Senja Wijaya Rahmat, 2014 Profil Resiliensi Siswa Yang Berlatar Belakang Orangtua Tunggal Studi Deskriptif Pada
Siswa SMP Negeri 18 Tasikmalaya TA 2013 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
dalam khasanah psikologi. Paradigma resiliensi didasari oleh pandangan kontemporer tentang bagaimana anak, siswa, dan orang dewasa dapat bangkit
kembali dan bertahan dari kondisi stress, trauma, dan resiko kehidupan mereka. Resiliensi sebagai salah satu kapasitas kemampuan untuk menghadapi
tantangan dengan positif perlu dikembangkan pada diri individu, terutama remaja, yang pada fasenya pun disebutkan Hurlock 1980 : 212 sebagai masa badai dan
tekanan. Sekolah sebagai bagian dari tempat penyelenggaraan kegiatan pendidikan dalam arti seluas-luasnya perlu turut mengambil bagian untuk
mencegah siswanya dari perilaku-perilaku negatif sekalipun sumber-sumber permasalahan siswa banyak yang terletak di luar sekolah. Menurut Prayitno
Amti 2004 : 29 permasalahan-permasalahan siswa meskipun sumber permasalahan terletak di luar sekolah tidak boleh dibiarkan begitu saja. Sekolah
diharapkan mampu mengembangkan resiliensi pada siswanya agar mereka dapat mandiri menghadapi dan menyelesaikan masalah-masalah berat yang menekan.
Berdasarkan permasalahan-permasalahan yang telah dipaparkan diatas, maka peneliti bermaksud untuk mengungkap profil resiliensi siswa sekolah menengah
pertama yang berlatar belakang orang tua tunggal.
B. Identifikasi dan Rumusan Masalah
Pasangan suami istri yang menjadi orang tua tunggal dilatar belakangi dua alasan yaitu pilihan dan bukan pilihan. Seringnya, menjadi orang tua tunggal
karena perceraian, terpisah, dan tidak menikah lebih disebabkan berdasarkan pilihan. Sementara, menjadi orang tua tunggal karena kematian salah sau
pasangan berdasarkan bukan pilihan. Dalam praktik pengasuhan anak, banyak perbedaan antara pengasuhan oleh orang tua tunggal dan pengasuhan oleh orang
tua utuh. Adanya perubahan struktur dan fungsi keluarga pada orang tua tunggal tidak hanya memberi dampak yang signifikan pada pasangan suami istri tetapi
juga kepada anak-anak. Beberapa fenomena di masyarakat ditemukan bahwa anak-anak yang berasal dari keluarga yang mengalami
broken home
lebih
Senja Wijaya Rahmat, 2014 Profil Resiliensi Siswa Yang Berlatar Belakang Orangtua Tunggal Studi Deskriptif Pada
Siswa SMP Negeri 18 Tasikmalaya TA 2013 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
beresiko mengalami masalah kejiwaan dan perilaku menyimpang daripada anak- anak yang berasal dari keluarga utuh.
Menurut guru BK hampir setengah jumlah siswa di SMP Negeri 18 Tasikmalaya tahun ajaran 20132014 berasal dari keluarga yang mengalami
perceraian dan pengabaian orang tua. Masalah-masalah yang dialami oleh orang tua tunggal seperti merasa kesepian, kesulitan ekonomi, tidak memiliki pasangan
seksual, tidak memiliki dukungan emosional, tidak ada tempat untuk bercerita ketika ada kondisi darurat, dan kehidupan sosial yang dibatasi tidak dapat selesai
hanya dengan keberadaan anak-anak. Kondisi yang dialami oleh orang tua tunggal akan berdampak pada anak-anak.
Perhatian yang bersumber dari salah satu orang tua atau bahkan tidak dirasakan oleh anak dapat memicu anak menarik perhatian dengan cara yang salah, beberapa
perilaku yang sering muncul pada siswa SMP Negeri 18 Tasikmalya yaitu membolos, merokok, melanggar peraturan sekolah, dan konflik dengan teman.
Adanya paradigma mengenai resiliensi memberikan pandangan baru terhadap anak-anak yang berlatar belakang orang tua tunggal bahwa anak-anak tersebut
memiliki kemampuan mengadaptasi kondisi sulit yang berasal dari keluarga dan tidak mengalihkannya pada perilaku menyimpang. Adanya kondisi adversitas
berupa kondisi orang tua tunggal merupakan faktor resiko pada siswa di SMP Negeri 18 Tasikmalaya. Namun begitu, dapat diketahui resiliensi yang dimiliki
siswa SMP Negeri 18 Tasikmalaya dalam mengadaptasi kondisi keluarga yang merupakan orang tua tunggal. Selain itu, menurut Turner Norman, 2000 : 3
menyebutkan bahwa anak laki-laki dan perempuan memiliki lintasan perkembangan yang berbeda, oleh karena itu, besar kemungkinan bahwa ada
faktor protektif yang berbeda pada anak laki-laki dan perempuan serta berbeda tingkat resiliensinya. Adanya atribut psikologis pun yang merupakan aspek
resiliensi merupakan faktor-faktor protektif internal yang meyokong resiliensi. Oleh karena itu, dengan mengetahui gambaran setiap aspeknya dapat melihat
hubungan antara setiap aspek dengan tingkat resiliensi itu sendiri. Beberapa
Senja Wijaya Rahmat, 2014 Profil Resiliensi Siswa Yang Berlatar Belakang Orangtua Tunggal Studi Deskriptif Pada
Siswa SMP Negeri 18 Tasikmalaya TA 2013 2014 Universitas Pendidikan Indonesia
| repository.upi.edu
| perpustakaan.upi.edu
pertanyaan penelitian berdasarkan paparan identifikasi dituangkan dalam rumusan masalah sebagai berikut.
1. Bagaimana gambaran umum tingkat resiliensi siswa Sekolah Menengah
Pertama Negeri 18 Tasikmalaya Tahun Ajaran 20132014 yang berlatar belakang orang tua tunggal?
2. Bagaimana gambaran tingkat resiliensi siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 18 Tasikmalaya Tahun Ajaran 20132014 yang berlatar belakang orang tua tunggal berdasarkan siswa laki-laki dan siswa perempuan?
3. Bagaimana gambaran tingkat resiliensi siswa Sekolah Menengah Pertama
Negeri 18 Tasikmalaya Tahun Ajaran 20132014 yang berlatar belakang orang tua tunggal berdasarkan setiap aspeknya?
4. Bagaimana rancangan layanan hipotetik bimbingan dan konseling yang
diduga tepat untuk mengembangkan resiliensi siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri 18 Tasikmalaya Tahun Ajaran 20132014 yang berlatar
belakang orang tua tunggal?
C. Tujuan Penelitian