Asia Tbk.
3. Bank Eksekutif Internasional Tbk 4. Bank Internasional Indonesia Tbk. 5. Bank Kesawan Tbk.
6. Bank Lippo Tbk.
7. Bank Mandiri (Persero) Tbk. 8. Bank Mayapada Internasional Tbk. 9. Bank Mega Tbk.
10. Bank Negara Indonesia Tbk. 11. Bank Niaga Tbk.
12. Bank Nusantara Parahyangan Tbk. 13. Bank Pan Indonesia
14. Bank Permata Tbk.
15. Bank Rakyat Indonesia Tbk. 16. Bank UOB Buana Tbk. 17. Bank Victoria Tbk.
Sumber: www.idx.go.id
C. Jenis dan Sumber Data
Data dalam penelitian ini ialah data sekunder. Data sekunder merupakan data primer yang telah diolah lebih lanjut dan disajikan baik oleh pihak pengumpul data primer atau oleh pihak lain (Umar,2003:69).
Data yang diperoleh adalah kombinasi antara data time series dengan data
time series dengan data cross section (Pooled Data). Data time series merupakan
sekumpulan data dari suatu fenomena tertentu yang didapat dalam beberapa interval waktu tertentu misalnya dalam waktu mingguan, bulanan, atau tahunan. Sedangkan data cross section merupakan sekumpulan data untuk meneliti suatu fenomena tertentu dalam satu kurun waktu (Umar,2003:70).
(37)
Data penelitian ini juga mencakup data yang berbentuk rasio untuk variabel independen yang diamati, serta berbentuk nominal untuk data variabel dependen.
Jenis data yang digunakan berupa:
1. Laporan keuangan tahunan dari setiap perusahaan yang merupakan sampel penelitian.
2. Laporan auditor independen dari bank yang diamati.
3. Informasi keuangan lainnya yang berkaitan dengan variabel penelitian. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia (BEI) tahun 2005 sampai 2007 yang merupakan data tentang rasio-rasio keuangan serta opini audit untuk sampel yang diamati.
D. Metode Pengumpulan Data
Data yang digunakan adalah data eksternal. Data eksternal adalah data yang dicari secara manual dengan cara mendapatkannya dari luar perusahaan (Umar,2003:70). Pada penelitian ini, pengumpulan data dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama dilakukan melalui studi pustaka, yaitu jurnal akuntansi dan buku-buku yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
Pada tahap kedua, pengumpulan data sekunder yang diperoleh dari media internet dengan cara mendownload melalui situs memperoleh data mengenai laporan keuangan yang telah dipublikasikan, maupun laporan auditor independen untuk periode pengamatan.
(38)
E. Defenisi Operasional dan Pengukuran Variabel
Seperti yang diuraikan pada tinjauan pustaka sebelumnya bahwa rasio keuangan merupakan proxi dari going concern perusahaan. Menurut Hani dkk. (2003) analisis rasio secara tradisional memfokuskan kepada profitabilitas, solvabilitas, dan likuiditas. Sudah jelas sekali, bahwa perusahaan yang tidak menghasilkan profit atau keuntungan dalam jangka panjang adalah tidak solvabel atau tidak likuid dan kemungkinan harus direstrukturisasi, dan yang sering terjadi setelah direstrukturisasi, perusahaan akan bangkrut. Ini merupakan alasan mengapa likuiditas, solvabilitas dan profitabilitas merupakan proxi dari going
concern perusahaan.
Variabel yang digunakan oleh penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Variabel Independen (tidak terikat)
Yaitu variabel yang menjelaskan atau mempengaruhi variabel yang lain (Umar,2003:50). Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah
going concern suatu bank yang diproksikan dengan rasio-rasio likuiditas dan
solvabilitas serta opini audit tahun sebelumnya. Rasio-rasio likuiditas dan solvabilitas menggunakan beberapa alat ukur antara lain:
a. Quick Ratio
Rasio ini menunjukkan kemampuan bank yang bersangkutan untuk melunasi kembali dana yang disimpan oleh para nasabahnya, dengan menggunakan cash assets atau aset-aset tunai yang dimiliki oleh bank tersebut (Mulyono,1999:431). Quick ratio dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
(39)
Quick Ratio : Cash Assets Total Deposit b. Loan to Asset Ratio (LAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam memenuhi permintaan kredit dengan menggunakan total aset bank yang dimiliki. Semakin tinggi LAR, semakin rendah likuiditasnya, karena semakin banyak aset yang dialokasikan ke kredit. LAR dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:
LAR : Total Credit
Total Asset
c. Long Term Debt to Assets Ratio (LTDAR)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan aktiva suatu bank dalam memenuhi kewajiban jangka panjangnya. Semakin tinggi LTDAR, berarti semakin tinggi solvabilitasnya karena semakin banyak aset yang dialokasikan ke utang jangka panjang. LTDAR dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
LTDAR : Long Term Debt Total Asset
d. Debt To Equity Ratio (DER)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan bank dalam menutup sebagian atau seluruh utang jangka pendek maupun jangka panjang, dengan menggunakan modal bank sendiri. Dimana semakin tinggi nilai DER berarti semakin rendah solvabilitasnya. DER dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut:
DER : Total Loans
(40)
e. Opini Audit Tahun sebelumnya
Auditor dalam menerbitkan opini audit going concern akan
mempertimbangkan opini audit going concern yang telah diterima oleh auditee pada tahun sebelumnya.
