ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

(1)

2011-2015)

FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL DISTRESS

(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)

Oleh

SYLVIA FAJRIYANTY 20130410461

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(2)

ii

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL DISTRESS

(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

SYLVIA FAJRIYANTY 20130410461

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017


(3)

iii

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL DISTRESS

(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)

Diajukan Oleh

SYLVIA FAJRIYANTY 20130410461

Telah disetujui Dosen Pembimbing Pembimbing

Alien Akmalia, S.E.,M.Sc. Tanggal, 27 Februari 2017


(4)

iv SKRIPSI

ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL DISTRESS

(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period 2011-2015)

Diajukan Oleh

SYLVIA FAJRIYANTY 20130410461

Skripsi ini telah Dipertahankan dan Disarankan di depan Dewan Penguji Program Studi Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 25 Maret 2017

Yang terdiri dari

Mengetahui

Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Arni Surwanti, Dr., M.Si Ketua Tim Penguji

Wihandaru SP., Drs., M.Si Anggota Tim Penguji

M. Imam Bintoro, S.E., M.Sc., M.Ec.Dev.,MAPPI(Cert) Anggota Tim Penguji

Dr. Nano Prawoto, S.E., M.Si. NIK. 19660604199202 143 016


(5)

v

Nama : Sylvia Fajriyanty

NIM : 20130410461

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul “ANALISIS RASIO KEUANGAN UNTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL DISTRESS (Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)” tidak terdapat karya yang diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 27 Februari 2017


(6)

vi

MOTTO


(7)

vii

Terimakasih ya Allah atas segala nikmat yang kau berikan kepada hamba.

Skripsi ini saya persembahkan untuk Papa dan Mama tercinta, yang selalu mendidik dan mendoakan keberhasilan pada setiap pekerjaan yang saya kerjakan dan yang selalu memberikan semangat dan dukungannya. Skripsi ini sebagai tanda keberhasilan Papa dan Mama dalam mendidik dan merawat putri mu ini.

Terimakasih kepada adik-adik ku (Syinta Widiyastuti, Windu G. Prasetyo dan Alando M. Sadewo) yang juga turut memberikan semangat dan dukungan kepada saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

Terimakasih kepada keluarga besar saya yang terus memberikan support dan doa untuk kelancaran pendidikan dan menyelesaikan skripsi ini.

Yang tak akan saya lupakan adalah teman-teman yang selalu membantu dan memberikan saran selama saya mengerjakan skripsi ini. Teman-teman yang bertemu pada saat awal perkuliahan (Atri, Lieona, Olive, Richa) yang berjuang bersama untuk sukses bersama serta teman-teman manajemen angkatan 2013. Teman-teman satu daerah saya (Rehni, Mardha, Puji, Erischa, Nita, Yosi dan teman-teman XII IPA 1 serta teman SMA 1 N Pelepat Ilir) yang selalu meluangkan waktunya untuk tetap bertemu meskipun sibuk. Dan teman baru yang bertemu di Yogyakarta (Anne, teman-teman KKN 052). Serta teman-teman satu dosen bimbingan (Rina dan Winda).


(8)

viii INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh rasio keuangan yang meliputi, likuiditas, profitabilitas, financial leverage dan perputaran total aktiva untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2011-2015. Data yang digunakan pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari www.idx.co.id. Metode analisis data yang digunakan adalah analisis regresi logistik.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 1) likuiditas tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar -0,372 dan niai signifikan yang dihasilkan lebih besar dari tingkat signifikan yang disyaratkan yaitu 0,156 > 0,05. (2) rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan dengan koefisien regresi sebesar -12,850 dan nilai signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari tingkat signifikan yang disyaratkan yaitu 0,002 < 0,05. (3) rasio financial leverage berpengaruh positif terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar 1,292 dan nilai signifikan yang dihasilkan lebih kecil dari tingkat signifikan yang disyaratkan yaitu 0,044 < 0,05. (4) rasio perputaran total aktiva tidak berpengaruh terhadap financial distress. Hal ini ditunjukkan dengan nilai koefisien regresi sebesar -0,269 dan nilai signifikan yang dihasilkan lebih besar dari tingkat signifikan yang disyaratkan yaitu 0,571 > 0,05.

Kata Kunci: Financial Distress, Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio Financial Leverage, Perputaran Total Aktiva


(9)

ix

period of 2011-2015. Data used in this research are secondary ones which obtained from www.idx.co.id. Data analysis method used logistic regression analysis.

The results showed that (1) the liquidity ratios had no effect on financial distress. This is showed by the regression coefficient of -0,372 and significance of the resulting value are greater than required, namely 0,156 > 0,05. (2) the profitability ratios had a effect on financial distress. This is showed by the regression coefficient of -12,850 and significance of the resulting value was smaller than the required significance level is 0,002 < 0,05. (3) financial leverage ratios had a effect on financial distress. This showed by the regression coefficient of 1,292 and significance of the value was smaller than the required significance level is 0,044 < 0,05. (4) total asset turnover had no effect on financial distress. This showed by the regression coefficient og -0,269 and significance of the resulting value are greater than required, namely 0,571 > 0,05.

Keywords : Financial Distress, Liquidity Ratios, Profitability Ratios, Financial Leverage Ratios, Total Asset Turnover


(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan kemudahan, karunia

dan rahmat dalam penulisan skripsi dengan judul “Analisis Rasio Keuangan Untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress (Studi Pada Perusahaan Manufaktur Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”.

Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Penulis mengambil topik ini dengan harapan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam kebijakan perusahaan dan memberikan ide bagi penelitian selanjutnya.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bimbingan, dukungan dan bantuan dari berbagai pihak. Maka pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Bapak Dr. Ir Gunawan Budiyanto, M.P Selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

2. Bapak Nano Prawoto SE, Msi., Dr. Selaku Dekan Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

3. Ibu Retno Widowati PA, M.Si, Ph.D. Selaku Ketua Program Studi Manajemen Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.

4. Ibu Alien Akmalia, SE., MSc. yang dengan penuh kesabaran telah memberikan masukan dan bimbingan selama proses penyelesaian karya tulis ini.


(11)

xi

perhatian kepada penulis hingga dapat menyelesaikan studi.

7. Semua pihak yang telah memberikan dukungan, bantuan, kemudahan dan semangat dalam proses pemyelesaian tugas akhir (skripsi) ini.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu penulis senantiasa mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Semoga skripsi ini dapat bermanfaat dan dapat digunakan sebagai tambahan informasi bagi semua membutuhkan.

Yogyakarta, 27 Februari 2017


(12)

xii DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERNYATAAN ... iv

HALAMAN MOTTO DAN PERSEMBAHAN ... v

INTISARI ... vii

ABSTRACT ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiv

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Rumusan Masalah Penelitian ... 5

C. Tujuan Penelitian ... 5

D. Manfaat Penelitian ... 6

E. Batasan Masalah ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 8

A. Landasan Teori ... 8


(13)

xiii

D. Model Penelitian ... 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 27

A. Obyek Penelitian ... 27

B. Jenis Data ... 27

C. Teknik Pengambilan Sampel ... 27

D. Teknik Pengumpulan Data ... 28

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian ... 28

1. Variabel Dependen ... 28

2. Variabel Independen ... 29

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data ... 30

1. Statistik Deskriptif ... 30

2. Analisis Regresi Logistik ... 31

3. Uji Kelayakan Keseluruhan Model ... 32

a. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test ... 32

b. Uji Log Likelihood (-2 Log Likelihood) ... 33

c. Uji Cox and Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square ... 34

d. Tabel Klasifikasi ... 34

4. Penarikan Kesimpulan Hipotesis ... 35

BAN IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 36


(14)

xiv

B. Analisis Statistik Deskriptif ... 38

C. Hasil Penelitian ... 40

D. Pembahasan... 49

BAB V SIMPULAN, SARAN, DAN KETERBATASAN ... 55

A. Simpulan ... 55

B. Saran ... 56

C. Keterbatasan Penelitian ... 57 DAFTAR PUSTAKA


(15)

xv

4.2Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 39

4.3Hasil Uji Regresi Logistik ... 40

4.4Hasil Uji Hosmer and Lemeslow’s Goodness of Fit ... 41

4.5Hasil Uji -2 Log Likelihood (block number =0) ... 42

4.6Hasil Uji -2 Log Likelihood (block number =1) ... 42

4.7Hasil Uji Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square ... 44

4.8Hasil Uji Ketepatan Prediksi Klasifikasi ... 45


(16)

xvi

DAFTAR GAMBAR


(17)

xvii

Lampiran 2. Perusahaan Yang Mengalami EPS Positif 2 Tahun Berturut-turut ... 59

Lampiran 3. Data Sampel Perusahaan Manufaktur ... 60

Lampiran 4. Hasil Uji Statistik Deskriptif ... 64

Lampiran 5. Hasil Pengujian Case Processing Summary ... 65

Lampiran 6. Hasil Pengujian Dependent Variable Ecoding ... 66

Lampiran 7. Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow’s Goodness Of Fit ... 67

Lampiran 8. Hasil Pengujian -2 Log Likelihood (Block number=0) ... 68

Lampiran 9. Hasil Pengujian -2 Log Likelihood (block number=1) ... 69

Lampiran 10. Hasil Pengujian Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square ... 70

Lampiran 11. Hasil Pengujian Clasification Table ... 71


(18)

SKRIPSI

ANALISIS RASIO KEUAITGAN T]NTUK MEMPREDIKSI KONDISI FINANCIAL

DISTRESS

(Studi pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)

FINANCIAL RATIOS ANALYSIS TO PREDICT THE CONDITION OF FINANCIAL

DISTRESS

(Study at Manufacturing Companies Listed in Indonesia Stock Exchange Period

2011-201s)

Diajukan Oleh SYLYIA FAJRIYA}ITY

20130410461

Skripsi ini telah Dipertahankan daa Disarankan di depan Dewan Penguji

Program Studi Manajemen Fakultas Ekonorni dan Bisnis

Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Tanggal 25Miwer20l7 Yang terdiri dari

Wihandaru SP.- Drs.. M.Si

Anggota Tim Penguji

M. Imam Bintoro. S.8," M.Sc.. M.Ec.Dev..MAPPI(.Cen) Anggota Tim Penguji

^ c. !IU,Y.I " -' .!1..o;1llli't

Fdlr4&l

Fs$trH

&;,"rr,1.

