LKP : Water Decaunting Pada CV. Berdikari.

(1)

KERJA PRAKTEK

Oleh :

PARLINDUNGAN FERNANDO NAINGGOLAN (10.41020.0070)

SEKOLAH TINGGI

MANAJEMEN INFORMATIKA & TEKNIK KOMPUTER SURABAYA


(2)

iv 

 

CV. Berdikari Sidoarjo. Awal berdiri CV. Berdikari menangani alat-alat farmasi, kemudian berkembang ke pembuatan mesin produksi makanan. Water

Decaunting adalah suatu sistem dimana di dalam sistem tersebut memiliki

komponen–komponen penunjang sistem tersebut agar bekerja sesuai dengan yang di inginkan. Komponen-komponen penting yang meliputinya adalah motor listrik tiga fase, inverter atau VDS, Roller conveyor dan magnet. Dengan memaksimalkan banyak sistem, maka diperlukan pengontrolan yang lebih baik, yang tentunya dibarengi dengan kebutuhan tenaga operator yang semakin banyak dan dipastikan akan memunculkan berbagai masalah baru pada pengelolaan sistem belum lagi pencegahan saat terjadi human error. Sehingga pemakaian Inverter sangat diperlukan disini untuk memonitoring dan memberi instruksi pada motor maupun pada putaran conveyor. Pemilihan motor yang tepat juga sangat berpengaruh pada kinerja sistem Water Decaunting ini. Penerapan Water

Decaunting harus diawasi oleh operator untuk mengontrol dan mengawasi Water

Decaunting sesuai dengan yang diharapkan. Dengan memakai Water Decaunting,

kebutuhan akan sumber daya manusia bisa digantikan dengan mesin yang mempunyai tingkat kesalahan yang lebih minim dan lebih responsif dalam merespon secara cepat setiap masalah yang muncul. Pemakaian Inverter dan sensor meningkatkan efisiensi dari komponen sehingga sistem dapat berjalan dengan sederhana namun memiliki tingkat error yang rendah.


(3)

vii 

 

Halaman Judul ... ii

Lembar Pengesahan Laporan Kerja Praktek ... iii

ABSTRAKSI ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vii

DAFTAR GAMBAR ... x

DAFTAR TABEL ... xi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 2

1.3 Batasan Masalah ... 3

1.4 Tujuan Kerja Praktek ... 3

1.5 Waktu dan Lama Kerja Praktek ... 4

1.6 Ruang Lingkup Kerja Praktek ... 4

1.7 Sistematika Penulisan ... 4

BAB II GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN ... 5

2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan ... 6

2.2 Visi dan Misi CV. Berdikari ... 7

2.1.1 Mesin-mesin Produksi Farmasi ... 7

2.1.2 Mesin-mesin Produksi Makanan ... 8


(4)

viii 

 

3.1.1 Komponen Water Decaunting ... 13

3.1.2 Proses Water Decaunting ... 13

3.1.3 Alarm ... 16

3.2 LDR (Light Dependent Resistor) ... 17

3.3 Motor Listrik Tiga Fasa ... 18

3.4 Roller Conveyor ... 20

3.5 Magnet ... 26

BAB IV METODOLOGI ... 30

4.1 Identifikasi Masalah ... 30

4.2 Pengumpulan Data ... 31

4.2.1 Studi Literatur ... 31

4.2.2 Wawancara Operator ... 32

4.2.3 Survei ... 32

4.3 Metode Analisis Data ... 33

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN ... 34

5.1 Hasil ... 34

5.2 Analisis dan Pembahasan ... 36

BAB VI PENUTUP ... 38

6.1 Kesimpulan ... 38

6.2 Saran ... 39


(5)

ix 


(6)

BAB I

PENDAHULUHAN

1.1

Latar Belakang

Mahasiswa adalah merupakan generasi penerus bangsa, dimana merupakan

pelopor perubahan. Oleh karena itu mahasiswa juga mempunyai peranan penting

dalam menyukseskan pembangunan nasional serta memajukan bangsa dan negara

baik dari segi ilmu pengetahuan maupun moral. Mahasiswa merupakan tolak ukur

dari kemajuan pendidikan di suatu negara. Dengan adanya kebutuhan akan tenaga

kerja lulusan sarjana serta profesionalisme dalam suatu bidang menuntut adanya

usaha dan pelatihan secara langsung dalam aspek kehidupan maupun dunia kerja.

Oleh karena itu guna meningkatkan wawasan dan pengalaman langsung dalam dunia

kerja dan juga memenuhi persyaratan wajib perkuliahan.

Kerja Praktek adalah salah satu bagian mata kuliah wajib di jurusan S1 Sistem

Komputer STIKOM Surabaya, dengan adanya mata kuliah Kerja Praktek

dimaksudkan agar menjadi sarana untuk mengembangkan dan menerapkan apa yang

diperoleh di bangku kuliah serta dengan adanya Kerja Praktek, mahasiswa dapat

memperoleh gambaran nyata tentang berbagai hal dan cara menghadapi masalah

dalam dunia kerja yang nyata.

Kesempatan untuk melaksanakan Kerja Praktek pun diberikan mulai tanggal 25

Februari

2013 sampai dengan 25 April 2013 di CV. Bedikari Sidoarjo.


(7)

CV. Berdikari memiliki beberapa unit kerja yang menangani sub bagian dalam

pembuatan makanan kaleng. Sub bagian tersebut antara lain :

Water Decaunting

,

Fish

Washer

,

Can Rotari Washer

dan lain sebagai nya. Dari beberapa sub tersebut, Kerja

Praktek kali ini dilakukan di sub bagian

Water Decaunting.

Water Decaunting

adalah suatu alat untuk mengurangi kadar air yang

terkandung dalam makanan kaleng, sehingga makanan kaleng yang diproduksi lebih

tahan lama tanpa mengubah rasa dan kualitasnya.

