Tinjauan Atas Pelaksanaan Penyusunan Pembukuan Dan Pelaporan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah Pada Dispenda Provinsi Jawa Barat

(1)

Bastian, Indra. (2005)Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Erlangga. Bastian, Indra dan Gatot Soepriyanto. (2003)Sistem Akuntansi Sektor Publik :

Konsep untuk Pemerintah Daerah.Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Djakman, Chaerul D. (1999)Dasar-dasar Manajemen Keuangan.Jakarta:

Penerbit Salemba Empat.

Indrawan, Mochammad (2009). Pengelolaan Keuangan.Indonesia Managing Higher for Relevance and Efficiency Journal. Oktober.192-197.

Halim, Abdul. (2002)Akuntansi Sektor Publik. Jakarta: Penerbit Salemba Empat. Halim, Abdul. (2002)Akuntansi Pemerintahan Daerah.Jakarta: Penerbit

Salemba Empat.

Halim, Abdul. (2007)Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Penerbit Salemba Empat.

Kurnia, Dkk.(2008)Pendapatan Usaha. Bandung: Universitas Padjajaran.

Mardiasmo. (2002)Perpajakan. Yogyakarta: Penerbit Andi Offset.

Mardiasmo. (2004)Akuntansi Sektor Publik.Yogyakarta: Penerbit Andi Offset. Nasir, Moh. (2009)Metode Penelitian. Jakarta: Penerbit Ghalia Indonesia. Undang-Undang Standar Akuntansi Keuangan No. 23 Tahun 2004 tentang

pendapatan.

Siregar, Balidric dan Boni. (2000)Akuntansi Pemerintah dengan Sistem Dana.

Jakarta : Penerbit Salemba Empat.

Sugiyono. (2010)Metode Penelitian Pendidikan. ALFABETA, Bandung. Umar, Husein. (2005)Metodologi Penelitian.Raja Grafindo. Jakarta.


(2)

The research was conducted at the departement of Revenue West Java Province. The phenomenon that occurs is the Departement of Revenue will be more focus on the implementation of the preparation, bookkeeping and reporting local retribution revenue budget that affect on improving the quality of service performance in accordance with established procedures so it can be done well. The purpose of this study is ti determine as the performance of Regional Revenue Office of West Java province in the implementation of the preparation, bookkeping and reporting local retribution revenue budget. The method used in this study is qualitative or descriptive method.

The result showed that the local retribution revenue budget based on its type through top down approach and bottom up so as to have a commitment to the provision levies. Regional Revenue Office of West Java Province perform bookkeping on the basis of the operational policies that have been prepared consisting of Bookkeeping and Accounting Revenue Determination in which there are number of provisions of user charges, retribution compulsory books, book type of retribution, the amount of deposit fees books and book a kind of acceptance of public cash receipts. In reporting to monitor the extent to which the budget to target relevant budget in order to facilitate the decision making when required by the leadership.

Key words : implementation of the preparation, bookkeeping and reporting local retribution revenue budget


(3)

✁✂ ✖☎✆✑✗☎✆✟✘✟✆✙✞☎✎✚✟✠ ✁ ✟✠ ✟✝✟✏✌✁✆ ✟✍✄☎✆✠✟☞ ✟✞✟✆✌ ✟☎✎ ✟✏✟✡✟✆✝☎✛✁ ✏✗☎✗ ✜✑ ✡ ☛ ✍✡✟✆ ☞✟✠ ✟ ☞☎ ✝✟✡✍ ✟✆ ✟✟✆ ☞☎✆✘☛ ✍ ☛✆✟✆✢ ☞ ☎✗✛☛✡☛✟✆ ✠✟✆ ☞ ☎ ✝✟☞✑ ✎ ✟✆ ✟✆✙ ✙✟✎✟✆ ☞ ☎✆✠✟☞ ✟✞✟✆ ✎ ☎ ✞✎ ✁✛☛ ✍✁ ✠✟☎✎ ✟✏ ✘✟✆✙ ✛☎✎ ☞☎✆✙✟✎ ☛ ✏ ☞✟✠ ✟ ☞ ☎✆✁✆✙✡✟✞✟✆ ✡ ☛ ✟✝✁ ✞✟✍ ✡ ✁✆☎✎✚✟ ☞ ☎ ✝✟✘✟✆✟✆ ✍☎ ✍ ☛✟✁ ✠ ☎✆✙✟✆ ☞ ✎✑ ✍☎✠ ☛✎ ✘✟✆✙ ✞☎ ✝✟✏✠✁ ✞☎ ✞✟☞ ✡ ✟✆ ✍☎ ✏✁✆✙✙✟ ✠✟☞✟✞ ✞☎ ✎ ✝✟✡ ✍ ✟✆ ✟ ✠☎✆✙✟✆ ✛✟✁✡✕ ✣☛✚☛✟✆ ☞ ☎✆☎ ✝✁ ✞✁ ✟✆ ✁✆✁ ✘✟✁ ✞☛ ☛✆✞☛✡ ✗☎✆✙☎ ✞✟✏☛✁ ✍☎✛✟✙✟✁✗✟✆✟ ✡ ✁✆☎✎✚✟ ✠✟✎✁ ✌✁✆✟✍ ✄☎✆✠✟☞ ✟✞ ✟✆ ✌ ✟☎✎ ✟ ✏ ✄✎ ✑ ✂✁✆ ✍✁ ✒ ✟✓ ✟ ✔ ✟✎✟✞ ✠✟✝ ✟✗ ☞ ☎ ✝✟✡ ✍ ✟✆✟✟✆ ☞ ☎✆✘☛✍ ☛✆ ✟✆✢ ☞ ☎✗✛☛✡☛✟✆ ✠ ✟✆ ☞☎ ✝✟☞ ✑ ✎ ✟✆ ✟✆✙ ✙✟✎✟✆ ☞ ☎✆✠✟☞ ✟✞✟✆ ✎☎ ✞✎ ✁✛☛ ✍✁ ✠✟☎✎ ✟✏✕ ✤☎ ✞✑✠ ☎ ✘✟✆✙ ✠ ✁✙☛✆✟✡✟✆✠✟✝✟✗☞☎✆ ☎ ✝✁ ✞✁ ✟✆✁✆ ✁ ✟✠✟✝✟✏✗☎ ✞✑ ✠☎✡ ☛ ✟✝✁ ✞✟✞✁✜✟✞✟☛✠ ☎ ✍✡ ✎✁☞ ✞✁✜✕

✥✟✍✁ ✝ ☞☎✆ ☎ ✝✁ ✞✁ ✟✆ ✗☎✆☛✆✚☛✡✟✆ ✛✟✏✓ ✟ ✟✆✙ ✙✟✎ ✟✆ ☞ ☎✆ ✠ ✟☞✟✞✟✆ ✎☎ ✞✎✁✛☛✍✁ ✠✟☎✎ ✟✏ ✠ ✁ ✍☛ ✍ ☛✆ ✗☎✆☛✎☛✞ ✚☎✆✁ ✍✆✘✟ ✗☎ ✝✟✝☛✁ ☞☎✆ ✠☎✡✟✞✟✆ ✦✧ ★ ✩ ✧✪ ✫ ✠✟✆ ✬✧✦✦ ✧✭ ✮ ★ ✍☎ ✏✁✆✙✙✟ ✗☎✗☞☛✆✘✟✁ ✡✑✗✁ ✞✗☎✆ ✞☎✎ ✏ ✟✠ ✟☞ ✡☎ ✞☎ ✞✟☞✟✆ ✎☎ ✞✎ ✁✛☛ ✍✁ ✠✟☎✎ ✟✏✕ ✌✁✆ ✟✍ ✄☎✆✠✟☞ ✟✞✟✆ ✌ ✟☎✎✟✏ ✄✎✑✂✁✆✍✁ ✒ ✟✓ ✟ ✔ ✟✎ ✟✞ ✗☎ ✝✟✡ ✍ ✟✆✟✡ ✟✆ ☞☎✗✛☛✡☛✟✆ ✟✞✟✍ ✠✟✍ ✟✎ ✡☎✛✁✚✟✡✟✆ ✑ ☞☎✎✟✍✁✑ ✆ ✟✝ ✘✟✆✙ ✞☎ ✝✟✏ ✠✁ ✍ ☛✍ ☛✆ ✘✟✆✙ ✞☎✎✠ ✁✎✁ ✠ ✟✎ ✁ ✄☎✗✛☛✡☛✟✆ ✄☎✆ ☎ ✞✟☞✟✆ ✠ ✟✆ ✄☎✗ ✛☛✡ ☛ ✟✆ ✄☎✆ ☎✎✁✗✟✟✆ ✘✟✆✙ ✠ ✁✠ ✟✝✟✗✆✘✟ ✞☎✎✠ ✟☞ ✟✞ ✚☛✗✝✟✏ ✡ ☎ ✞☎ ✞✟☞ ✟✆ ✎☎ ✞✎✁✛☛✍✁✢ ✛☛✡☛ ✓ ✟✚✁✛ ✎☎ ✞✎ ✁✛☛ ✍✁✢ ✛☛✡ ☛ ✚☎✆✁ ✍ ✎ ☎ ✞✎✁✛☛ ✍✁✢ ✚☛✗✝✟✏ ✍☎ ✞✑ ✎ ✟✆ ✎☎ ✞✎✁✛☛✍✁✢ ✛☛✡☛ ☞ ☎✆☎✎✁✗✟✟✆ ✍☎✚☎✆✁ ✍ ✠ ✟✆ ✛☛✡ ☛ ✡✟✍ ☛✗☛✗ ☞ ☎✆☎✎✁✗✟✟✆✕ ✌✟✝✟✗ ☞☎ ✝✟☞ ✑✎✟✆✆✘✟ ☛✆ ✞☛✡ ✗☎✗✑ ✆✁ ✞✑ ✎ ✍☎✚✟☛ ✏ ✗✟✆ ✟ ✎☎ ✟✝✁ ✍ ✟✍✁ ✟✆✙✙✟✎ ✟✆ ✞☎✎✏✟✠✟☞ ✣✟✎✙☎ ✞ ✯✄✔ ✌ ☞✟✠✟ ✛☛✝✟✆ ✘✟✆✙ ✛☎✎ ✍ ✟✆✙✡ ☛ ✞✟✆ ✟✙✟✎ ✗☎✗☛✠✟✏✡✟✆ ✠✟✝✟✗ ☞ ☎✆✙✟✗✛✁ ✝✟✆ ✡☎☞☛✞☛ ✍ ✟✆ ✛✁ ✝✟ ✠ ✁☞☎✎ ✝☛✡ ✟✆✑✝☎ ✏☞ ✁✗☞ ✁✆ ✟✆✕

✰✟✞✟ ✡ ☛✆✱✁ ✲ ☞ ☎ ✝✟✡ ✍ ✟✆ ✟ ✟✆ ☞☎✆✘☛ ✍ ☛✆✟✆✢ ☞ ☎✗✛☛✡ ☛ ✟✆ ✠ ✟✆ ☞ ☎ ✝✟☞ ✑✎ ✟✆ ✟✆✙✙✟✎ ✟✆ ☞ ☎✆✠✟☞ ✟✞✟✆✎☎ ✞✎ ✁✛☛ ✍✁✠ ✟☎✎✟✏


(4)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Penelitian

Pelaksanaan penyusunan bahan kebijakan operasional bidang Penerimaan

Retribusi Daerah pada bagian anggaran dalam peningkatan prioritas

Pembangunan Daerah Tahun 2011 ditetapkan dengan memperhatikan isu strategis dan ditindaklanjuti oleh kegiatan yang bertujuan untuk mewujudkan kesejahteraan hidup masyarakat. Kebijakan Pendapatan Daerah pada Tahun 2011 diarahkan melalui upaya peningkatan fiskal, sebagai percerminan dari kesungguhan Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan sumber-sumber potensi daerah untuk mewujudkan otonomi yang diarahkan untuk mempercepat terwujudnya kesejahteraan masyarakat yang didukung dengan penguatan keuangan daerah, yang diarahkan pada anggaran pendapatan retribusi daerah dengan peningkatan kualitas pelayanan kepada masyarakat melalui penyediaan sarana dan prasarana

pelayanan, penyempurnaan sistem pungutan, peningkatan profesionalisme

pegawai dan lain-lain. Menurut Undang Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah, suatu daerah mempunyai hak mengelola pendapatan daerah yang salah satunya adalah Retribusi Daerah. Retribusi Daerah merupakan dana bagi hasil dari pengelolaan sumber daya alam dan sumber daya lainnya yang berada di daerah yang merupakan salah satu dari sumber Pendapatan Asli Daerah. PAD bertujuan memberikan kewenangan kepada Pemerintah Daerah untuk mendanai pelaksanaan Otonomi Daerah sesuai dengan potensi daerah sebagai


(5)

perwujudan Desentralisasi. Masalah yang timbul di Dispenda Provinsi Jawa Barat yang bergerak dalam bidang penerimaan pendapatan daerah ini biasanya dikarenakan adanya kualitas kinerja dan sumber daya manusia itu sendiri yang belum optimal serta pelayanan yang disediakan belum seluruhnya efektif dan efisien karena semua masalah ini dapat berpengaruh pada proses pelaksanaan penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah. Anggaran pendapatan retribusi daerah disusun berdasarkan kenaikan secara bertahap sesuai dengan perekonomian yang terjadi karena retribusi daerah adalah salah satu sumber penerimaan dari Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah. Dibawah ini merupakan Rencana dan Realisasi APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2010 :

Tabel 1.1

Rencana dan Realisasi APBD Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2010

Thn

Rencana Realisasi

%

APBD APBD

2008 6.335.025.711.522,00 7.275.007.134.689,00 114,84%

2009 7.091.000.804.180,00 7.787.181.567.577,00 109,82%

2010 8.412.972.777.180,00 9.783.291.164.427,00 116,29%

Rata-rata pertahun 113,65%

Sumber : Dispenda Jawa Barat

Strategi untuk memperoleh bagian yang proporsional dari dana Pemerintah Pusat merupakan bagian dari tugas yang perlu diupayakan sehingga terhimpun pendapatan yang memadai dalam mendukung peningkatan kesejahteraan


(6)

masyarakat. Berdasarkan uraian diatas maka penulis mengambil judul yaitu :

TINJAUAN ATAS PELAKSANAAN PENYUSUNAN, PEMBUKUAN DAN PELAPORAN ANGGARAN PENDAPATAN RETRIBUSI DAERAH PADA DISPENDA PROVINSI JAWA BARAT .

1.2 Identifikasi dan Rumusan Masalah 1.2.1 Identifikasi Masalah

Berdasarkan pemaparan latar belakang penelitian diatas, maka masalah yang diidentifikasi dalam karya tugas akhir ini sebagai berikut :

a. Kualitas kinerja dan SDM di Dispenda yang belum optimal. b. Pelayanan yang disediakan belum efektif dan efisien.

1.2.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan pada identifikasi masalah yang telah diungkapkan di atas, maka rumusan masalah yang diangkat adalah sebagai berikut :

a. Bagaimana proses pelaksanaan penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah pada Dispenda Provinsi Jawa Barat. b. Bagaimana solusi yang diterapkan untuk mengatasi permasalahan yang ada.

1.3 Maksud dan Tujuan Penelitian 1.3.1 Maksud Penelitian

Untuk mengetahui peningkatan kinerja dalam pelaksanaan penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat.


(7)

1.3.2 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui sebagaimana kinerja dari Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat dalam pelaksanaan penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah.

1.4 Kegunaan Penelitian 1.4.1 Kegunaan Praktis

Hasil penyusunan penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan yang berarti agar dapat menjadi salah satu pertimbangan untuk meningkatkan kualitas kinerja Dinas Pendapatan Daerah.

1.4.2 Kegunaan Akademis

Dapat memberikan manfaat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam menambah wawasan pengetahuan dan sebagai panduan bagi kalangan akademis dan pihak lain yang melakukan penelitian pada dinas yang sama.

1.5 Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian dilakukan pada Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Provinsi Jawa Barat yang berlokasi dijalan Soekarno-Hatta No. 528 Bandung. Lamanya waktu penelitian adalah 3 bulan yang dimulai dari tanggal 4 Maret 2011 sampai dengan tanggal 30 mei 2011.


(8)

✳✴ ✳✵✵

✶✴✷✵ ✴✸✹✺✻✼✴✶✴✽✴✸✶ ✾ ✿✴✸ ❀✶✴ ✹✾ ❁✵✶✵✿✴✸

❂❃❄ ✶ajian ustaka

❂❃❄❃ ❄ ✴nggaranendapatan ❂❃❄ ❃❄ ❃❄ ✹❅ngertian nggaran

❆❇❈❉ ❇❊❋●❈t ●❈❉❉●❊●❈ ❍ ❇❈■ ❊ut ❏ ●❊❑❋ ●▲ ❍ ▼◆2004:62❖❍ ❇❈●yt●P ●❈◗ ●❘ ❙● : ✴nggaran ublik adalah rencana kegiatan dalam bentuk perolehan pendapatan dan belanja dalam satuan moneter yang berisi estimasi mengenai apa yang hendak dilakukan oleh pemerintah dimasa yang akan datang .