,:J-+. -,to_-eo.-- li'\,,

..,e'


(19)

1

A. Latar Belakang Penelitian

Di era globalisasi seperti sekarang ini menimbulkan persaingan yang ketat antar perusahaan. Perusahaan harus bijaksana dalam menyusun strategi untuk mempertahankan kelangsungan usahanya dengan cara mempertahankan konsumen yang merupakan sumber utama pendapatan suatu perusahaan. Hal ini membuat perusahaan harus mengelola manajemen dengan baik sehingga dapat menguasai pangsah pasar yang luas jika kinerja perusahaan baik.

Ditahun 2015 kondisi perekonomian Indonesia sedang tidak stabil. Hal ini mengakibatkan ada beberapa perusahaan besar di Indonesia mengalami kesulitan keuangan bahkan ada yang dikabarkan bangkrut. Hal ini disebabkan oleh melemahnya kurs rupiah terhadap kurs dollar yang berdampak pada sulitnya perekonomian masyarakat Indonesia dan mengakibatkan menurunnya daya beli konsumen dalam Kontan (2015). Perusahaan yang mengalami kebangkrutan pada tahun 2015 diantaranya adalah Fort Motor Indonesia, Toshiba, Panasonic, Sharp, Sony, Nokia dan General Motor Indonesia dalam Kaskus (2015).

Ada berbagai alasan lain yang juga dapat menyebabkan terjadinya kondisi kesulitan keuangan suatu perusahaan. Kesulitan keuangan (Financial distress) suatu perusahaan dapat dilihat dan diukur melalui laporan keuangan.


(20)

2

Informasi keuangan yang diterbitkan oleh perusahaan dapat dimanfaatkan dalam mengambil keputusan, maka data keuangan harus diolah menjadi sebuah informasi yang berguna untuk pengambilan keputusan ekonomis sebuah perusahaan. Untuk membuktikan bahwa laporan keuangan dapat dimanfaatkan untuk memprediksi kesulitan keuangan (financial distress)

maka dapat dilakukan penelitian dengan menggunakan rasio-rasio keuangan yang berkaitan dengan laporan keuangan, Mas’ud dan Srengga (2012).

Kesulitan keuangan (Financial Distress) merupakan sebuah tahap yang dekat dengan kebangkrutan. Oleh karena itu analisis mengenai financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi

financial distress suatu perusahaan sejak dini diharapkan manajemen perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan awal untuk mengantisipasi kondisi perusahaan yang mengarah pada kebangkrutan, Almilia dan Kristijadi (2003). Kesulitan Keuangan (Financial distress) dapat diukur dengan menganalisis laporan keuangan suatu perusahaan yang sudah dipublikasikan. Dengan melakukan analisis keuangan yang mencakup rasio keuangan, analisis kelemahan dan kekuatan dapat membantu dalam menilai prestasi manajemen dimasa lalu dan prospek di masa yang akan datang.

Analisis laporan keuangan yang digunakan untuk memprediksi kondisi perusahaan yang mengalami financial distress yang kemudian mengalami kebangkrutan merupakan suatu analisis yang penting bagi pihak-pihak yang berkepentingan seperti kreditur, investor, pemerintah, dan manajemen. Bagi


(21)

kreditur analisis ini dapat menjadi bahan pertimbangan untuk memberikan pinjaman, dan juga bermanfaat untuk memonitor kebijakan pinjaman yang ada. Bagi pihak investor hasil analisis dapat digunakan untuk menentukan sikap investor untuk berinvestasi di perusahaan, Sartono (2001).

Telah banyak peneliti yang melakukan penelitian mengenai manfaat yang dapat dipetik dari analisis rasio keuangan. Namun dari hasil penelitian masih terdapat inkonsistensi hasil mengenai variabel rasio keuangan yang secara dominan berpengaruh terhadap financial distress. Sehingga masih perlu dilakukan penelitian kembali untuk memperoleh hasil terbaik untuk membuktikan variabel rasio keuangan yang dapat memprediksi kondisi

financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Penelitian yang dilakukan oleh Almilia dan kristijadi (2003) mengeni manfaat rasio keuangan dalam memprediksi financial distress menyatakan bahwa rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Namun variabel rasio keuangan yang dominan dalam menentukan financial ditress suatu perusahaan adalah rasio profit margin, rasio financial leverage, rasio likuiditas dan rasio pertumbuhan. Penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga (2012), menyatakan bahwa likuiditas dan financial leverage tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan, sedangkan profitabilitas dan arus kas dari aktivitas operasi berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan.


(22)

4

Penelitian yang dilakukan oleh Amir dan Bambang (2013) menyatakan bahwa likuiditas dan efisiensi operasi tidak dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya probability kebangkrutan, sedangkan profitabilitas dan leverage dapat digunakan untuk memprediksi probabilitas kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI. Penelitian yang dilakukan oleh Tio (2014), menyatakan bahwa profitabilitas, likuiditas, financial leverage, dan efisiensi operasi berpengaruh terhadap kondisi financial distress

perusahaan.

Penelitian ini merupakan penelitian kausal dimana pada penelitian ini akan melakukan pengujian kembali hipotesis dari penelitian terdahulu. Obyek yang dipilih pada penelitian ini adalah perusahaan manufaktur. Adapun faktor-faktor rasio keuangan yang diuji dalam penelitian ini adalah Likuiditas, Profitabilitas, Financial Leverage dan Perputaran total aktiva. Dari fenomena dan research gap yang muncul, maka peneliti ingin melakukan penelitian mengenai manfaat laporan keuangan yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Penelitian ini diberi judul: “Analisis Rasio Keuangan untuk Memprediksi Kondisi Financial Distress (Study Pada Perusahaan Manufaktur yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015)”.

Penelitian ini merupakkan penelitian replikasi dari penelitian yang

telah dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga (2003) dengan judul “Analisis


(23)

Manufaktur yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia”. Yang berbeda pada penelitian ini adalah periode waktu penelitian yang digunakan yaitu tahun 2011-2015 dan alat ukur yang digunakan untuk memproksikan rasio keuangan.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dirumuskan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:

1. Apakah rasio likuiditas berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan?

2. Apakah rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan?

3. Apakah financial leverage berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan?

4. Apakah rasio perputaran total aktiva berpengaruh terhadap kondisi

financial distress perusahaan?

C. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini sebagai berikut:

1. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio likuiditas terhadap kondisi financial distress perusahaan.

2. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio profitabilitas terhadap kondisi financial distress perusahaan.


(24)

6

3. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio financial leverage

terhadap kondisi financial distress perusahaan.

4. Untuk menguji dan menganalisis pengaruh rasio perputaran total aktiva terhadap kondisi financial distress perusahaan.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain: 1. Manfaat Teoritis

Secara teoritis, penelitian ini diharapkan dapat memberikan penjelasan mengenai pengaruh rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio financial leverage, dan rasio perputaran total aktiva terhadap kondisi kesulitan keuangan (financial distress) suatu perusahaan.

2. Manfaat Praktik

Secara praktik, penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi perusahaan atau pihak manajemen perusahaan untuk mengambil tindakan dalam mengantisipasi kondisi kesulitan keuangan (financial distress) suatu perusahaan.


(25)

E. Batasan Masalah

Adapun batasan masalah pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel Dependen yaitu Kondisi Kesulitan Keuangan (Financial Distress) dan variabel Independen yaitu Rasio Likuiditas, Rasio Profitabilitas, Rasio

Financial Leverage dan Rasio Perputaran Total Aktiva.

