36 dan Lembar Tanjungsakti Lembar 46 berdasarkan indeks peta topografi terbitan Jawatan
Geologi Bandung.
Daerah invetarisasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan bermotor melintasi Lintas
Barat Trans Sumatera, dengan jarak sekitar 140 km ke arah selatan dari Kota Bengkulu menuju Kota Manna
ibukota Kabupaten Bengkulu Selatan. Daerah ini dapat juga dicapai dari arah Lampung melalui
Kotabumi Propinsi Lampung.
Gambar 1. Daerah inventarisasi
1.4. Keadaan Lingkungan
Daerah Inventarisasi terletak di Kecamatan Seginim dan sekitarnya, Kabupaten Bengkulu Selatan,
Provinsi Bengkulu. Daerah ini umumnya merupakan lahan pertanian dan sebagian hutan lindung yang
termasuk ke dalam wilayah Taman Nasional Barisan Selatan. Jenis flora yang tumbuh di daerah
inventarisasi sebagian besar merupakan tanaman palawija dan hutan primer, serta sebagian kecil
tanaman padi. Fauna yang umum dijumpai di daerah inventarisasi adalah sapi, kerbau, kambing biri-biri,
ayam dan berbagai hewan ternak yang merupakan hewan peliharaan penduduk serta hewan-hewan liar
yang merupakan penghuni taman nasional.
Penduduk yang tinggal di daerah peninjauan sebagian besar merupakan penduduk asli suku
Bengkulu. Pendatang dari Jawa dan daerah lain di Sumatera misalnya Padang, Palembang kebanyakan
ditemui di kota Kabupaten. Umumnya penduduk bermata pencaharian sebagai pencari rotan, petani
nilam dan pedagang. Agama yang dianut rata-rata agama Islam. Sarana pendidikan yang terdapat di
daerah inventarisasi cukup memadai, diantaranya terdapat Sekolah Dasar, Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama dan Sekolah Lanjutan Atas. Sarana-sarana pendidikan tersebut sudah dapat menampung semua
siswa di daerah tersebut.
Sarana transportasi yang menghubungkan daerah penyelidikan dengan daerah lainnya umumnya
cukup baik dengan jalan-jalan beraspal dan pada beberapa bagian jalan tanah berbatu.
Iklim yang mempengaruhi daerah inventarisasi adalah iklim tropis dengan suhu rata-rata
berkisar antara 25
o
C - 34
o
C, musim hujan berkisar antara bulan Oktober sampai April dengan curah hujan
rata-rata 2668 mmtahun, sedangkan musim kemarau berlangsung pada bulan Mei sampai September.
1.5. Waktu Penyelidikan
Pelaksanaan inventarisasi endapan batubara di daerah Bengkulu Selatan ini dilaksanakan selama 50
hari, termasuk didalamnya waktu perjalanan dan kegiatan pengurusan ijin inventarisasi yang dilakukan
mulai dari tingkat provinsi, kemudian dilanjutkan ke kabupaten dan seterusnya sampai ke tingkat yang
paling bawah yaitu tingkat desa yang wilayahnya akan dikunjungi.
Waktu inventarisasi dilakukan mulai akhir bulan Mei sampai dengan pertengahan bulan Juli
2005, dengan pekerjaan meliputi pemetaan endapan batubara dan pengambilan conto batuan untuk
keperluan analisa kualitatif di laboratorium.
1.6. Pelaksana dan Peralatan
Pelaksanaan inventarisasi ini dilakukan oleh 1 satu tim lapangan yang terdiri dari 2 dua orang
ahli geologi dan 2 dua orang tenaga surveyor, yang keseluruhannya berasal dari staf Sub Direktorat
Batubara, Direktorat Inventarisasi Sumber Daya Mineral, Direktorat Jenderal Geologi dan Sumber
Daya Mineral, Departemen Energi dan Sumber Daya Mineral, serta dibantu oleh staf Dinas Pertambangan
dan Energi Kabupaten Bengkulu Selatan.
