ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN KREDIT UMKM DI INDONESIA

(1)

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN KREDIT

UMKM DI INDONESIA

ANALYSIS THE INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE REGIONAL DEVELOPMENT BANK CONVENTIONAL FOR

DISTRIBUTING THE CREDIT MICRO SMALL MEDIUM ENTERPRISES IN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

Arka Anggara Pinasthika 20120430214

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(2)

i

ANALISIS PENGARUH KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN KREDIT

UMKM DI INDONESIA

ANALYSIS THE INFLUENCE OF FINANCIAL PERFORMANCE REGIONAL DEVELOPMENT BANK CONVENTIONAL FOR

DISTRIBUTING THE CREDIT MICRO SMALL MEDIUM ENTERPRISES IN INDONESIA

SKRIPSI

Diajukan Guna Memenuhi Persyaratan untuk Memperoleh

Gelar Sarjana pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Program Studi Ilmu Ekonomi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

Oleh

Arka Anggara Pinasthika 20120430214

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2016


(3)

i

PERNYATAAN

Dengan ini saya,

Nama : Arka Anggara Pinasthika Nomor mahasiswa : 20120430214

Menyatakan bahwa skripsi ini dengan judul: “ANALISIS PENGARUH

KINERJA KEUANGAN BANK PEMBANGUNAN DAERAH

KONVENSIONAL TERHADAP PENYALURAN KREDIT UMKM DI INDONESIA” tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam Daftar Pustaka. Apabila ternyata dalam skripsi ini diketahui terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain maka saya bersedia karya tersebut dibatalkan.

Yogyakarta, 26 November 2016


(4)

i

MOTTO

“Allah tidak mewajibkan orang-orang yang bodoh untuk menuntut ilmu kecuali terlebih dahulu mewajibkan orang-orang yang berilmu untuk mengajar”

(Ali Bin Abi Thalib)

“Pilih satu keahlian, habiskan waktu sebagian besar untuknya, dan pastikan tidak ada yang lain yang lebih mumpuni dalam bidang itu dibandingka Anda”


(5)

i

PERSEMBAHAN

Bismillah..

Alhamdulillah hirobbilallamin kupanjatkan kepada Allah SWT atas

segala rahmat dan kesempatan untuk menyelesaikan tugas akhir dengan

segala kekuranganku. Segala syukur ku ucapkan kepadaMu karena telah

menghadirkan mereka yang selalu memberi semangat dan doa kepada ku.

Kepada Papa dan Mama tersayang tugas akhir ini kupersembahkan.

Tiada kata yang bisa menggantikan segala sayang, usaha, semangat dan uang

yang telah dicurahkan untuk penyelesaian tugas akhir puteranya ini.

Untuk Utti tersayang yang tidak ada lelahnya selalu memberikan

semangat dan dorongan demi lulusnya dari kampus kita tercinta ini.

Serta kepada teman-teman, Iman Rahman yang banyak membantu

dalam menyelesaikan tugas akhir ini, Ciko teman seperjuangan yang selalu

bisa memberikan masukan dan bantuan demi terselesainya tugas akhir ini,

terimakasih atas dukungannya. Sukses buat kalian semua. Semoga Allah


(6)

i

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN DOSEN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN DOSEN PENGUJI ... iii

HALAMAN PERNYATAAN... iv

HALAMAN MOTTO ... v

HALAMAN PERSEMBAHAN ... vi

INTISARI ... vii

ABSTRAK ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang Penelitian ... 1

B. Batasan Masalah Penelitian ... 8

C. Rumusan Masalah Penelitian ... 9

D. Tujuan Penelitian ... 9

E. Manfaat Penelitian ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 12

A. Landasan Teori ... 12

1. Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 12

2. Kredit Usaha Mikro Kecil dan Menengah ... 13

3. Hubungan Antar Variabel ... 22

B. Penelitian Terdahulu ... 26

C. Kerangka Konsep ... 30

D. Penurunan Hipotesis ... 31

BAB III METODOLOGI PENELITIAN ... 32

A. Objek Penelitian ... 32

B. Jenis dan Sumber Data ... 32


(7)

i

D. Definisi Operasional Variabel ... 33

E. Metode Analisis Data ... 35

1. Uji Akar Unit ... 39

2. Uji Derajat Integrasi ... 39

3. Uji Kointegrasi ... 40

4. Uji Error Correction Model ... 41

5. Uji Asumsi Klasik ... 41

BAB IV GAMBARAN UMUM ... 47

A. Perkembangan Penyaluran Kredit UMKM BPD di Indonesia ... 47

B. Perkembangan CAR BPD di Indonesia ... 48

C. Perkembangan CCR BPD di Indonesia ... 50

D. Perkembangan ROA BPD di Indonesia ... 50

E. Perkembangan BOPO BPD di Indonesia ... 51

F. Perkembangan LAR BPD di Indonesia ... 52

BAB V HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN ... 54

A. Hasil Penelitian... 54

1. Uji Akar Unit ... 54

2. Uji Derajat Integrasi ... 55

3. Uji Kointegrasi ... 57

4. Uji Error Correction Model ... 62

5. Uji Asumsi Klasik ... 67

B. Pembahasan ... 71

1. Jangka Panjang ... 71

2. Jangka Pendek ... 74

BAB VI PENUTUP ... 78

A. Kesimpulan ... 78

B. Saran ... 79 DAFTAR PUSTAKA


(8)

i

DAFTAR TABEL

Tabel 1 Hasil Augmented Dickey Fullar Pada Tingkat Level ... 55

Tabel 2 Hasil Augmented Dickey Fuller Pada Tingkat First Difference ... 56

Tabel 3 Hasil Uji Engle Granger Cointegration Test ... 57

Tabel 4 Hasil Augmented Dickey Fuller Pada Persamaan Residual ... 62

Tabel 5 Hasil Uji Error Correction Model ... 63

Tabel 6 Hasil Uji Multikolinearitas ... 68

Tabel 7 Hasil Uji Heterokedastisitas... 69

Tabel 8 Hasil Uji Autokorelasi ... 69


(9)

i

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Tren Penyaluran Kredit Usaha Rakyat ... 6 Gambar 2 Tren Total DPK, Aktiva Produktif dan Jumlah Kredit ... 7 Gambar 3 Perkembangan Kredit BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012