2. Variabel dependen (terikat)
Yaitu variabel yang dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel independen. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah opini audit tahun berjalan yang diberikan oleh auditor untuk laporan keuangan bank yang diamati, sebagai dummy
variable. Dalam penelitian ini, pengukuran opini audit unqualified dengan going concern yang terdapat dalam annual report diberi nilai “1”. Sedangkan opini audit unqualified dengan non-going concern yang terdapat dalam annual report diberi
nilai “0”.
F. Metode Analisa Data
Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisa statistik dengan menggunakan software statistik yaitu SPSS 15. Peneliti melakukan uji asumsi klasik terlebih dahulu sebelum melakukan pengujian hipotesis.
1. Pengujian Data a. Uji Asumsi Klasik
Penggunaan analisis regresi dalam statistik harus bebas dari asumsi-asumsi klasik. Untuk menguji hal tersebut, peneliti juga menggunakan program software statistik. Pengujian asumsi klasik yang harus dipenuhi meliputi ada tidaknya
(41)
autokorelasi dan multikolinearitas, dengan mengabaikan asumsi normalitas dan heterokedastisitas untuk pengujian regesi logistik.
1. Uji Autokorelasi
Uji ini berguna untuk menguji apakah dalam model regresi linier ada korelasi antara kesalahan pengganggu pada periode t (saat ini) dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Masalah ini timbul karena variabel pengganggu tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data time series karena gangguan pada seorang individu atau kelompok, cenderung mempengaruhi gangguan pada individu ataupun kelompok pada periode berikutnya. Model regresi yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi dapat dijelaskan dengan uji run test. Run test dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : residual (res_1) random (acak) H1 : residual (res_1) tidak random 2. Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Model regresi yang baik seharusnya tidak terjadi korelasi antara variabel independen (Ghozali, 2005:91). Untuk mendeteksi ada tidaknya multikolinearitas di dalam model regresi menurut Ghozali (2005:95) dapat dilihat dari:
(42)
a. nilai tolerance dan lawannya
b. variance inflation factor (VIF)
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Tolerance mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang tidak dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi, nilai tolerance yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (karena VIF=1/Tolerance). Nilai cutoff yang umum dipakai utnuk menunjukkan adanya multikolinearitas adalah nilai
Tolerance < 0,10 atau sama dengan nilai VIF > 10.
Ada dua cara yang dapat dilakukan jika terjadi multikolineritas, yaitu:
1. mengeluarkan salah satu variabel, misalnya variabel independen A dan B saling berkorelasi dengan kuat, maka bisa dipilih A atau B yang dikeluarkan dari model regresi.
2. menggunakan metode lanjut, seperti Regresi Bayessian atau Regresi Ridge.
b. Menguji Keseluruhan Model Fit
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesakan telah fit atau tidak dengan data. Seperti yang dikatakan dalam buku Homer-Lemeshow, 1989: 135 bahwa ” ...the model contains those variabel ( main effect as well as
interactions) that should be in the model and the variables have been entered in the correct functional form”. Oleh karena itu data yang baik adalah yang model
hipotesanya sesuai dengan data.
Statistik yang digunakan adalah berdasarkan pada fungsi Likelihood.
Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan
menggambarkan model input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Statistik -2LogL kadang-kadang disebut
(43)
c. Menguji Kelayakan Model Regresi
Kelayakan model regresi dinilai dengan menggunakan Hosmer and
Lemeshow’s Goodness of Fit Test. Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05, maka hipotesis nol tidak dapat ditolak
dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model dapat diterima karena sesuai dengan data observasinya (Ghozali, 2005).
2. Pengujian Hipotesis
Pengolahan data dalam penelitian ini menggunakan statistik deskriptif. Statistik deskriptif memberikan gambaran suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata (mean), standar deviasi, varian maksimum, minimum, sum, range, kurtosis, dan skewness (kemencengan distribusi).
Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan analisis regresi. Uji hipotesis yang digunakan adalah uji regresi logistik. Uji regresi logistik digunakan untuk menguji pengaruh dari dua variabel, yang mana dua atau lebih variabel independen yang mempunyai jenis pengukuran rasio, serta sebuah variabel dependen berjenis pengukuran nominal. Uji regresi ini digunakan untuk membuktikan pengaruh dari rasio likuiditas, solvabilitas dan opini audit tahun sebelumnya terhadap pemberian opini audit tahun berjalan, khususnya yang berhubungan dengan going concern suatu entitas perbankan.
(44)
Model yang digunakan dalam persamaan regresi ini adalah: Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3 +b4X4 +b5X5 + e
Keterangan:
Y = opini audit tahun berjalan
X1 = quick ratio
X2 = loan to asset ratio
X3 = long term debt to assets ratio
X4 = debt to equity ratio
X5 = opini audit tahun sebelumnya
a = Konstanta
b1, b2, b3, b4, b5 = Koefisien regresi, yang menunjukkan angka peningkatan ataupun penurunan variabel dependen yang didasarkan pada variabel independen.
