Sistem Sewa Tanah Lande Lijk Stelsel
4. Sistem Tanam Paksa Cultuur Stelsel
Kalian masih iingat, mengapa sistem penyerahan wajib dan sistem sewa tanah tidak berhasil diterapkan di Indonesia? Kemudian kebijakan apa yang akan diterapkan oleh pemerintah kolonial di Indonesia? Supaya lebih jelas baca materi berikut ini Pada tahun 1830 terjadi perubahan. Ketika itu negeri Belanda sangat payah keuangannya karena harus membiayai perang Diponegoro dan usaha mencegah Belgia memisahkan diri. Johannes Van den Bosch, yang kemudian menjadi gubernur jenderal mengajukan rencana untuk dapat meningkatkan produksi tanaman ekspor di Indonesia. Hasilnya dijamin akan dapat menolong keuangan negeri Belanda. Sistem ini dinamakan Cultuur Stelsel yang oleh bangsa Indonesia dinamakan Tanam Paksa. Sistem tanam paksa itu mewajibkan petani di Jawa untuk menanami sawah ladangnya dengan tanaman yang hasilnya laku dijual ke luar negeri. Tetapi pengaruh sistem tanam paksa mempunyai akibat yang lebih luas dari pada cara penyerahan wajib pada zaman kompeni dulu. Berlainan dengan sistem pajak tanah Raffles, maka sistem tanam paksa Van den Bosch ini justru menyuruh rakyat untuk membayar pajaknya dengan hasil tanaman. Hasil tanaman paksa itu dikirim ke negeri Belanda, dan di sana dijual kepada penduduk Eropa dan Amerika. Sumber: Atlas dan Lukisan Sej. CV. Baru hal. 139 Gambar 5.5 Daerah-daerah perkebunan cultur stelsel Jepara Lasem Blora Surakarta Y ogyakarta Madiun Kediri Malang Jatiroto Sumenep Surabaya Tuban U DAERAH PERKEBUNAN CULTUUR STELSEL IPS SMPMTs Kelas VIII 6 9 Ketentuan-ketentuan pokok dari sistem tanam paksa tertera dalam Staatsblad Lembaran Negara tahun 1834, No. 22 jadi beberapa tahun setelah sistem tanam paksa mulai dijalankan di pulau Jawa. Ketentuan-ketentuan pokok itu bunyinya memang bagus dan baik. Tetapi dalam pelaksanaannya, pada umumnya menyimpang jauh dan banyak merugikan rakyat. Ketentuan-ketentuan itu, antara lain: 1. Persetujuan-persetujuan akan diadakan dengan penduduk agar mereka menyediakan sebagian dari tanahnya untuk penanaman tanaman dagangan yang dapat dijual di pasaran Eropa. Jadi jelas, rakyat akan menyerahkan tanahnya dengan sukarela. Tanpa ada rasa ketakutan karena didesak dan ditekan. Tetapi dalam kenyataannya tidak demikian. Dengan perantaran bupati dan kepala desa, rakyat dipaksa menyerahkan sebagian tanahnya. Lagi pula pegawai pemerintah Belanda langsung mengawasi dan ikut mengatur. Tiap pegawai akan mendapat persen tertentu cultuur procenten kalau berhasil menyerahkan hasil tanaman kepada pemerintah. Makin banyak setoran, makin banyak persennya. Akibatnya para pegawai itu berlomba-lomba mengejar untung, dengan seringkali melanggar ketentuan. Terjadilah banyak penyelewengan. Dalam menjalankan tanam paksa itu. 2. Bagian dari tanah pertanian yang disediakan penduduk untuk tujuan ini tidak boleh melebihi seperlima dari tanah pertanian yang dimiliki penduduk desa. Bunyinya sudah jelas, hanya 20 tanah rakyat yang akan digunakan untuk cultuur stelsel. Tetapi dalam praktik sungguh sulit untuk dilaksanakan. Tanah petani itu kecil-kecil, seperlima bagiannya tentu akan lebih kecil lagi. Lagi pula tempatnya berserak-serak. Padahal, pertanian untuk tebu, nila, kopi, tembakau, dan teh, membutuhkan tanah pertanian yang luas. Karena itu pemerintah mengambil jalan yang mudah. Tanah-tanah milik petani itu dipersatukan dan diambil sebagian untuk tanam paksa. Tentu dipilih yang paling tepat untuk tanaman ekspor, biasanya juga yang paling subur. Belum lagi adanya penyelewengan, pegawai-pegawai pemerintah itu mengambil lebih dari seperlima tanah penduduk. Kadang-kadang malah mencapai separoh bagiannya. 