Hingga Desember 2015... 47 Gambar 4 Perkembangan CAR BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012

Hingga Desember 2015 ... 49 Gambar 5 Perkembangan CCR BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012

Hingga Desember 2015... 50 Gambar 6 Perkembangan ROA BPD di Indonesia Pada Periode Januri 2012

Hingga Desember 2015 ... 51 Gambar 7 Perkembangan BOPO BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012

hingga Desember 2015 ... 52 Gambar 8 Perkembangan LAR BPD di Indonesia Pada Periode Januari 2012


(10)

(11)

(12)

vii

INTISARI

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR), Core Capital Ratio (CCR), Return On Assets Ratio (ROA), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan Liquid Assets Ratio (LAR) terhadap kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) Bank Pembangunan Daerah Konvensional di Indonesia pada bulan januari 2012 hingga desember 2015, dengan menggunakan metode Error Correction Model (ECM). Data penelitian yang digunakan adalah data sekunder yang diperoleh dari Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa variabel CAR dalam jangka panjang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM bank BPD di Indonesia, sedangkan dalam jangka pendek penyaluran kredit UMKM BPD tidak dipengaruhi CAR. Variabel CCR dalam jangka panjang maupun jangka pendek tidak mempengaruhi penyaluran kredit UMKM BPD. Variabel ROA dalam jangka panjang maupun jangka pendek memiliki hubungan negatif signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM BPD. Variabel BOPO dalam jangka panjang maupun jangka pendek mempunyai hubungan yang negatif signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM. Variabel LAR dalam jangka panjang maupun jangka pendek tidak mempengaruhi penyaluran kredit UMKM BPD.


(13)

vii

ABSTRACK

This study attempts to see how variable influence capital adequacy ratio (CAR), core capital ratio (CCR), return on assets ratio (ROA), operating costs/operational income (BOPO), and liquid assets ratio (LAR) to credit for micro small medium enterprises conventional regional development bank in Indonesia, in January 2012 until December 2015 , by using the method error correction model (ECM). Lab data used is taken from secondary data obtained from financial services authority, Bank Indonesia and the central bureau of statistics. The research results show that the variable CAR in the long run affect distribution of MSMB credit the BPD bank in Indonesia, while in the short term distribution of MSMB credit BPD not influenced CAR. Variable CCR in the long run and short term didn’t affect distribution of MSMB credit BPD. Variable ROA in the long run and short term have ties negative significant for distributing the of MSMB credit BPD. Variable BOPO in the long run and short term had links negative significant for distributing the of MSMB credit. Variable LAR in the long run and short term didn’t affect distribution of MSMB credit BPD.


(14)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

Pembangunan ekonomi disuatu negara sangat bergantung pada perkembangan dinamis dan kontribusi nyata dari sektor perbankan. Ketika sektor perbankan terpuruk perekonomian Indonesia juga ikut terpuruk. Demikian pula sebaliknya, ketika perekonomian mengalami stagnasi sektor perbankan juga terkena imbasnya dimana fungsi intermediasi tidak berjalan normal. Krisis moneter 1997-1998 yang melanda perekonomian Indonesia telah berimbas pada sektor perbankan. Krisis tersebut menyebabkan ledakan kredit macet sehingga melunturkan kepercayaan masyarakat terhadap perbankan. Akibat dari krisis tersebut banyak bank-bank konvensional yang terpaksa dilikuidasi.

Pada saat banyak perusahaan dan perbankan konvensional yang mengalami pengunduran bahkan gulung tikar, masih terdapat beberapa jenis unit usaha yang masih bertahan dalam krisis tersebut. Salah satu unit usaha yang masih mampu bertahan serta mempengaruhi pertumbuhan ekonomi saat ini adalah Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Perhatian kepada UMKM memberikan makna tersendiri pada pertumbuhan ekonomi dan menekan kemiskinan, bahkan pertumbuhan dan modernisasi sektor UMKM sering diartikan sebagai salah satu indikator keberhasilan pembangunan, khususnya bagi negara-negara yang memiliki pendapatan perkapita yang masih rendah (Andrianto Budi, 2010).


(15)

Peran Usaha Mikro Kecil dan Menengah atau lebih sering dikenal UMKM dalam pertumbuhan perekonomian suatu negara sangat penting. Ketika terjadi krisis yang melanda pada tahun 1998, usaha berskala kecil dan menengah yang relatif mampu bertahan dibandingkan perusahaan besar. Alasannya karena mayoritas usaha berskala kecil tidak terlalu tergantung pada modal besar atau pinjaman dari luar dalam kurs dollar. Sehingga, ketika ada fluktuasi nilai tukar, perusahaan berskala besar yang secara umum selalu berurusan dengan mata uang asing adalah yang paling berpotensi mengalami imbas krisis.