(45)
G. Jadwal Penelitian
Tabel 3.2
Rencana Jadwal Penelitian
Tahapan Penelitian Sept Okt Nov Des Jan Feb Mar
Pengajuan Judul x
Penyelesaian Proposal x Pengumpulan Data dan Pengolahan Data
x x x
Seminar Proposal x
Penulisan Laporan x x
(46)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Data Penelitian
Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode analisis statistik yang menggunakan persamaan regresi logistik. Analisis data dimulai dengan mengolah data dengan menggunakan microsoft excel, selanjutnya dilakukan pengujian asumsi klasik dan pengujian menggunakan regresi logistik digunakan dengan menggunakan software SPSS versi 15. Prosedur dimulai dengan memasukkan variabel-variabel penelitian ke program SPSS tersebut dan menghasilkan output-output sesuai metode analisis data yang telah ditentukan.
Berdasarkan kriteria yang telah ditetapkan, diperoleh 17 perusahaan yang memenuhi kriteria dan dijadikan sampel penelitian ini dan diamati selama periode 2005-2007.
B. Analisis Hasil Penelitian 1. Statistik Deskriptif
Setelah data terkumpul, seluruh sampel diseleksi berdasarkan kriteria. Diperoleh 51 sampel yang memenuhi kriteria pemilihan sampel yang telah ditentukan sebelumnya.
Berikut ini ditampilkan data statistik secara umum dari seluruh sampel yang telah terpilih.
(47)
Tabel 4.1 Statistik Deskriptif
N Minimum Maximum Mean Std. Deviation
QR
51 ,178454 15,841696 10,888745
75 3,294827619 LAR
51 26,268184 90,934448 52,170327
65 14,776450138 LTDAR
51 ,000000 11,549766 3,0991674
9 3,170726288
DER 51 82,771781 1904,5316
95
887,08150 173
342,16171557 8
OPNS 51 0 1 ,96 ,196
OPINI 51 0 1 ,96 ,196
Valid N (listwise) 51
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.1 dapat dideskripsikan beberapa hal berikut ini :
1. Jumlah seluruh sampel penelitian adalah 17 perusahaan dikali tiga (3) tahun penelitian sehingga total N adalah adalah 51. Dengan lima (5) variabel yaitu
quick ratio sebagai variabel independen pertama (X1), loan to asset ratio (LAR) sebagai variabel independen kedua (X2), long term debt to assets ratio (LTDAR) sebagai variabel independen ketiga (X3), debt to equity ratio (DER)
sebagai variabel independen keempat (X4), opini audit tahun sebelumnya sebagai variabel independen kelima (X5), dan opini audit tahun berjalan sebagai variabel dependen (Y).
2. Variabel independen pertama, yaitu quick ratio, memiliki nilai minimum sebesar 0,17 dan nilai maksimum sebesar 15,84 dengan nilai rata-rata adalah 10,88. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai quick ratio yang positif. Nilai standar deviasi sebesar 3,29 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang memiliki nilai quick ratio yang bersifat ekstrim.
(48)
3. Variabel independen kedua, yaitu loan to asset ratio, memiliki nilai minimum sebesar 26,26 dan nilai maksimum sebesar 90,93 dengan nilai rata-rata adalah 52,17. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai LAR yang positif. Nilai standar deviasi sebesar 14,77 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang memiliki nilai LAR yang bersifat ekstrim.
4. Variabel independen ketiga yaitu long term debt to assets ratio, memiliki nilai minimum sebesar 0 dan nilai maksimum sebesar 11,54 dengan nilai rata-rata adalah 3,09. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai LTDAR yang positif. Nilai standar deviasi sebesar 3,17 menunjukkan bahwa tidak ada sampel yang memiliki nilai LTDAR yang bersifat ekstrim.
5. Variabel independen keempat yaitu debt to equity ratio, memiliki nilai minimum sebesar 82,77 dan nilai maksimum sebesar 1904,53 dengan nilai rata-rata adalah 887,08. Hal ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan yang menjadi sampel mempunyai nilai DER yang positif. Nilai standar deviasi sebesar 342,16 menunjukkan adanya sampel yang memiliki nilai DER yang bersifat ekstrim.
6. Variabel independen kelima yaitu opini audit tahun sebelumnya, variabel ini merupakan variabel numerik yang menggunakan variabel dummy, dimana opini dengan pernyataan going concern diberi nilai satu “0” sebagai nilai minimum dan tanpa pernyataan going concern diberi nilai nol “1” sebagai nilai maksimum. Sehingga dengan jelas dapat kita ketahui bahwa range antara data adalah sebesar satu (1), dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,96 dan standar
(49)
deviasi sebesar 0,196, yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antar nilai rata-rata (mean) dengan nilai data.
7. Variabel dependen yaitu opini audit tahun berjalan, sama seperti variabel independen kelima, variabel ini juga merupakan variabel numerik yang menggunakan variabel dummy, dimana opini dengan pernyataan going concern diberi nilai satu “0” sebagai nilai minimum dan tanpa pernyataan going
concern diberi nilai nol “1” sebagai nilai maksimum. Sehingga dengan jelas
dapat kita ketahui bahwa range antara data adalah sebesar satu (1), dengan nilai rata-rata (mean) sebesar 0,96 dan standar deviasi sebesar 0,196, yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan yang terlalu signifikan antar nilai rata-rata (mean) dengan nilai data.
