Pedoman Teknis Koordinasi Kegiatan Pengembangan Tanaman Semusim

(1)

(2)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karuniaNya maka

dapat disusun Pedoman Teknis Koordinasi

Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2013.

Tujuan penyusunan pedoman teknis ini sebagai acuan bagi pihak-pihak yang terkait dengan pelaksanaan kegiatan.

Pedoman ini masih bersifat umum, sehingga masih

perlu dijabarkan kembali menjadi Petunjuk

Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Teknis (Juknis) oleh Dinas yang membidangi perkebunan provinsi dan kabupaten/kota guna menyesuaikan dengan kondisi setempat.

Pada kesempatan ini, kami mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan masukan dan saran sehingga dapat tersusunnya buku pedoman ini.

Kepada seluruh pihak yang terlibat, selamat menjalankan tugas mulia ini. Atas perhatian dan kerjasamanya, diucapkan terima kasih.

Jakarta, Desember 2012 Direktur Jenderal Perkebunan

Ir. Gamal Nasir,MS NIP. 19560728 198603 1 001


(3)

DAFTAR ISI

Kata Pengantar ... i

Daftar Isi ... ii

BAB I. PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang... 1

B. Sasaran Nasional... 5

C. Tujuan... 6

BAB II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN... 7

BAB III PELAKSANAAN KEGIATAN... 18

BAB IV PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN BANTUAN... 26 BAB V PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN DAN PENDAMPINGAN... ... 30

BAB VI MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN ... 36

BAB VII PEMBIAYAAN ... 38

BAB VIII PENUTUP …... 40


(4)

I. PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembangunan perkebunan saat ini diarahkan pada peningkatan produksi dan produktivitas dan mutu tanaman bagi kemakmuran rakyat secara berkeadilan melalui pengelolaan sumber daya secara optimal dan berkesinambungan. Keberhasilan pembangunan perkebunan tidak terlepas dari faktor pelaku/pelaksana program

pembangunan perkebunan dengan pelaku

utamanya adalah petani/pekebun. Berbagai

kelemahan yang dimiliki petani dalam

pengelolaan usahataninya, maka salah satu upaya untuk mendorong keberhasilan sasaran

pembangunan perkebunan tersebut aspek

pemberdayaan petani menjadi salah satu faktor penting yang perlu terus dipacu kearah terciptanya petani/ kelembagaan petani yang maju dan mandiri, termasuk didalamnya

kemampuan aparat/petugas Pembina dan

pelaksana di lapangan.

Peningkatan kemampuan petani/masyarakat dapat ditempuh melalui peningkatan peran serta petani dan kelembagaannya, yaitu dengan memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk siap secara bersama mengatasi berbagai masalah dan tantangan yang dihadapi serta membangun dirinya agar memiliki kemampuan mengelola usaha taninya secara lebih baik dan benar.


(5)

Untuk hal tersebut, langkah awal yang perlu ditempuh adalah menumbuhkan dan mendorong motivasi pada pelaku/pelaksana kegiatan pembangunan perkebunan guna mau dan mampu mengelola usaha taninya secara lebih baik mengarah pada pengelolaan usahatani yang mandiri dan profesional. Sejalan hal tersebut dalam rangka mendorong motivasi para pelaku

usahatani perkebunan, pemerintah

memfasilitasi kegiatan lomba dalam bentuk

pemberian penghargaan kepada Petani/

Kelompok Usaha Perkebunan yang berprestasi yang memiliki komitmen tinggi terhadap upaya peningkatan produksi dan produktivitas serta mutu tanaman perkebunan.

Memperhatikan dampak positif dari pemberian penghargaan tersebut dan sejalan dengan paradigma baru pembangunan pertanian, maka mulai tahun 2004 pemberian penghargaan ketahanan pangan lingkup Direktorat Jenderal

Perkebunan selain diberikan kepada

petani/kelompok tani dan petugas Pembina sebagai pendamping sekaligus motivator penggerak pelaksanaan di lapangan.

Tahun 2013 pemberian Penghargaan Adhikarya Pangan Nusantara (APN) dan Ketahanan Pangan

kepada petani, kelompok tani/gabungan

kelompok tani dan petugas pendamping yang berprestasi dari sub Sektor Perkebunan jumlah kuota dengan kategori akan ditentukan oleh Badan Ketahan Pangan Nasional. Dengan


(6)

pemberian penghargaan tersebut diharapkan dapat memacu motivasi bagi para pelaku usaha perkebunan lainnya termasuk dampak terhadap kelestarian lingkungan di sekitarnya sehingga petani mau dan mampu membangun serta meningkatkan usaha agribisnis perkebunan sesuai sasaran yang telah ditetapkan.

Program pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis Lembaga Mandiri Mengakar di

Masyarakat (LM3) dilaksanakan melalui

pemberian fasilitasi pemberdayaan yang dimaksudkan agar kegiatan LM3 dapat berjalan sesuai dengan misi yaitu agen pembangunan

yang mampu menerapkan prinsip-prinsip

agribisnis secara tepat guna dalam usahanya. Dengan upaya tersebut diharapkan akan diperoleh peningkatan produktivitas, produksi dan mutu hasil sehingga akan diperoleh nilai tambah dari kegiatan agribisnis yang dikelolanya termasuk masyarakat sekitarnya. Lembaga Mandiri Bidang Perkebunan merupakan lembaga pendidikan berbasis agama, dapat berujud Pondok Pesantren, Seminari, Pasaraman, Vihara dll memiliki potensi yang saat besar untuk mengembangkan agribisnis di pedesaan karena memiliki keunggulan-keunggulan seperti : (1) Potensi sumber daya manusia dengan tokoh agama yang karismatik dan merupakan panutan masyarakat serta kepercayaan masyarakat setempat, (2) Potensi sumberdaya alam terutama bagi lembaga-lembaga keagamaan


(7)

yang memiliki lahan luas, (3) Potensi

kelembagaan terutama lembaga-lembaga

keagamaan yang telah berdiri lama dan memiliki jumlah anggota yang cukup besar dan tersebar dimana-mana, (4) Potensi pasar mengingat adanya hubungan sosial dan kekerabatan antara

lembaga keagamaan dengan masyarakat

sekitarnya.

Kementerian Pertanian telah lama

mengembangkan Lembaga Mandiri yang

Mengakar di Masyarakat tepatnya sejak tahun 1994 dan telah cukup banyak pula Lembaga Mandiri yang dikembangkan baik berupa peningkatan kemampuan sumberdaya manusia khususnya pengelola agribisnis beserta santri dan masyarakat sekitarnya juga bantuan fasilitasi pengembangan usaha yang berupa bantuan dan usaha, pendirian klinik konsultasi agribisnis, kontak bisnis dengan pondok pesantren lain atau pengusaha agribisnis dan pembukaan pasar.

Namun demikian dalam perkembangannya

masih banyak kendala-kendala yang ditemui diantaranya kualitas SDM yang masih rendah, ketidak siapan sarana dan prasarana Lembaga Mandiri, kurangnya informasi, ketertutupan pimpinan Lembaga Mandiri terhadap perubahan dan tingkat kemandirian Lembaga Mandiri yang masih rendah.

Karena potensi pengembangan agribisnis yang


(8)

masyarakat pertanian, maka Kementerian Pertanian berupaya terus untuk menjadikan Lembaga Mandiri agar lebih mandiri, terbuka, siap dalam hal sarana dan prasarana usaha,

penyediaan SDM yang berkualitas dan

mempunyai kemampuan kewirausahaan yang tinggi, sehingga dapat mandiri tidak tergantung pada orang lain dan yang lebih penting lagi dapat memberdayakan masyarakat sekitarnya.