Beberapa penelitian terdahulu menyebutkan bahwa struktur modal UMKM khususnya di Indonesia, hampir sebagian besar berdasar pada investasi pribadi. Sangat sedikit, mereka yang berhubungan dengan pihak ketiga untuk mendapatkan dana. Jika mereka membutuhkan suntikan dana dari pihak luar, justru pihak pihak penyedia dana selain bank, yang sangat berperan. Misal bank-bank perkreditan rakyat atau malah rentenir. Seperti yang kita ketahui pula, bunga yang dikenakan pada peminjam adalah sangat tinggi dan mencekik leher. Jelas, kondisi seperti ini tidak akan terjadi untuk perusahaan berskala besar. Seperti pada era sebelum krisis tahun 1997/1998, pada umumnya perbankan relatif enggan mengucurkan kredit kepada UMKM. Selain memerlukan keahlian khusus, aktivitas ini dianggap memiliki skala yang sangat kecil, sehingga perbankan lebih berminat menyalurkan kredit kepada korporasi untuk mempercepat pertumbuhan aset bank. Padahal selama ini usaha mikro dan kecil telah dianggap mampu memberikan peran dan kontribusi yang signifikan dalam perekonomian nasional, pada saat normal maupun pada saat krisis ekonomi. Peran ekonomi sektor UMKM


(16)

sangat jelas, yaitu menyerap tenaga kerja dalam jumlah besar sehingga menjadi komponen utama penciptaan lapangan kerja baru dan menekan angka kemiskinan. Namun, apabila penyaluran kredit perbankan kepada sektor UMKM terus menurun, bukan tidak mungkin bila usaha untuk mendorong pertumbuhan ekonomi juga akan terhambat.

Masalah klasik yang dihadapi UMKM adalah terbatasnya akses terhadap perbankan sebagai salah satu sumber permodalan terpenting. Pada tahun 2008, hanya 12 persen UMKM yang bisa mendapatkan akses terhadap perbankan (Arsyad, 2008). Perbankan enggan membuka akses kredit kepada UMKM karena beberapa pertimbangan. Pertama, tingginya biaya administrasi (transaction cost) untuk menyeleksi, menyalurkan, memonitor dan mengumpulkan pembayaran kredit skala kecil kepada UMKM (Adam, 2010). Kedua, tingginya risiko kredit macet (risk of loan default) karena UMKM belum memiliki pengalaman mengelola kredit dan belum memiliki sistem pencatatan keuangan yang baik sehingga menyulitkan perbankan dalam menyeleksi dan menilai kelayakan usaha UMKM (Adam, 2010; Nugroho, 2011). Ketiga, belum terbangunnya sistem penjaminan kredit skala kecil. Akibatnya, bank akan menilai kelayakan kredit dari sisi kemampuan UMKM menyediakan agunan. Keempat, bank memiliki keterbatasan operasional dalam melayani kredit skala kecil kepada UMKM karena mereka terikat dan harus mengikuti ketentuan-ketentuan microprudential perbankan. Misalnya, ketentuan adanya agunan kredit menyebabkan bank hanya akan melayani UMKM yang memiliki agunan (Nugroho, 2011).


(17)

Program pemerintah melalui KUR adalah program untuk memperlebar akses UMKM terhadap kredit perbankan melalui skema penjaminan kredit parsial (partial credit guarantee scheme) yang diberikan secara otomatis (automatic guarantee). Dalam program KUR, peningkatan akses UMKM terhadap kredit perbankan didesain untuk meningkatkan kinerja UMKM sehingga UMKM diharapkan mampu memperluas kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi rumah tangga miskin (RTM). Dalam konteks ini, secara implisit terlihat bahwa program KUR didesain mampu mempercepat penanggulangan kemiskinan secara tidak langsung melalui pemberdayaan dan peningkatan kapasitas UMKM dalam menciptakan kesempatan kerja dan sumber pendapatan bagi RTM (TNP2K, 2015).

Sejak diluncurkan pada 2007, pelaksanaan program KUR terus menunjukkan peningkatan. Pada periode 2008 hingga september 2014, jumlah bank yang berpartisipasi dalam program ini berkembang dari 6 bank nasional menjadi 33 bank (7 bank nasional dan 26 BPD). Pada periode yang sama, jumlah debitur KUR meningkat hampir 5 kali lipat dari 2,3 juta menjadi 11,3 juta orang. Sementara itu, jumlah realisasi kredit yang disalurkan melalui KUR juga meningkat hampir 4,5 kali lipat dari Rp11,5triliun menjadi Rp50,3triliun. Dengan demikian, sampai September 2014, secara kumulatif jumlah dana yang berhasil disalurkan melalui program KUR mencapai angka Rp168,3 triliun.