❆ ❇❈❉❇❊t❋ ●❈ ●❈❉ ❉ ●❊ ●❈ ❍❇❈■ ❊ut ❚ ❯❱❲❳ ❨ ❯❩ Commite on Governmental

AccountingGovernmental Accounting Standards Board ◆2004❖ ❑●❭●❍ ❪❈ ❑❊ ●

❫ ●▲ ❴❋ ●❈◆2005:164❖❍ ❇❈❉ ❇❍■P●P ●❈◗ ●❘w● :

Anggaran (budget) adalah rencana operasi keuangan yang mencakup estimasi pengeluaran yang diusulkan, dan sumber pendapatan yang diharapkan untuk membiayai dalam periode waktu tertentu .

❏ ❇❈ ■❊ut ❫ ●❭❋ ❑❊❋❵❛❋ ❊❇❉●❊❑ ●❈❫▼ ❈❋❛❋ ❊ ❇❉ ●❊◆2000:84❖❍ ❇❈y●t●P ●❈◗ ●❘w● :

Anggaran adalah jumlah rupiah yang direncanakan untuk aktivitas yang dilakukan pada periode tertentu .

❏ ❇❈ ■❊ut ❜❇❈❑ ●❜●t❏ ■❈ ●❈❑ ●❊◆2000:1❖❍ ❇❈●yt●P●❈◗ ●❘ ❙ ● :

Anggaran adalah suatu rencana yang disusun secara sistematis yang meliputi seluruh kegiatan perusahaan yang dinyatakan dalam unit (kesatuan) moneter dan berlaku untuk jangka waktu (periode) tertentu yang akan datang .


(9)

2.1.1.2 Fungsi Anggaran

❝❞t❡❢❣ ❣ ❞❤❢✐ ❥❢❦❢ ❢❦ ❣ ❞❧ ♠♥✐ ♥❢❦ ❢❦♦ ♦❢ ♣❢❦ t❞ ♣q❢❣❢t ru❦ ♦❥ ❡ q❢ ♣ ❡ ❢❦♦ ♦❢ ♣❢❦ s t♥ ❦ ♦❥ ❡❢❦♦ ♦❢ ♣❢❦❢❦♦y ✉❞❤ ❢✈q ❡♠♥ ❢✉❢ q❢❤❢✈ ❥❞ ♠❢♦❢ ❡♠❞ ♣❡✐ ♥✉✇

①s ❝❞ ♠❢ ♦❢ ❡ ❣ ❞ q②❧❢❦ ♠❢ ♦ ❡ ③❞❧❞ ♣❡❦✉❢✈ q❢❤❢❧ ❧ ❞❦ ♦❞❤ ②❤❢ ❦❞ ♦❢ ♣❢ ♥ ❦✉♥ ✐ ❥❢✉♥ ❣ ❞ ♣❡②q❞q ❡❧❢ ❥❢ y❢❦♦❢✐❢❦ q❢✉❢❦ ♦ ;

2. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kebijaksanaan yang dipilih Pemerintah, karena sebelum anggaran dijalankan terlebih dahulu harus mendapatkan pengesahan dari Lembaga Perwakilan Rakyat; dan

3. Sebagai alat pengawas bagi masyarakat terhadap kemampuan Pemerintah dalam melaksanakan negara harus dipertanggungjawabkan pelaksanaannya oleh Pemerintah kepada Lembaga Permusyawaratan Rakyat.

Dari fungsi anggaran tersebut diatas maka dapat disimpulkan bahwa bagi Pemerintah, anggaran negara berfungsi sebagai pedoman. Sedangkan bagi masyarakat, anggaran negara berfungsi sebagai alat pengawas terhadap kebijakan yang dipilih oleh pemerintah serta perealisasian terhadap kebijakan tersebut.

2.1.1.3 Siklus Anggaran

Setiap aktivitas manusia baik secara individu, kelompok dan berorganisasi, pasti dimulai oleh aktivitas awal dan ditutup oleh aktivitas akhir. Aktivitas akhir merupakan aktivitas yang akan memberikan hasil dan hasil yang dicapai mungkin sesuai dengan yang direncanakan atau tidak sesuai dengan yang direncanakan. Rangkaian aktivitas dari awal sampai akhir dinamakan siklus. Dalam anggaran juga terdapat rangkaian aktivitas yang sering dinamakan dengan siklus anggaran.


(10)

④⑤⑥ ⑤ ⑥⑤⑦ ⑤⑧ ⑨y⑤⑦⑩❶ ⑤⑧ ⑤ ❷❸ ❷❸ ⑦❹❺ ❻❷ ⑦ ⑤⑨❼ ❼⑤⑧ ⑤⑨ ⑤⑥⑤❻⑤❽ ⑦ ⑤❸ ⑤ ❷ ⑨❾❷❺ ⑦⑩❹ ⑤❿t ➀⑧ ❼ ⑤⑨❹ ⑦ ⑤⑦❹

y

⑤⑨ ❼➁⑩⑧➁⑩ ⑥⑤❽⑤⑨y⑤⑦❺ ⑤❻ ⑤❿⑧ ❹ ➀⑧❹t⑤⑦➂

➃⑩ ⑨ ❷⑧tu ➃ ⑤⑧⑥❹ ⑤⑦❸➀ ➄2004:70➅ ⑦❹❺ ❻❷ ⑦ ⑤⑨ ❼❼ ⑤⑧ ⑤⑨ ⑩⑧ ⑥❹⑧❹t ⑥ ⑤⑧❹ 4 ➄⑩❸❿⑤➅t t⑤❽⑤❿ ➆ ⑤⑥ ⑤❻⑤❽⑦⑩➁⑤❼⑤❹ ➁⑩⑧ ❹❺ ❷ ❾ :

1➂ ➇ ⑤❽⑤❿④⑩⑧ ⑦❹ ⑤❿ ⑤⑨➈⑨ ❼❼ ⑤⑧ ⑤⑨➄ ➉➊ ➋➌ ➍➎➏➐ ➍➑➒➐ ➒➎➓➔ →➅➂

④⑤⑥ ⑤ t⑤❽ ⑤❿ ❿ ⑩⑧ ⑦❹ ⑤❿ ⑤⑨ ⑤⑨ ❼❼⑤⑧ ⑤⑨ ⑥❹ ❻⑤❺❷❺⑤⑨➁⑩⑧ ⑥ ⑤⑦ ⑤⑧❺ ⑤⑨ t⑤❺⑦❹⑧⑤⑨❿ ⑩ ⑨ ❼⑩ ❻❷ ⑤⑧ ⑤⑨ ⑤⑤⑦t ⑥ ⑤⑦ ⑤⑧ t⑤❺ ⑦❹⑧ ⑤⑨ ❿ ⑩ ⑨ ⑥⑤❿⑤t⑤⑨ y⑤⑨ ❼ t⑩⑧⑦⑩ ⑥❹ ⑤➂ ➇⑩⑧❺⑤❹t ⑥⑩ ⑨ ❼⑤⑨ ❸ ⑤⑦ ⑤❻⑤❽

t

⑩⑧⑦⑩➁❷❾ y⑤⑨ ❼ ❿⑩⑧ ❻u⑥❹❿⑩⑧ ❽ ⑤t❹❺ ⑤⑨ ⑤⑥⑤❻⑤❽ ⑦⑩➁⑩ ❻❷❸ ❸⑩ ⑨⑩yt❷➣❷❹ t⑤❺⑦❹⑧⑤⑨ ❿ ⑩ ⑨❼⑩ ❻❷⑤⑧⑤⑨➆ ❽⑩ ⑨⑥ ⑤❺ ⑨y⑤ t⑩⑧❻⑩➁❹ ❽ ⑥⑤❽ ❷❻u⑥❹❻⑤❺❷❺⑤⑨ ❿⑩ ⑨ ⑤❺ ⑦❹⑧ ⑤⑨ ❿ ⑩ ⑨⑥ ⑤❿ ⑤t⑤⑨ ⑦⑩❶ ⑤⑧ ⑤❻⑩➁❹ ❽⑤❺ ❷⑧ ⑤t;

2. Tahap Ratifikasi Anggaran (➉➊ ➋➌ ➍➎↔➒ ➎➓ ↕➓ ➙➒➎➓➔ →).

Pada tahap ini merupakan tahap yang melibatkan proses politik yang cukup relevan, semua usulan dari masing-masing organisasi atau unsur organisasi atau unsur lembaga dibahas dan dievaluasi disesuaikan dengan kemampuan dana yang ada atau yang akan diperoleh dan setelah hasil analisis atau pembahasan ini selesai kemudian diputuskan atau disahkan oleh pihak berwenang;

3. Tahap Pelaksanaan Anggaran (➉➊ ➋➌ ➍➎ I➛➑➜➍➛➍→➎➒➎➓➔ →).

Dalam tahap pelaksanaan anggaran, hal terpenting yang harus diperhatikan oleh keuangan publik adalah dimilikinya sistem informasi akuntansi dan sistem pengendalian manajemen. Apa yang telah ditetapkan atau disahkan dalam anggaran harus dilaksanakan sesuai dengan yang telah disahkan atau ditetapkan. Anggaran merupakan pijakan atau pedoman dasar yang harus


(11)

➝➞➟➠➡ ➢➠➤ ➠➡➠➤ ➥➟➦➧ ➢➦➞➠ ➨t ➥➩➠➤ ➫➭ ➢➦➞➠ ➨t ➥➩ ➫➠➤ ➞ ➢➠ ➢➞ ➠➠tu➢➦t➞➠ ➨➟➦ ➯➲➠ ➫➠ y➠➤ ➫

t

➦ ➩➡➠➞t ➢➦ ➢➳➠➞➝➦➤➫➠ ➤➲ ➠➠ ➢t ➯➠➡➢➞ ➯➠➟ y➠➤➫➝➞➞zinkan ; dan

4. Tahap Pelaporan dan Evaluasi Anggaran (➵➸ ➺➻ ➼➽ ➾➼➚ ➪➶➽ ➹➘➻ ➴ ➘➺

Evaluation).

Tahap ini terkait dengan aspek akuntabilitas, jika tahap implementasi telah didukung dengan tahap akuntabilitas dan sistem pengendalian manajemen yang baik, maka diharapkan tahap Budget Reporting and Evaluation tidak ada menemui banyak masalah. Dengan tujuan pelaporan dan evaluasi anggaran untuk melihat apakah pelaksanaan anggaran telah berjalan sesuai dengan rencana yang telah disetujui.

2.1.1.4 Penyusunan Anggaran

Proses penyusunan anggaran dalam sektor publik umumnya disesuaikan dengan peraturan lembaga yang lebih tinggi. Sejalan dengan pemberlakuan Undang No 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 25 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah, yang kemudian direvisi menjadi Undang-Undang No 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-Undang No 33 Tahun 2004 tentang perimbangan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah. Dan lahirlah 3 paket per Undang-Undang, yaitu Undang-Undang No 17 Tahun 2003 tentang keuangan Negara, Undang-Undang No 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, dan Undang-Undang No 15 tahun 2004 tentang pemeriksaan pengelolaan dan tanggungjawab keuangan Negara, Undang-Undang sistem perencanaan


(12)

➷➬➮➱ ✃❐❒❮ ❐ ✃❐ ❰✃Ï ÐÑ ❐✃Ò y✃❐❒ t➬Ò✃Ó ➮➬➮➱❮✃t Ô ➬Õ❮➱✃Ó ✃❐ ➮ ➬❐Ö ✃Ï ✃Õ Ö✃Ò✃➮ Ô➬❐y➬Ò➬❐❒❒✃Õ✃✃❐ ➷➬➮➬ÕÐ❐×✃Ó ✃❐ Ï➬ Õt✃ Ô ➬❐❒ ✃t❮ Õ✃❐ Ø➬u✃❐❒ ✃❐ Ù ØÓ❮Ï❮ Ï ❐✃y ➷➬Õ ➬❐Ú ✃❐ ✃✃❐Û ❐❒ ❒ ✃Õ ✃❐➷➬ ➮➬ÕÐ❐×✃ÓÜ✃ ➬Õ✃ÓÖ ✃❐➷➬➮ ➬ÕÐ❐×✃Ó ➷❮Ï ✃tÝ

Þ➬❐❮ Õut Ô➬❐Ö✃Ô ✃t ß❐Ö Õ✃ à✃Ï×Ð✃❐ á2005:167â ➮ ➬❐y✃t✃Ø✃❐ ➱✃Óã✃ Ï ÐÏ×➬➮ Ô➬❐❮ Ï❮❐✃❐y ✃❐❒❒ ✃ Õ✃❐ ➬Ò ✃Ót ➱➬ÕØ➬➮➱ ✃❐❒ Ï ➬Ï❮ ✃Ð Ö➬❐❒ ✃❐ Ô ➬❐Ú ✃Ô ✃Ð✃❐ Ø❮✃ÒÐt✃Ï y✃ ❐❒ Ï ➬➮✃ØÐ❐ Ð❐❒❒ ÐÙt ➮ ✃Ø✃ Ï ÐÏt➬➮ Ô ➬❐❮ Ï❮ ❐ ✃❐y ✃❐❒y ÖÐÔ ✃Ø✃Ð Ñ Ò➬Ó ß❐Ö Õ✃➱✃Ï×Ð✃❐ ✃Ö✃Ò✃Ó

Line Item Budgeting.

Line Item Budgeting ✃Ö ✃Ò✃Ó Ô➬❐❮ Ï❮y ❐✃❐✃❐❒❒✃Õ✃❐ y✃❐❒ÖÐÖ ✃Ï ✃ÕØ ✃❐Ô✃Ö ✃ Ö ✃❐

Ö✃ÕÐ➮✃❐ ✃ Ö ✃❐ ✃ ➱ ➬Õ ✃Ï✃Ò áÔ Ñ ÏäÔ Ñ Ï Ô➬❐➬Õ Ð➮✃✃❐â Ö ✃❐ ❮ ❐×❮Ø ✃Ô✃ Ö✃❐ ✃ t➬ÕÏ ➬➱❮× ÖÐ❒❮ ❐ ✃Ø✃❐ áÔÑÏä Ô Ñ Ï Ô➬❐❒➬Òu✃Õ✃❐âÝ å❮æ❮✃❐ ut✃➮ ✃ Line Item Budgeting ✃Ö✃Ò✃Ó ❮❐×❮Ø ➮➬Ò✃Ø❮Ø✃❐ØÑ ❐×ÕÑ ÒØ➬❮✃❐❒✃❐Ö✃❐Ï ✃❐❒ ✃t ➱ ➬ ÕÑÕ Ð➬❐×✃Ï ÐÔ✃Ö✃Ð❐Ô ❮× ÑÕ❒ ✃❐ ÐÏ ✃ÏÐÙ Ô➬❐➬t✃Ô✃❐❐y✃ ➮➬Ò✃Ò❮Ð Ô➬❐Ö➬Ø✃t✃❐ Incremental áØ➬❐✃ÐØ✃❐ ➱➬Õt✃Ó ✃ÔâÝ Ü✃ ❐ tÐÖ ✃Ø æ✃Õ✃❐❒ Ö ✃Ò✃➮ Ô Õ ✃t➬Ø❐y✃ ➮ ➬➮✃Ø✃Ð Ø➬➮ ✃➮Ô ❮ ✃❐ ➮ ➬❐❒ Ó ✃➱ÐÏØ✃❐ ✃t✃u➮➬❐y➬Õ✃Ô ✃❐❒❒✃Õ✃❐ Ï ➬➱✃❒ ✃Ð Ï ✃Ò✃Ó Ï ✃tuÐ❐ÖÐØ✃tÑ Õ Ô➬❐×Ð❐❒ ❮ ❐×❮Ø ➮➬❐❒❮Ø❮ Õ Ø➬➱➬Õ Ó✃ÏÐÒ✃❐ Ñ Õ❒✃❐ÐÏ ✃ÏÐÝ

ç➬❮❐❒ ❒❮Ò✃❐Line Item Budgeting✃Ö✃Ò✃ÓÏ ➬➱✃❒ ✃Ð➱ ➬ÕÐØ❮×:

1Ý è ➬Ò✃tÐé➮❮ Ö ✃Ó ➮ ➬❐❮Ò❮ Ï❮ Õ Ð❐y✃ ;

2. Mengamankan komitmen diantara partisipan sehingga dapat mengurangi konflik.

KelemahanLine Item Budgeting adalah sebagai berikut :

1. Perhatian terhadap laporan pelaksanaan anggaran penerimaan dan pengeluaran sangat sedikit;


(13)

2. êëìíìë îìïïìy ðñï òì ðìëìï ðóñ ôõì ôë ö ñì÷ë ôì ôë øñï ñóë ùììï úìï øñï ûñ÷ üìóìï

y

ìï ûúë ôì ôìó îìïý

3. øìóì ðñïyüô üï ìï ûû ìóìï tëú ì î ùñ ùë÷ë îë ì÷ì ôìï ó ì ôëþïì÷ ú ì÷ì ù ùñï ñì ð îìït

t

ìóû ñt ðñï ñóë ùììïúìïðñ ïû ñ÷uìóìï ÿ

øóþôñ ô ðñïü ô üy ï ìï ìïû ûìóìï ôñ îõþó ð üí ÷ë î ùñïüóut ìó úëì ô ùþ ✁2004:68✂ ùñïû ñ ùü îì îìï í ì✄ìw ☎ïû ûìóìï øñïú ì ðììït ú ìï ✆ñ÷ìï ✝ì êì ñóì✄ ✞ ✟ñûìó ì ✁☎ø✆ê/APBN) yang dipresentasikan setiap tahun oleh eksekutif, yang memberi informasi rinci kepada DPR/DPRD dan masyarakat tentang program-program apa yang direncanakan pemerintah untuk meningkatkan kualitas kehidupan rakyat serta bagaimana program-program itu dibiayai. Penyusunan dan pelaksanaan anggaran tahunan merupakan rangkaian proses anggaran.