Untuk mewujudkan itu semua, Ditjen.

Perkebunan akan melaksanakan program aksi Pembinaan Lembaga Mandiri dalam rangka pengembangan agribisnis berperan penting sebagai lembaga yang bertujuan mencerdaskan kehidupan bangsa serta menanamkan jiwa kewirausahaan dan kemandirian bagi anggota dan pengelolanya. Oleh karena itu lembaga tersebut merupakan wahana yang potensial disamping lembaga pendidikan dan contoh

pembaharuan di daerah. Berdasarkan

peranannya itulah maka Lembaga Mandiri patut

diangkat sebagai model pemberdayaan

kelembagaan ketahanan pangan di pedesaan.

B. Sasaran Nasional

Sasaran pemberdayaan LM3 berbasis agribisnis adalah:1) Tumbuh kembangnya LM3 di bidang usaha agribisnis; 2) Meningkatnya produksi dan produktivitas usahatani; serta pendapatan LM3 dan masyarakat sekitar;3) Berkembangnya usaha agribisnis dan agroindustri di sekitar lokasi LM3 sebagai kawasan pengembangan agribisnis; 4)


(9)

Meningkatnya kemandirian dan jaringan kerjasama LM3 serta; 5) Tumbuhnya lembaga keuangan mikro agribisnis dan kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya.

Sedangkan sasaran yang diharapkan dari lomba Penghargaan Ketahanan Pangan adalah : 1) Masyarakat: perorangan, perusahaan/ swasta, dan kelembagaan masyarakat; 2) Pemerintah: aparatur pemerintah.

C. Tujuan

Tujuan pemberdayaan LM3 berbasis agribisnis

perkebunan adalah : 1) Mempercepat

pertumbuhan dan perkembangan LM3 berbasis agribisnis dalam mengembangkan usahanya; 2) Meningkatkan produksi dan produktivitas serta pendapatan LM3 masyarakat sekitar; 3)

Mengembangkan usaha agribisnis dan

agroindustri di sekitar lokasi LM3; 4) Meningkatkan kemandirian dan jaringan kerjasama antar LM3 serta; 5) Mendorong

berkembangnya lembaga keuangan mikro

agribisnis dan kelembagaan ekonomi pedesaan lainnya.

Tujuan diselenggarakan Lomba Ketahanan Pangan adalah :1) Menumbuhkan dan mendorong semangat, kreativitas, dan partisipasi masyarakat untuk mengambil peran lebih besar dalam upaya mewujudkan ketahanan pangan; 2)


(10)

pemerintah memacu daerah dalam mewujudkan kemandirian dan ketahanan pangan di daerah

II. PENDEKATAN PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Pendekatan Pelaksanaan Kegiatan

Pemberdayaan dan pengembangan usaha

agribisnis LM3, merupakan upaya peningkatan kemampuan sumberdaya manusia pengelola usaha agribisnis LM3, optimalisasi potensi agribisnis yang tersedia di LM3, penguatan

kapasitas kelembagaan LM3. Dengan

pemberdayaan tersebut diharapkan LM3 dapat menjalankan dan mengembangkan usahanya secara mandiri dan berkelanjutan serta dapat

berperan secara optimal sebagai agen

pembangunan bagi masyarakat sekitarnya.

Proses pemberdayaan LM3 dilakukan dengan

menumbuhkan kesadaran LM3 serta

meningkatkan semangat dan kapasitasnya untuk mengembangkan usaha agribisnis LM3 agar dapat lebih berperan dalam pembangunan masyarakat, baik dalam aspek moral-spiritual, sosial, maupun ekonomi. Mengingat proses pemberdayaan memerlukan waktu yang cukup panjang, maka kegiatan pemberdayaan perlu dirancang secara sistematis dengan strategi yang tepat.

Strategi dasar pemberdayaan dan pengem-bangan usaha agribisnis LM3 meliputi :


(11)

1. Peningkatan kemampuan sumberdaya manusia;

2. Optimalisasi potensi agribisnis yang tersedia;

3. Penguatan modal usaha agribisnis dan 4. Penguatan kapasitas kelembagaan.

Strategi operasional pemberdayaan dan

pengembangan usaha agribisnis LM3 meliputi :

1. Peningkatan kemampuan sumberdaya

manusia dilaksanakan meliputi :

a. Pelatihan bagi pengelola agribisnis LM3; b. Pelatihan bagi pendamping LM3 dan c. Worksop diikuti oleh pengurus LM3.

2. Optimalisasi potensi agribisnis yang tersedia di LM3 dapat dilaksanakan melalui :

a. Identifikasi potensi dan daya dukung sumberdaya yang tersedia;

b. Pemanfaatan sumberdaya untuk usaha agribisnis dan introduksi teknologi tepat guna dan

c. Pendamping usaha.

3. Penguatan modal pengembangan usaha

agribisnis LM3 dilaksanakan melalui :

a. Pemberian bantuan berupa saprodi untuk

pengembangan tanaman perkebunan


(12)

b. Fasilitasi kemitraan dengan sumber permodalan.

4. Penguatan kapasitas kelembagaan LM3 dilaksanakan melalui:

a. Pengembangan kelembagaan ekonomi;’

b. Pengembangan jaringan usaha;

c. Fasilitasi pengembangan manajemen usaha dan

d. Fasilitasi terhadap akses pemasaran. Pemberian Penghargaan Ketahanan Pangan tahun 2013 kepada masyarakat dan aparatur pemerintah. Pemberian penghargaan tersebut harus tepat sasaran, sehingga perlu dilakukan secara selektif, independen dan transparan melalui berbagai tahapan.

Penyelenggaraan pemberian Penghargaan

Ketahanan Pangan diselenggarakan oleh

Kementerian Pertanian sebagai bentuk

penghargaan kepada masyarakat dan aparatur pemerintah di tingkat Propinsi dan Kabupaten/ Kota yang telah berhasil dalam mewujudkan ketahanan pangan. Dalam pelaksanaannya dilakukan secara berjenjang oleh Direktorat Jenderal Perkebunan yang dikoordinasikan oleh Sekretariat Dewan Ketahanan Pangan. Melalui berbagai tahapan berikut:

a

a..Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perkebunan Provinsi atau Dinas yang


(13)

membidangi perkebunan kepada dinas Perkebunan atau Dinas yang membidangi Perkebunan di Kabupaten

b

b..Pelaksanaan lomba Ketahanan Pangan dilakukan oleh Dinas Perkebunan atau yang membidangi Perkebunan di kabupaten.

c

c..Hasil seleksi dari Dinas Perkebunan Kabupaten diusulkan ke tingkat Provinsi yang kemudian hasil seleksi dari masing-masing Provinsi diusulkan ke Direktorat Jenderal Perkebunan, setelah itu dilakukan seleksi oleh Direktorat Jenderal Perkebunan untuk penetapan pemenang tingkat nasional.

d

d..Kemudian Penetapan Pemenang tingkat Nasional Ditentukan oleh Badan Ketahanan Pangan Nasional atas usulan Direktorat Jenderal Perkebunan.