Ruang Lingkup dan Hubungan Kerja Institusi dalam Pelaksanaan KUR Bank Pemberi Kredit Ruang Lingkup Kerja

o BRI

o Bank Mandiri

o BNI

o Melakukan penilaian kelayakan usaha dan

memutuskan pemberian kredit/pembiayaan


(18)

o BTN o Bukopin

o BSM

o Bank DKI o Bank Nagari

o BJB

o Bank Jateng o Bank DIY o Bank Jatim o Bank NTB o Bank Kalbar o Bank Kalsel o Bank Kalteng o Bank Sulut o Bank Maluku o Bank Papua o Bank Aceh o Bank Sumut o Bank Riau Kepri o Bank Jambi o Bank Babel o Bank Bengkulu o Bank Lampung o Bank Bali o Bank NTT o Bank Kaltim o Bank Sulteng o Bank Sultra o Bank Sulselbar

pemberi kredit.

o Menatausahakan KUR secara terpisah dengan

program kredit lainnya.

o Mengambil tindakan-tindakan yang diperlukan

untuk menyediakan dan menyalurkan KUR secara tepat jumlah dan tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan oleh pemerintah serta

mematuhi ketentuan penatausahaan yang

berlaku.

o Menyalurkan KUR secara langsung kepada

UMKM dan Koperasi dan/atau pola channelling.

o Menetapkan tingkat bunga untuk KUR sampai

dengan Rp 20 juta (KUR Mikro) sebesar 22 persen per tahun dan untuk KUR di atas Rp 5 juta sampai Rp 500 juta (KUR Ritel) sebesar 14 persen per tahun.

o Melaporkan secara periodik pelaksanaan

penyaluran kredit/pembiayaan, paling lambat pada tanggal 15 bulan berikutnya, kepada komite kebijakan cq Deputi Menko Perekonomian Bidang Koordinasi Makro dan Keuangan selaku Ketua Tim Pelaksana dengan format berisi; (1) realisasi jumlah penyaluran dan baki debet KUR, (2) realisasi penyaluran KUR menurut sektor ekonomi, (3) realisasi penyaluran KUR menurut provinsi, (4) jumlah debitur penerima KUR.

Sumber: diolah dari Komite Kebijakan Penjamin Kredit/Pembiayaan Kepada UMKM, 2012, Kumpulan Peraturan Terbaru KUR

Realisasi penyaluran KUR tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan target penyalurannya. Pada periode 2010 hingga 2014, realisasi penyaluran tumbuh dengan rata-rata 30,7 persen per tahun, sedangkan targetnya hanya tumbuh dengan rata-rata 16,6 persen per tahun. Tidak mengherankan jika realisasi penyaluran KUR, khususnya sejak 2011, selalu melebihi target yang ditetapkan


(19)

pemerintah. Ini merupakan indikasi bahwa permintaan terhadap KUR dari UMKM jauh lebih tinggi dibandingkan dengan yang diasumsikan pemerintah (Gambar 1).

Sumber: Kemenko Perekonomian, Sebaran Penyebaran KUR, berbagai penerbitan.

Gambar 1

Lebih tingginya realisasi penyaluran KUR dibandingkan dengan targetnya membuat pemerintah harus mencari tambahan dana untuk menutupi IJP (Imbal Jasa Penjaminan) kepada perusahaan penjaminan. Di dalam APBN, IJP ditetapkan nominalnya berdasarkan target penyaluran KUR yang diputuskan pemerintah. Dengan demikian, jika realisasi melebihi target, maka IJP yang harus dibayar pemerintah juga mengalami peningkatan. Karena itu, menetapkan target dengan presisi yang tinggi untuk meminimalkan deviasi di antara target dengan realisasi menjadi agenda penting untuk meningkatkan tata kelola KUR. (TNP2K, 2015)

0 10000 20000 30000 40000 50000 60000

2008 2009 2010 2011 2012 2013 2014

Juta

R

upi

ah


(20)

Bank Pembangunan Daerah (BPD) yang didirikan berdasarkan UU Nomor 13 Tahun 1962, bertujuan untuk menyediakan pembiayaan bagi pelaksanaan usaha-usaha pembangunan daerah. Usaha-usaha tersebut meliputi pinjaman untuk keperluan investasi, perluasan, rehabilitasi dan modal kerja yang dapat menunjang laju ekonomi daerah baik oleh pemerintah maupun swasta termasuk didalamnya terdapat program KUR. Menurut Sunarsip (2008), BPD diarahkan untuk menopang pembangunan infrastruktur, UMKM, pertanian dan kegiatan ekonomi lain dalam pemenuhan kebutuhan masyarakat.

Tren Total DPK, Aktiva Produktif dan Jumlah Kredit.

Sumber: Bank Indonesia, 2011 (Diolah).

Gambar 2

Kinerja BPD mengalami pertumbuhan dalam tujuh tahun terakhir. Pertumbuhan kinerja tersebut ditunjukkan pada Gambar 2, dimana dana pihak ketiga (DPK), total aktiva produktif dan penyaluran kredit bertambah jumlahnya dari tahun ke tahun. Menurut Sunarsip (2008), indikasi kinerja BPD yang semakin baik adalah dengan meningkatnya kepercayaan masyarakat untuk menempatkan

- 50.000 100.000 150.000 200.000 250.000 300.000

2 0 0 4 2 0 0 5 2 0 0 6 2 0 0 7 2 0 0 8 2 0 0 9 2 0 1 0 2 0 1 1 2 0 1 2


(21)

dananya di BPD. Adapun komposisi DPK BPD terdiri dari giro, simpanan masyarakat dan sebagian besar lainnya adalah dana milik pemerintah, khususnya pemerintah daerah.

Penelitian ini akan menganalisis peran kinerja keuangan BPD terhadap penyaluran kredit BPD kepada sektor Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Penelitian ini juga melihat lebih jauh apabila variabel-variabel independen tersebut digunakan untuk menganalisis kredit UMKM BPD kepada sektor UMKM di Indonesia. Dengan melihat segala fenomena yang menarik mengenai peran kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) di Indonesia. Maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul, analisis pengaruh kinerja keuangan bank pemerintah daerah konvensional terhadap penyaluran kredit umkm di indonesia.