2. Pengujian Data a. Uji Asumsi Klasik 1. Uji Multikolineritas
Uji ini digunakan untuk situasi dimana adanya korelasi variabel-variabel independen antara yang satu dengan yang lainnya. Tujuannya adalah untuk mengetahui apakah dalam model regresi ditemukan adanya korelasi antara variabel bebas (independen). Apabila terjadi korelasi antar variabel-variabel tersebut berarti terjadi problem multikolineritas (multikol). Sedangkan variabel yang baik adalah variabel yang tidak memiliki problem multikolinearitas.
Uji multikolineritas ini dilakukan dengan melihat besaran VIF (Variance
Inflation Factor) dan Tolerence serta melihat besaran korelasi antar variabel
(50)
Tabel 4.2
Coefficient Correlations
Model OPNS LAR DER QR LTDAR
1 Correlations OPNS 1,000 -,076 -,004 ,089 -,174
LAR -,076 1,000 ,104 ,396 ,221
DER -,004 ,104 1,000 -,061 ,451
QR ,089 ,396 -,061 1,000 ,130
LTDAR -,174 ,221 ,451 ,130 1,000
Covariances OPNS ,017 -1,89E-005 -4,69E-008 9,83E-005 ,000
LAR -1,89E-005 3,55E-006 1,63E-008 6,30E-006 3,85E-006 DER -4,69E-008 1,63E-008 6,90E-009 -4,25E-008 3,46E-007
QR 9,83E-005 6,30E-006 -4,25E-008 7,13E-005 1,01E-005
LTDAR ,000 3,85E-006 3,46E-007 1,01E-005 8,51E-005
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS Deteksi adanya multikolineritas: a. Multikolineritas dapat dilihat dari:
Koefisien korelasi antar variabel independen haruslah lemah dan tidak cukup tinggi (tidak diatas 0,90), maka antar variabel tersebut tidak terjadi multikolineritas. Tidak adanya korelasi yang tinggi bukan berarti bebas dari gejala multikolineritas. Mutikolineritas dapat disebabkan karena adanya efek kombinasi dua atau lebih variabel independen (ghozali, 2005: 91).
Analisis :
Pada tabel 4.2 yaitu tabel COEFFICIENT CORRELATIONS tampak bahwa antar variabel-variabel independen tersebut tidak ada korelasi yang besar. Dari tabel tersebut menunjukkan bahwa korelasi dibawah 0,95 atau 95%. Jadi dapat disimpulkan bahwa antar variabel tersebut tidak terjadi multikolineritas.
(51)
Tabel 4.3 Coefficients
Model Collinearity Statistics
Tolerance VIF
QR ,803 1,245
LAR ,803 1,245
LTDAR ,727 1,376
DER ,770 1,298
OPNS ,938 1,066
Sumber : Hasil pengolahan SPSS b. Multikolineritas dapat dilihat dari:
1. Mempunyai nilai VIF disekitar angka 1. 2. Nilai Tolerence mendekati angka 1.
Kedua ukuran ini menunjukkan setiap variabel independen manakah yang dijelaskan variabel independen lainnya. Dalam pengertian sederhana setiap variabel independen menjadi variabel dependen (terikat) dan diregres terhadap variabel independen lainnya. Tolerence mengukur variabilitas variabel independen yang terpilih yang dijelaskan oleh variabel independen lainnya. Jadi nilai tolerence yang rendah sama dengan nilai VIF yang tinggi (Ghozali, 2005: 91-92). Analisis:
Pada tabel 4.3 yaitu tabel COEFFICIENT, dapat dilihat bahwa nilai
tolerence dari kelima variabel mendekati satu (1). Yang berarti bahwa
tidak ada korelasi antara variabel independen yang nilainya lebih dari 95%. Begitu juga dengan nilai VIF yang menunjukkan nilai disekitar angka satu (1) dan tidak lebih dari angka sepuluh (10). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa tidak ada terjadi multikolineritas diantara variabel independen.
(52)
2. Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi bertujuan untuk menguji apakah dalam model regresi ada korelasi pengganggu pada periode t dengan kesalahan pengganggu pada periode t-1 (sebelumnya). Jika terjadi korelasi, maka dinamakan ada problem autokorelasi.
Autokorelasi muncul karena observasi yang berurutan sepanjang waktu berkaitan satu sama lainnya. Masalah ini timbul karena residual (kesalahan pengganggu) tidak bebas dari satu observasi ke observasi lainnya. Hal ini sering ditemukan pada data runtut waktu (time series) karena ”gangguan” pada seseorang individu/kelompok cenderung mempengaruhi ”gangguan” pada individu/kelompok yang sama pada periode berikutnya. Pada data
crossection (silang waktu), masalah autokorelasi relatif jarang
terjadi karena ”gangguan” pada observasi yang berbeda berasal dari individu kelompok yang berbeda. Maka regresi logistik yang baik adalah regresi yang bebas dari autokorelasi (Ghozali, 2005 : 95-96).