B. Spesifikasi Teknis

Komponen kegiatan pemberdayaan dan

pengembangan usaha agribisnis LM3 antara lain meliputi :

a. Sosialisasi program dalam rangka

membangun kesiapan dan ketersediaan berpartisipasi dalam kegiatan;

b. Seleksi LM3 melalui identifikasi, verifikasi dan validasi;

c. Penetapan LM3 terpilih melalui Keputusan Menteri Pertanian;


(14)

d. Pemberdayaan SDM LM3 terpilih, antara lain melalui pelatihan dan pengembangan LM3 model;

e. Workshop pemantapan Rencana Usaha/ Kegiatan (RUK) LM3;

f. Penyaluran dana bantuan sosial ke rekening LM3 di Bank untuk penguatan modal usaha agribisnis;

g. Pertemuan/Rapat/silaturahmi nasional

untuk (1) membangun keterpaduan dan koordinasi pembinaan LM3 lintas sektoral; (2) membangun jejaring kerjasama dan kemitraan LM3 dengan berbagai pihak yang terkait; (3) mempromosikan hasil-hasil kegiatan pengembangan LM3 melalui ajang pameran dan (4) mengevaluasi pelaksanan kegiatan LM3;

h. Pendampingan kegiatan pemberdayaan dan pengembangan usaha agribsinis LM3;

i. Pembinaan, koordinasi dan supervisi pelaksanaan usaha agribisnis;

j. Monitoring, evaluasi dan pengawasan kegiatan pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3;

k. Pelaporan kegiatan pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3.

Kegiatan lomba petani berprestasi mempunyai beberapa spesifikasi teknis antara lain ;


(15)

Katagori lomba ketahanan pangan tahun 2013 akan disesuaikan pengelompokan oleh Badan

Ketahanan Pangan Nasional Kementerian

pertanian kepada masing-masing Eselon I.

Persyaratan calon penerima penghargaan Ketahanan Pangan mengacu pada Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 mengamanatkan

bahwa dibentuknya Pemerintah Negara

Indonesia adalah untuk: (1) melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia; (2) memajukan kesejahteraan umum; (3) mencerdaskan kehidupan bangsa; dan (4) ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi, dan keadilan sosial. Sebagai penjabaran UUD 1945 tersebut, Undang-Undang Nomor 7 tahun

1996 tentang Pangan pada pasal (2)

mengamanatkan bahwa pembangunan pangan diselenggarakan untuk memenuhi kebutuhan dasar manusia yang memberikan manfaat secara adil dan merata berdasarkan kemandirian dan

tidak bertentangan dengan keyakinan

masyarakat. Dengan landasan tersebut, maka ditetapkan persyaratan sebagai berikut :

a

a..Umum :

(1) Masyarakat yang diusulkan sebagai calon penerima penghargaan adalah mereka yang memberikan kontribusi nyata dalam hal: (i) perlindungan atas penghidupan masyarakat; (ii) mencerdaskan kehidupan


(16)

kesejahteraan masyarakat, sehingga kemandirian pangan masyarakat dapat diwujudkan.

(2) Aparatur Pemerintah yang diusulkan sebagai calon penerima penghargaan adalah mereka yang berhasil memenuhi

persyaratan umum yaitu mampu

melaksanakan tugas pokok

penyelenggaraan pemerintahan dalam hal : pelayanan, regulasi, dan inisiasi

tersebut sesuai dengan amanat

Pembukaan Undang-undang Dasar 1945. (3) Calon penerima Penghargaan Ketahanan

Pangan yang diusulkan harus bebas atau tidak pernah/terkait dengan kasus tindak pidana korupsi atau tindak pidana lainnya; atau tidak pernah berurusan dengan Kepolisian, Kejaksaan/ Kehakiman, dan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terpaut kasus dugaan korupsi atau tindak pidana lainnya.

b

b..Khusus

Diperuntukkan Kelompok Masyarakat sebagai berikut :

(1) Masyarakat

Dalam kategori ini peserta adalah perorangan.

Tingkat Kabupaten

Calon peserta perorangan terbaik I tingkat Kabupaten hasil seleksi verifikasi


(17)

dari Kabupaten periode/musim sebelum-nya atau pada tahun bersangkutan. Calon penerima penghargaan harus melampir-kan:

 Biodata peserta.

 Profil prestasi peserta.

 Rekomendasi dari pemerintah setempat.

Tingkat Provinsi

Calon peserta perorangan yang

berprestasi dalam mengembangkan usaha agribisnis pangan berbasis perkebunan serta meningkatkan produktivitas usaha tani dan pendapatan petani pekebun pada usaha tani budidaya perkebunan. Calon penerima penghargaan harus melampirkan:

 Biodata peserta.

 Profil prestasi peserta.

 Rekomendasi dari pemerintah setempat. (2) Kelembagaan masyarakat

Dalam kategori ini, peserta adalah berupa institusi atau kelembagaan baik berupa kelembagaan petani (kelompok/asosiasi petani, gapoktan dll).

Tingkat Provinsi

Calon peserta kelembagaan masyarakat yang berprestasi dalam mengembangkan


(18)

usaha agribisnis pangan berbasis

perkebunan serta meningkatkan

produktivitas usaha tani dan pendapatan petani pekebun pada usaha tani budidaya perkebunan. Calon penerima penghargaan harus melampirkan:

Biodata peserta.

Profil prestasi peserta.

 Rekomendasi dari pemerintah setempat. c

c..Kriteria Penilaian

Seleksi/verifikasi oleh Tim dilaksanakan dengan kriteria khusus untuk Sub Sektor Perkebunan yang mengacu kepada Pedoman Umum Pemberian Penghargaan Ketahanan

Pangan yang dikeluarkan oleh Badan

Ketahanan Pangan, sebagai berikut :

(1) Perorangan

 Berprestasi di tingkat operasional

lapangan terutama menerapakan

budidaya dan usahatani perkebunan sesuai baku teknis antara lain pengolahan tanah, menggunakan bibit bersertifikat, menggunakan pupuk sesuai anjuran, pengendalalian organisme pengganggu tanaman (OPT)

dan pengairan. Memperjuangkan

kepentingan petani serta mendorong peningkatan usaha perkebunan, yang


(19)

ditunjukan dengan peningkatan kinerja usahatani yang dikelola.

 Tidak dicalonkan dalam lomba lainnya dalam lingkup Kementerian Pertanian pada waktu bersamaan.

(2) Kelompok Tani Komoditas Perkebunan  Mempunyai kepengurusan kelompok

tani yang masih aktif dan memiliki aktivitas serta kerjasama yang baik minimal selama 3 tahun.

 Berprestasi sebagai kelompok tani yakni :

 Menerapkan budidaya dan usahatani perkebunan sesuai baku teknis antara lain pengolahan tanah, menggunakan bibit bersertifikat, menggunakan pupuk sesuai anjuran, pengendalalian organisme pengganggu tanaman dan pengaira.

 Pengelolaan organisasi kelompok yang baik dan benar.

 Tidak dicalonkan dalam lomba

lainnya, dalam lingkup Kementerian

Pertanian pada waktu yang

bersamaan.

(3) Petugas Pendamping

 Berprestasi ditingkat operasional


(20)

pendampingan teknis kepada petani

dalam melaksanakan usahatani

perkebunan, melakukan pembinaan kelembagaan petani, menciptakan hubungan yang serasi dan saling menguntungkan antara mitra usaha dengan petani memiliki inovasi teknologi.

 Menjamin fungsi – fungsi instansi terkait dengan mitra usaha menuju

terciptanya pembinaan yang

terkoordinasi di wilayah pendamping.

 Tidak dicalonkan dalam lomba lainnya dalam lingkup Kementerian Pertanian pada waktu yang bersamaan.

d

d..Tim Penilai

Untuk menilai dan menyusun kelayakan calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan maka masing-masing Dinas Perkebunan atau

Dinas yang membidangi Perkebunan

Provinsi/kabupaten membentuk Tim Penilai Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan. Keanggotaan Tim Penilai terdiri pejabat eselon III atau eselon IV yang mempunyai wawasan luas tentang ruang lingkup ketahanan pangan.