2. Perusahaan yang dijadikan obyek penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia.


(26)

8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori

1. Fianancial Distress (Kesulitan Keuangan)

Kesulitan keuangan (Financial Distress) merupakan kondisi sebuah perusahaan dimana hasil operasi perusahaan tidak cukup untuk memenuhi kewajiban perusahaan. Kesehatan suatu perusahaan dapat digambarkan dari titik sehat yang paling ekstrim sampai ketitik tidak sehat paling ekstrim (Hanafi, 2009). Kesulitan keuangan jangka pendek biasanya bersifat sementara namun kondisi ini dapat juga berkembang menjadi parah. Kondisi financial distress dapat terjadi diberbagai perusahaan dan dapat menjadi pertanda/sinyal dari kebangkrutan yang mungkin akan dialami oleh perusahaan. Jika sebuah perusahaan sudah masuk dalam kondisi financial distress, maka pihak manajemen harus berhati-hati karena bisa saja masuk pada tahap kebangkrutan. Kondisi

financial distress merupakan kondisi dimana perusahaan dalam keadaan krisis, kondisi ini cukup mengganggu kegiatan operasional perusahaan dan harus segera diwaspadai dan diantisipasi. Oleh karena itu model

financial distress perlu untuk dikembangkan, karena dengan mengetahui kondisi financial distress sejak dini diharapkan perusahaan dapat mengambil tindakan-tindakan untuk mengantisipasi sejak dini kondisi


(27)

financial distress yang mengarah pada kebangkrutan. Pada prediksi kondisi financial distress suatu perusahaan menjadi perhatian beberapa pihak yang berkepentingan. (Hanafi, 2009), Pihak-pihak yang berkepentingan yaitu :

a. Pemberi pinjaman. Informasi kebangkrutan bisa bermanfaat untuk mengambil keputusan siapa yang akan diberi pinjaman, dan kemudian bermanfaat untuk kebijakan memonitor pinjaman yang ada.

b. Investor. investor yang menganut strategi aktif akan mengembangkan model prediksi kebangkrutan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan seawal mungkin dan kemudian mengantisipasi kemungkinan tersebut.

c. Pemerintah. Pemerintah mempunyai kepentingan untuk melihat tanda-tanda kebangkrutan lebih awal supaya tindakan-tindakan yang perlu dapat dilakukan.

d. Akuntan. Akuntan mempunyai kepentingan terhadap informasi kelangsungan suatu usaha karena akuntan akan menilai kemampuan

going concern suatu perusahaan.

e. Manajemen. Apabila perusahaan mengalami kebangkrutan berarti munculnya biaya-biaya yang berkaitan dengan kebangkrutan dan biaya ini cukup besar. Dengan melakukan analisis financial distress perusahaan dapat mendeteksi kebangkrutan lebih awal, maka


(28)

10

tindakan-tindakan penghematan bisa dilakukan , misal dengan melakukan merger atau restrukturisasi keuangan sehingga biaya kebangkrutan bisa dihindari.

Kondisi financial distress pada perusahaan dapat dilihat dari nilai

earnings per share (EPS) suatu perusahaan. EPS merupakan laba per lembar saham perusahaan yang dapat dibagikan kepada para investor. Data EPS banyak digunakan untuk mengevaluasi kinerja operasi dan profitabilitas perusahaan (Subramanyam dan John, 2011 dalam Pratama 2016). Data ini digunakan oleh para investor untuk menilai kinerja persahaan daripada deviden yang dibagikan. Perhitungan EPS sudah tersaji dalam laporan laba rugi pada laporan keuangan perusahaan. Perusahaan yang mengalami kondisi financial distress ditandai dengan nilai EPS perusahaan negatif. Dan sebaliknya perusahaan yang tidak mengalami kondisi financial distress memiliki nilai EPS positif.

2. Rasio Keuangan

Rasio keuangan merupakan alat analisis yang digunakan untuk menilai kinerja keuangan suatu perusahaan berdasarkan perbandingan data keuangan. Rasio keuangan pada dasarnya disusun dengan menggabungkan angka-angka didalam atau antara laporan laba rugi dan neraca. Rasio-rasio keuangan dapat melihat prospek dan risiko perusahaan pada masa yang akan datang. Faktor prospek pada rasio tersebut akan mempengaruhi harapan investor terhadap perusahaan pada


(29)

masa mendatang (Hanafi, 2009). Adapun rasio-rasio keuangan sebagai berikut :

a. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas untuk mengukur kemampuan likuiditas jangka pendek perusahaan dengan melihat aktiva lancar perusahaan relatif terhadap utang lancar (Hanafi, 2009).

a) Current Ratio adalah angka rasio yang diperoleh dengan cara membagi aktiva lancar dengan kewajiban lancar. Rasio ini menunjukkan sampai sejauh mana tagihan-tagihan jangka pendek dari para kreditor dapat dipenuhi dengan aktiva yang diharapkan akan dikonversikan menjadi uang tunai dalam waktu dekat (Bringham, 1989).

b) Quick Ratio dihitung dengan mengurangkan persedian dari aktiva lancar, kemudian membaginya dengan hutang lancar. b. Rasio Profitabilitas

Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan memperoleh laba dalam hubungannya dengan penjualan, total aktiva maupun modal sendiri. Bagi investor jangka panjang akan sangat berkepentingan dengan analisis profitabilitas ini misalnya bagi pemegang saham akan melihat keuntungan yang akan diterima dalam bentuk deviden (Sartono, 2001).


(30)

12

a) Profit Margin, dihitung dengan cara membagi laba setelah pajak dengan penjualan.

b) Return on total assets (ROA), menunjukkan kemampuan perusahaan menghasilkan laba dari aktiva yang dipergunakan. c) Return on equity (ROE), mengukur kemampuan perusahaan

memperoleh laba yang tersedia bagi pemegang saham perusahaan.

c. Rasio Leverage

Rasio ini mengukur perbandingan dana yang disediakan oleh pemilik dana yang dipinjam dari kreditur perusahaan tersebut. Rasio ini juga mengukur kemampuan perusahaan memenuhi kewajiban-kewajiban jangka panjangnya. Perusahaan dikatakan tidak mampu memenuji kewajiban jangka panjangnya apabila perusahaan tersebut memiliki total utang lebih besar dibandingkan total asetnya (Hanafi, 2009).

a) Financial Leverage

Financial leverage bisa diartikan sebagai besarnya beban tetap keuangan yang digunakan oleh perusahaan. Beban tetap keuangan tersebut biasanya berasal dari pembayaran bunga untuk utang yang digunakan oleh perusahaan (Hanafi, 2004).

Financial leverage menunjukkan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya. Perusahaan yang tidak


(31)

mempunyai leverage berarti menggunakan modal sendiri 100%. (Sartono, 2001)

1) Debt ratio, merupakan perbandingan antara total utang dengan total aktiva.

2) Debt to equity ratio, merupakan perbandingan total utang dengan total modal sendiri.

3) Time interest earned ratio, adalah rasio antara laba sebelum bunga dan pajak (EBIT) dengan beban bunga. Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan memenuhi beban tetapnya berupa bunga, atau mengukur seberapa jauh laba dapat berkurang tanpa perusahaan mengalami kesulitan keuangan karena tidak mampu membayar bunga.

b) Operating Leverage

Operating leverage bisa diartikan sebagai seberapa besar perusahaan menggunakan beban operasional. Beban tetap operasional biasanya berasal dari biaya depresiasi, biaya produksi dan pemasaran yang bersifat tetap (misal gaji bulanan karyawan). Perusahaan yang menggunakan biaya tetap dalam proporsi yang tinggi dikatakan menggunakan operating leverage. Operating leverage dapat diukur dengan menggunakan : (Hanafi, 2004)


(32)

14

1) Titik break-even

Titik break-even merupakan perbandingan antara biaya tetap dengan harga per unit yang dikurangi biaya variabel per unit.

Perhitungan titik break-even menunjukkan bahwa alternatif leverage operasi yang tinggi menunjukan titik

break-even yang paling tinggi. Titik break-even tersebut menunjukkan bahwa resiko alternatif leverage tinggi adalah paling tinggi, karena untuk mencapai break-even

diperlukan penjualan lebih tinggi.

2) Derajat leverage operasi (Degree Of Operating Leverage/DOL)

DOL merupakan perbandingan antara Presentase perubahan laba (profit) dengan presentase perubahan unit yang terjual. Derajat Leverage operasi juga dapat diartikan sebagai efek perubahan penjualan terhadap pendapatan (profit).

d. Rasio Aktivitas

Rasio aktivitas menunjukkan bagaimana sumber daya telah dimanfaatkan secara optimal, kemudian dengan cara membandingkan rasio aktivitas dengan standar industri, maka dapat diketahui tingkat efisiensi perusahaan dalam industri (Sartono, 2001). Ada empat rasio


(33)

aktivitas, yaitu : rata-rata umur piutang, perputaran persediaan, perputaran aktiva tetap dan perputaran total aktiva. Tujuan dari rasio aktivitas adalah untuk melihat kemampuan perusahaan menggunakan asetnya dengan efektif.

a) Rata-rata umur piutang

Rata-rata umur piutang melihat berapa lama yang diperlukan untuk melunasi piutang (merubah piutang menjadi kas). Semakin lama rata-rata piutang berarti semakin besar dana yang tertanam pada piutang. Rata-rata umur piutang bisa dihitung melalui dua tahap yaitu dengan menghitung perputaran piutang dan kemudian menghitung rata-rata umur piutang. (Hanafi, 2009)

b) Perputaran persediaan

Perputaran persediaan merupakan perbandingan antara harga pokok penjualan dibagi dengan persedian. Semakin besar angka perputaran persediaan, semakin efektif perusahaan mengelola persediaannya. Sebaliknya, semakin besar angka rata-rata umur persediaan, semakin jelek prestasi perusahaan, karena semakin besar dana yang tertanam pada aset persediaan tersebut (Hanafi, 2004).