Proses penyusunan anggaran mempunyai 4 tujuan, yaitu :

1. Membantu pemerintah mencapai tujuan fiskal dan meningkatkan koordinasi antar bagian dalam lingkungan pemerintah;

2. Memungkinkan bagi pemerintah untuk memenuhi prioritas belanja;

3. Membantu menciptakan efisiensi dan keadilan dalam penyediaan barang dan jasa publik melalui proses pemprioritasan;

4. Meningkatkan transparansi dan pertanggungjawaban Pemerintah kepada DPR/ DPRD dan masyarakat.

2.1.1.5 Pembukuan Anggaran

Pembukuan anggaran menurut Abdul Halim (2007:43) adalah pencatatan transaksi ekonomi tentang pengolahan data transaksi ekonomi tersebut melalui


(14)

✠✡☛ ☞✌✍ ☞✎ ☞☛ ✏ ☞☛ ☞☞tu✠✡☛ ✑✒ ☞☛✑☞☛u ✓✔ ✌✍✡✒ ☞☛✑✑☞✒ ☞☛ y☞☛✑ ☞✏ ☞✕ ✖✡☛ ✑✡✒t✗☞☛ ✠✡☛✘☞t☞t☞☛ ✏ ☞✙☞✌ ☞✚✔ ☛✛☞☛ ✓ ✗ ✚✡✔ ☞☛✑☞☛ ✏☞✡✒☞✎ ☞✏ ☞✙☞✎ ✠✡ ✌✍ ✔✚✔ ☞☛✕ ✖✡ ✌✍ ✔✚✔ ☞☛ ☞☛✑✑ ☞✒ ☞☛ ✎☞☛☞y✌✡☛ ✑ ✑u☛☞✚☞☛ ✓ ✗✓✛✡ ✌ ✠✡☛✘☞t☞t☞☛ ✜ ✢✣✤ ✥✦ ✦✣✧★✩✪ ✏ ✡☛✑☞☛ ✏✡✌✗✚✗☞☛ ✏☞✠☞t ✏ ✗✚☞t☞✚☞☛ ✍☞✎✫☞ ✠✡ ✌✍✔✚✔☞☛ ☞☛✑✑☞✒☞☛ ✌✡✒ ✔ ✠ ☞✚☞☛ ✍☞✑✗☞☛ ✏☞✒ ✗ ☞✚✔ ☛✛☞☛✓✗✕

Single entry ✏ ☞✙☞✌ ✠✡ ✌✍✔✚✔☞☛ ☞☛✑✑☞✒ ☞☛ ☞✗ytu✠✡☛✘☞t☞t☞☛ t✒ ☞☛ ✓ ☞✚✓ ✗ ✡✚✬☛ ✬ ✌✗

✏✗✙☞✚✔✚☞☛ ✏✡☛✑☞☛ ✌✡☛✘☞☞t☛ty☞✓ ☞tu ✚☞✙✗ ✕✭✒ ☞☛✓ ☞✚✓✗ y☞☛✑✍✡✒☞✚✗✍ ☞t ✍✡✒t☞✌✍☞✎☛y☞ ✚☞✓ ☞✚☞☛ ✏✗✘☞t☞t ✠ ☞✏☞ ✓ ✗✓ ✗ ✠✡☛✡✒ ✗✌ ☞☞☛ ☞☛ ✑ ✑☞✒☞☛ ✏ ☞☛ ✒☞☛ ✓ ☞t ✚✓ ✗ y☞☛ ✑ ✍✡✒☞✚✗✍☞t ✍ ✡✒✚✔✒ ☞☛✑☛y☞✚☞✓☞✚☞☛✏ ✗✘☞t☞t ✠☞✏☞✓ ✗✓✗✠✡☛✑✡✙✔☞✒ ☞☛☞☛✑✑☞✒☞☛ ✕

✮ ✗✓✛✡ ✌✠✡ ✌✍ ✔✚✔ ☞☛ single entry✌✡ ✌ ✗✙✗✚✗✍✡✍ ✡✒ ☞✠ ☞✚✡✙✡✍ ✗✎ ☞☛ ✪☞✗ytu✓✡✏✡✒✎☞☛☞ ✏☞☛ ✌✔✏☞✎✏✗✠☞✎ ☞✌✗✕✯☞✌✔ ☛ ✪ ✓✗✓✛✡ ✌ ✗☛ ✗ ✌✡ ✌ ✗✙✗✚✗✚✡✙✡ ✌☞✎ ☞☛✪ ☞☛✛☞✒☞ ✙☞✗☛ ✚✔ ✒ ☞☛✑ ✍☞✗✚ ✔ ☛✛✔✚ ✠✡✙☞✠ ✬✒☞☛ ✰✚✔✒ ☞☛✑ ✌✡ ✌✔ ✏☞✎✚☞☛ ✠✡☛✔ ✓✔☛☞☛y ✙☞✠✬✒ ☞☛ ✱✪ ✓✔✙✗t ✔ ☛✛✔✚ ✌✡☛✡ ✌✔✚☞☛✚✡ ✓ ☞✙☞✎☞☛ ✠✡ ✌✍ ✔✚✔ ☞☛☞☛y ✑ t✡✒✲☞✏ ✗✏ ☞☛ ✓✔✙✗t ✏✗✚✬☛✛✒ ✬✙✕

✖✡ ✌✍✔✚✔☞☛ ☞☛✑✑☞✒☞☛ ✌✡☛ ✔✒ut ✳✬✘✎☞✌ ✌☞✏ ✴☛✏ ✒ ☞w☞☛ ✰2009✱ ✏✗✙☞✚✔✚☞☛ ✏ ✡☛ ✑ ☞☛ ✌✡☛✑ ✑✔☛☞✚☞☛ ✓ ✗✓✛✡ ✌ ☞✚✔ ☛✛☞☛✓✗ y☞✚☛ ✗ ✓ ✗✓✛✡ ✌ ☞✠✙✗✚☞✓✗ ✮ ✗✓✛✡ ✌ ✵✚✔☛✛☞☛ ✓ ✗ ✴☛✓✛☞☛✓ ✗ ✰✮✵✴✱ ✕ ✶✡✒✏☞✓ ☞✒✚☞☛ ✎ ☞✓ ✗✙ ✠✡ ✌✍ ✔✚✔ ☞☛ ✏✡☛✑☞☛ ✌✡☛ ✑ ✑✔ ☛ ☞✚☞☛ ✓ ✗✓✛✡ ✌ ☞✠✙✗✚☞✓ ✗✗☛✗☞✚☞☛✌✡☛ ✑ ✎☞✓ ✗✙✚☞☛ ✙☞✠ ✬✒ ☞☛✚✡u☞☛✑☞☛☞☛ ✑y ✌✡✙✗✠✔✛✗ :

1✕ ✷ ☞✠✬✒ ☞☛✸ ✡ ☞✙✗✓ ☞✓✗✵☛ ✑ ✑☞✒ ☞☛ ✹

2✕ ✯✡✒ ☞✘☞; dan

3. Catatan atas laporan keuangan, sebagai pertanggungjawaban pelaksanaan anggaran.


(15)

2.1.1.6 Pelaporan Anggaran

✺✻✼✻✽✾ ✿❀❁ ❂❁ ✾❂ ✼✻✾ ❀ ✿✻❃ ❄❃❅ ❅✻✿ ✻❃❆❂ ❃❇ ✻✾✻t✻❃ ❈❂t✿❉❊❋❁ ❉ ✺ ✻❂ ✿✻● ✾ ✻❇✻✺ ❉❃✻❁ ❆❂ ❃❇ ✻✾✻t✻❃✺ ✻❂ ✿ ✻●❆✿❀❍❉❃❁ ❉■✻w✻❏✻✿ ✻❑t❁ ❂ ❊✻ ❅✻❉✾❂ ✼✻✾❀✿✻❃ ✻❃ ❅❅✻ ✿✻❃ ✽❂ ✽✾ ❋ ❃y✻❉

3▲❉❅ ✻▼t t✻❃ ❅ ❅❋ ❃ ❅◆✻w✻❊◆❂ ❃ ❉❁✾❂ ✼✻✾❀✿ ✻❃❑ y✻❃❅ t❂ ✿❖❂ ✿✽❉❃❇✻✼✻✽ :

1P ◗✻✾ ❀ ✿✻❃❏❋ ✼✻❃ ✻❃

◗✻✾ ❀ ✿✻❃ ❊❋ ✼✻❃ ✻❃ ❉❃ ❉ ❇❉❊❋✻t ❁❂t❉✻✾ ❊❋✼✻❃❑ ❇ ❉❅❋ ❃ ✻❘ ✻❃ ❋❃❙❋ ❘ ✽❂ ❃❅❂t✻●❋❉ ✿❂ ✻✼❉❁ ✻❁ ❉ ✻❃ ❅❅ ✻✿✻❃ ✾ ✻❇✻ ❊❋✼✻❃ y✻❃ ❅ ❊❂ ✿❁ ✻❃ ❅❘ ❋ ❙✻❃ ✻ ❅✻✿ ✽❂ ✽❋ ❇ ✻●❘✻❃ ✾❂ ❃ ❅✻✽❊ ❉✼✻❃❘❂✾ ❋ ❙❋ ❁ ✻❃ ❊ ❉✼✻❇❉✾❂ ✿ ✼❋ ❘ ✻❃❀ ✼❂ ●✾❉✽✾❉❃✻❃;

2. Laporan Triwulan

Pembuatan laporan triwulan khusus untuk realisasi belanja pembangunan laporan ini dibuat sesuai dengan format yang dibakukan dan dikoordinasikan oleh Badan Perencana Daerah (BPD). Tujuan dari pembuatan laporan triwulan ini adalah untuk memonitor sejauh mana kelancaran pelaksanaan kegiatan serta pemecahan masalah yang terjadi; dan

3. Laporan Tahunan

Laporan tahunan dibuat untuk mendapatkan informasi mengenai realisasi belanja rutin maupun pembangunan. Seperti halnya laporan triwulan, maka laporan tahunan ini juga sesuai dengan format yang dibakukan oleh BPD. Tujuannya adalah untuk memonitor sejauh mana kelancaran pelaksanaan kegiatan, pemecahan masalah hambatan yang terjadi serta sebagai bahan dalam penyusunan rancangan anggaran tahun berikutnya.


(16)

2.1.1.7 Pengertian Pendapatan

❚❯❱❲ ❳❨❳❳❱t ❩❯❱ ❬ ❭ut ❪❬ ❭❱ ❫❳❲ ❴❴❵2008:35❛❜❯❱❳yt❳❴❳❱❝❳ ❞❡❳ :

Pendapatan merupakan hasil proses kegiatan yang diperoleh perusahaan atau perorangan, yaitu dari kegiatan jual beli yang telah ditetapkan sehingga perusahaan atau perorangan mendapatkan suatu laba atau keuntungan .

❢❯ ❣❫❱❫ ❤❫ ❨❯❱ ❲❳❨ ❳t❳❱ ❜ ❯❱ ❬ ❭ut ❚✐❥❪ ❦❧♠♥ ♦ ❨ ❳ ❭❳ ♣❭❳ ❣ 06 q❳ ❞ ❬❱ 2004r ❜ ❯❱❳y❳❴ ❳❱t ❝ ❳ ❞❡❳ :

Pendapatan adalah arus masuk bruto dari manfaat ekonomi yang timbul dari aktivitas normal perusahaan selama satu periode bila arus masuk itu mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanaman modal .

❢❯ ❣❫❱❫ ❤❫❨ ❯❱❲ ❳❨❳t❳❱❜ ❯❱❬❭ut ❥❝ ❲ ❬st❳s❫❜❵2002:64❛❜❯❱❳y❳❴ ❳❱t ❝ ❳ ❞❡❳ :

Pendapatan adalah semua penerimaan daerah dalam bentuk peningkatan aktiva atau penurunan utang dari berbagai sumber dalam periode tahun anggaran bersangkutan .

❢❳ ❭❫ ❲ ❯ ❣❫❱❫ ❤❫ ❲ ❫❳❳ ❤t ❲❳❨ ❳t ❲ ❫ ❬❭❳❫❴ ❳❱ ❝❳ ❞❡❳ ❨❯❱ ❲ ❳❨❳❳❱t ❜❯ ❭ ❬❨ ❳❴❳❱ ❴ ❯ ♣❫❳❳❱t

y

❳❱♣ ❲ ❫❨❯ ❭ ❧s❯ ❞ ❨❯ ❭ ❬❤❳ ❞❳❳❱ ❳t❳u❨❯ ❭ ❧❭❳❱♣❳❱r y❳❫tu❲ ❳ ❭❫ ❞❳ ❤❫s ❴ ❯ ♣❫❳❳❱t ❜ ❯❱ ✉❬❳s ❤❯ ❞❫❱♣♣❳❨ ❯ ❭❬❤❳ ❞❳❳❱❳❳tu❨ ❯ ❭❧ ❭❳❱♣❳❱❜❯❱ ❲❳❨ ❳❴ ❳❱t ❴❯ ❬❱✈❬❱ ♣❳❱♠

2.1.1.8 Karakteristik Pendapatan

❪❳ ❭❳❴✈❯ ❭❫ ❤✈❫❴ ❨ ❯❱❲ ❳❨❳❳ ❱t ❜❯❱❬❭ut ✇❱❲❭❳ ①❳ ❤✈❫❳❱ ❲ ❳❱ Gatot Soepriyanto (2003:78) mengemukakan bahwa dalam konteks laporan kinerja keuangan, pendapatan operasi merupakan salah satu komponen aktivitas operasi membaca pada aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh suatu entitas agar mencapai tujuan pokoknya, pendapatan yang timbul dari aktivitas operasi dapat dibedakan dari pendapatan yang timbul dari pemilikan aktiva atau pendanaan suatu entitas.


(17)

②③④⑤⑥ ③ ⑦⑤⑥⑧③⑦ ③t③⑥ ⑨ ⑤④⑩⑦③❶ ③⑥ ③④⑩ ❷ ⑨ ③❷⑩ ❶ ❸ ④❹tu ⑨③⑥❺③③t ⑤❶ ❹ ⑥❹⑨ ❻ y③⑥❼ t❻⑨ ❸⑩ ❽ ⑧③④❻ ③❶❾❻❿❻t③❷ y③⑥ ❼ ⑨⑤⑥❼ ③❶❻❸③❶ ③⑥t ❶ ⑤⑥ ③❻❶ ③⑥ ⑤❶ ⑩❻t③❷➀ ⑧ ③⑥ ❸⑩ ❶ ③⑥ ⑧③④❻ ③④⑩❷ ⑨ ③❷⑩ ❶ ⑨③⑥❺③③t ⑤❶ ❹ ⑥❹⑨ ❻ y③⑥ ❼ ⑧ ❻t⑤④❻⑨③❹ ❽ ⑤➁ ⑤⑥❾❻t③❷ ⑦ ⑤⑨⑤④❻ ⑥❾③➁ ⑩ ⑥❾⑩ ❶ ⑧❻ ④❻ ⑥y③ ❷ ⑤⑥⑧❻ ④❻ ➂ ➃⑩ ⑨❽ ③➁ y③⑥❼ ⑧❻t③ ❼❻➁ u⑥❾⑩ ❶ ⑧ ③⑥ ③③tu③t③❷ ⑥ ③⑨ ③ ⑦❻➁③❶ ❶ ⑤❻ ❼③t ❸⑩ ❶ ③⑥ ⑨ ⑤④⑩⑦③❶ ③⑥ ⑦⑤⑥⑧③⑦ ③t③⑥ ❶ ③④ ⑤⑥③ ⑨⑤⑥ ❼➁③❷❻❽❶③⑥⑨③⑥❺ ③③t ⑤❶❹⑥❹ ⑨❻ ❸③❼❻ ⑤⑥❾❻t③❷ ⑦⑤⑨ ⑤④❻ ⑥❾③➁ ❷ ⑤④t③

t

❻⑧③❶⑨ ⑤⑥❼ ③❶❻❸③t❶③⑥ ❶⑤⑥③❻❶③⑥⑤❶⑩ ❻t③❷ ➄⑨❹ ⑧ ③❽➅➂

2.1.1.9 Klasifikasi Pendapatan Daerah

②❽ ③❷❻ ❺❻❶③❷❻ ⑦ ⑤⑥⑧ ③⑦③t③⑥ ⑧ ③⑤④ ③➁ ⑨⑤⑥⑩④ut ➆❸ ⑧⑩ ❽ ➇ ③❽❻⑨ ➄2002:64➅ ⑨⑤⑥❼ ⑤⑨⑩ ❶ ③❶③⑥ ❸③➁w③ ❷ ⑤⑨⑩ ③ ⑦⑤⑥⑤④❻⑨ ③③⑥ ⑦⑤⑥⑧③⑦ ③t③⑥ ⑧ ③⑤④ ③➁ ⑧③❽ ③⑨ ⑧③t③ ⑦⑤⑥❻ ⑥ ❼❶③t③⑥ ③❶❾❻❿③ ③t③u⑦ ⑤⑥⑩ ④⑩ ⑥ ③⑥ ut③⑥ ❼ ⑧ ③ ④❻ ❸ ⑤④❸③❼③❻ ❷⑩ ⑨❸⑤④ ⑧ ③❽ ③⑨ ⑦ ⑤④❻❹ ⑧ ⑤

t

③➁ ⑩ ⑥ ③⑥ ❼❼③④ ③⑥ ❸⑤④❷ ③⑥ ❼❶⑩❾③⑥➂ ➈⑤➉③④③ ⑩ ⑨⑩ ⑨ ❷⑩ ⑨❸⑤④ ➆➊➋➌ ⑧❻❶⑤❽❹ ⑨⑦ ❹❶③⑥ ⑨⑤⑥➍③⑧ ❻ t❻ ❼ ③ y③❻t⑩➀ ➊⑤⑥⑧ ③⑦③t③⑥ ➆❷❽❻ ➌③⑤④ ③➁ ➄ ➊➆➌ ➅➀ ➌③⑥ ③ ➊⑤④❻⑨ ❸ ③⑥ ❼③⑥➀ ⑧ ③ ⑥ ➊⑤⑥⑧ ③⑦③t③⑥❽③❻ ⑥➎❽ ③❻ ⑥y③⑥ ❼❷ ③➁ ➂

2.1.1.10 Pengertian Anggaran Pendapatan

➊⑤⑥ ❼⑤④❻ ③⑥t ③⑥ ❼❼ ③④③⑥ ⑦ ⑤⑥⑧③⑦ ③t③⑥ ⑨ ⑤⑥⑩ ④ut Chaerul D. Djakman (1999: 139) menyatakan bahwa :

Anggaran pendapatan adalah ramalan atas kejadian di masa yang akan datang dari rencana yang telah ditetapkan dalam satu periode dalam bentuk unit kesatuan moneter .