Di dalam

Water Decaunting

terdapat banyak komponen yang saling

melengkapi, antara lain : motor listrik tiga fasa,

roller conveyor

, magnet, sensor LDR

(

light dependent resistor)

. Pemilihan dan penempatan sensor sangat berpengaruh

besar pada kinerja suatu alat, begitu juga dengan

Water Deacaunting

. Penempatan

dan pemilihan sensor menjadi masalah yang sering mengganggu kinerja alat,

sehingga operator harus sering melakukan pembenahan pada kinerja alat ini.

1.2

Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka dapat dirumuskan beberapa

permasalahan yaitu:

1. Bagaimana cara kerja sistem

Water Decaunting

.

2. Bagaimana alur kerja sistem

Water Decaunting

.


(8)

1.3

Batasan Masalah

1.

Water Decaunting

yang dianalisis merupakan milik CV. Berdikari

2. Komponen alat yang dapat dianalisis hanya yang ada di CV. Berdikari

1.4

Tujuan Kerja Praktek

Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka dapat dirumuskan suatu masalah

yaitu:

1. Untuk mengetahui cara kerja sistem

Water Decaunting

.

2. Untuk mengetahui alur kerja sistem

Water Decaunting

.

3. Untuk menganalisis kelemahan sistem

Water Decaunting

.

Dalam melaksanakan Kerja Praktek di suatu perusahaan maupun instansi, maka

mahasiswa sebagai seorang yang menjalankan syarat pendidikan tinggi tentunya

memiliki tujuan-tujuan yang hendak dicapai dalam melaksanakan Kerja Praktek ini.

Beberapa tujuan Kerja Praktek yang dimaksud adalah sebagian berikut :

1. Memenuhi kurikulum pendidikan yang ada di STIKOM Surabaya.

2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada mahasiswa tentang

3. Water Decaunting

pada CV. Berdikari.

4. Mencari ilmu pengetahuan baru yang tidak didapatkan di bangku kuliah.

5. Mendidik dan melatih mahasiswa untuk dapat menyelesaikan dan mengatasi

berbagai masalah yang dihadapi di lapangan dalam melaksanakan Kerja Praktek.


(9)

1.5

Waktu dan Lama Kerja Praktek

Kerja Praktek di CV. Berdikari dilaksanakan selama dua bulan yang dimulai

pada tanggal 25 Februari

2013 sampai dengan 25 April 2013.

1.6

Ruang Lingkup Kerja Praktek

Sasaran Kerja Praktek adalah agar mahasiswa mendapatkan pengalaman

belajar melalui pengamatan pada

Water Decaunting

:

a. Prinsip kerja

Water Decaunting.

b. Analisis kelemahan

Water Decaunting

.

1.7

Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan laporan hasil Kerja Praktek lapangan pada CV.

Berdikari adalah sebagai berikut.

BAB I

PENDAHULUHAN

Berisi tentang latar belakang, tujuan kerja praktek, waktu dan

lama pelaksanaan kerja praktek, ruang lingkup Kerja Praktek

dan sistematika penulisan.

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Berisi

tentang

sejarah

singkat CV. Berdikari.

BAB III

LANDASAN TEORI

Berisi tentang pengertian tentang

Water Decaunting

dan

komponen penunjang

Water Decaunting

.


(10)

Berisi tentang metodologi analisis gangguan (

trouble shooting)

pada

Water Decaunting

.

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini hasil dari metode yang dilakukan untuk analisis

data dibahas dan dianalisis untuk mendapatkan solusi dan

pemecahan masalah.

BAB VI

HASIL DAN PEMBAHASAN

Bab ini adalah bab kelima yang merupakan bab terakhir dari

laporan Kerja Praktek yang membahas tentang kesimpulan dan

saran dari seluruh isi laporan ini yang disesuaikan dengan hasil

dan pembahasan pada bab-bab sebelumnya.


(11)

 

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1 Sejarah Perkembangan Perusahaan

CV. Berdikari terbentuk karena usaha Pak Heru seorang diri, dibentuk dengan jerih payah sendiri dengan dibantu seorang asisten lapangan yang setia. Pada mulanya hanyalah sebuah bengkel rumahan, dengan ruang yang cukup kecil, hanya dengan dibantu satu orang karyawan pada saat itu. Itulah awal mula terbentuknya CV. Berdikari yaitu pada tanggal 1 Februari 2000. Dapat dikatakan saat itu adalah awal mula Pak Heru menjalankan usahanya dengan bengkel semi permanen. Pekerjaan pertamanya yaitu melayani pembuatan mesin-mesin farmasi PT. Cepu Jawa Timur.

Usaha di bengkel semi permanen tersebut berlangsung hingga tahun 2003. Karena usaha tersebut terus meningkat dan berkembang, pada tahun 2004 perusahan di bawah pimpinan Pak Heru melebarkan sayapnya di bagian mesin produksi makanan. Selama setahun usaha tersebut terus berkembang, hingga pada akhirnya bengkel semi permanen tersebut pindah ke tempat yang lebih luas dan besar di daerah Wage hingga sekarang.

Karena pekerjaan makin banyak dengan bengkel yang lebih luas, sehingga karyawan yang awalnya hanya 1 orang, sekarang menjadi 4 orang. Usaha yang sebelumnya melayani lingkup wilayah Jawa timur, Sidoarjo khususnya, kini meluas hingga Jawa-Bali, dan bukan hanya melayani mesin-mesin farmasi tetapi


(12)

 

juga mesin produksi makanan.

2.2 Visi dan Misi CV. Berdikari

VISI :

Menjadi Perusahaan Yang Unggul Dan Tangguh Dalam Bidang Perdagangan Bahan Dan Peralatan Yang Dibutuhkan Dalam Industri Dan Pembangunan Di Indonesia Serta Mampu Menghadapi Persaingan Global.

