Keraguan akademis LATAR BELAKANG MASALAH

BAB 1 PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG MASALAH

Realitas masyarakat hukum adat pertanahan dan eksistensi hak ulayat tanah suku pada umumnya dan khususnya masyarakat Nusa Tenggara Timur, antara lain merupakan dasar argumentasi untuk melakukan penelitian ini :

1. Keraguan akademis

Berbagai hasil penelitian menunjukan bahwa pengelompokan lingkungan hukum adat didasarkan pada beberapa kriteria: bahasa Van Vollenhoven, 1925; teritorial dan genealogis Jaspan, 1959; sosiografi Indonesia, 1959; Ter Haar, 1987 dan kombinasi dari berbagai keriteria bahasa, genealogis dan teritorial yang banyak dilakukan oleh para psikolog. Kriteria tersebut kemudian dipandang mengandung karakteristik universal dan dijadikan dasar penilaian bagi eksistensi sistem hukum adat yang ada diberbagai tempat yang berbeda-beda. Identifikasi tersebut, kemudian menghasilkan Hipotesa tentang 19 lingkungan masyarakat hukum adat. Di beberapa daerah, usaha verifikasi membenarkan dan falsifikasi menggugurkan terhadap hipotesis tentatif tersebut diatas sudah ada, meskipun jumlahnya masih sangat kurang seminar hukum adat, BPHN, 1976; R. Subekti, 1991. Usaha verifikasi dan falsifikasi itu dilakukan melalui berbagai penelitian ilmiah yang diperkuat dengan putusan mahkamah agung jurisprudensi. Untuk lingkungan hukum adat wilayah Nusa Tenggara Timur, penelitian tentang hukum adat dan eksistensi hak ulayat tanah suku jarang dilakukan. Langkahnya penelitian hukum adat; masyarakat adat; hubungan antara masyarakat hukum adat dengan tanah eksistensi tanah suku; menyulitkan praktisi hukum termasuk lembaga pengadilan untuk menyelesaikan setiap sengketa yang dihadapkan kepadanya secara adil dengan memperhatikan hukum yang hidup pada masyarakat adat. Akibat selanjutnya ialah bahwa, jurisprudensi mahkamah agung yang mengukuhkan verifikasi 1 atau menggugurkan falsifikasi terhadap hukum adat di daerah ini jarang ditemukan, bahkan belum ada sama sekali. Apakah ini semua berarti hukum adat pertanahan di wilayah ini masih eksis termasuk tanah suku atau sebaliknya? Kalau eksis, apa yang menyebabkan hukum adat dan wilayah persekutuan tanah suku itu eksis dan sebaliknya kalau falsifikasi, apa alasan, kapan dilakukan, siapa yang melakukan dan bagaimana dari teori tersebut yang difalsifikasi? Suatu realita, bahwa hukum adat dan wilayah persekutuan tanah suku di wilayah ini masih ada, minimal seperti yang ditunjukan oleh para peneliti sebelumnya, tetapi bagaimana rupanya belum terkompilasi.

2. Pendirian Hukum Positif Terhadap Hukum Adat Pertanahan