(34)

16

Perputaran aktiva tetap merupakan perbandingan antara penjualan dibagi dengan aktiva tetap. Semakin tinggi angka perputaran aktiva tetap, semakin efektif perusahaan mengelola asetnya. Rasio perputaran aktiva tetap menunjukkan sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan penjualan berdasarkan aktiva tetap yang dimiliki oleh perusahaan (Hanafi, 2004).

d) Perputaran Total Aktiva

Perputaran total aktiva merupakan perbandingan antara penjualan dibagi dengan total aktiva. Interpretasi perputaran total aktiva sama dengan interpretasi perputaran aktiva tetap (Hanafi, 2004).

e. Rasio Pasar

Rasio pasar mengukur harga pasar relatif terhadap nilai buku. Sudut pandang rasio ini lebih banyak berdasarkan pada sudut investor, meskipun pihak manajemen juga berkepentingan terhadap rasio-rasio ini (Hanafi, 2009). Rasio pasar mencerminkan penilaian pemegang saham dari segala aspek atas kinerja masa lalu perusahaan dan harapan kinerja dimasa yang akan datang (Ridwan S. Sundjaja dan Inge Barlian, 2003). Tujuan dari rasio pasar ini adalah untuk melihat seberapa jauh tujuan kemakmuran pemegang saham tercapai. Ada tiga rasio yang dapat dihitung, yaitu :


(35)

Price earning ratio merupakan perbandingan antara harga pasar per lembar dengan earning per lembar, PER melihat harga saham relatif terhadap earning-nya (Hanafi, 2009).

b) Dividend Yield

Dividend Yield merupakan perbandingan antara Dividen per lembar dengan harga pasar saham per lembar. Bagi investor rasio ini cukup berarti karena dividend yield merupakan sebagian dari return yang akan diperoleh investor (Hanafi, 2009).

c) Pembayaran Dividen (Dividend Payout)

Dividend payout merupakan perbandingan antara dividen per lembar dengan earning per lembar. Rasio ini melihat bagian

earning (pendapatan) yang dibayarkan sebagai dividen kepada investor. perusahaan yang mempunyai tingkat pertumbuhan yang tinggi akan mempunyai rasio pembayaran dividen yang rendah, sebaliknya perusahaan yang tingkat pertumbuhan rendah akan mempunyai rasio yang tinggi (Hanafi, 2009).


(36)

18

B. Hasil Penelitian Terdahulu

Mas’ud dan Srengga (2012) melakukan penelitian mengenai analisis

rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress dengan hasil yang menyatakan bahwa rasio likuiditas dan rasio financial leverage tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI, sedangkan rasio profitabilitas dan perputaran total aktiva berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Almalia dan Kristijadi (2003) melakukan penelitian mengenai analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEJ dengan hasil yang menyatakan rasio-rasio keuangan dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Dengan variabel rasio keuangan yang paling dominan adalah rasio profit argin, financial leverage, likuiditas, dan pertumbuhan.

Hapsari (2012) melakukan penelitian mengenai kekuatan rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur di BEI dengan hasil yang menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan dan rasio profitabilitas,

financial levererage berpengaruh terhadap kondisi financial distress

perusahaan.

Widarjo dan Setiawan (2009) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan terhadap financial distress perusahaan otomotif dengan hasil


(37)

yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas, rasio financial leverage, dan rasio pertumbuhan berpengaruh terhadap kondisi financial distress

perusahaan, sedangkan rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap kondisi

financial distress perusahaan.

Amir dan Bambang (2013) melakukan penelitian mengenai pengaruh rasio keuangan untuk memprediksi probabilitas kebangkrutan pada perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI dengan hasil yang menyatakan bahwa rasio likuiditas dan rasio perputaran total aktiva tidak dapat memprediksi terjadinya probabilitas terjadinya kebangkrutan. Sedangkan rasio profitabilitas dan rasio financial leverage dapat memprediksi terjadinya probabilitas kebangkrutan terhadap perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

Reno (2012) melakukan penelitian mengenai analisis rasio keuangan untuk memprediksi kondisi financial distress pada perusahaan dengan hasil yang menyatakan bahwa debt ratio, return on asset, dan sales growth

merupakan rasio yang dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Sedangkan current ratio dan inventory turn over tidak dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distree perusahaan.

Tio (2014) melakukan penelitian mengenai peranan analisis rasio keuangan dalam memprediksi kondisi financial distress perusahaan sektor perdagangan denga hasil yang menyatakan bahwa rasio keuangan yang


(38)

20

digunakan untuk melakukan penelitian yang diproksikan dengan CR, DER, OPM, dan TATO berpengaruh terhadap financial distress perusahaan.

C. Hipotesis

1) Rasio Likuiditas dan Financial Distress

Rasio likuiditas merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendek dengan aktiva lancar yang dimiliki perusahaan. Setiap perusahaan harus mempunyai aset dua kali lebih besar dari pada kewajiban lancarnya, dengan demikian perusahaan dapat dikatakan sehat karena jika perusahaan membutuhkan dana cepat untuk menutupi kewajiban lancarnya maka perusahaan dapat menyediakan dana tersebut dengan cepat. Hal ini di karenakan rasio likuiditas merupakan rasio yang mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Jika perusahaan memiliki nilai likuiditas yang tinggi maka perusahaan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid, atau perusahaan tersebut mampu untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva lancar yang dimiliki oleh perusahaan tersebut.

Sebaliknya jika perusahaan memiliki nilai likuiditas yang rendah maka dapat dikatakan perusahaan tersebut tidak likuid atau perusahaan tersebut tidak mampu memenuhi kewajiban jangka pendeknya dengan aktiva yang dimiliki, sehingga kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress) akan terjadi. Rasio likuiditas merupakan rasio yang sangat penting untuk menjalankan suatu bisnis,


(39)

khususnya dalam masa-masa suram. Likuiditas yang buruk dapat menambah biaya pendanaan perusahaan dan membuat perusahaan tidak mampu membayar kewajiban jangka pendeknya.

Pada Almilia dan Kritijadi (2003), Ika Yuanita (2012), dan Tio Noviandri (2014) menyatakan bahwa rasio likuiditas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan. Oleh karena itu, pada penelitian ini rasio likuiditas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi kesulitan keuangan (Financial Distress) suatu perusahaan.

H1 : Likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan

2) Rasio Profitabilitas dan Financial Distress

Profitabilitas merupakan kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih. Rasio profitabilitas ini menunjukkan kemampuan perusahaan untuk mendapatkan laba yang baik dan laba atas investasi menjadi indikator mengenai kesehatan keuangan dan efisiensi manajemennya. Perusahaan yang memiliki laba atau penghasilan yang buruk dapat merusak harga pasar saham perusahaan tersebut. Rasio profitabilitas ini bertujuan untuk mengukur efisiensi suatu perusahaan dalam menghasilkan laba atau pengahasilan yang baik. Hal ini dikarenakan perusahaan yang memiliki laba yang tinggi akan memepengaruhi kondisi keuangan yang baik sehingga tidak akan terjadi


(40)

22

kondisi kesulitan keuangan (financial distress) perusahaan, sebaliknya jika perusahaan menghasilkan laba yang rendah maka kemungkinan perusahaan mengalami kondisi kesulitan keuangan (financial distress)

akan terjadi. Rasio profitabilitas yang diukur dengan ROA menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba dari penjualan dan investasi dengan menggunakan aset yang dimiliki. Perusahaan yang memiliki nilai ROA tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut efektif menggunakan aktiva untuk kegiatan operasional perusahaan mampu memberikan laba bagi perusahaan. Sebaliknya, perusahaan yang memiliki nilai ROA rendah menunjukkan bahwa perusahaan tersebut menggunakan aktiva untuk kegiatan operasionalnya tidak dapat memberikan laba bagi perusahaan.

Rasio profitabilitas yang diukur mengunakan ROA ini dapat digunakan sebagai salah satu cara untuk menilai efektifitas penggunaan aktiva pada sebuah perusahaan dalam menghasilkan laba. Semakin tinggi nilai ROA maka menunjukan semakin baik nilai rasio profitabilitas suatu perusahaan, dengan demikian semakin tinggi nilai ROA maka semakin rendah kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress.Ada beberapa penelitian terdahulu yang menggunakan rasio profitabilitas sebagai salah satu rasio yang digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan, diantaranya adalah Mas’ud


(41)

Bambang (2013) yang menyatakan bahwa rasio profitabilitas berpengaruh terhadap kondisi kesulitan keuangan (financial distress)

suatu perusahaan. Oleh sebab itu, pada penelitian ini rasio profitabilitas digunakan kembali untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan.

H2 : Profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress

suatu perusahaan.

3) Rasio Financial Leverage dan Financial Distress

Financial Leverage merupakan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka panjangnya. pada penelitian ini diasumsikan bahwa financial leverage dapat digunakan untuk memprediksi kondisi

fianancial distress suatu perusahaan. Rasio financial leverage mengukur kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajibannya, baik kewajiban jangka panjang maupun jangka pendek dengan menggunakan asset yang dimiliki oleh perusahaan. Rasio ini juga mengukur sejauh mana perusahaan dibiayai dengan hutang. Semakin tingginya nilai rasio

financial leverage maka akan semakin tinggi pula kemungkinan perusahaan mengalami kesulitan keuangan (financial distress), hal ini disebabkan perusahaan akan memperoleh sumber dana dari pihak luar yang kemudian akan membayar bunga yang tinggi. Sebaliknya perusahaan yang memiliki nilai rasio financial leverage yang rendah


(42)

24

maka semakin rendah pula kemungkinan perusahaan mengalami kondisi

financial distress.