MISI :

1. Bekerja Keras Menciptakan Peluang Dan Pertumbuhan Untuk Menjadi Perusahaan Yang Terbaik.

2. Mengutamakan Mutu Dan Pelayanan Demi Kepuasan Pelanggan.

3. Menjadi Mitra Usaha Yang Andal Dan Terpercaya.

4. Menjadi Tempat Untuk Berprestasi Dan Mengembangkan Diri Bagi Karyawan.

2.1.1 Mesin-mesin Produksi Farmasi

Berikut beberapa mesin-mesin produksi farmasi yang diproduksi CV.Berdikari:

1. Mesin–mesin proses : mixer, oven, filler liquid atau powder, dan lain sebagainya.


(13)

 

2. Mesin conveyor packaging.

Berikut beberapa daftar beberapa perusahaan yang disuplai antara lain :

1. PTP Cepu di Cepu – Jawa timur

2. PT Roi Surya di Pandaan - Jawa timur

3. PT Irawan Djaja di Sidoarjo - Jawa timur

4. LBC Jogja di Jogjakarta – Jawa tengah

5. PT Estetika di Semarang – Jawa tengah

6. Nova Pharin di Gresik - Jawa timur

2.1.2 Mesin-mesin Produksi Makanan

Berikut beberapa mesin-mesin produksi makanan yang diproduksi oleh CV. Berdikari :

1. Mesin–mesin proses : mixer, oven, filler liquid / powder, dan lain sebagainya.

2. Mesin–mesin pabrik canning : E.BOX, Rotary Fish Wash, Rot Water Dec,

Rotari Water Decaunting, Rotary Can Washer, Separator lit Jet print, dan lain

sebagainya.

3. Mesin Conveyor Packaging.


(14)

 

1. PT. INDOHAMAFISH di Negara – Bali

2. PT. INDOCITRA di Negara – Bali

3. PT. BALI MAYA di Negara – Bali

4. PT. SUMBER YALA di Muncar – Banyuwangi

5. PT. PERFECT INTERNASIONAL di Muncar – Banyuwangi

6. INDOPRATAMA di Muncar – Banyuwangi

7. MAYA FOOD INDUSTRI di Pekalongan – Jawa tengah

8. SARI LAUT di Muncar – Banyuwangi

9. KOKIN di Pandaan – Jawa timur

10. GEMA ISTA RAYA di Pasuruan – Jawa timur

2.1.3 Bagunan Gedung

Berikut beberapa bangunan gedung yang diproduksi CV. Berdikari:

1. Bangunan gedung : Pabrik farmasi, pabrik makanan dan gudang

2. Utility : WTP, AHU, DUST Dollector.

Berikut beberpa daftar beberapa perusahaan yang disuplai antara lain :


(15)

 

2. PT. ROI SURYA berupa Gudang, AHU, WTP di Pandaan

3. PT. ESTETIKA berupa AHU, DUST COLLECTOR di Jogjakarta

4. PT. LBC berupa AHU, DUST COLLECTOR di Semarang


(16)

11  BAB III DASAR TEORI

3.1 Water Decaunting

Water Decaunting merupakan satu siklus dari rantai siklus pembuatan

makanan kaleng yaitu ikan kaleng. Water Decaunting adalah proses dimana

kaleng sarden yang telah berisi dengan ikan akan di filter tingkat volume air nya sehingga ikan sarden lebih tahan lama dan memiliki rasa sesuai yang di inginkan. Kelebihan volume air dalam kaleng dapat berakibat ikan dalam sarden akan cepat membusuk, rasa ikan dalam kaleng akan berubah karena kelebihan volume air , dan dapat meracuni konsumen karena air yang tidak diperlukan dan tidak diketahui ke sterilan nya di konsumsi oleh konsumen.

Siklus yang bersentuhan langsung dengan Water Decaunting adalah Fish

Washer dan Rotary Can washer. Fish washer merupakan siklus dimana ikan yang

sudah dibentuk dengan ukuran yang tepat di cuci dan disterilkan dengan air. Ikan yang telah di cuci dan disterilkan pun akan dimasukkan ke dalam tiap kaleng secara manual dan dilanjutkan pada siklus Water Decaunting.

3.1.1 Komponen Water Decaunting

Komponen Water Decaunting di CV. Berdikari Sidoarjo, antara lain: 1. Operator Mesin

2. Komponen Water Decaunting

a. Motor Indication 3 phase | 220 – 380 | 1hp b. 2 buah Inverter Toshiba


(17)

c. Cap Water Decaunting

d. Power Supply

e. Kaleng Sarden f. 2 Set gear

g. Conveyor

h. Magnet

i. Cover penahan air

j. Motor Indication 3 phase | 220 – 380 | 2hp k. 2 Sensor LDR (Light Dependent Resistor) 3.1.2 Proses Water Decaunting

Proses Water Decaunting CV. Berdikari secara singkat bisa dilihat pada diagram di bawah ini :

Kaleng masuk conveyor

Conveyorberputar 

Kaleng pada posisi pembatas 

Kaleng Tertarik Magnet  Kaleng Diputar   Kaleng pada pembatas  

Kaleng pada posisi sensor

Barisan kaleng rapi 

Pemutar mati  

Finish  Start

ya

tidak


(18)

Dari gambar diatas secara garis besar dapat dijelaskan proses Water Decaunting

sebagai berikut :

1. Kaleng sarden siap di proses di letakkan pada conveyor untuk di proses. Pada proses ini kaleng sarden yang sudah berisi dengan ikan diletakkan secara manual ke atas conveyor.

2. Conveyor pun bergerak dan menggerakkan kaleng sehingga berjalan

menurut jalur conveyor berdasarkan kecepatan yang dikontrol melalui

inverter toshiba yang telah tersedia.