3. Pekerjaan yang diperlukan untuk menanam tanaman cultuur stelsel itu tidak boleh melebihi pekerjaan yang diperlukan untuk menanam padi. Maksud ketentuan di atas tentu baik, yakni supaya petani tidak habis waktunya untuk menggarap kebun tanam paksanya dan masih cukup waktu untuk menggarap tanah- tanahnya sendiri. Tetapi dalam praktik, para petani itu dipaksa mencurahkan lebih banyak perhatian dan waktu serta tenaga untuk tanam paksa, sehingga mereka tidak sempat mengerjakan sawah Sumber: Sej. Nas. Ind. II Nugroho Depdikbud hal. 139 Gambar 5.6 Tanam Paksa 7 0 IPS SMPMTs Kelas VIII ladangnya. Pekerjaan yang paling berat dilakukan di perkebunan nila. Pernah petani-petani di daerah Simpur, Jawa Barat, dipaksa bekerja selama tujuh bulan, jauh dari desa dan kampung halamannya. Ketika mereka pulang, ternyata sawah ladangnya terlantar. 4. Bagian dari tanah yang disediakan untuk cultuur stelsel, dibebaskan dari pembayaran pajak. Ketentuan ini tentu masuk akal. Tetapi dalam kenyataannya, tidak dihiraukan, petani seringkali masih harus membayar pajak tanah untuk tanah yang dipakai tanam paksa. Buktinya, pajak-pajak tanah tidak makin turun, tetapi malahan naik terus. 5. Tanaman hasil cultuur stelsel itu diserahkan kepada pemerintah. Jika harganya lebih besar dari jumlah pajak tanah yang harus dibayarkan, maka selisihnya dikembalikan kepada rakyat. Tetapi jangan harap bahwa ketentuan ini dipegang teguh. Tentu para petani itu kebanyakan buta huruf. Mereka tidak mengetahui duduk perkara yang sebenarnya. Lagi pula, para petani mempercayakan segala sesuatunya kepada kepala desa dan bupati. Sedangkan di antara pegawai pemerintah itu, banyak pula yang sampai hati mengelabuhi para petani dengan akibatnya bahwa ketentuan itu tidak dapat dijalankan. 6. Panen tanaman dagangan yang gagal harus dibebankan kepada pemerintah, sedikit-sedikitnya jika kegagalan ini tidak disebabkan oleh kurang rajin atau ketekunan dari pihak rakyat, misalnya, bencana alam banjir, kekeringan, hama, dan lain-lain. Ketentuan yang bagus itupun pernah dijalankan. Pegawai-pegawai pemerintah Hindia Belanda seringkali melihat panen yang gagal sebagai kesalahan petani. Jarang yang dapat melihat keadaan yang sebenarnya. 7. Penduduk desa mengerjakan tanah-tanah mereka di bawah pengawasan kepala- kepala mereka, sedangkan pegawai-pegawai Eropa hanya membatasi diri pada pengawasan apakah membajak tanah, panen, dan pengangkutan tanaman- tanaman berjalan dengan baik dan tepat pada waktunya. Di antara jenis tanaman kultur yang diusahakan itu, tebu dan nila, adalah yang terpenting. Tebu adalah bahan untuk gula, sedangkan nila bahan untuk mewarnai kain. Pada bad ke -19 itu pengetahuan kimia tentang bahan pewarna kain belum berkembang, karena itu nila dibutuhkan. Kemudian menyusul kopi, yang merupakan bahan ekspor yang penting. Selama tanam paksa, jenis tanaman yang memberi untung banyak ialah kopi dan gula. Karena itu kepada kedua jenis tanaman itu pemerintah memberi perhatian yang luar biasa. Tanah yang dipakai juga luas. Jumlah petani yang terlibat dalam tanam paksa gula dan kopi adalah besar, laba yang diperoleh juga banyak. Tanam paksa mencapai puncak perkembangannya sekitar tahun 1830-1840. Pada waktu itu Negeri Belanda menikmati hasil tanam paksa yang tertinggi. Tetapi sesudah tahun 1850, mulai terjadi pengendoran. Rakyat di negeri Belanda tidak banyak mengetahui tentang tanam paksa di Indonesia. Maklumlah waktu itu hubungan masih sulit, radio dan hubungan telekomunikasi belum ada, surat kabar masih kurang. Tetapi sesudah tahun 1850 terjadi perubahan. Malapetaka di Cirebon,Parts