Tim Penilai bertugas untuk :

(1) Meneliti data para calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan;


(21)

(2) Penilaian prestasi dan kontribusi calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan dilakukan oleh Tim Penilai berdasarkan prinsip obyektivitas dan keadilan dengan mengacu pada Tata Kerja Tim Penilai dan kriteria penilaian. Kriteria penilaian harus memenuhi kriteria sekurang-kurangnya

mencakup: persyaratan umum dan

peryaratan khusus.

(3) Memberikan rekomendasi dan

mengusulkan penerima Penghargaan

Ketahanan Pangan yang memenuhi syarat kepada Direktorat Jenderal Perkebunan.

III. PELAKSANAAN KEGIATAN

A. Ruang Lingkup

Ruang lingkup kegiatan LM3 adalah sebagai berikut :

1. Identifikasi dan perencanaan kegiatan program LM3.

2. Meningkatkan kemampuan dan kemandirian sumberdaya manusia melalui diversifikasi usahatani.

3. Fasilitasi pengembangan usaha dalam bentuk

peningkatan peran mitra usaha dan

pembinaan serta bimbingan usaha lembaga mandiri.


(22)

mandiri sub sektor perkebunan. 5. Metoda Pelaksanaan :

- Pengumpulan data.

- Wawancara/diskusi.

- Peninjauan lapang/observasi.

Sedangkan ruang lingkup dari kegiatan lomba petani berprestasi adalah petani yang berprestasi dalam pengembangan tanaman perkebunan dalam menujang ketahanan pangan. 1

1..Kelompok tani/gabungan kelompok tani yang berprestasi dalam membina kelompokdan

memberdayakan anggota dalam

pengembangan tanaman perkebunan yang

produktif sehingga dapat menunjang

ketahanan pangana. 2

2..Petugas pendamping (TKP) yang aktif memberikan pengambdian/pelayanan kepada masyarakat dalam mewujudkan kedaulatan, kemandirian dan ketahanan pangan di wilayah binaanya.

Adapun cara dari pelaksanaan kegiatan lomba petani berprestasi adalah sebagai berikut : a

a..Sosialisasi Petunjuk Pelaksanaan Penghargaan Ketahanan Pangan (Juklak) oleh Dinas

Perkebunan/Dinas yang membidangi

Perkebunan Provinsi. Kegiatan sosialisasi dilakukan dengan tujuan :


(23)

(1) Memperkenalkan penyelenggaraan Pemberian Penghargaan Adhikarya Pangan

Nusantara (APN) dan Penghargaan

Ketahanan Pangan kepada masyarakat luas didaerah melalui pertemuan, dengan

Instansi terkait oleh Instansi

penyelenggara Penghargaan Ketahanan Pangan, melalui media massa.

(2) Memberikan penjelasan kepada Dinas Kabupaten yang akan mengusulkan calon

penerima penghargaan dalam hal

melaksanakan persiapan, seleksi/

verifikasi dan proses penyelenggaraan. b

b..Seleksi/verifikasi oleh Dinas Perkebunan atau Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi

secara bertahap mulai dari tingkat

Kecamatan, Kabupaten/Kota hingga Provinsi. c

c..Usulan calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan sub Sektor Perkebunan tingkat Kabupaten kepada Provinsi.

d

d..Usulan calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan perkebunan hasil seleksi/ verifikasi tingkat kabupaten diusulkan ke Dinas Perkebunan Provinsi atau Dinas yang membidangi Perkebunan kemudian diadakan verifikasi lagi oleh Dinas Perkebunan Provinsi atau Dinas yang membidangi Perkebunan. e

e..Hasil seleksi kemudian ditetapkan sebagai pemenang dan diusulkan ke Direktorat


(24)

Jenderal Perkebunan sebagai wakil dari provinsi tersebut.

Tatalaksana Seleksi/Verifikasi

a.Tim seleksi/verifikasi tingkat Kabupaten/Kota mengusulkan hasil seleksi calon peserta ke tingkat Provinsi untuk selanjutnya ditetapkan sebagai calon peserta tingkat provinsi dari masing-masing kategori ke Dinas Perkebunan

Provinsi atau Dinas yang membidangi

Perkebunan.

b.Tim seleksi/verifikasi Tingkat Provinsi mengusulkanan hasil seleksi calon peserta ke tingkat Pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan) untuk selanjutnya ditetapkan sebagai calon peserta tingkat Nasional untuk masing-masing kategori oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

Setiap Provinsi hanya dapat mengusulkan 1

(satu) orang calon penerima penghargaan.

c.Tim seleksi/verifikasi tingkat pusat (Direktorat Jenderal Perkebunan) setelah menerima usulan calon peserta dari masing-masing provinsi selanjutnya melakukan seleksi/verifikasi. Seleksi/verifikasi meliputi kelengkapan persyaratan administrasi dan profil keberhasilan calon penerima penghargaan.

d.Apabila hasil seleksi tersebut telah memenuhi

persyaratan admisistrasi kemudian

diinformasikan ke Provinsi selanjutnya dilakukan verifikasi dan pengecekan langsung ke lapangan terkait usulan dari Provinsi yang bersangkutan.


(25)

Usulan Calon Penerima Penghargaan

a

a..Calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan Tingkat Nasional, diusulkan oleh Pemerintah Daerah melalui Dinas Perkebunan atau Dinas yang membidangi Perkebunan Provinsi kepada Direktorat Jenderal Perkebunan c.q Direktorat Tanaman Semusim.

b

b..Usulan calon Penerima Penghargaan diupayakan paling lambat akhir bulan Juli 2013 kepada Direktur Tanaman Semusim, Direktorat Jenderal Perkebunan atau dapat dikirim melalui fax nomor (021) 7815680, 7815486.

c

c..Apabila pengajuan usulan calon Penerima Penghargaan Ketahanan Pangan dari Provinsi ke Direktorat Jenderal Perkebunan terlambat dari waktu yang telah ditetapkan maka calon yang diajukan oleh provinsi tersebut dinyatakan

gugur.

d

d..Semua usulan dari masing-masing provinsi yang masuk akan diverifikasi oleh Direktorat Jenderal Perkebunan sebagai bagian dari proses penilaian selanjutnya.

Penetapan Pemenang

a

a..Tingkat Provinsi

Calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan tingkat Provinsi diusulkan oleh Tim seleksi verifikasi Provinsi dan ditetapkan sebagai

penerima penghargaan Ketahanan Pangan


(26)

Provinsi setempat atau Dinas yang membidangi Perkebunan.

b

b..Tingkat Nasional

Calon penerima Penghargaan Ketahanan Pangan yang diusulkan oleh masing-masing Provinsi ke tingkat Nasional, akan dilakukan verifikasi oleh Tim penilai Lomba Ketahanan Pangan Direktorat Jenderal Perkebunan dan peninjauan lapangan untuk menentukan pemenang tingkat Nasional. Hasil seleksi kemudian diusulkan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan kepada Badan Ketahanan Pangan berdasarkan hasil seleksi/verifikasi terhadap usulan Provinsi.

c. Penetapan pemenang ditetapkan dengan SK Menteri Pertanian, dan peserta yang menang tingkat Nasional akan diundang ke Jakarta pada acara penyerahan Trophy di Istana Negara.

Penyerahan Penghargaan

Penyerahan Penghargaan Ketahanan Pangan

tingkat Nasional dikoordinasikan oleh Badan Ketahanan Pangan Kementerian Pertanian. Untuk penyerahan penghargaan tingkat Nasional adalah sebagai berikut :

Penyerahan penghargaan ketahanan pangan

tingkat nasional disesuaikan dengan jadwal yang

ditetapkan oleh Badan Ketahanan Pangan

Kementerian Pertanian.