Pada rasio financial leverage yang diukur menggunakan debt ratio

(DR) merupakan perbandingan antara total hutang dibagi dengan total aset, dengan kata lain semakin tinggi nilai DR maka semakin besar jumlah aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang. Pada penelitian terdahulu yang menggunakan rasio financial leverage untuk memprediksi kondisi financial distress suatu perusahaan diantaranya adalah Tio

(2014), Almilia dan Kristijadi (2003), Mas’ud dan Srengga (2012), Amir

dan Bambang (2013) menyatakan bahwa financial leverage berpengaruh terhadap kondisi kesulitan keuangan (financial distress). Oleh karena itu, pada penelitian ini rasio financial leverage digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur.

H3 : Financial Leverage berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress suatu perusahaan.

4) Rasio Perputaran Total Aktiva dan Financial Distress

Rasio perputaran total aktiva merupakan perbandingan antara penjualan yang dibagi dengan total aktiva. Suatu perusahaan yang memiliki perputaran total aktiva yang tinggi menunjukan bahwa perusahaan tersebut memiliki sumber dana untuk melakukan aktivitas operasi seperti untuk melunasi pinjaman. Sebuah perusahaan yang memiliki nilai perputaran total aktiva yang tinggi menunjukkan bahwa


(43)

perusahaan tersebut efektif dalam menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan dan dapat menghasilkan laba seperti yang diharapkan oleh perusahaan. Sebaliknya, jika rasio total aktiva rendah hal ini dapat mengindikasi bahwa terlalu banyak asset yang tertahan dibandingkan dengan penghasilan penjualan yang didapatkan ini menunjukkan bahwa perusahaan tidak efektif dalam mengelola aktiva yang dimilikinya. Nilai rasio perputaran total aktiva yang tinggi menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan baik sehingga kemungkinan terjadinya probabilitas financial distress perusahaan semakin kecil. Namun sebaliknya jika nilai rasio rendah maka hal ini akan menunjukkan bahwa kinerja keuangan perusahaan buruk sehingga kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress akan terjadi.

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga

(2012), Almilia dan Kristijadi (2003), Amir dan Bambang (2013) menyatakan bahwa perputaran total aktiva berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Oleh karena itu pada penelitian ini rasio perputaran total aktiva digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI.

H4 : Perputaran total aktiva berpengaruh negatif terhadap kondisi


(44)

26

D. Model Penelitian

Gambar 2.1 Model Penelitian

Likuiditas (CR)

Profitabilitas (ROA)

Financial Leverage

(DR)

Perputaran Total Aktiva

Financial Distress


(45)

27 A. Obyek Penelitian

Obyek penelitian yang diteliti adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2011-2015.

B. Jenis Data

Jenis data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diambil dari pihak kedua berupa laporan keuangan perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI periode 2011-2015.

C. Teknik Pengambilan Sampel

Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan metode purposive sampling jenis judgement sampling. Purposive sampling merupakan pengambilan sampel yang dilakukan dengan mengambil sampel dari populasi berdasarkan pertimbangan tertentu (Hartono, 2013). Ada beberapa kriteria tertentu yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI melaporkan laporan keuangan secara rutin selama periode 2011-2015

2. Perusahaan memiliki data laporan keuangn lengkap pada periode 2011-2015. Terutama untuk item-item laporan keuangan yang digunakan untuk menghitung rasio keuangn pada penelitian ini.


(46)

28

3. Perusahaan memiliki nilai EPS negatif dua tahun berturut-turut dan perusahaan memiliki nilai EPS positif dua tahun berturut-turut.

4. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dalam nilai mata uang Rupiah.

D. Teknik Pengumpulan Data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu berupa laporan keuangan dan annual report yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia dengan akhir tahun pembukuan 31 Desember 2011, 2012, 2013, 2014, dan 2015. Informasi data pada penelitian ini diperoleh dari Bursa Efek Indonesia dan www.idx.co.id.

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

1. Variabel Dependen

Variable dependen yang digunakan pada penelitian ini adalah kondisi

financial distress perusahaan. Pada penelitian ini kondisi financial distress diukur menggunakan Earning Per Share (EPS) yang dapat digunakan untuk menunjukkan kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba bersih yang dapat dibagikan kepada para pemegang saham. Kondisi financial distress pada penelitian ini merupakan variabel

dummy, yaitu nilai 0 (nol) merupakan nilai apabila perusahaan dalam keadaan sehat (tidak mengalami kondisi financial distress) dan apabila nilai 1 (satu) ini merupakan nilai apabila perusahaan tersebut mengalami kondisi financial distress. Kondisi financial distress dapat ditunjukkan


(47)

dengan nilai EPS negatif yang dimiliki oleh perusahaan selama dua tahun berturut-turut atau lebih.

2. Variabel Independen

Variabel independen yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan :

a) Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas menunjukan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kebutuhan jangka pendeknya tepat pada waktunya (Sartono, 2001). Rasio lancar (current ratio) adalah angka rasio yang diperoleh dengan cara membagi aktiva lancer dengan kewajiban lancar. Pengukuran variabel likuiditas diproksikan dengan :

Current ratio =

b) Rasio Profitabilitas

Rasio ini melihat kemampuan perusahaan dalam menghasilkan laba (profit) pada tingkat penjualan, aset dan modal saham tertentu (Hanafi, 2009). Pengukuran variabel ini diproksikan dengan :

ROA =


(48)

30

c) Rasio Financial Leverage

Financial leverage menunjukan proporsi atas penggunaan utang untuk membiayai investasinya (Sartono, 2001). Pengukuran variabel ini diproksikan dengan :

DR =

d) Rasio Perputaran total aktiva

Perputaran total aktiva, menunjukkan efektifitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba (Sartono, 2001)

Perputaran Total Aktiva =

F. Uji Hipotesis dan Analisis Data

Untuk melakukan uji hipotesis dan analisis data pada penelitian ini menggunakan statistik deskriptif dan analisis regresi logistik. Penelitian ini menggunakan analisis regresi logistik karena variabel dependen merupakan variabel dummy.

1. Statistik Deskriptif

Menurut Ghazali (2011), analisis statistik deskriptif merupakan metode-metode statistik yang berfungsi untuk menggambarkan data yang telah dikumpulkan yang dapat dideskripsikan melalui mean, standar deviasi, varian, maksimum, minimum, sum, range, kurtosis dan skewness (kemencengan distribusi). Data yang diteliti akan dikelompokkan ke


(49)

dalam dua kategori, yaitu perusahaan non-financial distress dan perusahaan financial distress.

2. Analisis Regresi Logistik

Pengujian hipotesis dilakukan dengan menggunakan analisis regresi logistik karena memiliki satu variabel dependen yang merupakan variabel kategori/dummy serta memiliki variabel independen lebih dari satu. Tujuan metode regresi adalah memperoleh model terbaik dan sederhana yang dapat menggambarkan hubungan antara variabel bebas dan variabel tergantung. Menurut Ghazali (2011), menjelaskan bahwa logistic regression sebetulnya mirip dengan analisis diskriminan yaitu untuk menguji apakah probabilitas terjadinya variable terikat dapat diprediksi dengan variable bebasnya. Dalam hal ini analisis logistic regression dapat digunakan karena tidak memerlukan asumsi normalitas data pada variable bebasnya. Jadi logistic regression umumnya digunakan jika asumsi

multivariate normal distribution tidak terpenuhi. Persamaan regresi logistik yang digunakan yaitu :

Ln

= β0 + b1 x1 + b2 x2+…… + bn xn

Berdasarkan model regresi logistik tersebut, maka model regresi logistik pada penelitian ini adalah sebagai berikut:

Ln


(50)

32

Keterangan :

Ln

= probabilitas Financial Distress

β0 = Konstanta β1 = Koefisien CR

β2 = Koefisien ROA

β3 = Koefisien DR

β4 = Koefisien TATO

Xn = Variabel independen Keterangan :

CR = Current Ratio

ROA = Return On Asset

DR = Debt Ratio

TATO = Total Asset Turnover

3. Uji Kelayakan Keseluruhan Model (Overall Fit Model Test)

Dalam menilai overall fit model, beberapa cara yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

a. Uji Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test

Menurut Ghazali (2011), goodness of fit test dapat dilihat dari nilai

output Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test, dengan hipotesis sebgai berikut:


(51)

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Hosmer and Lemeshow’s Goodness of Fit Test menguji hipotesis nol ini menunjukkan bahwa data empiris cocok dengan model (tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model dapat dikatakan fit). Jika nilai statistik Hosmer and Lemeshow’s

Goodness of Fit Test sama dengan atau kurang dari 0.05, maka hipotesis nol ditolak yang berarti ada perbedaan signifikan antara model dengan nilai observasinya sehingga Goodness fit model

tidak baik karena model tidak dapat memprediksi nilai observasinya. Sebaliknya, jika nilai statistik Hosmer and

Lemeshow’s Goodness of Fit Test lebih besar dari 0.05, maka hipotesis nol diterima dan berarti model mampu memprediksi nilai observasinya atau dengan kata lain model cocok dengan data observasinya.

b. Uji Log Likelihood (-2 Log Likelihood)

Menurut Ghazali (2011) tes statistic chi square (x2) digunakan berdasarkan fungsi likelihood pada estimasi model regresi.