Untuk keperluan pekerjaan lapangan, peralatan yang digunakan adalah :
1. Kompas geologi Brunton, 2 buah.
2. Palu geologi Estwing, 2 buah.
3. GPS Garmin 12 XL, 2 buah.
4. Loupe 16 X, 2 buah.
5. Roll meter, 2 buah.
6. Kamera foto, 2 buah.
7. Tali ukur 25 m, 2 buah.
1.7. Penyelidik Terdahulu
Gafoer, S., Amin, T.C., dan Pardede., tahun 1992, telah memetakan Geologi Lembar Bengkulu,
Sumatera, dengan skala 1 : 250.000. Syufra Ilyas., 1995, melakukan Eksplorasi Endapan Batubara Di
Daerah Tanjung Dalam Kecamatan Ketaun, Kabupaten Bengkulu Utara, Propinsi Bengkulu. Dinas
Energi dan Sumberdaya Mineral Propinsi Bengkulu, tahun 2000, membuat peta potensi sumberdaya
mineral dan energi Propinsi Bengkulu. Tarsis AD 2003, melakukan inventarisasi endapan batubara di
daerah Bengkulu Utara dan Bengkulu Selatan daerah Seluma.
2. GEOLOGI UMUM 2.1. Stratigrafi
Berdasarkan asosiasi batuannya, secara regional daerah Cekungan Bengkulu sebagian besar
termasuk dalam Zona Busur Magmatik Barisan yang
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGI NI M
dicirikan oleh batuan sedimen dan gunungapi tertua, yaitu Formasi Lingsing, Formasi Sepingtiang dan
Formasi Saling yang berumur Jura Akhir-Kapur Awal, ketiga formasi ini diduga terbentuk secara bersamaan.
Apabila mengikuti lajur tektono-geografinya, maka sebaran batuan tersier di daerah Bengkulu
terdapat dalam 3 lajur utama, yaitu Lajur Bengkulu di bagian Barat, Lajur Barisan di Tengah dan Lajur
Palembang di bagian Timurlaut.
Lajur Barisan terisi atas formasi batuan yang mempunyai kisaran umur antara Paleosen sampai
Plistosen, membujur di sepanjang bagian Barat dan sejajar dengan memanjangnya sumbu Pulau Sumatera.
Lajur ini merupakan daerah kegiatan magmatik selama Tersier dan Kuarter dengan jenis batuannya terdiri atas
tuff, breksi gunungapi, lava dan terobosan batuan plutonik.
Tabel 1 memperlihatkan urutan stratigrafi regional pada Cekungan Bengkulu. Tatanan stratigrafi
yang terdapat di daerah inventarisasi terdiri atas batuan yang mempunyai kisaran umur dari Tersier – Kuarter.
Berdasarkan Peta Geologi Lembar Manna, Sumatera maka di daerah inventarisasi terdapat 4 formasi batuan
di mana urutannya dari tua ke muda adalah sebagai berikut :
Formasi Seblat
Formasi Seblat berumur Oligosen Akhir- Miosen Tengah. Di daerah penyelidikan batuan yang
tersingkap terdiri atas lapisan batupasir berwarna abu- abu kecoklatan dengan ukuran butir sedang sampai
kasar, perlapisan sejajar. Pada bagian bawahnya terdapat lapisan konglomerat dan lapisan
batulempung. Satuan batuan ini terdapat pada bagian timur laut daerah inventarisasi yang menempati sekitar
5 dari seluruh formasi yang ada. Menurut Amin, T.C., dkk 1993, Formasi Seblat ini diendapkan dalam
lingkungan laut dangkal. Formasi Lemau
Litologi Formasi Lemau terutama terdiri atas breksi dengan sisipan batupasir dan lempung, pada
beberapa tempat menyerpih dan mengandung lapisan batubara. Breksi umumnya terdiri dari komponen
dasitan dengan ukuran antara 0.5 – 5 cm, menyudut sampai menyudut tanggung. Sisipan batupasir
berwarna abu-abu sampai kekuningan dengan ukuran butir halus, klastik dan berkomposisi dasitan,
mengandung glaukonit, memperlihatkan perlapisan dan mempunyai struktur sedimen paralel laminasi.
Satuan batuan ini menempati bagian tengah lembar peta hampir 50 dengan arah sebaran relatif
baratlaut-tenggara. Dari adanya kandungan glaukonit formasi ini diperkirakan diendapkan dalam lingkungan
laut dangkal. Formasi Simpangaur
Formasi Simpangaur berada selaras diatas formasi Lemau. Secara umum litologinya terdiri atas
konglomerat dengan sisipan batupasir dan batubara, batulempung dan batulanau. Namun di daerah
inventarisasi tidak ditemukan indikasi batubara pada Formasi Simpangaur.