Anggaran pendapatan yang selanjutnya disebut APBD Menurut Abdul Halim (2004:15) menyatakan bahwa berdasarkan Pasal 64 ayat (2) UU Nomor 5


(18)

➏➐➑➒ ➓ 1947 t➔➓→➐➓ ➣ ↔↕➙ ↕➙➛➜ ↕➙ ↕➙ ↔➔ ➝➔➞ ➟➓ →➐➑➐➓ ➠ ➟ ➡➐➔➞➐➑ ➢ ➜ ➐ ➠➐ ➔➞➐ ➤➞ ➠➔ ➥➐➞u ➦↔➥ ➡➠➐➜ ➐t ➠ ➟➠➔➧➟➓ ➟➨➟➙➐➓➨➔➩➐ ➣➐ ➟ :

Rencana operasional keuangan Pemerintah Daerah, dimana satu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek-proyek daerah dalam 1 tahun anggaran tertentu, dan di pihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan dan sumber-sumber penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran-pengeluaran yang dimaksud.

2.1.2 Retribusi Daerah

2.1.2.1 Pengertian Retribusi

↔➔➓ ➣➔➞t➟➐➓➫➔➞ ➟➩➒➨➟t ➝➔➓ ➒➞ut ➭➐➞➠➟➐➨➝↕➯2002:100➲➝➔➓➐yt➐➙➐➓➩➐➑ ➳➐ :

Retribusi adalah suatu pungutan sebagai pembayaran atas jasa atau pemberi izin tertentu yang khusus disediakan dan diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan pribadi atau badan .

➫➔➞➟➩➒➨➟t ➜➐ ➠➐➒ ➝➒ ➝➓➐y➝➔ ➝➜➒ ➓➐y ➟➑ ➒➩➒➓ ➣➐➓➵➐➓ ➣➨➒➓ ➣➠➔➓ ➣➐➓➙➔ ➝➩➐➵➟➓➐y ➜ ➞➔➨→➐➨➟ ➠➐➞ ➟ ➜ ➔ ➝➔➞➟➓ →➐➑ ➸ ➺➓→➒ ➙ ➐tt➐ ➻➐➞➐ ➜ ➔ ➝u➓➣➐➓ ➓tu ➐y ➢ ➞ ➔t➞ ➟➩➒➨➟ t➟➠➐➙ ➠➐➜ ➐t ➠ ➟➩↕➞ ↕➓ ➣➙ ➐➓ ➠➐➓ ➞ ➔➞ ➟➩➒➨➟t ➠➟➜ ➒➓ ➣ut ➠➔➓➣ ➐➓ ➝➔➓➣ ➣➒ ➓➐➙ ➐➓ ➼➒ ➞➐t ➽➔➔t➐➜ ➐➓t ➫➔t➞ ➟➩➒➨➟ ➡➐➔➞➐➑ ➐t➐u➠ ↕➙ ➒ ➝➔➓ ➐➓ ➣y ➠➐➜➐t ➠ ➟➜➔➞➨➐ ➝➐➙ ➐➓ ➠➐➓ ➜ ➔➵➐➙➨➐➓ ➐➐➓ ➠➐➞ ➟ ➜ ➔➓➐➣➟➑➐➓➞➔t➞ ➟➩➒➨➟➠➐➜ ➐t ➠ ➟➜➐➙➨➐➙ ➐➓➸

2.1.2.2 Pengertian Retribusi Daerah

➫➔t➞ ➟➩➒➨➟ ➠➐➔➞➐➑ ➐ ➠➐➵➐➑ ➟➒ ➞➐➓ ➐➓ ➣y ➠ ➟➵➐➙➒ ➙➐ ➓ ↕➵➔➑ ↕➞➐➓ ➣➜➞➟➩➐ ➠ ➟➐t➐u➩➐ ➠➐➓ ➙ ➔➜➐ ➠➐ ➠➐➔➞ ➐➑ ➠➔➓ ➣➐➓ ➟ ➝➩➐➵➐➓ ➵➐➓➣➨➒ ➓ ➣ ➠➐➓ t➟➠➐➙ ➠ ➟➜➐➙➨➐➙ ➐➓ ➠➐➓ ➠ ➟➣➒ ➓➐➙ ➐➓ ➒ ➓→➒ ➙➝➔ ➝➩➟➐➐ ➟y ➜ ➔➓➔➵➔➓ ➣➣ ➐➞➐➐➓y ➜ ➔ ➝➔➞➟➓→➐➑➠➐➔➞ ➐➑➸

↔➔➓ ➣➔➞t➟➐➓ ↔➔➓ ➣➔➞➟➐➓t ➫➔➞ ➟➩➒➨➟t ➡➐➔➞➐➑ ➝➔➓ ➒➞ut ➜➔➓➠➐➜ ➐t Yudiyanto (2008:45) menyatakan bahwa :


(19)

Retribusi Daerah adalah Suatu pungutan atas dasar jasa atau layanan yang diberikan oleh pemerintah kepada wajib retribusi, sehingga pendapatan dari retribusi daerah tidak lepas dari kualitas pelayanan dan retribusi dikenakan hampir pada semua fungsi pelayanan dan administrasi pemerintahan .

2.1.2.3 Karakteristik Retribusi Daerah

➾➚➪ ➶➹ut ➘ ➚➪➴ ➷➘ ➷t Yudianto (2008:47) Retribusi Daerah memiliki karakteristik sebagai berikut :

1. Retribusi Daerah dinyatakan dalam pendapatan daerah atas pemakaian jasa umum, jasa usaha dan perizinan tertentu;

2. Retribusi Daerah umumnya mencakup jangka waktu satu tahun;

3. Retribusi Daerah berisi kesanggupan dan ketetapan Pendapatan Daerah yang berarti bahwa setiap daerah setuju untuk melakukan target APBD pada Realisasi Penerimaan mencapai sasaran yang telah ditetapkan;

4. Usulan Retribusi Daerah disetujui oleh pihak berwenang terhadap penyusunan Penerimaan Pendapatan Daerah;

5. Retribusi Daerah hanya dapat diubah pada saat kondisi tertentu; dan

6. Secara berkala, kinerja keuangan sesungguhnya dibandingkan dengan penerimaan Retribusi Daerah dan selisihnya dianalisis dan dijelaskan.

2.1.2.4 Jenis Retribusi Daerah

Sebagai alat bantu manajemen Penerimaan Daerah dari kelompok Retribusi Daerah mempunyai ruang lingkup yang luas. Oleh karena itu mengelompokan Retribusi Daerah sangatlah penting dalam menyusun anggaran. Dengan


(20)

➬➮➱ ✃➮❐❒ ➬❮❒ ❰ Ï➱ Ð➮tÑÒÓ Ô ÕÒÖÏ➮ÑÏ×➬ Ï❰ÏÏ❰ Ï➱❐➮Ó Ò× ➬ÔØ Ï× Ø Ï❐ Ï➬ ➬➮➱yÔ ÕÔ➱Ù➮➱Ò Õ Ð➮ÑÒÓÔÕÒt ÖÏ➮Ñ Ï× yÏ➱✃ØÒÒ➱✃Ò➱❰Ï➱Õ➮ Õ Ô ÏÒØ ➮➱ ✃ Ï➱ÚÏÑ ✃➮t ÛÜÝÖ tÏ× Ô➱Ó ➮ÑÙ Ï❐ Ï➱Þ

ÜÏØ Ï ÖÒ➱ ÏÕÜ➮➱ ØÏ❮ ÏtÏ➱ ÖÏ➮Ñ Ï× ÜÑ❒ ßÒ➱ÕÒà ÏÏwÝÏÑÏt á Ð➮Ñ ÒÓ Ô ÕÒt ÖÏ➮ÑÏ×ØÒÓÏ✃Ò ❰ ➮Ø Ï❐ Ï➬ tÒ ✃Ï✃❒ ❐❒➱✃Ï➱Ð➮tÑÒÓÔÕÒ ÏØÏ❐ Ï× Õ➮ÓÏ✃ÏÒÓ➮Ñ Ò❰ ÔÚ :

ÏÞ Ð➮tÑÒÓ Ô ÕÒà ÏÕÏÔ➬ Ô➬Þ

à ÏÕÏ yÏ➱✃ Ø Ò Õ➮Ø Ò Ï❰ Ï➱ ÏtÏuØ ÒÓ➮Ñ Ò❰Ï➱ ❒ ❐➮× ❮ ➮ ➬➮ ÑÒ➱ÚÏ× Ø Ï➮ÑÏ× Ô➱ÚÔ❰ tÔÙ ÔÏ➱ ❰➮❮ ➮➱ÚÒ➱✃Ï➱Ø Ï➱❰ ➮ ➬Ï➱ â ÏÏtÏ➱ Ô ➬Ô ➬Õ➮ÑtÏØ Ï❮ Ït Ø Ò➱ Ò❰ ➬ ÏÒt❒ ❐➮×❒ Ñ Ï➱✃❮ ÑÒÓÏØÒ ÏtÏuÓÏØ Ï➱ ;

b. Retribusi Jasa Usaha.

Jasa yang disediakan oleh pemerintah daerah dengan menganut prinsip komersial karena pada dasarnya dapat pula disediakan oleh sektor swasta; dan c. Retribusi Perizinan Tertentu.

Pemberian ijin kepada orang pribadi atau badan yang dimaksudkan untuk pembinaan, pengaturan, pengendalian, pengawasan, sarana atau fasilitas tertentu guna melindungi kepentingan umum dan menjaga kelestarian lingkungan.

2.1.3 Pengertian Anggaran Pendapatan Daerah

Anggaran pendapatan daerah merupakan bagian dari APBD, seperti halnya pemerintah daerah dalam pengurusan keuangan daerahnya diatur dengan membaginya menjadi pengurusan umum dan pengurusan khusus, dengan demikian pada pemerintah daerah terdapat APBD.


(21)

ãäå æä çèéåt êåææéçéå ãäå ëéìééåt íéäçé î èëéït ëéìét ëèìèð é îï éå ëéçè ì äå æäçtèéå êåææé çéå ãäåëéì ééåt ëéå ñäòéåóé íéäç é î ðäì äçtè yéå æ ëèðäôõ öï éå ëéòé÷ øåëéåæùøå ëéåæ úû÷û ç 33 té îõå 2004 täåöéåæ ì äçè÷ôéåæéå ï äõé å æéå éåöéçéì ä÷äç èåöé îìõð ét ëéåì ä÷äç èåöé îëéäç é îé ëéòé îð äôéæéèôäçèïõ ö:

Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah yang selanjutnya disebut APBD adalah rencana keuangan tahunan pemerintah daerah yang dibahas dan disetujui bersama oleh pemerintah daerah dan dewan perwakilan rakyat daerah, dan ditetapkan dengan peraturan daerah .

üä ëéå æïéå÷ äåõçut êôëõòýéòè÷þ2007:117ÿ÷äåæä÷õï éïéå ôé îéw :

APBD dapat didefinisikan sebagai rencana operasional keuangan pemerintah daerah, dimana suatu pihak menggambarkan perkiraan pengeluaran setinggi-tingginya guna membiayai kegiatan-kegiatan dan proyek daerah dalam satu tahun anggaran tertentu, dan dipihak lain menggambarkan perkiraan penerimaan daerah guna menutupi pengeluaran yang dimaksud .

ãäåæäçèéåt êå æ æéç éå ãä÷äç èåöé î ëéå êå æ æéç éå ç æéåèð éð è ð äôäå éçåéy tèëéï óéõî ôäçôä ëé ✁ ôéèï ëéòé÷ ìçû ð äðì äåõðõå éååy éy÷éõìõå ëéòé÷ tõóõéå ëèôõétåéy éåææéçéå✂ êåææéçéå ãä÷ äçèåöé î ✄äìõôòèï ☎åëû åäð èé ëèðäôõ ö óõæé êåææé çéå ãäåëéì ééåt ëéå ñäòéåóé úä æéçéþêãñúÿ yéåæ÷éð éôäçòéïõåéyð étu té îõå✂íéòé÷ êãñú täç✆éåöõ÷ ì äåäç è÷ééå ëéå ì äåæäòõéç éå yéåæ ð äè÷ôéå æ ëéòé÷ óõ÷òé î çõì èé î ïéç äåé ëéòé÷ ì äõðõå éå åy éy ì ä÷äç èåöé î ÷äåæé÷ ôèò ðèðöä÷ êå æ æéçéå ñäçè÷ôéåæ þ✝ ✞✟ ✞✠✡☛☞ ✝ ✌☞ ✍☛✎ ÿ✂ ✏ õ÷òé î ìäå äçè÷ ééå ÷äå✆äç÷ èåï éå ï ä æèééåt ì äòééåéåy ï äìäåöèå æéå÷ éðéçéï éy t ëéåì ûðôèéyé ùôèééy yéåæëèïäòõéçï éå✂

2.1.4 Pengertian Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah

êåææéçéå ãäå ëéìééåt ✄äç èôõðèt íéäçé î é ëéòé î çäå✆éå é ï äçóé ðõétuíèå éð ãäåëéì ééåt íéäç é î éåæy ëèì äçòõïéå õåöõï ÷äåóéòéå ïéå ç û ëé ìä÷ äçèåöé îéå éåæy ð äèéìt té îõå îéçõð ëèïäòõéçï éå õåö õï ÷ ä÷ôèééèy ì ä÷ôéå æõå éå ëéäçé î✂ íéçè


(22)

✑✒✓✔✕✔ ✖✔ t✒✗ ✖✒✘ ✙✚ ✑✔ ✖✔ ✛✜ ✙✢✣ ✤✕ ✘ ✤✥ ✦✤ ✘ ✤✧✔ ✜ ✒ ✛✒✗✔✕ ✚ ✤✥ ✤✕✧ ✧ ✤✗✤✕ ✕✒✧✤✗ ✤ ✘✒✗ ✓ ✙✕ ✧ ✖✔ ✖✒✘ ✤✧ ✤✔✜ ✒ ✑★✛✤✕✩ ✖✒ ✑✤✕ ✧✣✤✕✘ ✤✧ ✔ ✛ ✤✖✤✗✤✣ ✤y t ✤✕ ✧✧ ✤✗ ✤✕ ✑✤✒✗✤✥t✒✗ ✖✒✘ ✙✚✘ ✒✗✓✙✕ ✧ ✖✔ ✖✒✘ ✤✧ ✤✔ ✤✢ ✤t ✜ ✒✕✧✤w✤✖ ✒✗✥✤✑✤✜t ✣✒✘ ✔✪ ✤✣ ✤✕ y✤✕ ✧ ✤✣✤✕ ✑✔✜✔✢✔✥ ★✢✒✥ ✜ ✒ ✛✒✗✔✕✚ ✤✥ ✑ ✤✒✗ ✤✥✚✒✗✥✤✑✤✜✣ ✒✘✔✪ ✤✣✤✕✚✒✗ ✖✒✘ ✙✚✫