Uji yang digunakan untuk melihat autokorelasi dalam penelitian ini adalah dengan menggunakan run test. Run test dapat digunakan untuk menguji apakah antar residual terdapat korelasi yang tinggi. Jika antar residual tidak terdapat hubungan korelasi maka dapat dikatakan bahwa residual adalah acak atau random. Run test digunakan untuk melihat apakah data residual terjadi secara random atau tidak. Hipotesis yang akan diuji adalah:
H0 : residual (res_1) random (acak)
(53)
Tabel 4.4 Runs Test
Difference between observed and
predicted probabilities
Test Value(a) ,00407
Cases < Test Value 25
Cases >= Test Value 26
Total Cases 51
Number of Runs 23
Z -,988
Asymp. Sig. (2-tailed) ,323
a. Median
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS. Analisis :
Dari tabel 4.4 diatas tampak bahwa nilai test adalah sebesar 0,00407 dengan probabilitas 0,323 tidak signifikan pada 0,05 (5%) yang berarti hipotesis nol diterima, sehingga dapat disimpulkan bahwa residual random (acak) atau tidak terjadi autokorelasi antar nilai residual.
3. Menilai Keseluruhan Model (Overall Model Fit)
Uji ini digunakan untuk menilai model yang telah dihipotesakan telah fit atau tidak dengan data. Seperti yang dikatakan dalam buku Homer-Lemeshow, 1989: 135 bahwa ” ...the model contains those variabel ( main effect as well as
interactions) that should be in the model and the variables have been entered in the correct functional form”. Oleh karena itu data yang baik adalah yang model
hipotesanya sesuai dengan data. Adapun hipotesis yang digunakan untuk menilai model fit ini adalah sebagai berikut:
(54)
H0: Model yang dihipotesakan Fit dengan Data. H1: Model yang dihipotesakan tidak fit dengan data.
Dari hipotesis tersebut dengan jelas menunjukkan bahwa hipotesis yang diinginkan adalah hipotesa nol karena hipotesa tersebut menyatakan bahwa model fit dengan data.
Statistik yang digunakan adalah berdasarkan pada fungsi Likelihood.
Likelihood L dari model adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesakan
menggambarkan model input. Untuk menguji hipotesis nol dan alternatif, L ditransformasikan menjadi -2LogL. Statistik -2LogL kadang-kadang disebut
likelihood rasio X2 statistik. Tabel 4.5
Block 0: Beginning Block
Nilai -2 Log likehood awal (-2 LL awal)
Iteration History(a,b,c)
Iteration
-2 Log
likelihood Coefficients
Constant Constant
Step 0 1 22,364 1,843
2 17,512 2,669
3 16,898 3,092
4 16,875 3,194
5 16,875 3,199
6 16,875 3,199
a Constant is included in the model. b Initial -2 Log Likelihood: 16,875
c Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
(55)
Tabel 4.6
Block 1: Method = Backward Stepwise (Wald) Nilai -2 Log likehood akhir (-2 LL akhir)
Iteration History(a,b,c,d,e,f,g)
Iteration
-2 Log
likelihood Coefficients
Constant QR LAR LTDAR DER OPNS Constant
Step 1 1 19,542 ,655 -,010 -,001 ,003 ,000 1,810
2 12,505 1,779 -,029 -,003 ,015 -,001 2,598
3 10,131 3,399 -,072 -,002 ,069 -,002 2,999
4 8,944 5,414 -,182 ,001 ,253 -,003 2,963
5 7,791 9,633 -,436 -,005 ,730 -,003 2,535
6 5,794 19,869 -,957 -,037 2,179 -,005 2,031
7 3,851 39,144 -1,902 -,099 4,744 -,009 2,015
8 2,724 65,521 -3,171 -,227 7,748 -,012 2,385
9 2,118 129,826 -6,266 -,642 14,121 -,016 2,926
10 ,932 202,928 -9,735 -1,006 21,461 -,026 4,665
11 ,351 314,970 -15,038 -1,575 32,829 -,040 6,992
12 ,126 443,558 -21,221 -2,188 46,299 -,057 8,109
13 ,046 578,132 -27,779 -2,792 60,756 -,075 7,925
14 ,017 710,464 -34,224 -3,388 74,960 -,093 7,802
15 ,006 841,738 -40,615 -3,981 89,037 -,111 7,736
16 ,002 972,445 -46,975 -4,572 103,042 -,129 7,714
17 ,001 1102,782 -53,316 -5,162 116,996 -,146 7,731
18 ,000 1232,848 -59,641 -5,752 130,914 -,164 7,779
19 ,000 1362,707 -65,954 -6,341 144,802 -,182 7,855
20 ,000 1492,402 -72,258 -6,931 158,667 -,199 7,952
Step 2 1 21,428 2,330 -,020 ,001 ,025 ,000
2 15,037 3,991 -,063 ,002 ,084 -,001
3 12,506 5,945 -,170 ,004 ,233 -,002
4 10,755 9,069 -,376 -,003 ,532 -,002
5 9,066 13,834 -,645 -,021 1,143 -,003
6 6,639 24,051 -1,172 -,057 2,762 -,004