Likelihood (L) dari model regresi adalah probabilitas bahwa model yang dihipotesiskan menggambarkan data input. Likelihood

ditransformasikan menjadi -2logL untuk menguji hipotesis nol dan alternatif.penggunaan nilai X2 untuk menilai keseluruhan model


(52)

34

terhadap data dapat dilakukan dengan membandingkan nilai -2 log likelihood awal (hasil block number 0) dengan nilai -2 log likelihood akhir (hasil block number 1). Nilai chi square didapat dari nilai -2logL1 – 2logL0, jika terjadi penurunan maka menunjukkan model regresi yang baik.

c. Uji Cox and Snell R Square dan Nagelkerke’s R Square

Menurut Gazali (2011), Cox and Snell’s R square merupakan ukuran yang mencoba meniru ukuran R2 pada multiple regression

yang didasarkan pada teknik estimasi likelihood dengan nilai maksimum kurang dari 1 (satu) sehingga sulit diinterpretasikan.

Nagelkerke’s R Square merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu). Hal ini dilakukan dengan cara membagi nilai Cox

and Snell’s R2

dengan nilai maksimumnya. d. Tabel Klasifikasi 2x2

Menurut Ghazali (2011), tabel klasifikasi 2x2 digunakan untuk menghitung nilai estimasi yang benar (correct) dan salah (incorrect). Pada kolom merupakan dua nilai prediksi dari variabel dependen dalam hal ini non financial distress (0) dan financial distress (1), sedangkan baris menunjukkan nilai observasi sesungguhnya dari variabel dependen. Pada model yang


(53)

sempurna, maka semua kasus akan berada pada diagonal dengan tingkat ketepatan peramalan 100%.

4. Penarikan Kesimpulan Hipotesis

Untuk menentukan diterima atau ditolaknya Ho pada penelitian ini berdasarkan tingkan signifikansi yang disyaratkan yaitu (α) 5%, dengan kriteria sebagai berikut :

1. Ho diterima apabila nilai signifikan lebih besar dari tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif ditolak atau hipotesis yang menyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen ditolak.

2. Ha diterima apabila nilai signifikansi lebih kecil dari tingkat signifikansi (α). Hal ini berarti H alternatif diterima atau hipotesis yang menyatakan variabel independen berpengaruh terhadap variabel dependen diterima.


(54)

36

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Gambaran Umum Obyek Penelitian

Pada sampel penelitian yang digunakan yaitu seluruh perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) dengan periode pengamatan dari tahun 2011 sampai dengan 2015. Data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder, yaitu annual report dan laporan keuangan perusahaan manufaktur dari tahun 2011 sampai dengan 2015 yang diperoleh dari situs www.idx.co.id. Pengambilan sampel dilakukan dengan metode purposive sampling dimana ada beberapa keriteria dalam memilih jumlah sampel yang akan digunakan dalam peneltitan ini. Adapun prosedur pemilihan sampel, yaitu sebagai berikut:

Tabel 4.1

Prosedur Pemilihan Sampel

No. Uraian Jumlah

2011 2012 2013 2014 2015

1. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di BEI pada tahun 2011 sampai dengan 2015.

130 132 136 141 143

2. Perusahaan Manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia berturut-turut periode 2011-2015

123 123 123 123 123

2. Perusahaan yang tidak melaporkan laporan keuangan selama periode penelitian (2011-2015)

(1) - - - (2)

3. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangan dalam mata uang


(55)

dollar

4. Perusahaan yang memiliki nilai EPS positif dua tahun berturut-turut selama periode penelitian (2011-2015)

(99) (90) (88) (82) (83)

5. Perusahaan yang memiliki nilai EPS negatif dua tahun berturut-turut selama periode penelitian (2011-2015)

12 12 12 12 12

6. Perusahaan yang memiliki nilai EPS positif dua tahun berturut-turut selama periode penelitian yang dipilih secara random.

13 13 13 13 13

Total Sampel Perusahaan 25 25 25 25 25

Sumber : Lampiran 3

Berdasarkan tabel 4.1 perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia pada tahun 2011 sebanyak 130 perusahaan; tahun 2012 sebanyak 132 perusahaan; tahun 2013 sebanyak 136 perusahaan; tahun 2014 sebanyak 141 perusahaan; tahun 2015 sebanyak 143 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara berturut-turut selama periode penelitian tahun 2011 sampai dengan 2015 sebanyak 123 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang memenuhi kriteria pada penelitian ini kemudian dijadikan obyek penelitian sebanyak 25 perusahaan. Setelah dikurangi perusahaan yang tidak mempublikasikan laporan keuangan secara lengkap tahun 2011 sebanyak 1 perusahaan dan tahun 2015 sebanyak 2 perusahaan. Perusahaan yang melaporkan laporan keuangannya menggunakan nilai mata uang dollar Amerika Serikat tahun 2011 sebanyak 11 perusahaan,


(56)

38

tahun 2012 sebanyak 21 perusahaan, tahun 2013 sebanyak 23 perusahaan, tahun 2014 sebanyak 29 perusahaan, dan tahun 2015 sebanyak 26 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai EPS positif dua tahun berturut-turut 2011 sebanyak 99 perusahaan, tahun 2012 sebanyak 90 perusahaan, tahun 2013 sebanyak 88 perusahaan, tahun 2014 sebanyak 82 perusahaan dan tahun 2015 sebanyak 83 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai EPS negatif dua tahun berturut-turut selama periode 2011 sampai 2015 sebanyak 12 perusahaan. Perusahaan manufaktur yang memiliki nilai EPS positif dua tahun berturut-turut selama periode 2011 sampai dengan 2015 yang dipilih secara random sebanyak 13 perusahaan. Sehingga sampel yang diperoleh dari 25 perusahaan pada 5 tahun pengamatan diperoleh 125 sampel yang kemudian dilakukan analisis data menggunakan alat analisis regresi logistik.

B. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskripsi suatu data yang dilihat dari nilai rata-rata, standar deviasi, nilai minimum, dan nilai maksimum dari variabel dependen dan variabel independen penelitian. Hasil dari pengujian statistik deskriptif variabel penelitian dalam penelitian ini dapat dilihat dalam tabel berikut:


(57)

Tabel 4.2

Hasil Uji Statistik Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std. Deviation

Likuiditas 120 0,5046 7,1028 2,0800 1,3279

Profitabilitas 120 -0,2798 0,2787 0,0679 0,1026

Financial Leverage 120 0,1580 3,0807 0,6206 0,5760

Perputaran Total Aktiva

120

0,0007 2,9577 1,1958 0,5813

Sumber: Lampiran 4

Hasil pengujian statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 4.2. menggambarkan bahwa pengujian statistik deskriptif untuk setiap variabel yang digunakan dalam model penelitian. Nilai N dari semua variabel menunjukkan angka 120, angka ini diperoleh setelah dilakukan outlier

Hasil dari pengujian statistik deskriptif di atas, menunjukkan besaran nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan nilai standar deviasi. Dari tabel di atas menunjukkan bahwa keempat variabel yaitu variabel CR, ROA, DR, dan TATO memiliki standar deviasi atau penyimpangan lebih yang rendah dari nilai rata-ratanya. Hal ini menunjukkan bahwa nilai standar deviasi yang rendah dari variabel tersebut menggambarkan bahwa variabel memiliki fluktuasi data yang rendah.

Hasil penggujian statistik deskriptif yang disajikan pada tabel 4.2. menunjukan nilai minimum, nilai maksimum, nilai rata-rata, dan standar deviasi dari setiap variabel penelitian. CR menunjukan nilai rata-rata sebesar 2,0800 dan nilai standar deviasi sebesar 1,3279; serta nilai minimum sebesar


(58)

40

0,5046 dan nilai maksimum sebesar 7,1028. ROA menunjukan nilai rata-rata sebesar 0,0679 dan nilai standar deviasi sebesar 0,1026; serta nilai minimum sebesar -0,2798 dan nilai maksimum sebesar 0,2787. DR menunjukkan nilai rata-rata sebesar 0,6206 dan nilai standar deviasi sebesar 0,5760; serta nilai minimum sebesar 0,1580 dan nilai maksimum sebesar 3,0807. TATO menunjukkan nilai rata-rata sebesar 1,1958 dan nilai standar deviasi sebesar 0,5813; serta nilai minimum sebesar 0,0007 dan nilai maksimum sebesar 2,9577.

C. Hasil Penelitian

1. Persamaan Regresi Logistik

Hasil dari persamaan regresi logistik disajikan pada tebel 4.3 berikut ini:

Tabel 4.3

Hasil Uji Regresi Logistik

B Sig. Ha

CR -0,372 0,156 Tidak signifikan

ROA -12,850 0,002 Signifikan

DR 1.292 0,044 Signifikan

TATO -0,269 0,571 Tidak signifikan

Constant 1,019 Sumber : Lampiran 12

Berdasarkan tabel 4.3 diatas, maka diperoleh persamaan regresi sebagai berikut :

EPS = 1,019 – 0,372 CR – 12,850 ROA + 1.292 DR – 0,269 TATO Nilai konstanta sebesar 1,019, yang menyatakan bahwa jika rasio likuiditas, rasio profitabilitas, rasio financial leverage dan perputaran total


(59)

aktiva mempengaruhi kondisi financial distress perusahaan, maka rata-rata besarnya nilai financial distress adalah sebesar 1,019.