2.2 Kerangka Pemikiran

✬✕✧ ✧ ✤✗ ✤✕ ✭✒✕✑✤✜✤t✤✕ ✑ ✤✕ ✮✒✢ ✤✕ ✪ ✤ ✯ ✤✒✗✤✥ y✤✕✧ ✖✒✢ ✤✕✪✕uty✤ ✑✔✖✒✘✙✚ ✬ ✭✮✯ ✤✑ ✤✢ ✤✥ ✗ ✒✕✰✤✕✤ ✣ ✒ ✙✤✕ ✧✤✕ t✤✥ ✙✕ ✤✕ ✜✒ ✛✒✗✔✕ ✚✤✥ ✑ ✤✒✗ ✤✥ ✤✕ ✧y ✑✔✘ ✤✥✤✖ ✑✤✕ ✑✔ ✖✒✙✪t ✔u ✘ ✒✗ ✖ ✤✛✤ ★✢✒✥ ✭✒ ✛✒✗✔✕ ✚ ✤✥ ✯ ✤✒✗ ✤✥ ✑ ✤✕ ✯✒w✤✕ ✭✒✗w✤✣✔✢ ✤✕ ✱ ✤✣y✤t ✯ ✤✒✗✤✥✩ ✑✤✕ ✑✔t✒t✤✜✣✤✕ ✑✒✕ ✧ ✤✕ ✜ ✒✗ ✤t✙✗ ✤✕ ✑ ✤✒✗ ✤✥ ✫ ✬ ✭✮✯ ✑✤✜✤t ✑✔ ✑✒✓✔✕ ✔ ✖✔✣✤✕ ✖✒✘ ✤✧✤✔ ✗✒✕ ✰✤✕✤ ★✜✒✗✤✖✔★✕ ✤✢ ✣✒u✤✕✧✤✕ ✜ ✒ ✛✒✗✔✕ ✚ ✤✥ ✑✤✒ ✗ ✤✥✩ ✑✔ ✛✤✕ ✤ ✖✙ ✤tu✜✔✥✤✣ ✛✒✕ ✧ ✧ ✤✛✘ ✤✗✣✤✕ ✜ ✒✗✣ ✔✗✤✤✕ ✜✒✕ ✧✒✢ ✙ ✤✗ ✤✕ ✖✒t✔✕✧ ✧✔✲t✔✕✧ ✧✔✕y✤ ✧ ✙✕✤ ✛✒ ✛✘ ✔ ✤y✤✔ ✣✒ ✧✔ ✤t✤✕ ✲✣ ✒✧✔ ✤t✤✕ ✑ ✤✕ ✜ ✗★✒✣y ✑ ✤✒✗ ✤✥ ✑ ✤✢ ✤✛ ✖ ✤tu t✤✥✙✕ ✤✕ ✧✧✤✗ ✤✕ ✒✗t t✒✕✚ ✙✩ ✑ ✤✕ ✑✔✜ ✔✥ ✤✣ ✢ ✤✔✕ ✛✒✕✧ ✧ ✤✛✘ ✤✗✣✤✕ ✜ ✒✗✣ ✔✗ ✤✤✕ ✜✒✕ ✒✗✔ ✛✤✤✕ ✑ ✤✒✗ ✤✥ ✧ ✙✕ ✤ ✛✒✕✙✚ ✙✜✔ ✜ ✒✕✧ ✒✢ ✙✤✗✤✕ y✤✕ ✧ ✑✔ ✛✤✣✖✙ ✑✫ ✳ ✙✛✘✒✗✲✖✙ ✛✘ ✒✗ ✜ ✒✕✒✗ ✔ ✛✤✤✕ ✑✤✒ ✗ ✤✥ ✖✤✢ ✤✥ ✖ ✤t✙✕✤y✤✑✤✢ ✤✥ ✭✒✕✑✤✜✤t✤✕ ✬ ✖✢✔ ✯ ✤✒✗✤✥ ✴✭✬✯✵✫ ✭✒✕✑✤✜✤t✤✕ ✬ ✖✢✔ ✯ ✤✒✗✤✥ ✴✭✬✯✵ ✤✑✤✢ ✤✥ ✜ ✒✕✑✤✜✤t✤✕ ✛✔✢✔✣ ✑ ✤✒✗ ✤✥ y✤✕✧ ✘✒✗✔ ✖✔✣✤✕ ✣✒✒✕✤✕✧✤✕w ✭✒ ✛✒✗✔✕t✤✥ ✯ ✤✒✗ ✤✥ ✙✕ ✚ ✙✣ ✛✒✕✑✤✕✤✔ ✜ ✒✢ ✤✣ ✖ ✤✕ ✤ ✤✕ ✶★✕★✛✔t ✯✤✒✗✤✥ ✖✒ ✖ ✙ ✤✔ ✑✒✕ ✧ ✤✕ ✜★✚✒✕ ✖✔ ✯ ✤✒✗✤✥ ✖✒✘✤✧ ✤✔ ✜ ✒✗w✙✪ ✙✑ ✤✕ ✯✒ ✖✒✕✚✗✤✢✔ ✖✤✖✔✩ ✖✒✜✒✗✔t ✱✒t✗✔✘ ✙ ✖✔ ✯ ✤✒✗ ✤✥✫ ✱✒✗ ✔✘ ✙ ✖✔t ✯ ✤✒✗ ✤✥ ✤✑ ✤✢ ✤✥ ✔ ✙✗ ✤✕ y✤✕ ✧ ✑✔✢ ✤✣ ✙✣ ✤✕ ★✢✒✥ ★✗✤✕✧✜ ✗✔✘ ✤✑✔ ✤t✤u✘✤✑✤✕✣ ✒✜ ✤✑ ✤ ✑✤✒✗✤✥ ✑✒✕ ✧ ✤✕✔ ✛✘ ✤✢ ✤✕ ✢✤✕✧ ✖ ✙✕✧ ✑ ✤✕ t✔ ✑ ✤✣ ✑✔✜✤✣ ✖ ✤✣ ✤✕ y✤✕✧ ✑✔✧ ✙✕ ✤✣✤✕ ✙✕ ✚ ✙✣ ✛✒ ✛✘✔ ✤y✤✔ ✜✒✕✒✢✒✕ ✧✧ ✤✗ ✤✤y ✕ ✜ ✒ ✛✒✗✔✕ ✚ ✤✥ ✑✤✒✗✤✥✫ ✷✒✕✔ ✖ ✱✒✗✔✘✙✖✔t ✯ ✤✒✗ ✤✥ ✑✔✘✤✧✔ ✣ ✒ ✑ ✤✢ ✤✛ 3 ✧★✢★✕ ✧ ✤✕ ✤✔yt✙✩ ✱✒✗✔✘✙✖✔t ✷✤✖ ✤ ✸✛ ✙✛✩ ✱✒✗✔✘✙✖✔t ✷✤✖ ✤ ✸✖ ✤✥✤✩ ✑ ✤✕ ✱✒t✗✔✘✙✖✔ ✭✒✗ ✔zinan Tertentu .


(23)

✹✺✻y✼✽ ✼✻✾ ✻ ✾ ✻✿✿ ✾❀✾ ✻ ❁ ✺✻❂✾❁ ✾✾ ✻t ❀ ✺❀ ❃t ❄ ✼✽❃ ❂✾ ✺❀✾ ❅ ❂ ❃✽ ✼✽ ✼✻ ❄✺❀❂✾✽ ✾❀ ❆✾ ✻ ❇ ✺✻❃✽ ❁✼✻✿✾ ✻ut ❀ ✺❀ ❃❄ ✼✽❃t ✾ ✻✿y t✺❀❂❃❀ ❃ ❂ ✾❀❃ ❀ ✺t❀ ❃❄ ✼✽❃ ✾t✾✽ ❁ ✺❈✾ ❆✾❃✾ ✻ ❇✾✽ ✾ ✼❈u❈❉ ❇✾✽ ✾ ✼✽✾ ❅✾ ❂ ✾ ✻❁✺❀❃zinan tertentu yang didalamnya terdapat Surat Ketetapan Retribusi (SKR) yang berasal dari wajib retribusi orang pribadi dan wajib retribusi badan. Setelah menyusun bahan kebijakan operasional retribusi daerah dilakukan kegiatan pembukuan yang kemudian dalam pelaksanaan pencatatan atas penyusunan bahan kebijakan operasional retribusi daerah tersebut, harus sesuai dengan tanggal penerbitan dan nomornya yang secara berurutan meliputi :

1. Pembukuan penetapan yang terdiri dari daftar surat ketetapan, buku jenis retribusi dan buku wajib retribusi;

2. Pembukuan penerimaan yang terdiri dari daftar surat setoran, buku pembantu penerimaan sejenis dan buku kas umum penerimaan.

Pelaporan dibuat untuk mendapatkan informasi mengenai realisasi anggaran agar memudahkan dalam pengambilan keputusan. Kegiatan pelaporan yang dilaksanakan terdiri dari :

1. Membuat laporan realisasi penerimaan pendapatan retribusi daerah atas dasar daftar penetapan dan penerimaan retribusi;

2. Menyerahkan laporan realisasi penerimaan pendapatan retribusi daerah kepada Kepala Daerah, Kadispenda dan Unit Kerja Perencanaan dan Pengendalian Operasional.


(24)

Model Kerangka Pemikiran

Tinjauan Atas Pelaksanaan Penyusunan, Pembukuan dan Pelaporan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah pada DISPENDA Provinsi

Jawa Barat

Gambar 2.2

APBD

Retribusi

Daerah

Retribusi Jasa Umum

Retribusi Jasa Usaha

Retribusi Perizinan Tertentu Pendapatan Asli

Daerah

Pendapatan lain-lain yang sah Dana

Perimbangan

Pajak

Daerah

Hasil Pengelolaan

Kekayaan Daerah yang

Dipisahkan Lain-lain

PAD yang


(25)

❊❋ ❊● ●●

❍❊■ ❏❑▲❋▼◆ ❏❖ ❍ ▲❏P ❏ ▼❏◗●❖● ❋▼

❘❙❚ ❍ ❯❱❲❳P❲ ❨❲ ❩❬❭❬❪ ❨

Objek penelitian menurut Husein Umar (2005:303) mengemukakan bahwa objek penelitian menjelaskan tentang apa dan atau siapa yang menjadi objek penelitian. Objek penelitian dalam laporan Tugas Akhir ini adalah tinjauan atas pelaksanaan penyusunan, pembukuan dan pelaporan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat yang berlokasi di jalan Soekarno Hatta Nomor 528 Bandung. Penelitian dilakukan mulai dari tanggal 4 Maret 2011 sampai dengan tanggal 30 Mei 2011. Tugas pokok dari Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Provinsi Jawa Barat adalah melaksanakan kegiatan pemungutan, pengumpulan, dan pemasukan pendapatan daerah ke kas daerah secara maksimum terhadap sumber-sumber pendapatan daerah berdasarkan kebijakan yang diterapkan oleh walikota atau peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kedudukan Dinas Pendapatan Daerah (DISPENDA) Provinsi Jawa Barat sebagaimana diatur dalam keputusan menteri dalam negeri No. 23 tanggal 29 Mei tahun 1989 adalah berkedudukan sebagaimana unsur pelaksanaan pemerintah kota Bandung di bidang pendapatan daerah. Tugas pokoknya adalah melaksanakan sebagian kewenangan daerah di bidang pendapatan, sedangkan fungsi Dinas adalah untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana termaksud. Visi dan Misi dari DISPENDA Provinsi Jawa Barat sebagai berikut :


(26)

 Visi DISPENDA Provinsi Jawa Barat Tahun 2008 2013

Pembangunan di Jawa Barat pada tahap kedua Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah tahun 2008-2013 menuntut perhatian lebih, tidak hanya untuk menghadapi permasalahan yang belum terselesaikan, namun juga untuk mengantisipasi perubahan yang muncul dimasa yang akan datang. Posisi Jawa barat yang strategis dan berdekatan dengan ibukota negara, mendorong Jawa Barat berperan sebagai ❫❴ ❵❛❜ ❝ ❞ ❡ ❵❢❵❣❝❤✐ ❵❛❜ (agen pembangunan) bagi pertumbuhan nasional.

Maka Visi DISPENDA Jawa Barat tahun 2008-2013 yang hendak dicapai dalam tahapan kedua pembangunan jangka panjang daerah adalah :

❥❦ ❧♠♥♦♣ ♦qrs ♦t ♦✉ s ♦ ♠♦✈♦✇① ♦②♦③ ♦♠♦✇ s ♦r④t ♦r⑤q♠q⑥⑤qr♦t q✉ ⑤♦ r✉ ❧⑦ ♦⑧✇ ❧♠♦⑨⑩

Penjabaran makna dari visi DISPENDA Jawa Barat tersebut adalah sebagai berikut :

Mandiri : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang mampu memenuhi kebutuhannya untuk maju dan mengandalkan kemampuan dan kekuatan sendiri, terutama dalam bidang pendidikan, kesehatan, ketenagakerjaan, pelayanan publik berbasis

❵❶❴❝❢❵❷ ❛✐ ❵❛❜, energi, infrastruktur, lingkungan dan sumber daya air;

Dinamis : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara aktif mampu merespon peluang dan tantangan zaman serta berkontribusi dalam proses pembangunan;


(27)

Sejahtera : adalah sikap dan kondisi masyarakat Jawa Barat yang secara lahir dan batin mendapatkan rasa aman dan makmur dalam menjalani kehidupan.

 Misi DISPENDA Provinsi Jawa Barat Tahun 2008-2013

Dalam rangka mengantisipasi kondisi dan permasalahan yang ada serta memperhatikan tantangan ke depan dengan memperhitungkan peluang yang dimiliki, maka rumusan misi DISPENDA Jawa Barat dalam rangka pencapaian ditetapkan dalam 5 (lima) misi berikut ini, untuk mencapai masyarakat Jawa Barat yang mandiri, dinamis dan sejahtera, adalah sebagai berikut :

(1). Mewujudkan sumber daya manusia Jawa Barat yang produktif dan berdaya saing;

(2). Meningkatkan pembangunan ekonomi regional berbasis potensi lokal; (3). Meningkatkan ketersediaan dan kualitas infrastruktur wilayah;

(4). Meningkatkan daya dukung dan daya tampung lingkungan untuk pembangunan yang berkelanjutan; dan

(5). Meningkatkan efektifitas Pemerintahan Daerah dan kualitas demokrasi.

❸❹❺ ❻❼❽❾ ❿❼➀❼ ➁❼ ➂➃❽ ➃➄ ➁

Dalam melakukan penelitian laporan tugas akhir ini, penulis menggunakan metode penelitian deskriptif atau sering juga disebut penelitian survei. Metode deskriptif yaitu metode yang menafsirkan, menganalisa dan menguraikan data secara jelas yang berhubungan dengan masalah yang diteliti. Metode penelitian ini menggambarkan apa yang dilakukan DISPENDA dalam melaksanakan


(28)

penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran retribusi daerah berdasarkan data-data. Metode deskriptif menurut Sugiyono (2010:21) bahwa :

➅ ➆➇➈➉ ➊➇ ➊➇➋ ➌➍➎➏➈➎➐ ➑ ➊➑ ➒➑ ➓ ➔➇➈ ➉ ➊➇ →➑ ➣↔ ➊➎↔ ↕➣➑ ➌➑➣ ↕➣➈ ↕ ➌ ➔ ➇➣↔↔ ➑ ➔ ➙➑➍➌➑➣ ➑➈➑ ↕ ➔ ➇➣↔ ➑➣➑➒ ➎➋ ➎➋ ➋ ↕➑ ➈↕ ➓➑➋ ➎➒ ➏➇➣➇➒ ➎➈➎➑➣ ➈ ➇➈➑ ➏➎ ➈ ➎➊➑ ➌ ➊➎↔ ↕➣➑ ➌➑➣↕➣➈ ↕ ➌➔➇➔ ➙↕➑ ➈➌➇➋ ➎➔ ➏↕➒➑ ➣→➑ ➣↔➒➇ ➙➎➓➒↕➑➋➛➜

Dalam hal ini, khususnya mengenai penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran retribusi daerah berdasarkan data dan informasi yang didapat dan dikumpulkan.