7 4,759 41,671 -2,060 -,121 5,251 -,007
8 3,586 66,653 -3,298 -,234 8,595 -,010
9 2,321 118,499 -5,859 -,479 15,639 -,017
10 ,857 255,821 -12,547 -1,103 31,798 -,035
11 ,295 402,510 -19,653 -1,773 47,615 -,055
12 ,106 537,779 -26,218 -2,388 62,413 -,074
13 ,039 669,479 -32,613 -2,986 76,891 -,092
14 ,014 799,932 -38,949 -3,577 91,259 -,110
15 ,005 929,950 -45,265 -4,167 105,589 -,127
16 ,002 1059,831 -51,574 -4,755 119,910 -,145
17 ,001 1189,687 -57,882 -5,344 134,230 -,163
(56)
20 ,000 1579,433 -76,815 -7,109 177,218 -,216
Step 3 1 21,745 1,853 -,023 ,002 ,047
2 15,747 2,841 -,070 ,004 ,140
3 13,497 4,141 -,172 ,003 ,330
4 12,117 6,224 -,317 -,006 ,635
5 11,224 7,888 -,422 -,016 1,100
6 10,523 8,492 -,478 -,017 1,869
7 9,639 8,447 -,543 -,003 3,625
8 8,567 9,058 -,700 ,019 7,679
9 7,745 10,643 -,905 ,036 13,848
10 7,145 11,296 -1,059 ,060 22,876
11 6,755 11,099 -1,165 ,089 35,815
12 6,654 11,256 -1,204 ,096 44,208
13 6,620 11,276 -1,206 ,096 51,075
14 6,606 11,284 -1,207 ,096 58,250
15 6,599 11,293 -1,207 ,096 66,868
16 6,593 11,310 -1,207 ,096 81,709
17 6,566 11,411 -1,208 ,094 173,073
18
5,471 20,767 -1,351 -,073 8522,55
8
19
3,931 48,662 -2,749 -,277 18683,6
45
20 1,641 145,660 -7,413 -1,046 51924,2
34
Step 4 1 21,755 1,981 -,026 ,046
2 15,758 3,140 -,078 ,138
3 13,484 4,405 -,182 ,330
4 12,143 5,693 -,299 ,637
5 11,295 6,397 -,365 1,092
6 10,518 6,929 -,420 1,934
7 9,543 8,318 -,549 3,892
8 8,631 10,736 -,756 7,514
9 8,069 13,170 -,956 12,369
10 7,811 14,320 -1,049 17,429
11 7,679 14,497 -1,065 23,204
12 7,616 14,525 -1,068 29,892
13 7,589 14,533 -1,069 37,339
14 7,573 14,538 -1,070 46,913
15 7,556 14,550 -1,071 67,127
16 7,332 14,723 -1,088 371,142
17
5,618 17,584 -1,360 4451,79
5
18
5,284 20,794 -1,617 6889,53
6
19
5,202 21,630 -1,682 8668,29
2
20 5,174 21,685 -1,686 10296,8
02
Step 5 1 22,153 2,188 -,032
2 16,912 3,715 -,095
3 15,774 5,583 -,218
(57)
5 15,474 8,060 -,401
6 15,474 8,123 -,406
7 15,474 8,123 -,406
Step 6 1 22,364 1,843
2 17,512 2,669
3 16,898 3,092
4 16,875 3,194
5 16,875 3,199
6 16,875 3,199
Step 7 1 20,037 ,000 1,918
2 13,877 ,000 2,882
3 12,662 ,000 3,532
4 12,538 ,000 3,822
5 12,536 ,000 3,870
6 12,536 ,000 3,871
7 12,536 ,000 3,871
Step 8 1 19,561 ,493 ,000 1,832
2 12,563 1,374 -,001 2,680
3 10,339 2,703 -,003 3,311
4 9,668 3,843 -,004 3,881
5 9,545 4,508 -,004 4,269
6 9,537 4,713 -,004 4,397
7 9,537 4,729 -,004 4,407
8 9,537 4,730 -,004 4,407
a Method: Backward Stepwise (Wald) b Constant is included in the model. c Initial -2 Log Likelihood: 16,875
d Estimation terminated at iteration number 20 because maximum iterations has been reached. Final solution cannot be found.
e Estimation terminated at iteration number 7 because parameter estimates changed by less than ,001.
f Estimation terminated at iteration number 6 because parameter estimates changed by less than ,001.
g Estimation terminated at iteration number 8 because parameter estimates changed by less than ,001.
(58)
Omnibus Tests of Model Coefficients
Chi-square Df Sig.
Step 1 Step 16,875 5 ,005
Block 16,875 5 ,005
Model 16,875 5 ,005
Step 2 Step ,000 1 ,998
Block 16,875 4 ,002
Model 16,875 4 ,002
Step 3(a)
Step -1,641 1 ,200
Block 15,235 3 ,002
Model 15,235 3 ,002
Step 4(a)
Step -3,534 1 ,060
Block 11,701 2 ,003
Model 11,701 2 ,003
Step 5(a)
Step -10,299 1 ,001
Block 1,401 1 ,236
Model 1,401 1 ,236
Step 6(a)
Step
-1,401 1 ,236
Step 7 Step 4,340 1 ,037
Block 4,340 1 ,037
Model 4,340 1 ,037
Step 8 Step 2,999 1 ,083
Block 7,338 2 ,025
Model 7,338 2 ,025
a A negative Chi-squares value indicates that the Chi-squares value has decreased from the previous step.
Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Dari tabel 4.5 dan 4.6 diatas dapat dilihat bahwa nilai -2 log likehood awal (-2 LL awal) pada block number = 0, yaitu model yang hanya memasukkan konstanta saja memiliki nilai 16,875. Lalu pada tabel selanjutnya ,yaitu pada tabel 4.6 nilai -2 log likehood akhir (-2 LL akhir) pada block number = 1 berubah menjadi 9,537.