» Ilmu Pengetahuan Sosial untuk SMP MTs Kelas 9 Nanang Herjunanto Sutarto Bambang Tri Purwanto 2008
» Pengertian Tanah Jenis dan Persebaran Tanah di Indonesia
» Flora Asiatis Sebaran Flora di Indonesia
» Faktor alami natural increase, antara lain kelahiran dan kematian
» Faktor sosial social increase
» Kondisi Penduduk Indonesia Kepadatan Penduduk
» Piramida Penduduk Kepadatan Penduduk
» Persebaran Penduduk Indonesia Persebaran Penduduk
» Kerusakan Lingkungan Lahan Kerusakan Lingkungan Air
» Kerusakan Lingkungan Udara Rehabilitasi Lahan Kritis
» Jumlah Penduduk Besar Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
» Pertumbuhan Penduduk Cepat Masalah Penduduk yang Bersifat Kuantitatif
» Persebaran Penduduk Tidak Merata
» Tingkat Kesehatan Penduduk yang rendah Tingkat Pendidikan yang Rendah
» Tingkat Kemakmuran yang Rendah
» Masalah Kuantitatif Masalah Kualitatif
» Sistem Penyerahan Wajib oleh VOC
» Sistem Kerja Wajib Kerja Rodi
» Sistem Sewa Tanah Lande Lijk Stelsel
» Sistem Tanam Paksa Cultuur Stelsel
» Undang-Undang Agraria Agrarische Wet 1870
» Undang-Undang Gula Suiker Wet
» Latar Belakang Terjadinya Perlawanan Jalannya Perlawanan
» Akhir Perlawanan Perlawanan Pattimura 1817
» Latar Belakang Terjadinya Perlawanan
» Jalannya Perlawanan Akhir Perlawanan
» Sebab-Sebab Umum Perlawanan Diponegoro 1825 – 1830
» Sebab Khusus Perlawanan Diponegoro 1825 – 1830
» Akhir Perlawanan Perlawanan Diponegoro 1825 – 1830
» Akhir Perlawanan Perlawanan Hasanudin di Sulawesi Selatan
» Jalannya Perlawanan Perlawanan Rakyat Banjar 1859 – 1863
» Akhir perlawanan Perlawanan Rakyat Bali 1846 - 1849
» Jalannya Perlawanan Perlawanan Rakyat Aceh 1873 – 1912
» Akhir Perlawanan Perlawanan Rakyat Aceh 1873 – 1912
» Sebab-Sebab Perlawanan Perlawanan Rakyat Batak 1878 – 1907
» Jalannya Perlawanan Perlawanan Rakyat Batak 1878 – 1907
» Akhir Perlawanan Perlawanan Rakyat Batak 1878 – 1907
» Gerakan Melawan Pemerasan atau Peraturan yang Tidak Adil
» Gerakan Ratu Adil Gerakan Rakyat di IndonesiaGerakan Sosial
» Gerakan Samin Tahun 1903 – 1907 Gerakan Rakyat di IndonesiaGerakan Sosial
» Pengaruh Perluasan Kekuasaan Kolonial
» Pengaruh Perkembangan Pendidikan Barat
» Pengaruh Perkembangan Pendidikan Islam
» Timbulnya Golongan Terpelajar dan Profesional
» Peranan Golongan Terpelajar dan Profesionalisme dalam Perkembangan Kesadaran Nasional Indonesia
» Medan Prijaji 1907 di Bandung
» Oetoesan Hindia 1913 di Surabaya
» Hindia Putera 1916 di Belanda
» Indonesia Merdeka 1924 di Belanda
» Penderitaan Rakyat yang Berkepanjangan
» Lahirnya Golongan Terpelajar Faktor dari Dalam Negeri
» Mengenang Kejayaan Masa Lampau yang Gemilang
» Budi Utomo BU Masa Awal Perkembangan
» Sarekat Islam SI Masa Awal Perkembangan
» Indische Partij IP Masa Awal Perkembangan
» Perhimpunan Indonesia PI Masa Radikal
» Partai Komunis Indonesia PKI
» Partai Nasional Indonesia PNI
» Partai Indonesia Raya Parindra
» Gerakan Rakyat Indonesia Gerindo
» Fraksi Nasional Masa Bertahan
» Gabungan Politik Indonesia GAPI
» Organisasi Keagamaan Masa Bertahan
» Gerakan Pemuda Masa Bertahan
» Peran Manifesto Politik 1925 dalam Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia
» Kongres Pemuda 30 April – 2 Mei 1926
» Kerajinan Amai Setia di Sumatera Barat.
» Kautaman Istri Minangkabau di Padang Panjang.