3. Conveyor tidak hanya menjalankan satu buah kaleng sarden saat

pengerjaan. Conveyor menjalankan banyak kaleng sarden sesuai dengan inputan yang diberikan operator pada inverter sehingga motor pun bergerak berdasarkan kecepatan yang di berikan oleh inverter.

4. Kaleng sarden sampai pada posisi pembatas conveyor yang diberi sekat, yang menandakan akhir siklus conveyor. Pada siklus ini peran conveyor

untuk mengantar kaleng sarden pada pemutar telah selesai, ditandai dengan kaleng tersebut berhenti bergerak maju sesuai arah berjalan na

conveyor.

5. Kaleng sarden yang sudah berada pada posisi pembatas akan otomatis tertarik magnet sehingga berada pada posisi siap untuk diputar. Dengan daya elektromagnetik dari magnet yang ada pada lapisan terbawah dari pemutar, maka kaleng sarden yang memiliki unsur logam akan tertarik


(19)

dan tetap melekat pada pemutar sehingga tidak terjatuh dan berubah posisi.

6. Kaleng yang sudah siap pada posisi berputar akan berputar sesuai dengan rotasi putaran motor yang di kendalikan oleh inverter toshiba yang telah disiapkan. Kaleng sarden yang menempel pun akan di putar agar kandungan air yang ada dalam kaleng sarden jatuh dan terkumpul pada penampung air. Kaleng sarden yang berputar tak akan berubah posisinya selama diputar karena peran magnet yang menarik kaleng sarden hingga akhir siklus pemutaran.

7. Kaleng sarden yang telah berputar akan di deteksi sensor yang

memeriksa apakah tingkat kerapatan antar kaleng sesuai yang di

inginkan. Sensor yang dipergunakan dalam Water Decaunting ini

tergantung dari pesanan dari konsumen. Macam – macam sensor yang di tawarkan adalah sensor menggunakan inframerah, sensor logam,hingga sensor menggunakan LDR (Light Dependent Resistor). 8. Bila tingkat kerapatan belum memadai, mesin (motor) akan berhenti

dan akan hidup bila kerapatan tiap kaleng sudah pada posisi yang di inginkan, disini kinerja dari operator sangat diperlukan untuk memperhatikan dan membenahi tingkat kerapatan kaleng sarden. Sensor yang mendeteksi bila kerapatan kaleng sarden tidak sesuai akan memutus komunikasi dari inverter dan motor sehingga motor akan mati.


(20)

9. Bila kerapatan kaleng sarden sudah seperti yang di inginkan maka,proses Water Decaunting kaleng sarden pertama akan selesai dan siap menjalani proses selanjutnya.

3.1.3 Alarm

Proses pada operasi Water Decaunting memiliki kondisi yang membuat

terjadinya event adalah sebagai berikut:

a. Tingkat kerapatan kaleng sarden yang tidak sesuai. Apabila tingkat kerapatan kaleng sarden tidak sesuai maka alarm dan juga lampu emergency akan hidup dan mematikan hubungan antara inverter dengan motor penggerak conveyor maupun motor penggerak pemutar

b. Kecepatan motor penggerak pemutar dan motor penggerak conveyor tidak sesuai. Tingkat sinkronisasi yang rendah antara motor conveyor dengan motor pemutar juga dapat menimbulkan alarm berbunyi sangat sering karena range yang jauh antara motor conveyor dan motor pemutar sehingga kaleng sarden bisa menjadi sangat rapat atau mungkin sangat renggang.

Pengelompokan alarm ditampilkan dengan hidupnya lampu darurat dan bunyi alarm. Alarm dan hidupnya lampu darurat hanya dapat di normalkan oleh sesuai nya hasil yang diharapkan dari mesin tersebut, dan untuk memperloeh itu diperlukan kemampuan dan ketelitian dari operator mesin untuk membenahi error yang terjadi.


(21)

3.2 LDR (Light Dependent Resistor)

Resistor peka cahaya atau fotoresistor adalah komponen elektronik yang resistansinya akan menurun jika ada penambahan intensitas cahaya yang mengenainya. Fotoresistor dapat merujuk pula pada light-dependent resistor

(LDR), atau fotokonduktor. (Silva dkk, 2006)

Fotoresistor dibuat dari semikonduktor beresistansi tinggi yang tidak dilindungi dari cahaya. Jika cahaya yang mengenainya memiliki frekuensi yang cukup tinggi, foton yang diserap oleh semikonduktor akan menyebabkan elektron memiliki energi yang cukup untuk meloncat ke pita konduksi. Elektron bebas yang dihasilkan (dan pasangan lubangnya) akan mengalirkan listrik, sehingga menurunkan resistansinya.

Gambar 3.1 Bentuk LDR (Light Dependent Resistor)

Resistansi LDR akan berubah seiring dengan perubahan intensitas cahaya yang mengenainya atau yang ada disekitarnya. Dalam keadaan gelap resistansi LDR sekitar 10MΩ dan dalam keadaan terang sebesar 1KΩ atau kurang. LDR terbuat dari ba-han semikonduktor seperti kadmium sulfida. Dengan bahan ini energi dari cahaya yang jatuh menyebabkan lebih banyak muatan yang dilepas atau arus listrik meningkat. Artinya resistansi bahan telah mengalami penurunan. (Silva dkk, 2006)


(22)

3.2.2 Motor Listrik Tiga Fasa

Motor induksi tiga fasa banyak digunakan oleh dunia industri karena memiliki beberapa keuntungan. Keuntungan yang dapat diperoleh dalam pengendalian motor motor induksi tiga fasa yaitu, struktur motor induksi tiga fasa lebih ringan (20% hingga 40%) dibandingkan motor arus searah (DC) untuk daya yang sama, harga satuan relatif lebih murah, dan perawatan motor induksi tiga fasa lebih hemat.