Penyerahan Penghargaan ketahanan pangan

Tingkat Nasional di Istana Negara dihadiri oleh para peserta yang telah ditetapkan oleh Badan


(27)

Ketahanan Pangan sesuai usulan dari Direktorat Jenderal Perkebunan.

Penyerahan penghargaan secara simbolik oleh Presiden RI di Istana Negara waktunya akan ditetapkan oleh panitia penyelenggara, disesuaikan dengan ketentuan protokoler kepresidenan.

Penyerahan Penghargaan Ketahanan Pangan

kepada wakil-wakil yang belum menerima

penghargaan di Istana Negara akan diserahkan oleh Menteri Pertanian atau pejabat Eselon I Direktorat Jenderal Perkebunan bertempat di Kantor Pusat Kementerian Pertanian.

B. Pelaksana Kegiatan

Pelaksana kegiatan LM3 dan Lomba Petani yang berprestasi adalah Direktorat Tanaman Semusim Direktorat Jenderal Perkebunan, bekerjasama dengan Dinas yang membidangi perkebunan, Pusat/Balai Penelitian dan fungsi instansi terkait lainnya.

C. Lokasi

Kegiatan Pembinaan Pengembangan Agribisnis

Lembaga Mandiri Bidang Perkebunanakan

dilaksanakan di Lembaga-lembaga yang berbasis keagamaan di wilayah Tugas Perbantuan (TP) yaitu di Provinsi Banten (Kab. Pandegelang), DI. Yogyakarta (Kab. Gunung Kidul), Provinsi Kalimantan Selatan (Kab. Tanah Laut), Provinsi Jambi (Kab. Batanghari) dan Provinsi Kalimantan Tengah (Kab. Kapuas, Kab. Katingan dan Kab. Kotawaringin Barat). Sedangkan lokasi lomba


(28)

petani berprestasi adalah 31 Provinsi yaitu Provinsi Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Bangka Belitung, Bengkulu, Lampung, Jawa Barat, Jawa Tengah, D.I. Yogyakarta, Jawa Timur, Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, Sulawesi Selatan, Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Utara, Gorontalo Maluku, Maluku Utara, Papua dan Papua Barat.

D. Simpul Kritis

Dalam pelaksanaan kegiatan Koordinasi

Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2013 ada beberapa simpul kritis yang perlu diperhatikan guna meminimalisir resiko. Adapun simpul kritis tersebut diantaranya adalah :

a. Tahap sosialisasi dan asistensi oleh Pusat, Tim Teknis Provinsi, dan Tim Teknis Kabupaten.

b.Tahap persiapan operasional dan ketepatan seleksi calon kelompok sasaran penerima paket dan calon lokasi (CP/CL) oleh Tim Teknis Kabupaten dalam kegiatan LM3.

c. Tahap persiapan operasional dan ketepatan seleksi calon petani berprestasi dalam kegiatan lomba petani berprestasi.

d.Tahap pencairan dana pelaksanaan kegiatan LM3 dan lomba petani berprestasi.


(29)

e. Proses pengadaan dan penyaluran bantuan sarana produksi berupa benih dan pupuk pada kegiatan LM3.

IV. PROSES PENGADAAN DAN PENYALURAN

BANTUAN

1. Proses Pengadaan

Tatacara pemanfaatan anggaran untuk Uang Persediaan (UP), Tambahan Uang Persediaan (TUP) dan pengadaan langsung (LS) diatur

dalam Peraturan Direktur Jenderal

Perbendaharaan, Kementerian Keuangan nomor : PER-11/PB/2011 tanggal 18 Februari 2011 (Perubahan atas PER-66/PB/2005 tanggal 28 Desember 2006) tentang Mekanisme Pelaksanaan Pembayaran Atas Beban APBN, dengan mengacu kepada Peraturan Presiden No 54 tahun 2010 tentang pengadaan Barang/Jasa Pemerintah.

Bantuan yang diberikan untuk

pengembangan usaha agribisnis LM3 bidang perkebunan yang proses pengadaannya secara kontraktual berupa sarana pertanian seperti bibit dan saprodi yang akan diserahkan kepada lembaga pendidikan berbasis keagamaan dalam bentuk barang dan dana Operasional Pelaksanaan Kegiatan.


(30)

2. Mekanisme Penyaluran dan Pencairan Dana Bantuan LM3 Bidang Perkebunan.

Penyaluran dana dilakukan melalui Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat. Penyaluran dana bantuan LM3 mekanisme kontraktual dilaksanakan dengan pencairan dana dari rekening Kas Negara oleh Satker Dinas Provinsi yang membidangi perkebunan. Prosedur pencairan dana dilakukan sebagai berikut :

a. Dinas Provinsi yang membidangi

perkebunan selaku Kuasa Pengguna

Anggaran (KPA) membentuk panitia

pengadaan barang dan jasa.

b. Panitia pengadaan barang dan jasa melaksanakan kegiatan tender atas pengadaan bantuan sarana produksi berupa benih, pupuk majemuk, dan pupuk organik.

c. Bantuan sarana produksi untuk kegiatan pengembangan agribisnis lembaga mandiri bidang perkebunan diserahkan kepada kabupaten untuk selanjutnya diserahkan kepada kelompok sasaran/lembaga yang telah ditetapkan sebagai penerima bantuan LM3 bidang perkebunan sesuai dengan RUK.

d. Rencana Usulan Kegiatan (RUK) Kelompok Sasaran dalam hal ini Lembaga Pendidikan yang Berbasis Keagamaan disahkan/


(31)

ditandatangani oleh ketua kelompok/ lembaga dan 3 (tiga) anggota Kelompok

Sasaran atau lembaga dan

diketahui/disetujui oleh Ketua Tim Teknis Kabupaten. Dengan mensyaratkan 5 (lima) tanda tangan tersebut diharapkan

dapat diminimalkan kemungkinan

penyalahgunaan modal bersama.

e. Ketua Lembaga menyampaikan RUK

dengan profil lembaga atau yayasan yang terdiri dari Nama, alamat, nomor akte dan tahun pendirian, susunan pengurus, jumlah anggota binaan, luas lahan yang dimiliki, sarana, prasarana, sumberdaya yang dimiliki, kegiatan dan usaha yang sedang dilakukan.

f. PPK meneliti rencana usaha Kelompok/ Lembaga, selanjutnya mengajukan ke Kuasa Pengguna Anggaran (KPA) Provinsi, Kemudian KPA mengajukan pengadaan

barang dan jasa kepada panitia

pengadaan barang dan jasa dengan lampiran sebagai berikut:

 SK Bupati/Walikota atau Pejabat yang ditunjuk tentang Penetapan Kelompok Sasaran.

 RUK dengan mencantumkan : nama Kelompok Sasaran dan calon penerima bantuan sarana produksi dan jumlah kebutuhan benih, pupuk majemuk,


(32)

pupuk organik dan upah tenaga kerja (HOK).

 Surat Perjanjian Kerjasama antara

Kuasa Pengguna Anggaran/Pejabat

Pembuat Komitmen dengan kelompok sasaran tentang pemanfaatan bantuan LM3 untuk pengembangan komoditi perkebunan.

g. Atas dasar SPP-LS, Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (PPPP) menguji

dan menerbitkan Surat Perintah

Membayar Langsung (SPM-LS),

selanjutnya KPA menyampaikan SPM-LS ke KPPN Provinsi setempat.

h. Pembayaran pengadaan barang dan jasa dalam kegiaatan pengembangan tebu

kepada rekanan pemenang tender

dilaksanakan apabila rekanan tersebut telah selesai melaksanakan penyaluran bantuan kelompok sasaran/lembaga penerima bantuan.