Penurunan nilai ini terjadi karena masuknya beberapa variabel independen dalam model penelitian.
Menurut Ghozali (2005 : 219), penurunan nilai -2 log likehood menunjukkan bahwa model penelitian ini dinyatakan fit. Artinya penambahan variabel – variabel independen yaitu Quick Ratio, Loan to Asset Ratio, Long Term
(59)
Debt to Equity Ratio, Debt to Equity Ratio dan opini audit tahun sebelumnya ke
dalam model penelitian akan memperbaiki model fit penelitian ini.
4. Menilai Kelayakan Model Regresi
Uji ini dilakukan untuk melihat apakah data empiris cocok atau sesuai dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit).
Deteksi :
Jika nilai Hosmer dan Lemeshow goodness of fit test statistic adalah sama dengan atau kurang dari 0,05, berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan observasinya sehingga goodness fit tidak baik, karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Sebaliknya jika nilai Hosmer dan Lemeshow
Goodness of Fit Test lebih besar dari 0,05 berarti model mampu memprediksi
nilai observasinya atau dapat dikatakan bahwa model dapat diterima karena cocok dengan data observasinya (Ghozali, 2005: 216).
TABEL 4.7
HOSMER AND LEMESHOW TEST
Sumber : Hasil pengolahan SPSS
Berdasarkan tabel 4.7 diatas dapat dilihat bahwa pada step akhir yaitu pada step delapan menunjukkan bahwa besarnya nilai statistik chi-square sebesar 0,537 dengan probabilitas signifikansi 1 yang nilainya di atas 0,05. Menurut
Step Chi-square df Sig.
1 ,000 1 1,000
2 ,000 1 ,999
3 ,041 2 ,980
4 ,059 2 ,971
5 5,207 8 ,735
6 ,000 0 .
7 ,000 0 .
(60)
0,05, maka hipotesis nol yang ada pada penelitian tidak dapat ditolak, artinya model penelitian mampu memprediksi nilai observasinya atau dapat dikatakan model fit dapat diterima karena cocok dengan data observasinya.
3. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis bertujuan untuk mengetahui pengaruh dari variabel– variabel independen terhadap opini audit tahun berjalan. Pengujian hipotesis dalam penelitian ini menggunakan metode regresi logistik yang ditunjukkan dalam tabel– tabel di bawah berikut:
Tabel 4.8
Ikhtisar Pengolahan Data Case Processing Summary
Unweighted Cases(a) N Percent
Selected Cases Included in Analysis 51 100,0
Missing Cases 0 ,0
Total 51 100,0
Unselected Cases 0 ,0
Total 51 100,0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of cases.
Dependent Variable Encoding
Original Value Internal Value
0 0
1 1
Sumber : Hasil Pengolahan SPSS
Dari tabel pengolahan data di atas maka dapat diambil analisis sebagai berikut : 1. Jumlah seluruh kasus yang diolah dalam penelitian sebanyak 51 kasus, dimana
jumlah ini berasal dari 17 sampel perusahaan dikali dengan tiga tahun penelitian.
2. Metode regresi logistik yang digunakan adalah metode regresi logistik dengan metode backward stepwise (Wald).
(1)
H3 : Long Term Debt to Assets Ratio berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan.
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, regresi logistik dengan menggunakan backward stepwise (Wald) memperlihatkan bahwa variabel long term debt to
assets ratio, hanya dapat memprediksi nilai variabel dependen sampai pada step
keempat. Sedangkan pada step lima sampai delapan, long term debt to assets ratio tersebut dikeluarkan dari model regresi. Artinya pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%, variabel long term debt to assets ratio tidak mampu memprediksi nilai variabel dependennya. Variabel long term debt to assets ratio mempunyai tingkat probabilitas signifikansi total sebesar 0,575 pada step empat, yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 atau 5% sehingga dapat dikatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa long term debt to
assets ratio tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahun berjalan.
H4 : Debt to Equity Ratio berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan. Berdasarkan tabel 4.10 di atas, regresi logistik dengan menggunakan backward stepwise (Wald) memperlihatkan bahwa variabel debt to equity ratio, dapat memprediksi nilai variabel dependen sampai pada step kedelapan. Artinya pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%, variabel debt to equity ratio mampu memprediksi nilai variabel dependennya. Variabel debt to equity ratio mempunyai tingkat probabilitas signifikansi total sebesar 0,127 pada step kedelapan, yang nilainta berada di atas taraf signifikansi 0,05 atau 5% sehingga dapat dikatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa
debt to equity ratio berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahun berjalan.
(2)
H5 : Opini audit tahun sebelumnya berpengaruh terhadap opini audit tahun berjalan.
Berdasarkan tabel 4.10 di atas, regresi logistik dengan menggunakan backward stepwise (Wald) memperlihatkan bahwa variabel opini audit tahun sebelumnya dapat memprediksi nilai variabel dependen sampai pada step kedelapan. Artinya pada taraf signifikansi 0,05 atau 5%, variabel opini audit tahun sebelumnya mampu memprediksi nilai variabel dependennya. Variabel opini audit tahun sebelumnya mempunyai tingkat probabilitas signifikansi total sebesar 0,043 pada step delapan, yang nilainya berada di atas taraf signifikansi 0,05 atau 5% sehingga dapat dikatakan bahwa H1 ditolak dan H0 diterima, dengan demikian dapat disimpulkan bahwa opini audit tahun sebelumnya berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahun berjalan.