➝➜➞➜➟ ➠➇➋ ➑ ➎➣➡➇➣➇➒ ➎➈➎➑➣

Dalam melakukan suatu penelitian diperlukan perencanaan penelitian agar penelitian yang dilakukan dapat berjalan dengan baik, sistematis serta efektif. Desain penelitian menurut Moh. Nazir (2008:84) mengemukakan bahwa :

➅➠➇➋ ➑ ➎➣ ➏➇➣➇➒ ➎➈ ➎➑ ➣ ➑ ➊➑ ➒➑ ➓ ➋ ➇➔↕➑ ➏➍➉➋ ➇➋ →➑ ➣↔ ➊➎➏➇ ➍➒↕ ➌➑ ➣ ➊➑ ➒➑➔ ➏➇ ➍➇➣➢➑ ➣➑➑ ➣ ➊➑➣➏➇➒➑ ➌➋ ➑➣➑ ➑➣ ➏➇➣➇➒ ➎➈ ➎➑ ➣➛➜

Desain penelitian yang digunakan penulis adalah desain deskriptif atau disebut juga desain konklusif. Pengertian desain konklusif yang dikemukakan oleh Husein Umar (2000 : 32) menyatakan bahwa :

➅➠➇➋ ➑ ➎➣ ➤➉➣ ➌➒↕➋ ➎➐ → ➑ ➎➈↕ ➊➇➋➑➎➣ →➑ ➣↔ ➔ ➇➔ ➎➒ ➎➌➎ ➌➇➋ ➎➔ ➏↕➒➑ ➣ ➏➑ ➊➑ ➑ ➌➓➎➍ ➏➇➣➇➒ ➎➈ ➎➑ ➣ ➊➑➣ ➈↕➥↕➑➣ ➊➑ ➍➎ ➊➇➋ ➑ ➎➣ ➎➣ ➎ ↕➣➈↕ ➌ ➔➇➣↔ ↕➑➋ ➑➎ ➋ ➎➐ ➑➈ ➈➇ ➍➈➇➣➈ ↕ ➌➑➍➑ ➌➈➇ ➍➎➋ ➈➎➌➊➑ ➍➎➋ ➑ ➈↕➐ ➇➣➉➔ ➇➣➑➈ ➇ ➍➈➇➣➈↕➛ ➜

Dari penjelasan diatas, maka dapat dikatakan bahwa desain penelitian merupakan suatu proses penelitian yang dilakukan oleh penulis dalam melaksanakan penelitian mulai dari perencanaan sampai dengan pelaksanaan penelitian yang dilakukan pada waktu tertentu. Desain penelitian yang digunakan penulis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :


(29)

1. Adanya fenomena dalam suatu penelitian. Pada dasarnya penelitian itu dilihat dari suatu fenomena yang ada dalam masalah yang akan diteliti. Dalam penelitian ini penulis mengambil fenomena mengenai Dinas Pendapatan Daerah yang akan lebih difokuskan dalam penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah.

2. Menetapkan judul yang akan diteliti, sehingga diketahui apa yang akan diteliti dan yang menjadi masalah dalam penelitian. Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Tinjauan atas Pelaksanaan Penyusunan, Pembukuan dan Pelaporan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah pada DISPENDA Provinsi Jawa Barat .

3. Menetapkan masalah-masalah yang akan dianalisis, dalam penelitian ini yang menjadi identifikasi masalah adalah sebagai berikut :

a. Untuk mengetahui Pelaksanaan Penyusunan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah pada DISPENDA Provinsi Jawa Barat.

b. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pembukuan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah pada DISPENDA Provinsi Jawa Barat.

c. Untuk mengetahui Pelaksanaan Pelaporan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah pada DISPENDA Provinsi Jawa Barat.

4. Mengindentifikasi masalah penelitian termasuk membuat spesifikasi dari tujuan luas jangkauan ➦➧➨➩ ➫➭). Masalah yang diteliti dalam penelitian ini

adalah Pelaksanaan Penyusunan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah (X1), Pembukuan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah (X2) dan Pelaporan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah (variabel X3).


(30)

5. Memilih serta memberi definisi terhadap setiap pengukuran variabel. 6. Menetapkan sumber data dan teknik pengumpulan data.

7. Melakukan pembahasan melalui informasi yang diperoleh dari Dinas Pendapatan Daerah. Pembahasan masalah dilakukan untuk memecahkan masalah yang diteliti.

8. Melakukan pelaporan hasil penelitian.

➯ ➲➳ ➲➳ ➵➸➺➻➼ ➽ ➾➚➪➼ ➶➾➽➼ ➽ ➾➹➼➻ ➾➼ ➘➺ ➶

Dalam mengadakan suatu penelitian, penulis harus menentukan operasional variabel. Hal ini dimaksudkan agar dapat mempermudah dalam melakukan penelitian. Menurut Sugiyono (2010:31) menyatakan bahwa :

➴➹➼ ➻ ➾➼➘➺ ➶ ➸➺➪➺ ➶➾➷➾➼ ➪ ➸➼ ➬➼ ➬➼ ➽➼➻➪ ➮➼ ➼➬➼ ➶➼ ➱ ➽➺ ➽✃➼ ➷✃ ➱➼ ➶ ➮➼ ➪❐ ➘➺➻➘➺➪ ➷✃ ❒ ➼ ➸➼ ➽➼❮➼ ➮➼ ➪❐ ➬➾➷➺ ➷➼➸ ❒➼ ➪ ➚➶➺➱ ➸➺➪➺ ➶➾➷ ➾ ✃➪ ➷✃ ❒ ➬➾➸➺ ➶➼❮➼ ➻ ➾ ➽➺➱ ➾➪❐ ❐➼ ➬➾➸➺➻ ➚➶➺➱ ➾➪❰➚➻Ï➼ ➽ ➾➷➺➪ ➷➼➪❐➱➼ ➶ ➷➺➻ ➽➺➘✃ ➷Ð❒➺Ï✃ ➬➾➼➪➬➾➷➼➻ ➾❒❒➺ ➽ ➾Ï➸✃ ➶➼ ➪➪ ➮➼Ñ➲

Operasionalisasi variabel diperlukan untuk menentukan jenis, indikator, serta skala dari variabel-variabel yang terkait dalam penelitian, sehingga pengujian hipotesis dengan alat bantu statistik dapat dilakukan secara benar sesuai dengan judul penelitian. Dalam penelitian ini yang menjadi variabel adalah pelaksanaan penyusunan (X1), pembukuan (X2) dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah (X3). Maka operasionalisasi variabel penelitian dapat disajikan dalam Tabel 3.2.


(31)

ÒÓ ÔÕÖ× ØÙ

Ú ÛÕÜÓÝ ÞßàÓ ÖÞÝÓÝ ÞáÓÜÞÓ ÔÕÖ

áÓÜÞÓÔÕÖ âßàÝÕÛáÓÜÞÓ ÔÕÖ ãàäÞåÓ æßÜ çåÓ ÖÓèå èÜ

Pelaksanaan Penyusunan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah (X1)

éêëìí îì ï Bð ñòì îêëò

adalah Penyusunan anggaran yang didasarkan pada dan darimana dana berasal (pos-pos penerimaan) dan untuk apa dana tersebut digunakan (pos-pos pengeluaran) . Indra Bastian (2005:167)  Retribusi Jasa Umum  Retribusi jasa Usaha  Retribusi Perizinan Tertentu Ordinal Pelaksanaan Pembukuan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah (X2) Pembukuan anggaran adalah pencatatan transaksi ekonomi tentang pengolahan data transaksi ekonomi tersebut melalui  Pembukuan Penetapan  Pembukuan penerimaan Ordinal


(32)

penambahan dan atau pengurangan sumber anggaran yang ada . Abdul Halim

(2007:43) Pelaksanaan

Pelaporan Anggaran Pendapatan Retribusi Daerah (X3)

Pelaporan dibuat untuk mendapatkan informasi mengenai realisasi anggaran agar memudahkan dalam pengambilan keputusan .

 Laporan Realisasi Penerimaan Pendapatan Retribusi Daerah

Menyerahkan Laporan Penerimaan Pendapatan Retribusi Daerah

Ordinal

ó ôõ ôó ö÷øùúûüýþÿ ú þ✁ ✂úþúþ✄ ÷ýþ☎ ý✄ ý

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sekunder. Sumber sekunder menurut Sugiyono (2010:137) adalah :

✥ö ÷øùúû✆ýþ✝✄✁ üý ✞ýþ✝✟÷þ✝øú øùú û✁ ýþüý✄ ý ú✠ý üý✠úþ✝÷ø✠÷✞üý✄ ý ✄ úû✟úù ÷✄ ✡ ô


(33)

Peneliti dalam menyusun laporan tugas akhir ini menggunakan data sekunder, karena peneliti mengumpulkan informasi dari data yang telah diolah oleh pihak lain, yaitu informasi mengenai data Pendapatan Retribusi Daerah yang terkait dengan Dinas Pendapatan Daerah. Selain itu melalui studi kepustakaan dengan membaca, mempelajari dan memahami melalui media lain bersumber dari literatur, buku-buku serta catatan-catatan kuliah yang menunjang.

☛ ☞✌ ☞✍ ✎ ✏✑✒✓✑✔✏✒✕✖✗ ✘✖ ✙✚ ✒✛ ✚✜ ✚

Kegiatan penelitian yang akan dilaksanakan, terdapat beberapa metode yang digunakan dalam pengumpulan data. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini dimaksudkan agar mempermudah dalam penelitian lebih dekatnya pada pengumpulan data, diantaranya :

1. Studi Lapangan (✢✣✤✦✧★✤ ✩✤✪ ✫ ✬✭)

Studi lapangan adalah melakukan peninjauan secara langsung untuk memperoleh data-data yang diperlukan dalam penyusunan tugas akhir. Penelitian ini dilakukan terhadap kegiatan dari seluruh objek penelitian yang meliputi :

a. Observasi (Pengamatan Langsung)

Melakukan pengamatan secara langsung dilokasi untuk memperoleh data yang diperlukan. Observasi dilakukan dengan mengamati kegiatan DISPENDA yang berhubungan dengan variabel penelitian. Hasil dari observasi dapat dijadikan data pendukung dalam menganalisis dan mengambil kesimpulan.


(34)

b. Wawancara

Wawancara dilakukan untuk mendapatkan informasi yang terkait dalam pelaksanaan penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah, dan wawancara dilakukan kepada beberapa pegawai dinas yang bertanggung jawab pada bagian tertentu.

c. Dokumentasi

Pengumpulan data ini menggunakan tehnik dokumentasi, yang dilakukan dengan cara menelaah dokumen yang terdapat pada Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat. Mulai dari literatur, buku-buku yang menunjang, dokumen yang menggambarkan sejarah dan dokumen yang menerangkan struktur organisasi dalam pelaksanaan anggaran retribusi daerah.

2. Studi Kepustakaan (✮✯b✰✱ ✰ ✲✳✴✵✴✱✰✶✷)

Studi kepustakaan adalah suatu metode pengumpulan data yang dilakukan dengan mempelajari literatur dan dokumen yang berhubungan dengan masalah yang sedang dibahas yang bersifat teori. Penelitian ini dilakukan dengan mengadakan penelaahan terhadap buku-buku literatur, buku teks, dan catatan kuliah. Dengan metode ini akan memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah.


(35)

✸ ✹✺ ✹✻ ✼✽✾✿ ✽✾ ❀ ✽✾❁✾ ✽❂❃❄ ❃❄

Analisis data merupakan cara yang digunakan penulis untuk menjawab identifikasi masalah penelitian apakah pelaksanaan penyusunan, pembukuan dan pelaporan anggaran pendapatan retribusi daerah telah sesuai atau tidak. Pengolahan data yang dilakukan dalam penulisan ini yaitu setelah data-data dikumpulkan, kemudian di klarifikasi menurut indentifikasi masalah. Setelah itu disusun dan diolah menjadi data yang diperlukan dalam penyusunan laporan tugas akhir ini.


(36)

❅ ❆❅❇ ❈

❉❆❊❇❋●❍ ■❍❋❇❏❇ ❆■❑❆■●❍ ▲❅ ❆❉❆❊❆■

▼◆❖ P◗ ❘❙ ◗❚◗❯❱ ❘u❘●❲ ❚u❳ ◗❨◗ ◗❯ ▼◆❖ ◆❖ ❊❲❩◗ ❚◗❨●❲ ❚u❳ ◗❨◗ ◗❯

Berdirinya Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat, diawali dengan terbentuknya Djawatan Perpadjakan dan Pendapatan dalam lingkungan Pemerintah Daerah Provinsi DT I Jawa Barat. Dengan keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat Nomor : 219/PO/V/O.M/SK/1971 tanggal 25 September 1971 dan tanggal itu pula yang dijadikan tonggak sejarah hari jadi Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat. Sebelum itu dengan keputusan Gubernur Provinsi Jawa Barat No. 60/PO/V/O.M/SK/71 sudah dibentuk suatu Biro Pendapatan dan Perpajakan, akan tetapi unit kerja ini hanya merupakan embiro semata, karena unit kerja tersebut tidak berdiri sendiri dan masih diposisikan sebagai sub ordinat dari administrasi bidang keuangan. Bidang pendapatan dan keuangan adalah satu rumpun, ketika proses mekanisme berkembang, pendapatan berkembang, keuangan berkembang, maka bidang ini dipecah menjadi disiplin fungsi sendiri.

Tugas pokok jawatan adalah menyelenggarakan tugas-tugas dan kewenangan-kewenangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat dalam bidang Perpajakan Daerah dan Perpajakan Daerah lainnya, yang pelaksanaannya disesuaikan dengan peraturan perundangan yang berlaku serta garis-garis kebijaksanaan yang diterapkan oleh Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah. Pada awalnya susunan


(37)

organisasi jawatan terdiri dari unsur bagian dan kepala seksi. Sebagai Kepala Jawatan yang pertama yaitu❬❭❪ ❫❴ ❫❵ ❛❜❝❝u❵ ❞❪❭ ❡❞ dengan periode jabatan dari

Tahun 1972-1976. Sebagai unsur pelaksana adalah kantor-kantor jawatan ditingkat Inspektorat Wilayah yang terdiri dari :

1. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Banten disebut Wilayah I yang terdiri dari 4 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan provinsi di kabupaten/ kotamadya;

2. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Bogor disebut Wilayah II yang terdiri dari 5 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan provinsi di kabupaten/ kotamadya;

3. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Cirebon disebut Wilayah III yang terdiri dari 5 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan provinsi di kabupaten/ kotamadya;

4. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Purwakarta disebut Wilayah IV yang terdiri dari 4 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan provinsi di kabupaten/ kotamadya; dan

5. Kantor Perwakilan Jawatan Wilayah Priangan disebut Wilayah V yang terdiri dari 4 kantor jawatan perpajakan dan pendapatan provinsi di kabupaten/ kotamadya.

Sebagai konsekuensi berlakunya Undang-undang Nomor 5 Tahun 1974, maka sebutan atau nomenklatur kelembagaan berdasarkan surat keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor 107/A.V/18/SK/1975 terhitung tanggal 12 April 1975 nomenklatur jawatan diubah dengan Dinas Perpajakan dan


(38)

Pendapatan Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat yang berlokasi di jalan Dago (Ir. H. Djuanda) No. 37 Bandung periode Tahun 1975-1984.

Perkembangan dari masa ke masa setelah berubah nama menjadi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat Tingkat I dilakukan penyesuaian kelembagaan dengan Perda Provinsi DT I Jawa Barat Nomor 7/DP.040/PD/78 tanggal 30 Agustus 1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DT I Jawa Barat. Namun demikian sumber daya Dinas yang dimiliki pada saat itu masih sangat terbatas, baik pegawai, sarana maupun beban target pendapatan daerah. Bahkan pada saat itu telah diupayakan penggalian sumber pendapatan baru berupa Pungutan Bea Balik Nama Tanah (PBNT) yang kemudian dilakukan pembekuan pemungutannya. Selanjutnya dilakukan penyesuaian kelembagaan dengan Peraturan Daerah Provinsi Daerah Tingkat I Jawa Barat Nomor: 7/DP.040/PD/78 tanggal 30 Agustus 1978 tentang susunan organisasi dan tata kerja Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DT I Jawa Barat. Berdasarkan susunan organisasi ini, eksistensi kantor-kantor perwakilan jawatan di setiap wilayah ditiadakan sehingga organisasi ditetapkan sebagai berikut :

1. Unsur pimpinan adalah Kepala Dinas;

2. Unsur pembantu pimpinan adalah Kepala Bagian Tata Usaha;

3. Unsur pelaksana adalah Sub Dinas, Cabang Dinas dan Unit Pelaksana Teknis. Dalam menyikapi semakin beratnya beban tugas Dinas Pendapatan Daerah sebagai unsur pelaksanaan pemerintah daerah untuk melaksanakan sebagian tugas daerah di bidang pendapatan, maka dilakukan penataan organisasi melalui Perda


(39)

Provinsi Jawa Barat Nomor 1 Tahun 1990 tentang perubahan pertama Perda Provinsi DT I Jawa Barat No. 7/DP.040/PD/78, untuk Dinas Pendapatan Provinsi Jawa Barat dan Perda Provinsi Jawa Barat Nomor 2 Tahun 1990 tentang perubahan pertama Provinsi DT I Jawa Barat No. 4 Tahun 1984 untuk organisasi cabang Dinas Pendapatan Daerah. Pada periode selanjutnya pelaksanaan tugas dan fungsi mengalir seiring perjalanan waktu sampai terjadi peralihan kepemimpinan dinas yang saat itu dijabat oleh❢❣❤u✐ ❥❦ ❧❦ ♠♥♦♣w♣❧❦ q❦ r❢ pada

tahun 1989 sampai dengan 1993 yang berpindah tempat di jalan Soekarno Hatta no 528 sampai sekarang. Berikutnya kepala dinas dijabat oleh s ♥✐ ❣ ❢❣ s❦❧❧y Setiawan, M.Si, yaitu dari tahun 1994 sampai dengan 1997 pada masa ini dilakukan penataan Dinas Pendapatan Daerah yang difokuskan pada penyediaan perkanoran dan fasilitas pelayanan. Pada fase inilah pelayanan di kantor bersama (SAMSAT) memasuki komputerisasi dan dilanjutkan pada era kepemimpinan

Drs. H. Masdukiyaitu tahun 1997 sampai dengan 1999.