Dana operasional yang tersedia digunakan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut: a. Sosialisasi Program;

b. Penyusunan Pedoman dan Petunjuk

Pelaksanaan;

c. Seleksi melalui identifikasi, verifikasi dan validasi;


(33)

d. Monitoring, Evaluasi dan Pengawalan; e. Pelaporan.

Dana operasional tersebut dialokasikan Dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) eselon I yang mengalokasikan anggaran LM3 yaitu Direktorat Jenderal Perkebunan.

Penggunaan dan pertanggungjawaban kinerja serta keuangan pada masing-masing Satuan Kerja (Satker) mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

V. PEMBINAAN, PENGENDALIAN, PENGAWALAN

DAN PENDAMPINGAN

A. Kegiatan LM3

Pembinaan LM3 dilakukan secara berkelanjutan sehingga LM3 mampu mengembangkan usahanya secara mandiri. Dalam rangka pembinaan dan pengendaliaan ini dibentuk Tim Pembinaan dan Pengendalian pada lingkup Direktorat Jenderal Perkebunan.

Tim Pembinaan dan Pengendalian, Direktorat Jenderal Perkebunan bertugas:

1. Melakukan koordinasi antar instansi di pusat dan daerah dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efisiensi dan efektivitas pelaksanaan program aksi pemberdayaan LM3 berbasis agribisnis.


(34)

2. Melakukan pembinaan, pengendalian, monitoring dan evaluasi serta membantu mengatasi permasalahan di lapangan.

3. Menyusun laporan hasil pemantauan dan pengendalian serta menyampaikan laporan kepada Direktur Jenderal Perkebunan.

Kegiatan pembinaan LM3 dilakukan secara periodik dan disesuaikan dengan kebutuhan pembinaan serta tahapan proses kegiatan usaha agribisnis LM3. Pembinaan diarahkan kepada upaya menggerakkan dan mendorong jalannya

unit-unit dan pihak terkait dalam

mengembangkan usaha agribisnis pada LM3 sasaran. Pembinaan juga dilakukan dalam

rangka meningkatkan akses terhadap

sumberdaya produksi, akses terhadap

permodalan, akses terhadap pasar serta berkembangnya jaringan kerjasama LM3 dengan pihak-pihak terkait.

Untuk meningkatkan akuntabilitas pelaksanaan pemberdayaan LM3 berbasis agribisnis, maka dilakukan pengendalian dan pengawasan. Pengendalian melalui jalur struktural dilakukan

oleh Tim Pembinaan dan Pengendalian

Direktorat Jenderal Perkebunan. Pengendalian kegiatan dilakukan oleh instansi lingkup Ditjen. Perkebunan, sedang di Provinsi maupun di kabupaten/kota dapat melaksanakan pembinaan

dan pengendalian disesuaikan dengan


(35)

Pengawasan proogram aksi pemberdayaan LM3 berbasis agribisnis dilakukan oleh pemerintah dan masyarakat. Pengawasan oleh pemerintah dilakukan oleh pihak yang berkompeten sesuai dengan ketentuan yang berlaku, sedangkan pengawasan oleh masyarakat dilakukan dalam rangka menjamin transparasi dan akuntabilitas kepada publik.

Pelaksanaan pemberdayaan kelompok usaha ini akan berhasil secara optimal apabila pihak Pemda, swasta dan masyarakat memberikan dukungan sepenuhnya. Pihak Pemda harus

mampu membuka peluang usaha bagi

masyarakat tani melalui peraturan dan kebijakan daerah, penyediaan sarana dan prasarana pendukung seperti penyediaan prasarana transportasi jalan, saluran irigasi, pasar, saluran listrik, serta alokasi dana yang

memadai bagi kegiatan pendampingan.

Kegiatan pendampingan harus dilakukan secara berkelanjutan. Pemda juga bertanggung jawab dalam pembinaan lanjutan bagi kelompok sasaran dalam bentuk supervisi, pemantauan, evaluasi dan pelaporan.

Pihak swasta (pengusaha, Lembaga Swadaya Masyarakat/LSM, dan lainnya) berperan dalam penyediaan sarana produksi, alat dan mesin pertanian, pengolahan dan pemasaran hasil, transfer teknologi, pendidikan dan pelatihan, maupun kerjasama usaha dengan petani melalui pola kemitraan.


(36)

Diharapkan masyarakat (organisasi petani, tokoh masyarakat dan lainnya) berperan dalam melakukan control terhadap pemanfaatan dana penguatan modal. Setiap pihak difungsikan perannya dibawah koordinasi dinas pertanian terkait dan dijalankan secara sinergi dalam tugas dan fungsi masing-masing.

Dalam rangka pemberdayaan kelompok usaha diperlukan pendampingan yang dapat dilakukan

oleh Penyuluh Pertanian dan Penyuluh

Swakarsa, Balai Penelitian, swasta, organisasi

petani dan Koperasi Perkebunan dan

lainya.Kegiatan pendampingan tersebut agar disinergiskan dengan kegiatan pendampingan/ penyuluhan pertanian dari pos kegiatan pemberdayaan/penyuluhan.

B. Kegiatan Lomba Petani Berprestasi

1. Prinsip Pengelolaan

Agar pelaksanaan kegiatan ini memenuhi kaidah pengelolaan sesuai prinsip good governance dan clean government maka

kepada pengelola kegiatan, aparatur

pemerintah dan masyarakat yang terkait dengan pelaksanaan agar memenuhi prinsip – prinsip sebagai berikut :

a.Mentaati peraturan perundangan;

b.Membebaskan diri dari praktek korupsi, kolusi dan nepotisme (KKN);


(37)

c.Menjunjung tinggi keterbukaan informasi, transportasi dan demokratisasi;

d.Memenuhi asas akuntabilitas sehingga dapat dipertanggungjawabkan.

2. Struktur Organisasi Pelaksana

Kegiatan pelaksanaan lomba ketahanan pangan adalah kegiatan di daerah, dengan penanggung jawab teknis dan tanggung jawab

koordinasi berada pada Dinas yang

membidangi Perkebunan atas nama Gubernur. Kegiatan koordinasi di Pusat dilaksanakan oleh Direktorat Jenderal Perkebunan.

Fasilitasi oleh organisasi struktural

dilaksanakan untuk kelancaran dan

kecermatan pelaksanaan program. Untuk fasilitasi di tingkat Pusat dikoordinasikan oleh Direktorat Tanaman Semusim dan pada tingkat Provinsi dibentuk Tim Penilaian Lomba Ketahanan Pangan Provinsi, sedangkan di tingkat Kabupaten/ Kota dibentuk Tim

Penilaian Lomba Ketahanan Pangan

Kabupaten sesuai kebutuhan. a

a..Koordinasi di Pusat

Untuk mefasilitasi koordinasi perencanaan

dan pelaksanaan kegiatan Lomba

Ketahanan Pangan di Pusat dikoordinasikan oleh Tanaman Semusim terutama dalam melakukan koordinasi dengan instansi terkait dan bertugas antara lain:


(38)

1) Melakukan koordinasi perencanaan dan pelaksanaan yang bersifat lintas sektoral antar–instansi ditingkat Pusat dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektifitas pelaksanaan kegiatan.

2) Melakukan koordinasi dengan Tim Penilaian Lomba Ketahanan Pangan Provinsi dalam pelaksanaan kegiatan di lapangan.