B. Batasan Masalah Penelitian

Dalam penelitian ini penulis membatasi hanya data kelompok Bank Pemerintah Daerah Konvensional di Indonesia yang menjadi objek penelitian, variabel kinerja keuangan bank Capital Adequacy Ratio (CAR), Core Capital Ratio (CCR), Return On Assets Ratio (ROA), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan Liquid Assets Ratio (LAR), serta data bulanan pada kurun waktu Januari 2012 hingga Desember 2015. Dalam penelitian ini juga mengolah data menggunakan metode Error Corection Model (ECM) yang diolah menggunakan Eviews 7.


(22)

C. Rumusan Masalah Penelitian

Dari latar belakang masalah diats maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia? 2. Apakah Core Capital Ratio (CCR) berpengaruh secara signifikan terhadap

jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

3. Apakah Return On Assets Ratio (ROA) berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia? 4. Apakah Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh

secara signifikan terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

5. Apakah Liquid Assets Ratio (LAR) berpengaruh secara signifikan terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

D. Tujuan penelitian

Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah tujuan penelitian ini adalah:

1. Apakah Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

2. Apakah Core Capital Ratio (CCR) berpengaruh terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

3. Apakah Return On Assets Ratio (ROA) berpengaruh terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?


(23)

4. Apakah Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO) berpengaruh terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

5. Apakah liquid assets ratio (LAR) berpengaruh terhadap jumlah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

E. Manfaat Penelitian Manfaat Teoritis

Penelitian ini diharapakan dapat membarikan manfaat secara teoritis, sehingga dapat berguna sebagai sumbangan bagi dunia perbankan dan usaha khususnya sektor usaha mikro, kecil dan menegah.

Manfaat Praktis Bagi Penulis

Menambah wawasan penulis mengenai perbankan dan UMKM dalam menganalisis dampak positif terhadap kredit sektor UMKM di Indonesia.

Bagi Lembaga Terkait

1) Sebagai masukan yang membangun bagi perbankan khusunya Bank Pemerintah Daerah guna meningkatkan kualitas usaha kecil menengah dalam pertumbuhan rasio kredit UMKM di Indonesia.

2) Dapat menjadi pertimbangan untuk dinas terkait yang ada di Indonesia sebagai solusi terhadap permasalahan ekonomi yang ada.


(24)

Bagi Ilmu Pengetahuan

Menambah pengetahuan tentang perkembangan dan efek dari penawaran kredit usaha mikro kecil menengah, sehingga mengetahui berapa besar kontribusi dan pengaruhnya terhadap pertumbuhan ekonomi nasional di Indonesia.


(25)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA A. Landasan Teori

1. Usaha Mikro, Kecil dan Menengah

Setiap negara memiliki definisi UMKM yang berbeda-beda. Jika ditinjau dari definisi UMKM di eropa (European Commission), usaha kecil didefinisikan sebagai usaha yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 50 orang dengan aset sebesar kurang sama dengan 10 juta euro dan omzet sebesar kurang sama dengan 10 juta euro. Usaha menengah didefinisikan sebagai usaha yang mempunyai tenaga kerja kurang dari 250 orang dengan aset sebesar kurang sama dengan 50 juta euro dan omzet sebesar kurang sama dengan 43 juta euro.

Indonesia sendiri, definisi Usaha Mikro Kecil dan Menengah tercantum pada undang-undang nomor 20 tahun 2008, Badan Pusat Statistik, dan Departemen Perindustrian dan Perdagangan. undang-undang nomor 20 tahun 2008 menjelaskan bahwa UMKM adalah :

a. Usaha mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro dengan asset maximal 50 juta rupiah dan omzet max. 300 juta rupiah.

b. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah


(26)

atau usaha besar. Kriteria usaha kecil ini memiliki asset lebih dari 50 juta rupiah sampai 500 juta rupiah dan omzet lebih dari 300 juta sampai 2.5 milyar rupiah.

c. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha kecil atau usaha besar. Kriteria usaha menengah ini memiliki asset lebih dari 500 juta rupiah sampai 10 milyar rupiah dan omzet lebih dari 2.5 milyar sampai 50 milyar rupiah.

Menurut Badan Pusat Statistik, UMKM didefinisikan berdasarkan kuantitas tenaga kerja dan omzet. Berdasarkan tenaga kerja yaitu usaha kecil, merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 5 orang sampai dengan 19 orang, sedangkan usaha menengah merupakan usaha yang memiliki jumlah tenaga kerja 20 orang sampai dengan 99 orang. Sedangkan berdasarkan omzet, usaha kecil adalah usaha yang mempunyai asset tetap kurang dari 200 juta rupiah dan omzet pertahun kurang 1 milyar rupiah (BPS, 2003).

2. Kredit Usaha Mikro, Kecil dan Menengah a. Pengertian Kredit UMKM

Kredit atau pembiayaan usaha mikro, kecil, dan menengah yang selanjutnya disebut dengan kredit atau pembiayaan UMKM adalah kredit atau pembiayaan yang diberikan kepada pelaku usaha yang memenuhi kriteria usaha mikro, kecil, dan menengah. Adapun penggolongan usaha mikro, kecil, dan


(27)

menengah menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 tentang usaha mikro, kecil, dan menengah, yakni:

1. Usaha mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan, yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak 50 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak 300 juta rupiah.

2. Usaha kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria sebagai berikut :

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari 50 juta rupiah sampai dengan paling banyak 500 juta rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 300 juta rupiah sampai dengan paling banyak 2.5 milyar rupiah.