Dalam rangka mengantisipasi tugas-tugas berat tersebut dengan penyelenggaraan ekonomi dibidang pendapatan daerah, maka dilakukan penyempurnaan kelembagaan dinas dengan rujukan Peraturan Pemerintah Nomor 84 Tahun 2000 tentang Pedoman Organisasi Perangkat Daerah dan ditetapkan Peraturan Daerah Privinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat yang selanjutnya disempurnakan dengan Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2002 tentang perubahan atas Peraturan Daerah Provinsi Jawa Barat Nomor 15 Tahun 2000 tentang Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat, dimana pada level operasional diperkuat dengan 31 Unit Pelayanan Pendapatan


(40)

Daerah (UPPD). Pada saat itu kepemimpinan dijabat oleh t✉✈ ✇ ①✇ ② ③ ④ ③⑤ ⑥✉uyana. M.Si , dan pencapaian penerimaan pendapatan daerah terus berkembang

sampai menembus angka Rp. 1 triliun atau dikenal dengan istilah era 1 triliyunan. Perjanalan berikutnya, kepemimpinan Dinas Pendapatan dipegang oleh H. Tatang Pridasa. SH. M.si, kebijakan dinas diarahkan pada penataan efektivitas kinerja melalui perbaikan sistem, pemenuhan sarana pelayanan, penyiapan dan peningkatan kompetensi pegawai serta kesejahteraan pegawai yang memberikan dampak besar terhadap peningkatan kinerja penerimaan pendapatan daerah dan mampu menembus angka Rp. 2 triliun. Pada tahun 2005-2008, kepemimpinan Dinas Pendapatan Daerah dipegang olehDrs. H. Wahyu Kurnia, MBA. Pada era ini aktifitas yang menonjol dalam bentuk ⑦⑧⑨ ⑧ ⑦⑩❶❷ ❸ ❹⑩❺❻⑩ ❼❽. Setelah itu

kepemimpinan sementara dinas dijabat oleh Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Pendapatan dijabat oleh Drs. H. Yuyun Muslihat, MM . Selanjutnya oleh Gubernur Jawa Barat Danny Setiawan, pada tahun 2008 ditetapkan Kepala Dinas Pendapatan defenitif yakni Drs. H. Sutrisno, dengan garis-garis kebijakan diletakan pada keseimbangan capaian kinerja pendapatan dan kinerja pelayanan. Didalam periode ini dibangun rumah masa depan Dinas Pendapatan dengan struktur organisasi yang berdasarkan Perda No. 21 Tahun 2008 tanggal 19 November 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Daerah Provinsi Jawa Barat.


(41)

❾❿➀ ❿➁ ➂➃tutu➅➃➆ ➇➈➉s➇➊ ➉➋➌➃➊ ➇➍➇ ➇➈u

Struktur organisasi merupakan kerangka kerja yang menggambarkan hubungan kerja, wewenang dan tanggung jawab setiap tingkat yang ada dalam organisasi tersebut, untuk melaksanakan kegiatan kearah tercapainya tujuan dari organisasi yang telah ditetapkan, sehingga tercapainya kerjasama koordinasi dinas diantara setiap unit organisasi dalam mengambil tindakan dan mencapai tujuan.

Mempunyai struktur organisasi yang baik dan merupakan suatu yang penting bagi Dinas Pendapatan Daerah. Karena dengan struktur organisasi yang baik dan tepat dapat membantu kelancaran jalannya Dinas Pendapatan Daerah yang baik dan teratur. Dengan organisasi yang baik dan tepat setiap pegawai akan ditempatkan pada posisi yang sesuai dengan minat dan keahlian dari masing-masing bagian dan pegawainya, begitu juga yang dilakukan secara selektif yaitu melihat kemampuan, bakat dan minat pegawainya.

Agar tercapai efesiensi dan efektivitas bagi setiap pegawai dalam bekerja, Dinas Pendapatan Daerah perlu menyusun dan menetapkan bagan organisasi yang disertai uraian tugas dan tanggung jawab di lingkungan Dinas Pendapatan Daerah. Hal ini dilaksanakan untuk menghindari kerancuan dari pelaksanaan tugas, wewenang dan tanggung jawab masing-masing pegawai.

Adapun struktur organisasi Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Jawa Barat dapat di gambarkan pada gambar 4.1 yaitu sebagai berikut :


(1)

✿ ❀✿ ❁

❂❃ ❄❅ ❆❇❈❉❀❊❋❀❊❄❀●❀❊

❍■❏ ❂ ❑▲ ▼◆❖P◗❘ ❙

❚ ❯❱❲ ❳❨ ❳❱❩ ❳❬ ❭❪❬ ❫ ❳❴ ❳❬ ❵❳❬ ❛ ❭❯❜❳❝ ❲❪❜❳❩❴ ❩ ❳❬ ❞ ❯❬❴❜❪❨ ❳❭❳❨ ❡❯❜❳❩ ❨❳❬❳❳❬

❡❯❬❵❴ ❨❴ ❬ ❳❬❢ ❡❯❣ ❤❴ ❩❴ ❳❬ ❲❳❬ ❡❯❜❳❞✐❱❳❬ ❥❬❛ ❛ ❳❱ ❳❬ ❡❯❬❲❳❞ ❳❭❳❬ ❦❯❭❱ ❪❤❴❨❪ ❧❳❯❱ ❳❝

❞ ❳❲❳ ❧❪❬ ❳❨ ❡❯❬ ❲ ❳❞❳❭❳❬ ❧❳❯❱❳❝ ❡❱✐♠ ❪❬❨ ❪ ♥ ❳♦❳ ❚❳❱❳❭❢ ❣❳❩ ❳ ❞ ❯❬ ❴ ❜❪❨ ❣❯❬❳❱❪❩

❤❯❤❯❱❳❞ ❳❩ ❯❨ ❪❣❞❴ ❜❳❬ ❨ ❯❤❳❛❳❪❤❯❱❪❩❴❭♣

q r ❡❯❬ ❵❴❨❴❬❳❬ ❥❬❛ ❛ ❳❱ ❳❬ ❡❯❬ ❲ ❳❞❳❭❳❬ ❦❯❭❱❪❤❴ ❨ ❪ ❧❳ ❯❱ ❳❝❞ ❳❲❳ ❧❪❨ ❞❯❬❲❳ ❡❱✐♠ ❪❬❨❪

♥ ❳♦❳ ❚ ❳❱ ❳❭ ❣❯❣❞❯ ❱❭❪❣ ❤❳❬❛ ❩ ❳❬ ❱❯❬s❳❬ ❳ ❨❭❱ ❳❭❯❛ ❪ ❤❳❲❳❬ ❞ ❯❬❛ ❴ ❨ ❳❝ ❳ ❳❭❳❴

❞❯❱✐❱❳❬ ❛ ❳❬❲ ❳❜❳❣❣❯❬❛❳❱❳❝❞ ❳❲❳❞❯❬s❳❞❳❪ ❳❬❭❳❱❛❯❭❥❡❚❧❲ ❳❜❳❣❞❯❬❲❳❞ ❳❭❳❬

❱❯❭❱❪❤❴ ❨ ❪r ❡❯❬❵❴ ❨❴❬❳❬ ❞ ❯❬❲❳❞ ❳❭❳❬❱❯❭❱❪❤❴ ❨ ❪❲❪❨❴❨❴ ❬ ❤❯❱ ❲❳❨ ❳❱❩ ❳❬❫ ❯❬❪❨❱ ❯❭❱ ❪❤❴❨❪

❵❳❬ ❛ ❭❯❱ ❲❪❱❪ ❲❳❱ ❪ ❱❯❭❱❪❤❴❨❪ ❫ ❳❨❳ ❴❣❴❣❢ ❱❯❭❱❪❤❴❨❪ ❫ ❳❨ ❳ ❴❨ ❳❝❳ ❲❳❬ ❱❯❭❱ ❪❤❴❨❪

❞❯❱ ❪t❪❬ ❳❬ ❭❯❱❭❯❬ ❭❴ r ❡❯❬❵❴❨❴ ❬ ❳❬ ❥❬ ❛❛❳❱❳❬ ❡❯❬❲ ❳❞❳❭❳❬ ❦❯❭❱ ❪❤❴❨❪ ❧❳❯ ❱❳❝

❲❪❨❴ ❨❴ ❬ ❳❭❳❨ ❲❳❨ ❳❱ ❫❴❣❜❳❝ ❩❯❭❯❭❳❞ ❳❬ ❱❯❭❱❪❤❴ ❨ ❪✐❱❳❬ ❛ ❞❱❪❤❳❲❪ ❲❳❬ ❤❳❲❳❬ ❵❳❬ ❛

❲❪❞❴❬ ❛❴ ❭ ✐❜❯❝ ✉❬❪❭ ❡❯❜❳❵❳❬❳❬ ❡❯❬❲❳❞ ❳❭❳❬ ❧❳❯❱ ❳❝ ✈ ✉❡❡❧✇ ❲ ❳❬ ❲ ❪❨❯❭✐❱❩ ❳❬

❩❯❞ ❳❲❳ ❚❯❬ ❲ ❳❝ ❳❱❳♦❳❬ ①❝❴ ❨❴ ❨ ❡❯❬❯❱❪❣❳ ✈❚ ①❡✇ ❩ ❯❞❳❲ ❳ ❧❪❬ ❳❨ ❡❯❬ ❲ ❳❞ ❳❭❳❬

❧❳❯❱❳❝❲❪❚❪❲❳❬ ❛ ②❴❤③✐❬❡❳❫ ❳❩r ②❴❤③✐❬ ❡❳❫ ❳❩❣❯❬ ❵❴❨❴ ❬ ❤❳❝ ❳❬ ❩ ❯❤❪❫ ❳ ❩❳❬

✐❞ ❯❱❳❨ ❪✐❬❳❜ ❞ ❯❬ ❯❱❪❣❳❳❬ ❞❯❬❲❳❞ ❳❭❳❬ ❲❳❯❱ ❳❝ ❤❯❱❴❞❳ ❭❳❱❛❯❭ ❲❳❬ ❱❯❳❜❪ ❨❳❨ ❪

❳❬❛ ❛ ❳❱❳❬ ❤❴❜❳❬ ❜❳❜❴ ❲ ❳❬ ❲ ❪❤❳❬❲❪❬ ❛ ❩❳❬ ❲❯❬ ❛ ❳❬ ❤❴ ❜❳❬ ❨❯❩ ❳❱❳❬ ❛ ❨ ❯❨❴❳❪ ❲ ❯❬❛❳❬

❭❳❱❛ ❯❭ ❩ ❯❭❯❭❳❞ ❳❬ ❱❯❭❱ ❪❤❴❨❪ ❲❳❜❳❣ ❳❬❛ ❛ ❳❱❳❬ ❭❳❝❴ ❬ ❤❯❱❫ ❳❜❳❬ r ①❯❜❯❤❪❝❳❬ ❲❳❜ ❳❣

❞❯❬❵❴ ❨❴ ❬ ❳❬ ❳❬ ❛ ❛ ❳❱❳❬ ❞❯❬❲❳❞ ❳❭❳❬ ❱❯❭❱❪❤❴❨❪ ❲ ❳❯❱❳❝ ❲ ❪ ❧❪❨ ❞❯❬❲❳ ❵❳❪❭❴


(2)

65

④ ⑤④ ⑥⑦⑥⑧⑥ ⑧ ⑤⑨⑤⑨⑩❶ ⑩❷ ❸ ❷⑨❸⑧ ④⑤❷⑤❹⑥④ ⑩ ⑨⑩ ❷❺ ❺❸❷ ❺ ❻⑩ ❼⑩ ❽⑩ ⑨⑩ ❾ ❾⑩ ❾⑩ ❹⑩ ❷❿⑩ ❷ ❺ ⑨⑤⑦⑩➀

➁⑥⑩ ❷ ❺❺⑩ ❹⑧⑩ ❷ ➁⑩ ❷ ⑩ ❷❺ ❺⑩ ❹⑩ ❷ ❶⑤❷➁⑩❶ ⑩ ⑨⑩ ❷ ❹⑤⑨❹⑥ ❽❸ ❾⑥ ➁⑩ ⑤❹⑩➀ ➁⑥ ❾ ❸❾ ❸ ❷ ④ ⑤⑦⑩⑦ ❸⑥

❶ ⑤❷➁⑤⑧ ⑩ ⑨⑩ ❷ ❾ ⑤➀⑥ ❷ ❺ ❺⑩ ④⑤④❶❸❷❿⑩⑥ ⑧ ➂④⑥ ⑨④⑤❷ ⑧⑤⑨⑤⑨⑩❶⑩ ❷ ⑨⑤❹➀ ⑩➁⑩❶ ❹⑤⑨❹⑥ ❽ ❸ ❾⑥

➁⑩ ⑤❹⑩➀ ❿⑩ ❷❺ ➁⑩❶⑩ ⑨ ④⑤❷❺ ❸❹⑩ ❷❺⑥ ⑧➂❷➃⑦⑥⑧➄ ➅⑤⑧❸ ❹⑩ ❷ ❺⑩ ❷ ➁⑩⑦⑩④ ❶ ⑤❷❿ ❸ ❾❸ ❷⑩ ❷

⑩ ❷❺ ❺⑩ ❹⑩ ❷ ❶⑤❷➁⑩❶⑩ ⑨⑩ ❷ ❹⑤⑨❹⑥ ❽❸ ❾⑥ ➁⑩ ⑤❹⑩➀ ➁⑥ ➆⑥ ❾❶⑤❷➁⑩ ➇ ⑩ ❼⑩ ➈⑩ ❹⑩ ⑨ ⑩➁⑩⑦⑩➀

⑧ ❸ ❹⑩ ❷ ❺❷❿⑩ ⑧ ❸⑩⑦⑥ ⑨⑩ ❾ ⑧ ⑥❷ ⑤❹❻⑩ ❶⑩➁⑩ ❶⑤⑦⑩ ❿⑩ ❷⑩ ❷ ❾⑤➀ ⑥ ❷❺ ❺⑩ ❻ ❸④ ⑦⑩➀ ⑧ ⑤⑨⑤⑨⑩❶ ⑩ ❷ ❻⑩ ❸➀

❽⑤❹ ❽⑤➁⑩➁⑤❷ ❺⑩ ❷❹ ⑤⑩⑦⑥ ❾⑩ ❾⑥ ❷❿⑩➄

➉➄ ➆⑥ ❷⑩ ❾➊⑤❷➁⑩❶ ⑩ ⑨⑩ ❷➆⑩ ⑤❹⑩➀ ➊❹➂➋⑥ ❷ ❾⑥➇ ⑩ ❼⑩➈ ⑩ ❹⑩ ⑨④ ⑤⑦⑩⑧❾⑩ ❷⑩⑧ ⑩ ❷❶⑤④ ❽❸⑧ ❸⑩ ❷⑩ ⑨⑩ ❾

➁⑩ ❾⑩ ❹ ⑧ ⑤❽⑥❻⑩⑧⑩ ❷➂ ❶⑤❹⑩ ❾⑥➂ ❷⑩⑦❿⑩❷❺ ⑨⑤⑦⑩➀ ➁⑥ ❾❸ ❾ ❸❷ ❿⑩ ❷❺ ⑨⑤❹➁⑥ ❹⑥ ➁⑩ ❹⑥ ➊⑤④❽❸⑧ ❸⑩ ❷

➊⑤❷⑤⑨⑩❶ ⑩ ❷ ➁⑩ ❷ ➊⑤④ ❽ ❸⑧❸⑩ ❷ ➊⑤❷ ⑤❹⑥④⑩⑩ ❷ ❿⑩ ❷ ❺ ➁⑥➁⑩⑦⑩④❷❿⑩ ⑨⑤❹➁⑩❶⑩ ⑨ ❻ ❸④ ⑦⑩➀

⑧ ⑤⑨⑤⑨⑩❶ ⑩ ❷❹ ⑤⑨❹⑥ ❽ ❸❾⑥➌ ❽ ❸⑧❸ ❼⑩❻⑥ ❽❹ ⑤⑨❹⑥ ❽❸ ❾⑥➌❽ ❸⑧❸❻⑤❷⑥ ❾ ❹⑤⑨❹⑥ ❽ ❸❾⑥➌❻❸④⑦⑩➀ ❾ ⑤⑨➂ ❹⑩ ❷

❹⑤⑨❹⑥ ❽ ❸❾⑥➌ ❽❸⑧ ❸ ❶⑤❷⑤❹⑥④ ⑩⑩ ❷ ❾ ⑤❻ ⑤❷⑥ ❾ ➁⑩ ❷ ❽ ❸⑧❸ ⑧⑩ ❾ ❸④❸④ ❶⑤❷⑤❹⑥④ ⑩⑩ ❷➄ ➊⑩➁⑩

❶ ⑤⑦⑩⑧❾⑩ ❷⑩⑧ ⑩ ❷❶⑤④ ❽ ❸⑧❸⑩ ❷⑥ ❷⑥④⑤④⑥⑦⑥⑧ ⑥ ⑧ ⑤⑦ ⑤❽⑥➀ ⑩ ❷❿⑩⑥ ⑨❸ ❾ ⑤➁⑤❹➀⑩ ❷⑩➁⑩ ❷④ ❸➁⑩➀

