Latar Belakang Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim

Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 1 I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan perkebunan saat ini diarahkan pada peningkatan produksi dan produktivitas dan mutu tanaman bagi kemakmuran rakyat secara berkeadilan melalui pengelolaan sumber daya secara optimal dan berkesinambungan. Keberhasilan pembangunan perkebunan tidak terlepas dari faktor pelakupelaksana program pembangunan perkebunan dengan pelaku utamanya adalah petanipekebun. Berbagai kelemahan yang dimiliki petani dalam pengelolaan usahataninya, maka salah satu upaya untuk mendorong keberhasilan sasaran pembangunan perkebunan tersebut aspek pemberdayaan petani menjadi salah satu faktor penting yang perlu terus dipacu kearah terciptanya petani kelembagaan petani yang maju dan mandiri, termasuk didalamnya kemampuan aparatpetugas Pembina dan pelaksana di lapangan. Peningkatan kemampuan petanimasyarakat dapat ditempuh melalui peningkatan peran serta petani dan kelembagaannya, yaitu dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk siap secara bersama mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi serta membangun dirinya agar memiliki kemampuan mengelola usaha taninya secara lebih baik dan benar. Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 2 Untuk hal tersebut, langkah awal yang perlu ditempuh adalah menumbuhkan dan mendorong motivasi pada pelakupelaksana kegiatan pembangunan perkebunan guna mau dan mampu mengelola usaha taninya secara lebih baik mengarah pada pengelolaan usahatani yang mandiri dan profesional. Sejalan hal tersebut dalam rangka mendorong motivasi para pelaku usahatani perkebunan, pemerintah memfasilitasi kegiatan lomba dalam bentuk pemberian penghargaan kepada Petani Kelompok Usaha Perkebunan yang berprestasi yang memiliki komitmen tinggi terhadap upaya peningkatan produksi dan produktivitas serta mutu tanaman perkebunan. Memperhatikan dampak positif dari pemberian penghargaan tersebut dan sejalan dengan paradigma baru pembangunan pertanian, maka mulai tahun 2004 pemberian penghargaan ketahanan pangan lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan selain diberikan kepada petanikelompok tani dan petugas Pembina sebagai pendamping sekaligus motivator penggerak pelaksanaan di lapangan. Tahun 2013 pemberian Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara APN dan Ketahanan Pangan kepada petani, kelompok tanigabungan kelompok tani dan petugas pendamping yang berprestasi dari sub Sektor Perkebunan jumlah kuota dengan kategori akan ditentukan oleh Badan Ketahan Pangan Nasional. Dengan Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 3 pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memacu motivasi bagi para pelaku usaha perkebunan lainnya termasuk dampak terhadap kelestarian lingkungan di sekitarnya sehingga petani mau dan mampu membangun serta meningkatkan usaha agribisnis perkebunan sesuai sasaran yang telah ditetapkan. Program pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis Lembaga Mandiri Mengakar di Masyarakat LM3 dilaksanakan melalui pemberian fasilitasi pemberdayaan yang dimaksudkan agar kegiatan LM3 dapat berjalan sesuai dengan misi yaitu agen pembangunan yang mampu menerapkan prinsip-prinsip agribisnis secara tepat guna dalam usahanya. Dengan upaya tersebut diharapkan akan diperoleh peningkatan produktivitas, produksi dan mutu hasil sehingga akan diperoleh nilai tambah dari kegiatan agribisnis yang dikelolanya termasuk masyarakat sekitarnya. Lembaga Mandiri Bidang Perkebunan merupakan lembaga pendidikan berbasis agama, dapat berujud Pondok Pesantren, Seminari, Pasaraman, Vihara dll memiliki potensi yang saat besar untuk mengembangkan agribisnis di pedesaan karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti : 1 Potensi sumber daya manusia dengan tokoh agama yang karismatik dan merupakan panutan masyarakat serta kepercayaan masyarakat setempat, 2 Potensi sumberdaya alam terutama bagi lembaga-lembaga keagamaan Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 4 yang memiliki lahan luas, 3 Potensi kelembagaan terutama lembaga-lembaga keagamaan yang telah berdiri lama dan memiliki jumlah anggota yang cukup besar dan tersebar dimana-mana, 4 Potensi pasar mengingat adanya hubungan sosial dan kekerabatan antara lembaga keagamaan dengan masyarakat sekitarnya. Kementerian Pertanian telah lama mengembangkan Lembaga Mandiri yang Mengakar di Masyarakat tepatnya sejak tahun 1994 dan telah cukup banyak pula Lembaga Mandiri yang dikembangkan baik berupa peningkatan kemampuan sumberdaya manusia khususnya pengelola agribisnis beserta santri dan masyarakat sekitarnya juga bantuan fasilitasi pengembangan usaha yang berupa bantuan dan usaha, pendirian klinik konsultasi agribisnis, kontak bisnis dengan pondok pesantren lain atau pengusaha agribisnis dan pembukaan pasar. Namun demikian dalam perkembangannya masih banyak kendala-kendala yang ditemui diantaranya kualitas SDM yang masih rendah, ketidak siapan sarana dan prasarana Lembaga Mandiri, kurangnya informasi, ketertutupan pimpinan Lembaga Mandiri terhadap perubahan dan tingkat kemandirian Lembaga Mandiri yang masih rendah. Karena potensi pengembangan agribisnis yang demikian besar dalam pemberdayaan Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim 5 masyarakat pertanian, maka Kementerian Pertanian berupaya terus untuk menjadikan Lembaga Mandiri agar lebih mandiri, terbuka, siap dalam hal sarana dan prasarana usaha, penyediaan SDM yang berkualitas dan mempunyai kemampuan kewirausahaan yang tinggi, sehingga dapat mandiri tidak tergantung pada orang lain dan yang lebih penting lagi dapat memberdayakan masyarakat sekitarnya. Untuk mewujudkan itu semua, Ditjen. Perkebunan akan melaksanakan program aksi Pembinaan Lembaga Mandiri dalam rangka pengembangan agribisnis berperan penting sebagai lembaga yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa serta menanamkan jiwa kewirausahaan dan kemandirian bagi anggota dan pengelolanya. Oleh karena itu lembaga tersebut merupakan wahana yang potensial disamping lembaga pendidikan dan contoh pembaharuan di daerah. Berdasarkan peranannya itulah maka Lembaga Mandiri patut diangkat sebagai model pemberdayaan kelembagaan ketahanan pangan di pedesaan.

B. Sasaran Nasional