Konglomerat dijumpai dengan ukuran komponen antara 0.5 – 2 cm, berwarna abu-abu
sampai kecoklatan, pemilahan cukup baik. Batupasir berbutir sedang sampai kasar, karbonan, berlapis tipis-
tipis. Formasi ini tersebar di bagian selatan lembar peta dan menempati sekitar 40 dari seluruh luas
formasi yang ada. Endapan Permukaan
Endapan permukaan terdiri atas aluvium dan endapan rawa, berupa material-material lepas tak
terkonsolidasi, seperti bongkah, kerakal, pasir dan lumpur, mengandung sisa-sisa tumbuhan. Batuan-
batuan ini umumnya terdapat di bagian selatan lembar peta yang berupa muara-muara sungai dekat pantai.
2.2. Struktur Geologi
Pelipatan dan pensesaran yang terjadi pada Kapur Akhir diikuti dengan terobosan granit dan
pengangkatan sedimen menyeluruh di sepanjang Busur Gunungapi Barisan. Kegiatan tektonik dan sesar
bongkah yang terus berlangsung sampai Tersier Awal mengakibatkan terbentuknya Cekungan Sumatera
Selatan di bagian Timur dan Cekungan Bengkulu di Barat. Selama Paleogen pada kedua cekungan
berlangsung pengendapan genang laut.
Sementara itu kegiatan plutonik dan tektonik minor yang terjadi selama Miosen Tengah berlanjut
sepanjang Pliosen dan produk tektonik Plio-Pliosen ini menghasilkan struktur sesar berarah Baratlaut-
Tenggara yang sejajar dengan arah struktur yang sangat umum di seluruh Sumatera. Sedangkan selama
Kuarter kegiatan gunungapi di Pegunungan Barisan menghasilkan tuff, lava dan breksi gunungapi serta
diakhiri dengan endapan sedimen dan rawa selama Holosen.
Struktur geologi yang sangat umum terdiri atas pelipatan dan pensesaran. Arah perlapisan batuan
hampir Utara – Selatan dengan kemiringan bervariasi antara 40º - 70º. Intensitas dan deformasi pelipatan
menunjukan terjadi lebih dari satu perioda pelipatan dan deformasi utama diperkirakan terjadi pada Kapur
Awal.
Pada Tersier sampai Kuarter deformasi batuan lebih kecil dibandingkan deformasi batuan
pada Pra Tersier, pelipatannya mempunyai sumbu Baratlaut – Tenggara, sejajar dengan arah struktur
Pulau Sumatera dan menghasilkan lipatan tegak, terbuka dan landai tanpa belahan. Pelipatan batuan
yang berumur Tersier Awal-Tersier Tengah umumnya lebih kuat dibandingkan daripada yang terjadi pada
batuan Tersier Akhir-Kuarter. 2.3. Endapan Batubara
Informasi penyelidik terdahulu menunjukkan bahwa pada Cekungan Bengkulu terdapat endapan
batubara. Bahkan pada beberapa lokasi terutama di daerah Bengkulu Utara telah dilakukan penambangan
oleh beberapa perusahaan batubara. Penyelidikan batubara di bagian selatan Bengkulu pun telah
PEMAPARAN HASI L KEGI ATAN LAPANGAN SUBDI T BATUBARA – 2005 BATUBARA - SEGI NI M
dilakukan oleh beberapa penyelidik. Dinarna 2003 diataranya mengemukakan bahwa batubara tersingkap
cukup baik di daerah Seluma dan ke arah utara daerah Bintuhan. Sedangkan informasi keberadaan batubara
di Kabupaten Bengkulu Selatan hanya berdasarkan informasi dari Bupati Kabupaten Bengkulu Selatan
yang menyatakan bahwa di daerah Kecamatan Segimin terdapat endapan batubara. Berdasarkan
informasi penyelidik terdahulu, satuan batuan yang bertindak sebagai formasi pembawa batubara pada
Cekungan Bengkulu adalah Formasi Lemau.
3.2. Analisa Laboratorium