Gambar 3.2 Motor Tiga Fasa

Cara kerja motor listrik 3 fasa

1. Motor 3 fasa akan bekerja atau berputar apabila sudah dihubungkan dalam hubungan tertentu.

2. Mendapat tegangan sesuai dengan kapasitas motornya. 3. Motor bekerja pada hubung bintang / star.

Berarti motor harus di hubungkan baik secara langsung pada terminal maupun melalui rangkaian kontrol.

Pada hubungan bintang (Y, wye), ujung-ujung tiap fasa dihubungkan menjadi satu dan menjadi titik netral atau titik bintang. Tegangan antara dua terminal dari tiga terminal a – b – c mempunyai besar magnitude dan beda fasa


(23)

yang berbeda dengan tegangan tiap terminal terhadapa titik netral. Tegangan Va, Vb dan Vc disebut tegangan “fasa” atau Vf.

Dengan adanya saluran / titik netral maka besaran tegangan fase dihitung terhadap saluran / titik netralnya, juga membentuk sistem tegangan 3 fasa yang seimbang. Sedangkan untuk arus yang mengalir pada semua fase mempunyai nilai yang sama,

ILINE =IFASA Ia =Ib =Ic

Pada bab ini akan dibahas cara untuk merubah putaran motor 3 fasa bisa putar kiri dan kanan dapat dilakukan dengan jalan salah satu fasa di buat tetap sedang fasa yang lain di silangkan seperti gambar di atas.

Pada saat Pb1 ditekan maka koil kontaktor K1M bekerja dan membuat motor berputar. Motor dapat berputar forward / maju terus sebab kontak K1M /14-13 menutup. Untuk membalik putaran motor dapat menekan Pb0 terlebih dahulu lalu tekan Pb2. Saat Pb2 ditekan maka koil kontaktor K2M bekerja dan memutar motor reverse/ mundur. Pengertian forward dan reverse harus menekan Pb0 terlebih dahulu dan tunggu hingga putaran motor berhenti lalu tekan tombol yang lain ini agar tidak ada pengereman mendadak pada motor.Pada saat over load trjadi kontak F2/97-98 menutup dan menyalakan L1 Emergency Switch (ES) dapat mematikan semua sirkit bila ada sesuatu yang tidak di inginkan. Lihat Gambar. (Kristianto, 2010)


(24)

3.2.3 Roller Conveyor

Conveyor adalah suatu sistem mekanik yang mempunyai fungsi

memindahkan barang dari satu tempat ke tempat yang lain. Conveyor banyak dipakai di industri untuk transportasi barang yang jumlahnya sangat banyak

dan berkelanjutan. Conveyor ini adalah conveyor yang paling umum

digunakan. Lintasan geraknya tersusun dari beberapa tabung yang tegak lurus terhadap arah lintasannya dimana plat datar yang ditempatkan untuk menahan beban akan bergerak sesuai dengan arah putaran roll. Conveyor ini bisa

digerakkan dengan rantai atau belt,ataupun dengan menggunakan gaya

gravitasi tetapi harus juga diperhitungkan kemiringan maksimumnya. (Anonim.2011)

Gambar 3.3 Roller Conveyor

Mekanisme kerja rollerconveyor secara umum adalah sebagai berikut:

1. Motor penggerak memutar poros pada motor yang telah terpasang sistem


(25)

2. Putaran poros pada motor ditransmisikan ke drive roller melalui sistem transmisi yang telah dirancang khusus untuk sistem roller conveyor.

3. Drive roller yang terpasang sistem transmisi tersebut ikut berputar karena

daya yang disalurkan oleh sistem transmisi.

4. Drive roller mentransmisikan putaran roller ke roller lain dengan tranmisi

rantai.

5. Antar roller diberi jalur transmisi yang sama dengan perbandingan transmisi 1:1 sehingga putaran antar roller mempunyai kecepatan yang sama.

6. Tranmisi antar roller tersebut diteruskan sampai ke roller paling terakhir. (Spivakousky, 1989)

3.2.4 Magnet

Magnet adalah benda padat yang dapat menarik benda-benda lain ke arahnya. Beberapa benda bahkan tertarik lebih kuat dari yang lain, yaitu bahan logam (besi, baja, dll). Namun tidak semua logam mempunyai daya tarik yang sama terhadap magnet. Besi dan baja adalah dua contoh benda yang mempunyai daya tarik yang tinggi oleh magnet. Sedangkan oksigen cair adalah contoh materi yang mempunyai daya tarik yang rendah oleh magnet. Magnet selalu memiliki dua kutub yaitu utara (kutub magnet yang menunjuk ke arah utara) dan selatan (kutub magnet yang menunjuk ke arah selatan). Walaupun magnet itu dipotong-potong, potongan magnet kecil tersebut akan tetap memiliki dua kutub. Jika dua magnet didekatkan, maka akan terjadi interaksi yaitu tolak-menolak jika kutub kedua magnet itu sejenis, dan tarik-menarik jika kutub kedua magnet itu tidak


(26)

sejenis. Sebenarnya, magnet berasal dari batu yang dihasilkan oleh alam. Namun, kita juga dapat membuat magnet yang disebut dengan magnet buatan. Magnet buatan dapat dibuat dengan beberapa cara antara lain adalah menggosokkan besi/baja dengan magnet lain secara searah, menempelkan sebatang besi pada sebuah magnet, dan meletakkan magnet pada kumpulan kawat yang dialiri arus listrik searah (DC). Sifat-sifat kemagnetan pada magnet juga bisa dihilangkan. Yaitu dengan cara dipukul-pukul dengan keras, dipanaskan atau dibakar, diletakkan dalam kumpulan kawat yang dialiri arus bolak-balik, atau diletakkan dengan magnet lain dimana kutubnya berlawanan. (Tipler, 2001)