» Aisiyah Peran Kongres Perempuan Pertama dalam Proses Pembentukan Identitas Kebangsaan Indonesia
» Proses sosialisasi yang tidak sempurna
» Penyimpangan yang Bersifat Positif
» Penyimpangan yang Bersifat Negatif
» Perilaku Seksual di Luar Nikah
» Kebutuhan Menurut Tingkat Kepentingannya Intensitas
» Kebutuhan Menurut Waktunya Kebutuhan Menurut Sifatnya
» Kebutuhan Menurut Subjeknya Macam-Macam Kebutuhan Manusia
» Berdasarkan Proses Pembuatannya Berdasarkan Kegunaannya untuk Jaminan Kredit
» Sumber Daya Alam Sumber Daya Ekonomi
» Sumber Daya Manusia Sumber Daya Ekonomi
» Sumber Daya Modal Sumber Daya Ekonomi
» Konsumen Penyedia faktor produksi bagi perusahaan
» Fungsi Pembentuk Harga Fungsi Distribusi
» Pasar Abstrak Pasar Tidak Nyata
» Pasar Nasional Pasar Berdasarkan Luas Kegiatannya
» Pasar Internasional Pasar Berdasarkan Luas Kegiatannya
» Pasar Harian Pasar Berdasarkan Waktunya
» Pasar Mingguan Pasar Berdasarkan Waktunya
» Pasar Bulanan Pasar Berdasarkan Waktunya
» Pasar Tahunan Pasar Berdasarkan Waktunya
» Pasar Temporer Pasar Berdasarkan Waktunya
» Pasar Barang Konsumsi Pasar Output Pasar Faktor Produksi Pasar Input
» Pasar persaingan sempurna Pasar Berdasarkan BentukStruktur
» Pasar oligopoli Pasar duopoli Pasar monopoli Pasar monopsoni
» Pasar oligopsoni Pasar persaingan monopolistik
» Sidang BPUPKI I 29 Mei - 1 Juni 1945
» Kawat Telepon Sarana Penyebaran Berita Proklamasi
» Surat Kabar Pers Sarana Penyebaran Berita Proklamasi
» Sarana Lain Sarana Penyebaran Berita Proklamasi
» Sikap Rakyat di Berbagai Daerah terhadap Proklamasi Kemerdekaan
» Pernyataan Dukungan Sri Sultan Hamengkubuwono IX Rapat Raksasa di Lapangan Ikada
» Di Wilayah Jawa Tengah dan D.I. Yogyakarta Di wilayah Jakarta dan Jawa Barat
» Simpati Faktor Eksternal Terjadinya Hubungan Sosial
» Identitas Faktor Eksternal Terjadinya Hubungan Sosial
» Kontak Sosial Komunikasi Faktor Eksternal Terjadinya Hubungan Sosial
» Faktor Internal Terjadinya Hubungan Sosial Hubungan antara Individu dan Individu
» Hubungan antara Individu dan Kelompok
» Kerja Sama Cooperation Proses Asosiatif
» Koentjaraningrat Pengertian Pranata Sosial
» Bruce J. Cohen Pengertian Pranata Sosial
» Paul B. Horton dan Chester L. Hunt Summer
» Norma Masyarakat Proses Pertumbuhan Pranata Sosial
» Pengendalian Sosial Social Control
» Menurut Sistem Nilai yang Diterima Masyarakat C Menurut Penerimaan Masyarakat
» Menurut Faktor Penyebarannya Menurut Fungsinya
» Cara Mengatasi Pengangguran Pengangguran
» Sistem Ekonomi Tradisional Sistem Ekonomi LiberalKapitalis
» Sistem Ekonomi Komando Terpusat
» Fungsi Koperasi Peran Koperasi
» Landasan, Asas, dan Prinsip Koperasi
» Lambang Koperasi Indonesia Bentuk Koperasi
» Tingkatan Koperasi Jenis Koperasi di Indonesia
» Pedagang asongan Pedagang sambilan
» Pengertian Pajak Landasan Hukum Pajak
» Surat Setoran Pajak Istilah-Istilah dalam Perpajakan
» Tahun pajak Istilah-Istilah dalam Perpajakan
» Menghitung Pajak Sendiri MPS
» Asas Domisili tempat tinggal
» Asas Sumber Asas Pemungutan Pajak
» Asas Kebangsaan Asas Pemungutan Pajak
» Tarif Progresif meningkat Sistem Penetapan Tarif Pajak
» Tarif Tetap Tarif Proporsional sebanding
» Menurut Golongannya Menurut Wewenang Pemungutannya
» Tarif Pajak Penghasilan Pajak Penghasilan PPh
» Penghasilan Tidak Kena Pajak PTKP
» Subjek Pajak Bumi dan Bangunan
» Objek Pajak Bumi dan Bangunan Tarif Pajak Bumi dan Bangunan
» Tarif Pajak dan Dasar Pengenaan Pajak Nilai Perolehan Objek Pajak Tidak Kena Pajak NPOPTKP
» Pengertian Permintaan Hukum Permintaan
» Hukum Penawaran Kurva Penawaran
Show more