3) Menyusun laporan perkembangan

hasil pemantauan. b

b.. Tim Teknis Provinsi.

Untuk memfasilitasi kegiatan perenca-naan dan pelaksaperenca-naan di provinsi

dibentuk Tim Penilaian Lomba

Ketahanan Pangan yang pembentuknnya disesuaikan dengan kondisi masing-masing daerah yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Perkebunan.

Tugas tim Penilaian Lomba ketahanan Pangan adalah:

1) Menyiapkan kebijakan operasional yang dituangkan dalam Petunjuk Pelaksanaan (Juklak).

2) Memberikan arahan dan membantu perencanaan serta pelaksanaan kegiatan.


(39)

3) Melakukan pemantauan, memfasi-litasi kelancaran pelaksanaan kegiatan, melaksanakan pengen-dalian pelaksana, termasuk menga-tasi masalah.

c

c.. Tim Pelaksanaan Lomba Kabupaten

Untuk memfasilitasi kegiatan perenca-naan dan pelaksanaan di tingkat kabupaten dibentuk Tim Penilaian

Lomba Ketahanan Pangan tingkat

Kabupaten yang ditetapkan oleh Kepala Dinas Perkebunan Kabupaten.

3. Perencanaan Operasional

Perencanaan operasional kegiatan secara koordinatif oleh Dinas Perkebunan atau yang

membidangi Perkebunan dan Dinas

Kabupatendengan pihak-pihak terkait, didasarkan pada kondisi masing-masing daerah.

VI. MONITORING, EVALUASI DAN PELAPORAN

Kewenangan dan tanggung jawab pengelolaan dana fasilitasi modal usaha agribisnis yang telah disalurkan oleh pemerintah kepada LM3 terpilih merupakan tanggungjawab langsung LM3 yang bersangkutan. Agar pemanfaatan dana oleh LM3 berjalan efektif, maka kegiatan monitoring dan evaluasi dilakukan sedini mungkin untuk mengetahui berbagai masalah yang mungkin


(40)

timbul maupun tingkat keberhasilan yang dapat dicapai. Kegiatan monitoring dan evaluasi

dilakukan oleh Tim Pembinaan dan

Pengendalian, Direktorat Jenderal Perkebunan secara berkala sesuai dengan tahapan kegiatan pengembangan usaha agribisnis LM3. Monitoring dan kunjungan ke lapangan dapat dilakukan secara insidentil sesuai dengan kebutuhan. Kegiatan monitoring, evaluasi dan pelaporan mengacu Surat Edaran Sekretaris Jenderal Kementerian Pertanian Nomor : 391/RC.210/ A/6/05, tanggal 29 Juni 2005 tentang Pedoman Sistem Monitoring dan Evaluasi dan Pelaporan kegiatan berbasis kinerja lingkup Kementerian Pertanian.

LM3 terpilih wajib membuat dan mengirim laporan secara periodik disampaikan kepada Tim Pembinaan dan Pengendalian, Direktorat Jenderal Perkebunan antara lain berupa :

a) Laporan triwulan : berisi kemajuan realisasi fisik dan keuangan usaha agribisnis; perkembangan usaha agribisnis: produksi, penjualan/pemasaran, pemupukan modal, permasalahan dan kendala yang dihadapai serta penyelesaian masalah yang telah dilakukan; saran dan usulan penyempurnaan di masa mendatang; disampaikan paling lambat tanggal 10 pada bulan berikutnya. b) Laporan akhir tahun : berisi kemajuan


(41)

perkembangan usaha agribisnis: produksi, penjualan/pemasaran, pemupukan modal; permasalahan dan kendala yang dihadapai serta penyelesaian masalah yang telah dilakukan; saran dan usulan penyempurnaan di masa mendatang; disampaikan paling lambat tanggal 15 Januari tahun berikutnya. c) Format pelaporan disusun secara sederhana

dan praktis serta disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing LM3. Sebagai contoh format pelaporan dapat dilihat pada Lampiran 1-2.

VII. PEMBIAYAAN

Dana pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3 terdiri dari Dana Operasional Pelaksanaan Kegiatan.

Dana operasional yang tersedia digunakan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Sosialisasi Program;

2. Penyusunan Pedoman dan Petunjuk

Pelaksanaan;

3. Seleksi melalui identifikasi, verifikasi dan validasi;

4. Monitoring, Evaluasi dan Pengawalan; 5. Pelaporan.


(42)

Dana operasional tersebut dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) eselon I yang mengalokasikan Anggaran LM3 yaitu Direktorat Jenderal Perkebunan.

Penggunaan dan pertanggung jawaban kinerja serta keuangan pada masing-masing Satuan Kerja (Satker) mengacu pada peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Dana bantuan tersebut dialokasikan pada DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan.

LM3 terpilih mengajukan usul penyaluran

bantuan kepada KPA dengan melengkapi

persyaratan sebagai berikut :

1. Rekapitulasi Rencana Usaha/Kegiatan (RUK)

agribisnis disyahkan oleh Petugas

Pendamping dan diketahui Kepala Dinas

lingkup perkebunan terkait di

kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk; 2. Surat Perjanjian Kerja Sama antara KPA/PPK

dengan Ketua/Pengelola LM3.

KPA pada masing-masing Satker menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dan disampaikan kepada Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (PPPP).Selanjutnya, bila semua persyaratan administrasi telah terpenuhi

maka PPPP menerbitkan Surat Perintah

Membayar Langsung (SPM-LS) untuk disampaikan ke Kantor Pelayanan Perbendaharaan Negara (KPPN) setempat.


(43)

Pengelola usaha agribisnis di LM3 harus membuat catatan yang tertib dan benar terhadap semua sarana dan prasarana yang diterima dan mencatan semua perkembangan pelaksanaannya.

Kegiatan pelaksanaan Lomba Ketahanan Pangan tahun 2013 dibiayai dari dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan baik Pusat maupun Tugas Pembantuan (TP) Provinsi.

VIII. PENUTUP

Pedomam Teknis Koordinasi Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2013 ini merupakan acuan bagi pelaksaan kegiatan Fasilitasi LM3 dan Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2013. Penetuan katagori penerima penghargaan

Adhikarya Pangan Nusantara (APN) dan

Ketahanan Pangan serta jumlah kuota subsektor Perkebunan tahun 2013 akan ditentukan kemudian oleh Badan Ketahanan Pangan.

Hal-lain yang belum diatur dalam Pedoman Teknis Koordinasi Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2013 ini agar dilengkapi dengan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Petunjuk Teknis dari masing-masing Daerah.


(44)

Lampiran1 Provinsi Pelaksana Kegiatan Penghargaan Petani

Berprestasi Tahun 2013

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Paket) KET

1. Aceh 1

2. Sumatera Utara 1

3. Sumatera Barat 1

4. Riau 1

5. Jambi 1

6. Sumatera Selatan 1

7. Bangka Belitung 1

8. Bengkulu 1

9. Lampung 1

10. Jawa Barat 1

11. Jawa Tengah 1

12. D.I.Yogyakarta 1

13. Jawa Timur 1

14. Bali 1

15. Nusa Tenggara Barat 1 16. Nusa Tenggara Timur 1 17. Sulawesi Selatan 1

18. Sulawesi Barat 1

19. Sulawesi Tengah 1

20. Sulawesi Utara 1

21. Gorontalo 1

22. Maluku 1

23. Maluku Utara 1

24. Papua 1

25. Papua Barat 1

26. Kalimantan Selatan 1 27. Kalimantan Timur 1 28. Kalimantan Tengah 1 29. Kalimantan Barat 1 30. Sulawesi Tenggara 1

31. Banten 1


(45)

Lampiran 2 LAPORAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS LM3 TA

2013*)

Nama LM3 :

Kab/Kota :

Provinsi : Bulan Laporan :

No. Kegiatan Rencana Realisasi Permasalahan

Biaya (Rp) Unit Biaya (Rp) Unit

1 2 3 4 5 6 7

Tembusan Kepada Yth.