2. Hasil Pengujian Kelayakan Model

a. Hasil Pengujian Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit

Untuk menguji kelayakan model dalam memprediksi digunakan uji

chi square hosmer and lemeslow, pengujian ini digunakan untuk menguji hipotesis:

H0 : Model yang dihipotesiskan fit dengan data HA : Model yang dihipotesiskan tidak fit dengan data

Berikut adalah hasil pengujian Hosmer and Lemeslow’s goodness of

fit:

Tabel 4.4

Hasil Uji Hosmer and Lemeslow’s Goodness of fit

Step Chi-square Sig. Keterangan

1 12,456 0,132 Model sesuai

Sumber: Lampiran 7

Berdasarkan hasil pengujian pada tabel 4.4. menunjukkan nilai Chi square sebesar 12,456 dengan nilai signifikansi sebesar 0,132. Dari hasil tersebut menunjukkan bahwa nilai signifikan > 0,05 yang berarti H0 dapat diterima. Ini menunjukkan bahwa data empiris cocok

atau sesuai dengan model regresi. Ini juga menunjukan bahwa tidak ada perbedaan antara model dengan data sehingga model regresi dapat digunakan untuk analisis selanjutnya.


(60)

42

b. Hasil Pengujian Log Likelihood Value (- 2 Log Likelihood)

Pengujian ini digunakan untuk melihat model yang lebih baik untuk memprediksi financial distress perusahaan dapat menggunakan – 2log likelihood. Hasil perhitungan -2logL pada blok pertama (block number = 0) nilai yang tertera sebesar 166,055 seperti yang tertera pada tabel 4.5. berikut:

Tabel 4.5

Hasil Uji -2 Log Likelihood (block number =0) Iteration -2 Log Likelihood Coefficients

Step 0 1 166,055 -0,100

2 166,055 -0,100

Sumber : Lampiran 8

Selanjutnya hasil perhitungan dari nilai -2 Log Likelihood pada blok kedua (block number = 1) terlihat nilai -2 Log Likelihood sebesar 107,429 terjadi penurunan pada blok kedua (block number = 1) yang ditunjukkan pada tabel 4.5 berikut:

Tabel 4.6

Hasil Uji -2 Log Likelihood (block number = 1)

Iteration -2 Log Likelihood

coefficients

Constant CR ROA DR TATO

Step 1 1 113,369 0,863 -0,263 -7,603 0,715 -0,286 2 107,833 1,028 -0,348 -11,389 1,102 -0,288 3 107,432 1,025 -0,370 -12,725 1,269 -0,271 4 107,429 1,019 -0,372 -12,849 1,291 -0,269 5 107,429 1,019 -0,372 -12,850 1,292 -0,269 Sumber : Lampiran 9


(61)

Nilai -2 Log Likelihood (block number =1) juga digunakan untuk menentukan jika variabel bebas ditambahkan kedalam model regresi. Dari penilaian keseluruhan model regresi menggunakan nilai -2 Log Likelihood menunjukkan adanya selisih antara blok pertama dengan blok kedua, dimana nilai -2 Log Likelihood pada blok pertama sebesar 166,055 dan nilai -2 Log Likelihood pada blok kedua sebesar 107,429. Apabila terjadi penurunan pada blok kedua dibandingkan blok pertama maka dapat disimpulkan bahwa model regresi kedua menjadi lebih baik. Hal tersebut dapat disimpulkan bahwa H0

diterima setelah menambahkan variabel bebas. Sehingga model regresi dapat digunakan untuk memprediksi financial distress

perusahaan

c. Hasil Pengujian Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square

Koefisien Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square pada

table summary merupakan ukuran yang sama seperti koefisien determinasi R2 pada regresi linier berganda. Hasil dari pengujian Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square dapat dilihat pada tabel 4.6. berikut:


(62)

44

Tabel 4.7

Hasil Uji Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square

Step -2 Log Likelihood Cox and Snell R square

Nagelkerke R Square

1 107,429 0,386 0,516

Sumber: Lampiran 10

Koefisien Nagelkerke R Square pada table diatas merupakan modifikasi dari koefisien Cox and Snell R square untuk memastikan bahwa nilainya bervariasi dari 0 (nol) sampai 1 (satu) sama seperti koefisien determinasi R2 pada regresi linier berganda. Pada tabel 4.7 menunjukkan nilai koefisien Nagelkerke R Square sebesar 0,516 yang berarti bahwa kemampuan dari variabel bebas yang diukur menggunakan current ratio (CR), return on asset (ROA), debt ratio

(DR), dan total asset turnover (TATO) untuk memprediksi financial distress perusahaan sebesar 52,6%. Sisanya sebesar 47,4% merupakan faktor lain diluar model yang menjelaskan variabel dependen.

d. Ketepatan Prediksi Klasifikasi (Tabel Klasifikasi 2x2)

Ketepatan prediksi klasifikasi pada penelitian ini dapat dilihat pada tabel 4.8 berikut:


(63)

Tabel 4.8

Hasil Uji Ketepatan Prediksi Klasifikasi Observed Non Financial

Distress

Financial distress

Precentage Correct

Non Financial Distress 46 17 73,0

Financial Distress 14 43 75,4

Overall Percentage 74,2

Sumber: Lampiran 11

Berdasarkan hasil dari tabel klasifikasi diatas, jumlah sampel yang mengalami financial distress ada 46 + 17 = 63. Sampel yang tidak mengalami financial distress sebanyak 46 dan seharusnya sampel yang tidak mengalami financial distress namun sampel tersebut mengalami financial distress sebanyak 17, sehingga kebenaran klasifikasi sebesar 73,0%. Jumlah sampel yang mengalami financial distress 14 + 43 = 57. Sampel yang mengalami financial distress

sebenarnya sebanyak 43 dan yang seharusnya mengalami financial distress namun tidak terkena financial distress sebanyak 14, sehingga kebenaran klasifikasi sebesar 75,4%. Tabel diatas memberikan nilai

overall percentage sebesar 74,2 ini menunjukkan bahwa ketepatan model penelitian ini untuk memprediksi kondisi financial distress

perusahaan sebesar 74,2%.

3. Hasil Uji Hipotesis

Setelah diperoleh model yang sesuai dengan data, maka selanjutnya dilakukan uji hipotesis. Uji hipotesis dilakukan untuk menjawab rumusan


(64)

46

masalah dalam penelitian. Berikut merupakan hasil dari pengujian hipotesis pada penelitian ini:

Tabel 4.9 Hasil Uji Hipotesis

B Wald Sig. Ha

CR -0,372 2,014 0,156 Ditolak

ROA -12,850 9,748 0,002 Diterima

DR 1,292 4,063 0,044 Diterima

TATO -0,269 0,321 0,571 Ditolak

Sumber: Lampiran 12

Dari tabel diatas maka pengaruh rasio likuiditas (CR), profitabilitas (ROA), financial leverage (DR), dan perputaran total aktiva (TATO) terhadap kondisi financial distress perusahaan dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Rasio Likuiditas (CR)

Hasil dari pengujian hipotesis pada tabel 4.9 diperoleh nilai koefisien variabel rasio likuiditas sebesar -0,372 dan nilai signifikansi sebesar 0,156. Karena nilai signifikansi lebih besar dari nilai signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,156 > 0,05, maka variabel rasio likuiditas dinyatakan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kondisi

financial distress perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa Ho dari penelitian ini diterima dan Ha pada penelitian ini ditolak. Sehingga hipotesis pertama pada penelitian ini yang menyatakan rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress tidak diterima.


(65)

b. Rasio Profitabilitas (ROA)

Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini yang ditunjukkan pada tabel 4.9 diperoleh nilai koefisien variabel rasio profitabilitas sebesar -12,850 dan nilai signifikansi sebesar 0,002. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari nilai signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,002 < 0,05, maka rasio profitabilitas dinyatakan berpengaruh negatif dan signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa Ho pada penelitian ini ditolak dan Ha pada penelitian ini diterima, sehingga hipotesis kedua yang menyatakan rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress perusahaan diterima.

c. Rasio Financial Leverage (DR)

Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini yang ditunjukkan pada table 4.9 diperoleh nilai koefisien variabel rasio financial leverage

sebesar 1,292 dan nilai signifikansi sebesar 0,044. Karena nilai signifikansi lebih kecil dari nilai signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,044 < 0,05, maka rasio financial leverage dinyatakan berpengaruh positif dan signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa Ho pada penelitian ini ditolak dan Ha pada penelitian ini diterima, sehingga hipotesis ketiga yang menyatakan rasio financial leverage berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress perusahaan diterima.


(66)

48

d. Perputaran Total Aktiva

Hasil dari pengujian hipotesis pada tabel 4.9 diperoleh nilai koefisien variabel perputaran total aktiva sebesar -0,269 dan nilai signifikansi sebesar 0,571. Karena nilai signifikansi lebih besar dari nilai signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,571 > 0,05, maka variabel rasio perputaran total aktiva dinyatakan berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hal ini menunjukkan bahwa Ho dari penelitian ini diterima dan Ha pada penelitian ini ditolak. Sehingga hipotesis keempat pada penelitian ini yang menyatakan rasio perputaran total aktiva berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress tidak diterima.


(67)

D. Pembahasan

1. Pengaruh Rasio Likuiditas Terhadap Kondisi Financial Distress

Hipotesis pertama pada penelitian ini adalah “rasio likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress perusahaan”. Hasil

pengujian hipotesis pada penelitian ini menunjukkan nilai koefisien regresi menunjukkan arah negatif sebesar -0,372 dan nilai signifikan sebesar 0,156 lebih besar dari nilai signifikan yang disyaratkan yaitu 0,156 > 0,05. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis pertama yang menyatakan bahwa likuiditas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress perusahaan ditolak.