➁⑥❶ ⑩➀⑩④ ⑥➄ ➅⑤⑧ ❸ ❹⑩ ❷ ❺⑩ ❷ ❷❿⑩ ⑨⑤❹➁⑩❶ ⑩ ⑨⑧⑤❾⑩⑦⑩➀ ⑩ ❷➁⑩⑦⑩④❶⑤④ ❽ ❸⑧❸⑩ ❷➁⑥④ ⑩ ❷⑩❶⑩➁⑩

❾⑩⑩ ⑨❶ ⑤❷ ⑤❹⑥④ ⑩⑩ ❷⑨⑤❹❻⑩➁⑥⑧ ⑤❾⑩⑦⑩➀⑩ ❷➁⑩⑦⑩④❶ ⑤❷➍⑩ ⑨⑩ ⑨⑩ ❷❿⑩➄

➎➄ ➊⑤⑦⑩❶➂❹⑩ ❷ ➏❷ ❺ ❺⑩ ❹⑩ ❷ ➊⑤❷➁⑩❶ ⑩ ⑨⑩ ❷ ➐⑤⑨❹⑥ ❽❸ ❾⑥ ➆⑩ ⑤❹⑩➀ ❶⑩➁⑩ ➆⑥ ❷⑩ ❾ ➊⑤❷➁⑩❶⑩⑨⑩ ❷

➆⑩ ⑤❹⑩➀ ➊❹➂➋⑥ ❷❾⑥ ➇ ⑩ ❼⑩ ➈⑩ ❹⑩ ⑨ ④ ⑤⑦⑩⑧❾⑩ ❷⑩⑧ ⑩ ❷ ➁⑩ ❷ ④⑤④ ❽ ❸⑩ ⑨ ➑⑩❶ ➂ ❹⑩ ❷ ➐⑤⑩⑦⑥ ❾⑩ ❾⑥

➊⑤❷⑤❹⑥④ ⑩⑩ ❷ ➊⑤❷➁⑩❶⑩ ⑨⑩ ❷ ➐⑤⑨❹⑥ ❽ ❸❾⑥ ➆⑩ ⑤❹⑩➀ ⑩ ⑨⑩ ❾ ➁⑩ ❾⑩ ❹ ➆⑩➃⑨⑩ ❹ ➊⑤❷⑤⑨⑩❶ ⑩ ❷➌

❶ ⑤❷ ⑤❹⑥④⑩⑩ ❷ ➁⑩ ❷ ➒ ❸❷ ❺❺⑩⑧⑩ ❷ ❶⑤❹ ❻ ⑤❷⑥ ❾ ➐⑤⑨❹⑥ ❽❸ ❾⑥ ➆⑩ ⑤❹⑩➀ ❿⑩ ❷ ❺ ⑨⑤⑦ ⑩➀

➁⑥❻ ❸④⑦⑩➀ ⑧⑩ ❷➁⑩ ❹⑥ ⑧➂ ⑦➂④❶ ⑤❷ ⑤⑨⑩❶⑩ ❷➁⑩ ❷⑧ ➂⑦➂ ④❶ ⑤❷❿ ⑤⑨➂❹⑩ ❷➁⑩ ❹⑥ ❼⑩❻⑥ ❽ ❹⑤⑨❹⑥ ❽ ❸❾⑥

❶ ⑤❹ ❻ ⑤❷⑥ ❾ ❹⑤⑨❹⑥ ❽❸ ❾⑥ ❿⑩ ❷❺ ⑨⑤⑦⑩➀ ➁⑥❻ ❸④⑦⑩➀⑧ ⑩ ❷ ➁⑩ ❷ ➁⑥ ❽ ❸⑩ ⑨ ⑦⑩❶➂❹⑩ ❷ ➂⑦ ⑤➀

➈ ⑤❷➁⑩➀ ⑩ ❹⑩ ❼⑩ ❷ ➅➀ ❸ ❾❸ ❾ ➊⑤❷ ⑤❹⑥④⑩ ❿⑩ ❷ ❺ ➁⑥ ❾ ⑤❹⑩➀ ⑧ ⑩ ❷ ⑧⑤❶⑩➁⑩ ➅⑤❶ ⑩⑦⑩ ➆⑩ ⑤❹⑩➀ ➌


(3)

→➣↔➣↕➙➛↔➣ ➙➜➝➣ ➞ ➞➟➣↕➛↕ ➠↔➠➡➠➡ ➛↔➛➢➠ ➤➣ ➞➥➟➣➠➦➧➨➣ ➙➣➦↕ ➛↕ ➜ ➞➠➦ ➜➝ ➩➛➫➣➧ ➤↕➣ ➞➣

➝➛➣↔➠ ➩➣ ➩➠➣ ➞➭ ➭➣➝➣ ➞➦➛➝ ➤➣ ➨➣ ➙➯➣➝➭➛➦ ➲➳➵→ ➙➣ ➨➣➢ ➧↔➣ ➞➟➣ ➞➭➢ ➛➝ ➩➣ ➞➭➡➧ ➦➣ ➞➣➭➣➝

↕➛↕ ➧ ➨➣ ➤➡ ➣ ➞ ➨➣↔➣↕ ➙➛ ➞➭➣↕ ➢➠↔➣ ➞ ➡ ➛ ➙➧ ➦➧ ➩➣ ➞ ➢ ➠↔➣ ➨➠ ➙➛➝↔➧➡ ➣ ➞ ➜↔➛ ➤ ➙➠↕➙➠ ➞➣ ➞➸

➺➛➡➧ ➝➣ ➞➭➣ ➞ ➨➣↔➣↕ ➙➛↔➣ ➙ ➜➝ ➣ ➞ ➨➠ →➠➩ ➙➛ ➞➨➣ ➻➣➼➣ ➵➣➝ ➣➦ ➟➣➠➦➧ ➙➛ ➞➟➣➫ ➠➣ ➞

↔➣ ➙➜➝➣ ➞➞➟➣➡➧ ➝➣ ➞➭➨➛➦➣➠↔ ➸

➽➸ →➣↔➣↕ ➳➛↔➣➡ ➩➣ ➞➣➣ ➞ ➳➛ ➞➟➧ ➩➧➞➣ ➞ ➥ ➳➛↕➢ ➧➡ ➧➣ ➞ ➨➣ ➞ ➳➛↔➣ ➙ ➜➝ ➣ ➞ ➲➞➭➭➣➝➣ ➞

➳➛ ➞➨➣ ➙➣➦➣ ➞ ➾➛➦➝➠➢ ➧ ➩➠ →➣➛➝➣ ➤ ➙➣ ➨➣ →➠ ➞➣ ➩ ➳➛ ➞➨➣ ➙➣➦➣ ➞ →➣➛➝ ➣ ➤ ➳➝ ➜➚➠ ➞ ➩➠ ➻➣➼➣

➵➣➝ ➣➦ ➥ ➦➛↔➣ ➤ ➨➠➣ ➞➣↔➠ ➩➣ ➢➣ ➤➼➣ ➣ ➞➭ ➭➣➝ ➣ ➞ ➙➛ ➞➨➣ ➙➣➦➣ ➞ ➝➛➦➝➠➢ ➧ ➩➠ ➢➧ ↔➣ ➞ ➩➛➡➣➝ ➣ ➞➭

➨➠➢ ➣ ➞➨➠ ➞➭➡ ➣ ➞ ➨➛ ➞➭➣ ➞ ➢ ➧↔➣ ➞ ↔➣↔➧ ↕ ➛ ➞➭➣↔➣↕➠ ➙➛ ➞➠ ➞➭➡ ➣➦➣ ➞ ➨➣↔➣↕ ➣ ➞➭ ➭➣➝➣ ➞

➦➣ ➤➧➞➢ ➛➝➫➣↔➣ ➞➩➛ ➩➧➣➠➨➛ ➞➭➣ ➞➦➣➝➭➛➦➲➳➵→ ➸

➪➶➹ ➘➴➷ ➴➬

➵➛➝ ➨➣ ➩➣➝➡ ➣ ➞ ➧➝ ➣➠➣ ➞ ➨➠➣➦➣ ➩ ➥ ↕ ➣➡➣ ➙➛ ➞➧ ↔➠ ➩ ↕➛ ➞➭➣➫➧ ➡➣ ➞ ➢ ➛➢➛➝ ➣ ➙➣ ➩➣➝ ➣ ➞ ➧➞➦➧ ➡

➙➛ ➞➠ ➞➭➡ ➣➦➣ ➞ ➩➛ ➝➦➣ ➡ ➛↔➣ ➞➮➣➝➣ ➞ ➨➣↔➣↕ ➙➝ ➜ ➩➛ ➩➙➛↔➣➡➩➣ ➞➣➣ ➞ ➙➛ ➞➟➧➩➧➞➣ ➞ ➥ ➙➛↕ ➢➧ ➡➧ ➣ ➞

➨➣ ➞➙➛↔➣ ➙ ➜➝ ➣ ➞➟➣ ➞➭➣➡ ➣ ➞ ➨➠↔➣➡➩➣ ➞➣➡➣ ➞ ➨➠→➠ ➞➣ ➩➳➛ ➞➨➣ ➙➣➦➣ ➞→➣➛➝➣ ➤➳➝➜➚ ➠ ➞➩➠➻➣➼➣

➵➣➝➣➦ ➥➨➠➣ ➞➦➣➝➣ ➞➟➣➣ ➨➣↔➣ ➤➩➛➢➣➭➣➠➢➛ ➝➠➡➧ ➦ ➱

✃ ➸ ❐➛↔➣➡ ➧➡ ➣ ➞➙➛➝➢ ➣➠➡➣ ➞➡ ➧➣↔➠➦➣ ➩➡ ➠ ➞➛➝➫➣ ➙➛↔➣ ➟➣ ➞➣ ➞➨➣↔➣↕ ➙➛ ➞➟➧➩➧➞➣ ➞➣ ➞➭ ➭➣➝➣ ➞

➙➛ ➞ ➨➣ ➙➣➦➣ ➞ ➝➛➦➝➠➢ ➧ ➩➠ ➨➣➛➝ ➣ ➤➥ ➟➣➠➦➧ ➨➛ ➞➭➣ ➞ ➮➣➝ ➣ ↕ ➛↔➣➡➧ ➡➣ ➞ ➝ ➛➡➣ ➙➠➦➧↔➣ ➩➠

➦➛➝ ➤➣ ➨➣ ➙➣ ➞➭➭➣➝➣ ➞ ➟➣ ➞➭➦➛↔➣ ➤➦➛➝➛ ➣↔➠ ➩➣ ➩➠➡ ➣ ➞ ➩➛ ➤➠ ➞➭➭➣ ➫➧↕ ↔➣ ➤➡➛➦➛➦➣ ➙➣ ➞ ➦➠ ➨➣➡

➫➣➧ ➤➢➛➝ ➢➛ ➨➣➨➣ ➞➨➣ ➙➣➦➦➛➝↔➣➡➩➣ ➞➣➨➛ ➞➭➣ ➞➢➣➠➡➸

❒ ➸ ❐➛↔➣➡➧ ➡➣ ➞ ➙➛➝➢ ➣➠➡➣ ➞ ➡ ➧➣↔➠➦➣ ➩ ➡➠ ➞➛➝➫➣ →➠ ➩➙➛ ➞ ➨➣ ➨➣↔➣↕ ↕➛↔➣➡➩➣ ➞➣➡ ➣ ➞


(4)

67

❮ ❰ÏÐÑ Ò❮ Ó ÔÐ ÕÖ❮ × ❰ÓØ Ð Ù ❰ÓÚÐÑ❮ Ö× ÛÐ Ó ❮ ❰Ü ÒÑÒÏ Ø ÝÛÒÙ ❰Ó × ❰Ó ❰Ñ ÖÙÐÐ Ó ❮ ❰Þ ❰Ü ÒÙ

Ø ÖÞ ÒÛÒÛ Ð Óß

àß ÕÐÜÐÙ ×❰Ó ÔÐá ÖÐ Ó ÜÐ×Ý ÑÐ Ó ×❰Ó❰Ñ ÖÙ ÐÐ Ó × ❰ÓØÐ× ÐâÐ Ó Ñ ❰âÑ ÖÞ Ò❮ Ö Ø Ð ❰ÑÐ Ï ❮ Ð Ó ÚÐâ

Û ÒÑÐ Ó Úá ❰ÜÐ❮ã ❮ ❰ÏÐÑ Ò❮ Ó ÔÐ ÕÖ❮ ×❰ÓØ Ð Ù ❰ÓäÐ Óâ ÒÙÛ Ð ÓÛ❰â ❰ÑÐ Ó ÚÐ Ó åÐá ÖÞÑ ❰âÑ ÖÞ Ò❮ Ö


(5)

ñò æçéç ðêëó çæë

ôõöõ ÷

ôø ùúûüýõö þÿô ✁✂õ ✄ÿõ☎õ

ôõöõ✆õ ✄✝ ✝✂ ýõ ✄ ÷

✞øúþ û

ô✟✠ ÷

✡ ☛☞ ✌✍ ✌ ☛✎

✏þö✑õÿ✒✏õ ✄✝ ✝õ ý✓õ✔✂☎ ÷

✕õ ✄✖ø✄✝✒✡ ✎ô ✁þö✗þ☎☛✘✙✎ ✚ þ ✄✂ ✛✜þ ýõö ✂ ✄ ÷

✓õ ú✂✢ýõ ú✂

✣ ✝õö õ ÷

✟ ✛ýõö

✣ýõöõÿ ÷

✚ ý✤✠þ☎ úø☎ ✂✏✂ö ø☎✟✟✟ô ✤ ☛✠õ☎✝õ✔õ ûø✥õ ûõ✦✕✖✝

✜þ✧õ☎✝õ ✄þ✝õ☎õõ ✄ ÷

★ô ✟

✩ò æçéç ð✪ ✫ æëæë ✬ ç✫

✆þ ✄✖✂✖✂ úõ ✄✭ ☎öõ ý

ô✮ ✚þ ✄✯õ ✄✝ ✏õ✔ø ✄✓øýø ✛ ✜þÿþ☎õ ✄✝õ ✄

☛ ☛✘✘✍✢☛✘✘ ✘ ☛✘ ✘✘ ü✰ô✠✣✥✱✣✲✣✳✴✥✣✳✣

✡ ☛✘✘ ✘✢✡✌✌✡ ✡ ✌ ✌✡ ü✓✏ ✆ô☛☞✕ ✣ô✰✴ô✱

☞ ✡✌✌✡✢✡✌✌✵ ✡ ✌ ✌✵ ü✠✴ô✡☛✕ ✣ô✰✴ô✱


(6)

✷✸ ✹✺✻✼✻ ✹✻ ✷✻✽✾✿ ❀✻❁ ✽✻ ✹✻✻ ✹ ✾✿✹❂✼✽✼ ✹✻ ✹❃

✾✿❄ ❅✼❁ ✼✻ ✹❆✻ ✹ ✾✿❀✻ ✾❇❈✻ ✹✻ ✹❉ ❉✻❈✻ ✹

✾✿ ✹❆✻ ✾✻ ✷✻✹❈✿✷❈✸❅✼✽✸ ❆✻✿❈✻ ❊✾✻❆✻ ❆✸ ✽ ✾✿✹❆✻

✾❈ ❇❋✸✹✽✸✺✻●✻❅✻❈✻ ✷

REVIEW OF THE IMPLEMENTATION OF THE

PREPARATION, BOOKKEEPING AND REPORTING LOCAL

RETRIBUTION REVENUE BUDGET ON DISPENDA WEST

JAVA PROVINCE

❍■❏❑▲❑ ▼◆ ❖P

◗❘ ❙❚❯ ❱❙❲❳❲ ❨❯❱❩ ❬ ❭❬❲ ❯ ❪ ❘❫ ❙❴ ❙❪❫ ❙❨❯❫❵ ❙❛ ❙❨❫❘❜ ❙❲ ❝ ❞❯❲❙❩ ❬ ❭❡❬ ❛❢ ❴❬ ❪❞❬ ❴ ❙ ❛◗ ❘❡❴❢❭❙❣❣❣❤ ❱❢❲ ❢ ❭❘

✐ ❛❢❝❛❙ ❭❫ ❨❯❜❘❥ ❱❯ ❲ ❨❙❲ ❦ ❘

❧❴❬ ❪♠

♥❑♦❑

♣ ♥qrst▲✉✈ ✇①②♥③ ④⑤✈ ⑥②✈ ⑦✈

♥❖♦ ♣ ⑧ ⑨⑩ ❶❷ ❶ ⑨❸

✾❈ ❇ ❉❈✻❄✽✷✼❆✸ ✻❁✼ ✹✷✻ ✹✽✸

❹✻❁ ✼ ❀ ✷✻✽ ✿❁❇✹❇❄✸

✼ ✹✸❋✿❈✽✸✷✻✽ ❁❇❄✾✼ ✷✿❈✸✹❆ ❇✹✿✽✸ ✻

❅✻ ✹❆✼ ✹❉ ❺ ❻❼❼