3. Usaha menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan yang memenuhi kriteria sebagai berikut :


(28)

a. Memiliki kekayaan bersih lebih dari 500 juta rupiah sampai dengan paling banyak 10 milyar rupiah tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau

b. Memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari 2.5 milyar rupiah sampai dengan paling banyak 50 milyar rupiah. Menurut Berger dan Udell (2002), penyaluran kredit usaha kecil oleh lembaga keuangan setidaknya dikenal ada empat strategi berbeda yakni financial statement lending, asset-based lending,credit scoring, dan relationship lending. Pada strategi financial statement lending, keputusan pemberian pinjaman dan persyaratan pinjaman yang dilakukan berdasarkan penilaian atas informasi keuangan/rasio keuangan dari laporan keuangan debitur seperti dari neraca dan laporan rugi-laba. Pada asset-based lending, keputusan pemberian pinjaman didasarkan pada penilaian atas kualitas jaminan atau collateral kredit yang tersedia. Sementara pada strategi credit scoring, keputusan pemberian pinjaman didasarkan pada informasi dari laporan keuangan dengan menambahkan perhitungan pembobotan pada kondisi keuangan usaha / perusahaan debitur dan modal pemilik. Selanjutnya untuk strategi relationship lending, keputusan akan pemberian pinjaman dan persyaratan pinjaman didasarkan pada informasi atas usaha debitur, karakter, kredibilitas debitur sebagai pemilik, serta informasi lingkungan usaha debitur.


(29)

b. Pentingnya Kredit Bank pada UMKM

Kredit dalam perekonomian sangat penting, dengan kredit seorang kelompok atau lembaga dapat memperoleh dana yang dibutuhkan baik dalam keadaan mendesak maupun tidak. Kata kredit sendiri berasal dari bahasa latin yakni “credere” yang artinya percaya. Maksudnya adanya saling percaya antara pemberi kredit dengan penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan akan dikembalikan sesuai perjanjian. Penerima kredit mempunyai kewajiban untuk membayar kembali pinjaman tersebut (Kasmir, 2003).

Dalam saluran kredit, tidak semua permintaan kredit debitur dapat dipenuhi oleh bank-bank khususnya karena kondisi dan prospek keuangan debitur yang tidak layak, antara lain karena tingginya rasio utang terhadap modal (leverage), risiko kredit macet, moral hazard, dan sebagainya. Adanya informasi yang tidak simetris antara bank dan debitur seperti ini dapat menyebabkan pasar kredit tidak selalu berada dalam keseimbangan (Pohan, 2008).

Pendekatan mekanisme transmisi kebijakan moneter melalui saluran kredit didasarkan pada asumsi bahwa tidak semua simpanan masyarakat dalam bentuk uang (M1, M2) disalurkan oleh perbankan ke masyarakat dalam bentuk kredit. Dengan kata lain, fungsi intermediasi perbankan tidak selalu berjalan sempurna, dalam arti bahwa kenaikan simpanan masyarakat tidak selalu diikuti dengan kenaikan secara proporsional kredit yang disalurkan ke masyarakat. Dengan demikian, yang lebih berpengaruh terhadap ekonomi riil adalah kredit perbankan, bukan simpanan masyarakat.


(30)

Pada tahap awal interaksi saluran kredit ini, interaksi antara bank sentral dengan perbankan terjadi di pasar uang domestik. Interaksi ini terjadi karena di satu sisi bank sentral melakukan operasi moneter sesuai sasaran operasional yang ingin dicapai, apakah berupa uang primer ataupun suku bunga jangka pendek, sementara di sisi lain, bank-bank melakukan transaksi di pasar uang untuk pengelolaan likuiditasnya. Interaksi ini tidak hanya mempengaruhi perkembangan suku bunga jangka pendek di pasar uang, tetapi juga besarnya dana yang dialokasikan bank-bank dalam bentuk instrumen likuiditas dan dalam pemberian kredit.

Tahapan berikutnya transmisi kebijakan moneter dari perbankan ke sektor riil melalui pemberian kredit yang dipengaruhi oleh faktor internal maupun faktor eksternal. Perkembangan kredit perbankan selanjutnya akan berpengaruh pada sektor riil, seperti kegiatan konsumsi, investasi, dan produksi, serta pada akhirnya pada harga-harga barang dan jasa (Pohan, 2008).

Penawaran Kredit Perbankan menurut Undang-Undang Perbankan nomor 10 tahun 1998, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan pemberian bunga. Kredit adalah semua jenis pinjaman uang atau barang yang wajib dibayar kembali bunganya oleh peminjam. Dalam hal ini, pihak bank memberi tarif bunga atau yang disebut bunga kredit dalam setiap permohonan kredit kepada pihak peminjam (Hasibuan, 1996).


(31)

Dalam arti luas kredit diartikan sebagai kepercayaan. Kata kredit berasal dari bahasa Latin, yaitu “credere” yang berarti percaya. Maksud percaya bagi si pemberi kredit adalah ia percaya kepada si penerima kredit bahwa kredit yang disalurkan pasti akan dikembalikan sesuai perjanjian, sedangkan bagi penerima kredit merupakan pemberiaan kepercayaan sehingga penerima kredit memiliki kewajiban untuk membayar sesuai dengan jangka waktu yang disepakati bersama (Kasmir, 2011).