Gambar 3.4 Magnet


(27)

BAB IV

METODOLOGI

4.1. Idetifikasi Masalah

Pada tahap ini dilakukan identifikasi masalah pada CV. Berdikari. Identifikasi masalah

ini dilakukan dengan melakukan wawancara. Wawancara pertama dilakukan pada pemilik

perusahaan, Pak Heru. Beliau menceritakan alur dan cara kerja

Water decaunting

dari awal

hingga hasil produksi. Pak.heru juga menceritakan kendala yang terjadi pada

Water decaunting

ini.”Di

water decaunting

ini sering terjadi penumpukan barang saat

conveyor

di atur dengan

kecepatan tinggi, sehingga operator harus bekerja ekstra untuk membenahi dan mengatur agar

posisi dari kaleng dan tiap komponen seperti yang diinginkan.” Tutur beliau.

Dengan demikian didapatkan bahwa masalah

Water Decaunting

adalah terjadinya

penumpukan barang saat

conveyor

berjalan cepat. Oleh karena itu, diperlukan langkah-langkah

analisis data yang tepat untuk mencari penyebabnya. Langkah pertama adalah dengan

melakukan pengumpulan data, baik itu literatur, wawancara dengan orang yang berkaitan, juga

dengan melakukan survei langsung pada

Water Decaunting

4.2. Pengumpulan Data

4.2.1 Studi Literatur

Studi pustaka dilakukan untuk mendukung penelitian yang dilakukan secara teori. Studi

literatur dilakukan bersamaan dengan proses penulisan laporan Kerja Praktek. Dimana

penggunaan studi literatur dimulai pada saat mengidentifikasi masalah. Dengan melakukan studi

literatur, dapat dipelajari serta dianalisa dari hasil observasi yang dilakukan sehingga didapat

keputusan ataupun solusi dari data yang telah diolah dengan menggunakan metode-metode yang

dipelajari.

Decaunting adalah pemisahan campuran dengan memisahkan lapisan atas campuran

lainnya sehingga kemurnian dari cairan lebih besar.

Water decaunting

biasanya digunakan untuk


(28)

meningkatkan kemurnian dari cairan, misalnya untuk meningkatkan kemurnian dari anggur

dengan cara memisahkan cairan campuran lain nya.

Water decaunting

bisa dilakukan dengan

cara pemanasan, pengendapan, dan penyaringan.

Decaunting dengan cara penyaringan dilakukan dengan cara menyaring cairan sehingga

campuran akan terpisah dan diolah. Dari berbagai literatur yang didapatkan tidak ada yang

mencantumkan komponen komponen yang digunakan. Error yang terjadi dalam

Water

decaunting

juga rata-rata adalah tingkat kemurnian dari campuran tersebut tidak sesuai yang

diharapkan.

4.2.2 Wawancara Operator

Dalam melakukan Kerja Praktek ini dilakukan wawancara dengan operator. Wawancara

dilakukan pada dua operator.Wawancara meliputi masalah dan kejanggalan yang terjadi di saat

menangani

Water decaunting

. Wawancara dilakukan secara singkat dan terfokus, sehingga

tujuan yang dari wawancara tidak melebar dan terfokus.

Operator pertama bernama Pak Sugeng, pertanyaan nya adalah apa saja kendala yang

terjadi di saat menangani

water decaunting

. Wawancara pada operator kedua yang bernama Pak

Budi juga dilakukan, pertanyaan masih sama dan terfokus yaitu apa saja yang kendala yang

terjadi di saat menangani

water decaunting

.

4.2.3. Survei

Survei lokasi dilakukan pada CV. Berdikari dengan objek adalah

Water decaunting

untuk mengetahui cara kerja, alur kerja, mengamati, dan mencoba menjalankan

Water

Decaunting

. Survei dilakukan dengan mengamati

Water decaunting

yang sedang dioperasikan.

Survei dilakukan dengan waktu satu hari dan di awasi oleh operator water decaunting

yaitu Pak Sugeng dan Pak Budi. Survei dilakukan dengan memperhatikan tiap komponen dan

bagian dari water decaunting untuk dapat mendapatkan hasil yang akurat.


(29)

4.3. Metode Analisis Data

Setelah melakukan pengolahan data, dilakukan analisa terhadap hasil perhitungan pada

pengolahan data, Struktur analisis data dilakukan dengan berlandaskan pada identifikasi

masalah. Langkah langkah pengumpulan data untuk pemecahan masalah adalah antara lain :

1. Memperhatikan literatur dari

Water Decaunting

2. Wawancara dengan operator

3. Survei langsung pada

Water Decaunting

Setelah semua langkah terpenuhi dilakukan pembahasan di tiap langkahnya untuk

mendapatkan solusi dari masalah yang terjadi pada

Water Decaunting


(30)

34 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Tabel 5.1 Operator 1

OPERATOR 1 Nama : Pak Sugeng

Umur : 44

Tugas : Kepala Operator Masa Kerja : 10 tahun

Pertanyaan : Apa saja yang kendala yang terjadi disaat menangani Water Decaunting?

Jawaban : Water Decaunting berjalan dengan lancar, namun disaat tertentu

Water Decaunting sering mengalami macet karena ada

penumpukan barang. Disaat penumpukan barang itu mesin akan mati karena alarm aktif. Siklus itu sering terjadi disaat produksi ditingkatkan.

Tabel 5.2 Operator 2

OPERATOR 2 Nama : Pak Budi

Umur : 39

Tugas : Operator Water Decaunting Masa Kerja : 2 tahun 5 bulan

Pertanyaan : Apa saja yang kendala yang terjadi disaat menangani Water Decaunting?