Menurut Sartono (2001) rasio likuiditas menunjukkan kemampuan perusahaan untuk memenuhi kewajiban jangka pendeknya. Setiap perusahaan harus memiliki asset lancar dua kali lebih besar dari kewajiban lancar yang dimiliki, sehingga perusahaan dapat dikatakan sebagai perusahaan yang likuid. Pada penelitian ini hasil pengujian hipotesis menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh signifikan terhadap kondisi financial distress

perusahaan, hal ini dikarenakan perusahaan yang dijadikan sampel pada penelitian ini memiliki nilai asset lancar yang lebih besar dibandingkan dengan kewajiban lancarnya sehingga perusahaan mampu untuk memenuhi kewajiban lancarnya dengan asset lancar yang dimiliki oleh perusahaan.

Hasil pengujian penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amir dan Bambang (2013) yang menyatakan bahwa rasio likuiditas yang diukur menggunakan current ratio tidak berpengaruh terhadap kondisi


(68)

50

financial distress perusahaan manufaktur. Selain itu penelitian yang dilakukan oleh Wahyu dan Doddy (2009), dimana hasil penelitian yang diperoleh menyatakan bahwa rasio likuiditas tidak berpengaruh terhadap kondisi

financial distress perusahaan otomotif.

2. Pengaruh Rasio Profitabilitas Terhadap Financial Distress Perusahaan Pada penelitian ini hipotesis kedua yaitu rasio profitabilitas berpengaruh signifikan negatif terhadap financial distress perusahaan. Hasil dari pengujian hipotesis menunjukkan nilai koefisien regresi memiliki arah negatif yaitu sebesar -12,850 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Nilai signifikansi ini lebih kecil dibandingkan dengan tingkat signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,002 < 0,05. Dari nilai signifikansi tersebut menunjukkan bahwa hipotesis kedua yang menyatakan rasio profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress perusahaan diterima.

Rasio profitabilitas mengukur kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba bersih atas penjualan dan laba atas investasi yang dilakukan perusahaan, hal ini menjadi indikator mengenai kesehatan perusahaan dan efisiensi manajemen perusahaan. Perusahaan yang memiliki nilai profitabilitas yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut efektif menggunakan asetnya untuk menghasilkan laba bagi perusahaan. Dengan nilai profitabilitas tinggi yang dimiliki perusahaan maka kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress tidak akan terjadi. Kemudian semakin kecil nilai profitabilitas yang dimiliki oleh


(69)

perusahaan ini menunjukkan bahwa peusahaan tidak efektif dan efisien dalam menggunakan asetnya untuk memperoleh laba yang baik sehingga kemungkinan perusahaan untuk mengalami kondisi financial distress akan terjadi.

Dari hasil pengujian regresi pada penelitian ini, rasio profitabilitas yang di ukur menggunakan Return On Asset (ROA) memiliki nilai koefisien regresi negatif. Hasil ini menunjukkan bahwa rasio profitabilitas dapat digunakan untuk memprediksi kondisi financial distress perusahaan. Penelitian ini didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Mas’ud dan Srengga (2012) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif dan signifikan terhadap financial distress, serta penelitian yang dilakukan oleh Amir dan Bambang (2013) yang menyatakan bahwa profitabilitas berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress perusahaan dan rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi terjadinya probabilitas kebangkrutan perusahaan.

3. Pengaruh Rasio Financial Leverage Terhadap Kondisi Financial Distress

Pada penelitian ini hipotesis ketiga yaitu rasio financial Leverage

berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hasil dari analisis regresi pada penelitian ini menunjukkan bahwa koefisien regresi memiliki arah positif sebesar 1,292 dan nilai signifikan sebesar 0,044. Nilai signifikan pada analisis ini lebih kecil daripada nilai signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,044 < 0,05. Hal ini berarti hipotesis ketiga pada penelitian


(70)

52

ini yaitu rasio financial leverage berpengaruh positif terhadap kondisi

financial distress diterima.

Menurut Brigham dan Houston (2001) dalam Pratama (2016), rasio

financial leverage yang tinggi menimbulkan risiko financial distress yang tinggi. Perusahaan yang memiliki nilai financial leverage yang tinggi ini juga menunjukkan sejauh mana perusahaan tersebut dibiayai oleh hutang serta perusahaan akan membayarkan bunga yang tinggi karena memperoleh sumber dana dari pihak luar sehingga probabilitas perusahaan mengalami kondisi

financial distress akan semakin tinggi. Namun jika nilai leverage yang dimiliki perusahaan rendah maka probabilitas perusahaan mengalami

financial distress akan rendah karena aktiva perusahaan yang dibiayai oleh hutang rendah. Dalam penelitian ini terbukti bahwa rasio financial leverage

yang diukur menggunkan Debt Ratio (DR) dapat menyebabkan kemungkinan perusahaan mengalami kondisi financial distress akan terjadi.

Dari hasil pengujian regresi pada penelitian ini, rasio financial leverage yang diukur menggunakan DR menunjukkan nilai koefisien regresi positif sehingga rasio ini dapat digunakan untuk memprediksi kemungkinan terjadinya financial distress perusahaan. Hasil penelitian ini didukung dengan penelitian yang dilakukan oleh Luciana dan Kristijadi (2003), dan Hapsari (2012) yang menyatakan bahwa rasio financial leverage yang diukur menggunakan DR berpengaruh positif terhadap kondisi financial distress


(71)

4. Rasio Perputaran Total Aktiva Berpengaruh Terhadap kondisi Financial Distress

Pada penelitian ini hipotesis keempat yaitu rasio perputaran total aktiva berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan. Hasil analisis ini menunjukkan bahwa koefisien regresi memiliki arah negatif sebesar -0,269 dengan nilai signifikansi sebesar 0,571. Nilai signifikansi dari analisis ini lebih besar dari nilai signifikansi yang disyaratkan yaitu 0,571 > 0,05, sehingga hipotesis keempat pada penelitian ini yaitu rasio perputaran total aktiva berpengaruh negatif terhadap kondisi financial distress ditolak.

Menurut Sartono (2001), rasio perputaran total aktiva menunjukkan efektifitas perusahaan dalam menggunakan seluruh aktiva untuk menciptakan penjualan dan mendapatkan laba. Semakin efektif perusahaan menggunakan aktivanya untuk menghasilkan penjualan maka diharapkan dapat memberikan keuntungan yang semakin besar untuk perusahaan. Hal ini menunjukkan semakin baik pula kinerja keuangan perusahaan tersebut sehingga kemungkinan perusahaan mengalami financial distress akan semakin kecil. Rasio perputaran total aktiva yang tinggi menunjukkan bahwa perusahaan tersebut memiliki manajemen yang baik sehingga dapat menghasilkan volume penjualan yang tinggi maka kemungkinan perusahaan tersebut mengalami

financial distress tidak akan terjadi. Pada penelitian ini rasio perputaran total aktiva tidak berpengaruh terhadap kondisi financial distress perusahaan ini dikarenakan perusahaan yang dijadikan sampel penelitian memiliki nilai


(72)

54

perputaran total aktiva yang tinggi. Hasil pengujian hipotesis pada penelitian ini sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Amir dan Bambang (2013) yang menyatakan bahwa rasio perputaran total aktiva tidak berpengaruh terhadap financial distress perusahaan.


(1)

Hasil Pengujian

Hosmer and Lemeshow’s goodness of fit

Hosmer and Lemeshow Test

Step Chi-square df Sig.


(2)

Hasil Pengujian -2 Log likelihood (block number = 0)

Iteration Historya,b,c

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients Constant

Step 0 1 166.055 -.100

2 166.055 -.100

a. Constant is included in the model. b. Initial -2 Log Likelihood: 166.055

c. Estimation terminated at iteration number 2 because parameter estimates changed by less than .001.


(3)

Hasil pengujian -2 Log likelihood (block number = 1)

Iteration Historya,b,c,d

Iteration -2 Log likelihood

Coefficients

Constant CR ROA DR TATO

Step 1 1 113.369 .863 -.263 -7.603 .715 -.286

2 107.833 1.028 -.348 -11.389 1.102 -.288

3 107.432 1.025 -.370 -12.725 1.269 -.271

4 107.429 1.019 -.372 -12.849 1.291 -.269

5 107.429 1.019 -.372 -12.850 1.292 -.269

a. Method: Enter

b. Constant is included in the model. c. Initial -2 Log Likelihood: 166.055

d. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.


(4)

Hasil pengujian Cox and Snell R Square dan Nagelkerke R Square

Model Summary

Step -2 Log likelihood

Cox & Snell R Square

Nagelkerke R Square

1 107.429a .386 .516

a. Estimation terminated at iteration number 5 because parameter estimates changed by less than .001.


(5)

Hasil pengujian Clasification Table

Classification Tablea

Observed

Predicted FINANCIAL DISTRESS

Percentage Correct NON FINANCIAL

DISTRESS

FINANCIAL DISTRESS Step 1 FINANCIAL DISTRESS NON FINANCIAL

DISTRESS 46 17 73.0

FINANCIAL DISTRESS 14 43 75.4

Overall Percentage 74.2


(6)

Hasil Pengujian Hipotesis

Variables in the Equation

B S.E. Wald df Sig. Exp(B)

Step 1a CR -.372 .262 2.014 1 .156 .689

ROA -12.850 4.116 9.748 1 .002 .000

DR 1.292 .641 4.063 1 .044 3.639

TATO -.269 .474 .321 1 .571 .764

Constant 1.019 .860 1.403 1 .236 2.771