(3)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan analisis yang telah dilakukan di atas maka dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :
1. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa variabel QR, LAR, dan LTDAR tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahun berjalan.
2. Hasil pengujian dengan menggunakan regresi logistik memberikan bukti empiris bahwa variabel DER dan opini audit tahun berjalan berpengaruh signifikan terhadap opini audit tahun berjalan.
B. Keterbatasan Penelitian
1. Periode pengamatan hanya 3 (tiga) tahun yaitu sejak tahun 2005 sampai dengan 2007. Sehingga belum bisa melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit tahun berjalan oleh auditor dalam jangka panjang.
2. Populasi dalam penelitian ini hanya pada 1 (satu) sektor saja yaitu bank umum.
3. Jumlah total yang menjadi sampel selama 3 (tiga) tahun penelitian adalah sebanyak 51 sampel.
(4)
C. Saran
Dari keterbatasan – keterbatasan tersebut, maka untuk peneliti yang akan datang disarankan untuk :
1. Memasukkan variabel independen tambahan seperti rotasi auditor, pertumbuhan perusahaan, atau rasio keuangan lain, dan variabel lainnya sehingga hasil penelitian akan lebih bisa memprediksi penerbitan opini audit tahun berjalan dengan lebih tepat.
2. Jumlah tahun pengamatan lebih diperpanjang sehingga dapat melihat kecenderungan trend penerbitan opini audit tahun berjalan oleh auditor dalam jangka panjang dengan tetap memperhatikan perbedaan antara krisis moneter dengan periode kondisi ekonomi normal.
3. Menambah sektor perusahaan ataupun mengganti sektor dari populasi untuk melihat konsistensi hasil penelitian ini apabila populasi yang digunakan adalah sektor dari jenis perusahaan yang berbeda.
4. Menambah sampel yang lebih banyak agar kemungkinan melihat pemberian opini audit tahun berjalan lebih besar, sehingga hasil yang nantinya diperoleh lebih baik dan lebih bervariasi.
(5)
DAFTAR PUSTAKA
Bastian, Indra, Suharjo. 2006. Akuntansi Perbankan, Edisi Pertama, Salemba Empat, Jakarta.
Eko, Indira, Faisal, 2006. ”Pengaruh Kualitas Audit, Kondisi Keuangan
Perusahaan, Opini Audit Tahun Sebelumnya, Pertumbuhan Perusahaan Terhadap Opini Audit Going Concern”, Simposium Nasional Akuntansi IX, Padang.
Erlina, Sri Mulyani. 2007. Metodologi Penelitian Bisnis, Terbitan Pertama, USU Press, Medan.
Ghozali, Imam, 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS, Badan PenerbitUniversitas Diponegoro. Semarang.
Hani, Clearly, Mukhlasin, 2003. ”Going Concern Dan Opini Audit: Suatu Studi
Pada Perusahaan Perbankan di BEJ”, Simposium Nasional Akuntansi VI, Surabaya.
Komalasari, Agrianti. 2005. ”Analisis Pengaruh Kualitas Auditor dan Proxi
Going Concern Terhadap Opini Auditor”. Jurnal Skripsi.
Mirna, Indira, 2007. “Analisis Pengaruh Kualitas Audit, Debt Default Dan
Opinion Shopping Tehadap Penerimaan Opini Going Concern”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makassar.
Mulyadi. 2002. Auditing, Buku Satu, Edisi Keenam, Salemba Empat, Jakarta. Mulyono, Teguh Pudjo, 1999. Bank Auditing, Djambatan, Jakarta.
Rahayu, Puji. 2007. “Assessing Going Concern Opinion : A Study Based On
Financial And Non-Financial Informations”. Simposium Nasional Akuntansi X, Makasar.
Siamat, Dahlan. 2005. Manajemen Lembaga Keuangan, Kebijakan Moneter Dan
Perbankan. Edisi 5. Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. Jakarta.
Singh, Narwinder. 2008. “Pengaruh Profitabilitas, Likuiditas Dan Solvabilitas
Terhadap Opini Audit Going Concern”. Jurnal Skipsi.
Simorangkir, O.P. 2004. Pengantar Lembaga Keuangan dan Non Lembaga
Keuangan. Cetakan Kedua. Ghalia Indonesia, Bogor.
Sugiyono, 2004. Metode Penelitian Bisnis. Cetakan Ketujuh, Alfabeta, Bandung. Umar, Husein, 2001. Riset Akuntansi: Metode Riset Sebagai Cara Penelitian
Ilmiah, Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
(6)
Wild, John J., K.R.Subramanyam dan Robert F. Hasley. 2005. Financial
Statement Analysis. Edisi 8, Salemba Empat, Jakarta.
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, Jurusan Akuntansi, 2004. Buku
Petunjuk Teknis Penulisan Proposal Dan penulisan Skripsi, Medan.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Akuntansi Keuangan, buku 1, per 1 Januari 2004, Salemba Empat, Jakarta.
Ikatan Akuntan Indonesia, 2004. Standar Profesional Akuntan Publik, Salemba Empat.