Jawaban : Water Decaunting berjalan sesuai dengan yang diinginkan, kaleng sarden yang masuk diproses sehingga mengurangi volume air dalam kaleng sarden. Disaat pembacaan sensor untuk mendeteksi kerapatan kaleng, sensor juga mendeteksi kaleng sesuai dengan


(31)

jalan nya kaleng yang digerakkan oleh motor. Kaleng yang telah dikurangi volume airnya pun sudah selesai menjalankan proses

Water Decaunting.

Namun disaat operator mengatur kecepatan dari motor conveyor untuk bergerak lebih cepat dengan menggunakan inverter tanpa mengubah putaran dari motor penggerak, tidak lama kemudian mesin mati. Didapati terjadi penumpukan barang produksi di saat proses akan selesai.

Disaat proses pengaturan kecepatan conveyor dilakukan dengan pergerakan lebih cepat, mesin kembali mati dan penumpukan barang terjadi.

Tabel 5.3 Survei

SURVEI

Survei dilakukan pada Water Decaunting untuk memperkuat hasil analisis bahwa disaat cnveyor berjalan lebih cepat dibanding motor penggerak, sensor akan mendeteksi kerapatan benda terlalu tinggi. Survei awal dilakukan dengan cara kerja dan alur kerja normal.

Motor untuk Conveyor di atur berjalan lurus dengan kecepatan motor penggerak. Kaleng sarden sebagai bagian survei juga diberikan untuk memperoleh hasil survei secara detail dan nyata. Setelah mengamati selama lima menit, Water

Decaunting berjalan sesuai dengan alur tanpa adanya kejanggalan dan error.

Kemudian motor Conveyor dinaikkan tingkat kecepatan nya. Kaleng sarden sebagai bagian dari survei juga diberikan untuk memperoleh hasil survei secara detail dan nyata. Dilakukan pengamatan selama lima menit, sensor pendeteksi kerapatan benda hidup sebanyak dua kali sehingga membuat Water

Decaunting mengalami error dan mati sebanyak dua kali.

Dilakukan penuruan kecepatan kembali pada motor Conveyor untuk mempertkuat hasil survei. Keleng sarden sebagai bagian dari survei juga diberikan untuk memperoleh hasil nyata. Dalam pengamatan selama lima menit, Sensor tidak hidup dan menyalakan alarm sehingga membuat Water Decaunting mati.


(32)

Kedua sensor pun diuji kinerja nya dengan memberika benda pada daerah pembacaan sensor, hasilnya kedua sensor mendeteksi benda secara benar.

Tabel 5.4 Literatur

LITERATUR Judul Decaunting

Isi

Decaunting adalah pemisahan campuran dengan memisahkan

lapisan atas campuran lainnya sehingga kemurnian dari cairan lebih besar. Water Decaunting biasanya digunakan untuk meningkatkan kemurnian dari cairan, misalnya untuk meningkatkan kemurnian dari anggur dengan cara memisahkan cairan campuran lainnya. Water Decaunting bisa dilakukan dengan cara pemanasan, pengendapan, dan penyaringan.

Decaunting dengan cara penyaringan dilakukan dengan cara

menyaring cairan sehingga campuran akan terpisah dan diolah. Dari berbagai literatur yang didapatkan tidak ada yang mencantumkan komponen komponen yang digunakan. Error yang terjadi dalam Water Decaunting juga rata-rata adalah tingkat kemurnian dari campuran tersebut tidak sesuai yang diharapkan.

5.2 Analisis dan Pembahasan

Pengumpulan data yang dilakukan dengan berbagai langkah kemudian di proses dan dianalisis dengan metode analisis yang digunakan agar mendapatkan hasil dan pemecahan masalah yang diinginkan untuk meningkatkan mutu dan produksi dari Water Decaunting milik CV. Berdikari Sidoarjo

Dari wawancara dengan operator, literatur dan survei dapat disimpulkan bahwa: Kelemahan dari Water Decaunting terletak pada fleksibelitas dari sensor, sensor tidak bisa mengimbangi tingkat kecepatan dari conveyor sehingga


(33)

kerapatan barang produksi menjadi lebih tinggi. Sensor mendeteksi benda terlalu rapat disaat conveyor berjalan lebih cepat dibanding motor pemutar sehingga alarm akan hidup dan mematikan Water Decaunting


(34)

41 

Anonim.2011/jiunkpe/s1/mesn/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-24401130-4287-conveyor-.chapter2.pdf:Universitas Kristen Petra.

D.F. Silva, D.A. Avalos. 2006. Light Dependent Resistance as a Sensor in Spectroscopy Setups Using Pulsed Light and Compared with Electret Microphones. MDPI, ISSN 1424-8220.

Kristianto, H. 2010. Inverter Terprogram Berbasis Atmega 8535 Sebagai Sumber Listrik Untuk Penerangan. Proyek Akhir PENS ITS, Surabaya

spivakousky, A. 1989. conveyors and related equipment. Peace publisher, Moscow

Paul, A. Tipler. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga, Jakarta Zuhal. 2000. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung


(1)

4.3. Metode Analisis Data

Setelah melakukan pengolahan data, dilakukan analisa terhadap hasil perhitungan pada

pengolahan data, Struktur analisis data dilakukan dengan berlandaskan pada identifikasi

masalah. Langkah langkah pengumpulan data untuk pemecahan masalah adalah antara lain :

1. Memperhatikan literatur dari Water Decaunting

2. Wawancara dengan operator

3. Survei langsung pada Water Decaunting

Setelah semua langkah terpenuhi dilakukan pembahasan di tiap langkahnya untuk

mendapatkan solusi dari masalah yang terjadi pada Water Decaunting


(2)

34 BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil

Tabel 5.1 Operator 1

OPERATOR 1 Nama : Pak Sugeng

Umur : 44

Tugas : Kepala Operator Masa Kerja : 10 tahun

Pertanyaan : Apa saja yang kendala yang terjadi disaat menangani Water Decaunting?