...,... 2013 - Kepala Dinas terkait Provinsi

dan Kabupaten lokasi LM3

- Kepala BBDA/BDA/BDP Provinsi

(Cap,Nama Jelas dan TTD Penanggung Jawab LM3)

*) Dilaporkan sedikitnya 3 kali, dimulai sejak dana telah dicairkan sampai mencapai 100% paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.


(46)

Lampiran 3 LAPORAN PERKEMBANGAN MANFAAT LM3*)

Nama LM3 : Kab/Kota :

Provinsi : Bulan Laporan : Tahun :

No

Jenis Produksi Tenaga Pemasaran

Permasalahan

Produksi Kapasitas

(kg)

Realisasi (kg)

Biaya (Rp)

Kerja (orang)

Penjualan (Unit)

Pend apat an (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tembusan Kepada Yth. ...,... 2013

- Kepala Dinas terkait Provinsi dan Kabupaten lokasi LM3

- Kepala BBDA/BDA/BDP Provinsi (Cap, Nama Jelas dan TTD Penanggung Jawab

LM3)


(1)

perkembangan usaha agribisnis: produksi, penjualan/pemasaran, pemupukan modal; permasalahan dan kendala yang dihadapai serta penyelesaian masalah yang telah dilakukan; saran dan usulan penyempurnaan di masa mendatang; disampaikan paling lambat tanggal 15 Januari tahun berikutnya. c) Format pelaporan disusun secara sederhana

dan praktis serta disesuaikan dengan

kebutuhan masing-masing LM3. Sebagai contoh format pelaporan dapat dilihat pada Lampiran 1-2.

VII. PEMBIAYAAN

Dana pemberdayaan dan pengembangan usaha agribisnis LM3 terdiri dari Dana Operasional Pelaksanaan Kegiatan.

Dana operasional yang tersedia digunakan untuk kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1. Sosialisasi Program;

2. Penyusunan Pedoman dan Petunjuk

Pelaksanaan;

3. Seleksi melalui identifikasi, verifikasi dan validasi;

4. Monitoring, Evaluasi dan Pengawalan;


(2)

Dana operasional tersebut dialokasikan dalam Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA) eselon I yang mengalokasikan Anggaran LM3 yaitu Direktorat Jenderal Perkebunan.

Penggunaan dan pertanggung jawaban kinerja serta keuangan pada masing-masing Satuan

Kerja (Satker) mengacu pada peraturan

perundang-undangan yang berlaku.

Dana bantuan tersebut dialokasikan pada DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan.

LM3 terpilih mengajukan usul penyaluran

bantuan kepada KPA dengan melengkapi

persyaratan sebagai berikut :

1. Rekapitulasi Rencana Usaha/Kegiatan (RUK)

agribisnis disyahkan oleh Petugas

Pendamping dan diketahui Kepala Dinas

lingkup perkebunan terkait di

kabupaten/kota atau pejabat yang ditunjuk;

2. Surat Perjanjian Kerja Sama antara KPA/PPK

dengan Ketua/Pengelola LM3.

KPA pada masing-masing Satker menerbitkan Surat Permintaan Pembayaran Langsung (SPP-LS) dan disampaikan kepada Pejabat Penguji dan Perintah Pembayaran (PPPP).Selanjutnya, bila semua persyaratan administrasi telah terpenuhi


(3)

Pengelola usaha agribisnis di LM3 harus membuat catatan yang tertib dan benar terhadap semua sarana dan prasarana yang diterima dan mencatan semua perkembangan pelaksanaannya.

Kegiatan pelaksanaan Lomba Ketahanan Pangan tahun 2013 dibiayai dari dana APBN melalui DIPA Direktorat Jenderal Perkebunan baik Pusat maupun Tugas Pembantuan (TP) Provinsi.

VIII. PENUTUP

Pedomam Teknis Koordinasi Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2013 ini merupakan acuan bagi pelaksaan kegiatan Fasilitasi LM3 dan Penghargaan Ketahanan Pangan Tahun 2013.

Penetuan katagori penerima penghargaan

Adhikarya Pangan Nusantara (APN) dan

Ketahanan Pangan serta jumlah kuota subsektor

Perkebunan tahun 2013 akan ditentukan

kemudian oleh Badan Ketahanan Pangan.

Hal-lain yang belum diatur dalam Pedoman Teknis Koordinasi Pengembangan Tanaman Semusim Tahun 2013 ini agar dilengkapi dengan Petunjuk Pelaksanaan (Juklak) dan Petunjuk Petunjuk Teknis dari masing-masing Daerah.


(4)

Lampiran1 Provinsi Pelaksana Kegiatan Penghargaan Petani

Berprestasi Tahun 2013

NO LOKASI / PROVINSI VOLUME (Paket) KET

1. Aceh 1

2. Sumatera Utara 1

3. Sumatera Barat 1

4. Riau 1

5. Jambi 1

6. Sumatera Selatan 1

7. Bangka Belitung 1

8. Bengkulu 1

9. Lampung 1

10. Jawa Barat 1

11. Jawa Tengah 1

12. D.I.Yogyakarta 1

13. Jawa Timur 1

14. Bali 1

15. Nusa Tenggara Barat 1

16. Nusa Tenggara Timur 1

17. Sulawesi Selatan 1

18. Sulawesi Barat 1

19. Sulawesi Tengah 1

20. Sulawesi Utara 1

21. Gorontalo 1

22. Maluku 1

23. Maluku Utara 1

24. Papua 1

25. Papua Barat 1

26. Kalimantan Selatan 1

27. Kalimantan Timur 1

28. Kalimantan Tengah 1

29. Kalimantan Barat 1


(5)

Lampiran 2 LAPORAN PELAKSANAAN PENGEMBANGAN USAHA AGRIBISNIS LM3 TA

2013*)

Nama LM3 :

Kab/Kota :

Provinsi : Bulan Laporan :

No. Kegiatan Rencana Realisasi Permasalahan

Biaya (Rp) Unit Biaya (Rp) Unit

1 2 3 4 5 6 7

Tembusan Kepada Yth.

...,... 2013

- Kepala Dinas terkait Provinsi

dan Kabupaten lokasi LM3

- Kepala BBDA/BDA/BDP Provinsi

(Cap,Nama Jelas dan TTD Penanggung Jawab LM3)

*) Dilaporkan sedikitnya 3 kali, dimulai sejak dana telah dicairkan sampai mencapai 100% paling lambat tanggal 5 bulan berikutnya.


(6)

Lampiran 3

LAPORAN PERKEMBANGAN MANFAAT LM3*)

Nama LM3 : Kab/Kota :

Provinsi : Bulan Laporan : Tahun :

No

Jenis Produksi Tenaga Pemasaran

Permasalahan Produksi Kapasitas

(kg)

Realisasi (kg)

Biaya (Rp)

Kerja (orang)

Penjualan (Unit)

Pend apat an (Rp)

1 2 3 4 5 6 7 8 9

Tembusan Kepada Yth. ...,... 2013

- Kepala Dinas terkait Provinsi dan Kabupaten lokasi LM3

- Kepala BBDA/BDA/BDP Provinsi (Cap, Nama Jelas dan TTD Penanggung Jawab LM3)