Selain itu bank dalam melakukan kegiatan pemberian kredit tentu harus memperhatikan dengan baik calon nasabah yang akan menjadi penerima kredit, nasabah tersebut tentu harus dapat dipercaya. Kredit yang disalurkanpun tentu saja harus memiliki prinsip kepercayaan dan kehati-hatian. Analisis kredit perlu dilakukan bank untuk menguji kelayakan pinjaman yang nantinya akan diberikan. Analisis kredit tentu akan sangat berguna bagi bank sebagai salah satu langkah dalam mencegah kredit macet. Jika kredit yang disalurkan mengalami kemacetan tentu saja bank sudah memiliki langkah-langkah dalam penyelamatan kredit.

Berdasarkan pernyataan-pernyataan diatas dapat disimpulkan bahwa dalam pemberian fasilitas kredit terdapat berbagai unsur yang terkadung di dalamnya antara lain kepercayaan, kesepakatan, jangka waktu, risiko, dan balas jasa (Kasmir, 2011).

Menurut Firdaus dan Ariyanti (2011), kredit merupakan suatu benda yang intangible yang pada dewasa ini sangat dibutuhkan oleh masyarakat dalam rangka mendorong dan melancarkan perdagangan, melancarkan produksi, jasa-jasa dan


(32)

bahkan konsumsi yang semuanya ditujukan untuk menaikkan taraf hidup manusia. Berdasarkan Pasal 1 angka 11 UU Perbankan, kredit adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat dipersamakan. Berdasarkan persetujuan atau kesepakatan pinjam meminjam antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak peminjam untuk melunasi utangnya setelah jangka waktu tertentu dengan jumlah harga. Kehidupan perekonomian kredit menurut Hasan (1996) diharapkan mempunyai fungsi sebagai berikut :

1. Kredit dapat meningkatkan utility (daya guna) modal atau uang 2. Kredit dapat meningkatkan utility suatu barang

3. Kredit meningkatkan peredaran dan lalu lintas uang 4. Kredit menimbulkan kegairahan berusaha masyarakat 5. Kredit sebagai stabilitas ekonomi

6. Kredit sebagai jembatan untuk meningkatkan pendapatan nasional

Kredit mempunyai fungsi, salah satunya untuk mengaktifkan dan meningkatkan manfaat dari potensi-potensi ekonomi yang ada. Dengan adanya bantuan permodalan berupa kredit, maka pengusaha baik industriawan, petani dan sebagainya bisa memproduksi atau meningkatkan produksi dari potensi-potensi ekonomi yang dimilikinya. Ada empat macam manfaat dari kredit yaitu : utility of form (karena bentuknya), utility of time (karena waktunya), utility of place (karena tempatnya) dan utility of possession atau ownerutility (karena pemiliknya) (Firdaus dan Ariyanti, 2011).


(33)

c. Jaminan dalam Pengajuan Kredit

Usaha mikro, kecil, dan menengah dalam meminjam dana diperbankan memiliki beberapa kendala, salah satunya adalah jaminan. Menurut Firdaus dan Ariyanti (2011), jaminan kredit terdiri dari tiga macam yaitu :

a. Jaminan perorangan (borgtocht/personal securities/avalist) b. Jaminan kebendaan yang intangible (immaterial/tak berwujud) c. Jaminan kebendaan yang tangible (materiil/berwujud)

Jaminan perorangan adalah suatu kesanggupan dari seseorang pihak ketiga sebagai penjamin (avalist) untuk kepentingan si pemberi piutang (dalam hal ini bank) untuk mengikatkan diri dalam memenuhi kewajiban yang berutang (dalam hal ini debitur) apabila debitur tidak memenuhi kewajibannya. Jaminan perorangan ini cara pengikatannya yaitu dituangkan dalam suatu pernyataan tertulis baik dibawah tangan atau notaris oleh penjamin sendiri dengan menyebutkan secara tegas bahwa ia sanggup memenuhi segala kewajiban debitur sesuai dengan ketentuan pada perjanjian kredit bila debitur lalai memenuhi kewajibannya.

Jaminan kebendaan yang Intangible atau jaminan kebendaan yang tidak terlihat ini adalah cessie dan endosssement. Cessie adalah penyerahaan hak atas kebendaan yang tidak terlihat seperti hak atas penagihan utang (receivables), hak sewa dan sebagainya. Cessie pada dasarnya bukanlah merupakan lembaga jaminan tetapi lebih merupakan sumber pembayaran atas suatu utang. Jaminan ini atas dasar pertimbangan bahwa hak yang diserahkan kepada bank tersebut hanya akan digunakan oleh bank bila debitur lalai menuaikan kewajiban (wanprestasi).


(34)

Ada tiga macam cessie, yaitu cessie atas nama, cessie atas hak sewa dan cessie atas hak pakai. Cessie atas nama, yaitu debitur menyerahkan hak tagihan atas piutangnya (terhadap pihak ketiga) kepada bank dengan maksud bila terjadi wanprestasi, maka utang debitur kepada bank dapat dilunasi (diangsur) dengan cara bank menagihnya kepada pihak ketiga tersebut, tanpa harus memberitahukan terlebih dahulu kepada debitur. Cessie atas hak sewa, yaitu jaminan yang disertai dengan surat penyataan persetujuan dari pemilik tanah/bangunan. Cessie atas hak pakai, yaitu jaminan dengan hak pakai suatu ruangan, bangunan atau toko yang timbul karena pemilikan, sewa atau hal-hal lain yang sah yang dapat diganti kepihak ketiga apabila debitur melakukan wanprestasi. Sedangkan endorserment adalah penyerahan surat-surat berharga yang memuat order clause (wesel, efek-efek, obligasi, dan lain-lain) kepada bank sebagai jaminan pemijaman dana. Jaminan kebendaan yang tangible/materiil, yaitu jaminan yang berupa benda/barang yang berwujud secara fisik baik barang bergerak maupun barang tidak bergerak. Barang bergerak dalam kelompok ini ialah mesin-mesin, peralatan, kendaraan, perhiasan, bangunan/rumah diatas tanah sewa, inventaris kantor, barang-barang dagangan, hasil bumi dan sebagainya, cara pengikatannya dengan cara fiducia atau fiduciare eigendoms overdracth (F.E.O) dan Gadai . Sedangkan barang tidak bergerak ialah tanah (status hak milik, hak guna bangunan dan hak guna usaha), kapal laut berukuran 20 M3 atau lebih, mesin-mesin berat yang melekat dengan lantai beton, cara pengikatan barang tidak bergerak yaitu Pembebanan Hak Tanggungan.