Jawaban : Water Decaunting berjalan dengan lancar, namun disaat tertentu

Water Decaunting sering mengalami macet karena ada

penumpukan barang. Disaat penumpukan barang itu mesin akan mati karena alarm aktif. Siklus itu sering terjadi disaat produksi ditingkatkan.

Tabel 5.2 Operator 2

OPERATOR 2 Nama : Pak Budi

Umur : 39

Tugas : Operator Water Decaunting

Masa Kerja : 2 tahun 5 bulan

Pertanyaan : Apa saja yang kendala yang terjadi disaat menangani Water Decaunting?

Jawaban : Water Decaunting berjalan sesuai dengan yang diinginkan, kaleng sarden yang masuk diproses sehingga mengurangi volume air dalam kaleng sarden. Disaat pembacaan sensor untuk mendeteksi kerapatan kaleng, sensor juga mendeteksi kaleng sesuai dengan


(3)

jalan nya kaleng yang digerakkan oleh motor. Kaleng yang telah dikurangi volume airnya pun sudah selesai menjalankan proses

Water Decaunting.

Namun disaat operator mengatur kecepatan dari motor conveyor

untuk bergerak lebih cepat dengan menggunakan inverter tanpa mengubah putaran dari motor penggerak, tidak lama kemudian mesin mati. Didapati terjadi penumpukan barang produksi di saat proses akan selesai.

Disaat proses pengaturan kecepatan conveyor dilakukan dengan pergerakan lebih cepat, mesin kembali mati dan penumpukan barang terjadi.

Tabel 5.3 Survei

SURVEI

Survei dilakukan pada Water Decaunting untuk memperkuat hasil analisis bahwa disaat cnveyor berjalan lebih cepat dibanding motor penggerak, sensor akan mendeteksi kerapatan benda terlalu tinggi. Survei awal dilakukan dengan cara kerja dan alur kerja normal.

Motor untuk Conveyor di atur berjalan lurus dengan kecepatan motor penggerak. Kaleng sarden sebagai bagian survei juga diberikan untuk memperoleh hasil survei secara detail dan nyata. Setelah mengamati selama lima menit, Water

Decaunting berjalan sesuai dengan alur tanpa adanya kejanggalan dan error.

Kemudian motor Conveyor dinaikkan tingkat kecepatan nya. Kaleng sarden sebagai bagian dari survei juga diberikan untuk memperoleh hasil survei secara detail dan nyata. Dilakukan pengamatan selama lima menit, sensor pendeteksi kerapatan benda hidup sebanyak dua kali sehingga membuat Water

Decaunting mengalami error dan mati sebanyak dua kali.

Dilakukan penuruan kecepatan kembali pada motor Conveyor untuk mempertkuat hasil survei. Keleng sarden sebagai bagian dari survei juga diberikan untuk memperoleh hasil nyata. Dalam pengamatan selama lima menit, Sensor tidak hidup dan menyalakan alarm sehingga membuat Water Decaunting mati.


(4)

Kedua sensor pun diuji kinerja nya dengan memberika benda pada daerah pembacaan sensor, hasilnya kedua sensor mendeteksi benda secara benar.

Tabel 5.4 Literatur

LITERATUR Judul Decaunting

Isi

Decaunting adalah pemisahan campuran dengan memisahkan

lapisan atas campuran lainnya sehingga kemurnian dari cairan lebih besar. Water Decaunting biasanya digunakan untuk meningkatkan kemurnian dari cairan, misalnya untuk meningkatkan kemurnian dari anggur dengan cara memisahkan cairan campuran lainnya. Water Decaunting bisa dilakukan dengan cara pemanasan, pengendapan, dan penyaringan.

Decaunting dengan cara penyaringan dilakukan dengan cara

menyaring cairan sehingga campuran akan terpisah dan diolah. Dari berbagai literatur yang didapatkan tidak ada yang mencantumkan komponen komponen yang digunakan. Error yang terjadi dalam Water Decaunting juga rata-rata adalah tingkat kemurnian dari campuran tersebut tidak sesuai yang diharapkan.

5.2 Analisis dan Pembahasan

Pengumpulan data yang dilakukan dengan berbagai langkah kemudian di proses dan dianalisis dengan metode analisis yang digunakan agar mendapatkan hasil dan pemecahan masalah yang diinginkan untuk meningkatkan mutu dan produksi dari Water Decaunting milik CV. Berdikari Sidoarjo

Dari wawancara dengan operator, literatur dan survei dapat disimpulkan bahwa: Kelemahan dari Water Decaunting terletak pada fleksibelitas dari sensor, sensor tidak bisa mengimbangi tingkat kecepatan dari conveyor sehingga


(5)

kerapatan barang produksi menjadi lebih tinggi. Sensor mendeteksi benda terlalu rapat disaat conveyor berjalan lebih cepat dibanding motor pemutar sehingga alarm akan hidup dan mematikan Water Decaunting


(6)

41 

Anonim.2011/jiunkpe/s1/mesn/2006/jiunkpe-ns-s1-2006-24401130-4287-conveyor-.chapter2.pdf:Universitas Kristen Petra.

D.F. Silva, D.A. Avalos. 2006. Light Dependent Resistance as a Sensor in Spectroscopy Setups Using Pulsed Light and Compared with Electret Microphones. MDPI, ISSN 1424-8220.

Kristianto, H. 2010. Inverter Terprogram Berbasis Atmega 8535 Sebagai Sumber Listrik Untuk Penerangan. Proyek Akhir PENS ITS, Surabaya

spivakousky, A. 1989. conveyors and related equipment. Peace publisher, Moscow

Paul, A. Tipler. 2001. Fisika Untuk Sains dan Teknik. Erlangga, Jakarta Zuhal. 2000. Dasar Tenaga Listrik. ITB, Bandung