(35)

3. Hubungan Antar Variabel

a. Hubungan Capital Adequacy Ratio (CAR) dengan penyaluran kredit UMKM

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasional bank, misalnya dalam pemberian kredit. CAR menunjukkan sejauh mana penurunan asset bank masih dapat ditutup oleh equity bank yang tersedia, semakin tinggi CAR semakin baik kondisi sebuah bank (Maharani, 2011).

Menurut Peraturan Bank Indonesia Nomor: 8/18/PBI/2006, bank wajib menyediakan modal minimum sebesar 8% dari aktiva tertimbang menurut risiko yang dinyatakan dalam rasio Capital Adequacy Ratio (CAR) ini pada prinsipnya adalah bahwa untuk setiap penanaman dalam bentuk kredit yang mengandung risiko maka harus disediakan sejumlah modal yang disesuaikan dengan persentase tertentu sesuai jumlah penanamannya tersebut (Triasdini, 2010). Rumus untuk menghitung CAR:

CAR =

b. Hubungan Core Capital Ratio (CCR)dengan penyaluran kredit UMKM Core Capital Ratio (CCR) adalah rasio modal inti utama (common equity Tier 1) yaitu instrumen modal berkualitas tinggi dalam bentuk saham biasa


(36)

(common stock) dan tidak memiliki fitur preferensi dalam pembayaran dividen/imbal hasil.

Dalam rangka menciptakan sistem perbankan yang sehat dan mampu berkembang serta bersaing secara nasional maupun internasional, maka bank perlu meningkatkan kemampuan untuk menyerap risiko yang disebabkan oleh kondisi krisis dan/atau pertumbuhan kredit perbankan yang berlebihan melalui peningkatan kualitas dan kuantitas permodalan Bank sesuai dengan standar internasional yang berlaku yaitu Basel III.

Peningkatan kualitas permodalan Bank dilakukan melalui penyesuaian komponen dan persyaratan instrumen modal serta penyesuaian rasio-rasio permodalan. Selanjutnya, Peningkatan kuantitas permodalan Bank dicapai melalui kewajiban pembentukan tambahan modal sebagai penyangga (buffer) berupa capital conservation buffer, countercyclical buffer, dan bank yang dianggap berpotensi sistemik wajib membentuk tambahan modal berupa capital surcharge.

Regulator menggunakan rasio modal inti 1 hingga kelas kecukupan modal perusahaan, perusahaan harus memiliki rasio modal inti 1 dari 6 persen atau lebih di bawah persyaratan Basel III dan tidak harus membayar dividen atau distribusi yang akan mempengaruhi modal. Ambang asli untuk rasio modal inti 1 di bawah Basel I adalah 4 persen. Perusahaan yang mempunyai peringkat sebagai kekurangan modal, dilarang membayar dividen atau biaya manajemen . Selain itu, mereka diwajibkan untuk mengajukan rencana pemulihan modal.

CCR =


(37)

c. Hubungan Return On Assets Ratio (ROA) dengan penyaluran kredit UMKM

Return on asset ratio merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan, semakin besar pola tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan asset. Rumus untuk menghitung ROA :

ROA =

Total asset biasanya digunakan untuk mengukur ROA sebuah bank adalah jumlah asset-asset produktif yang terdiri dari penempatan surat-surat berharga seperti sertifikat Bank Indonesia, surat berharga pasar uang, penempatan dalam saham perusahaan lain, penempatan pada call money atau money market dan penempatan dalam bentuk kredit (Dendawijaya, 2005).

d. Hubungan Biaya Operasional/Pendapatan Operasional(BOPO)dengan penyaluran kredit UMKM

BOPO merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan aktivitas utamanya terhadap pendapatan yang diperoleh dari aktivitas tersebut. Aktivitas utama bank seperti biaya bunga, biaya tenaga kerja, biaya pemasaran dan biaya operasi lainnya, sedangkan pendapatan operasional adalah pendapatan bunga yang diperoleh dari penempatan dana dalam bentuk kredit dan pendapatan operasi lainnya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin


(38)

efisien biaya operasionalnya yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Rasio ini dirumuskan sebagai berikut :

BOPO =

e. Hubungan Liquid Assets Ratio (LAR) dengan penyaluran kredit UMKM

Liquid assets ratio (LAR) atau rasio asset likuid yang artinya adalah Penggunaan dana bank dua prioritas pertama yang dialokasikan dalam bentuk cadangan likuiditas yang terdiri dari cadangan primer dan cadangan sekunder. Cadangan primer dimaksudkan antara lain untuk memenuhi ketentuan likuiditas wajib minimum dan untuk keperluan operasi termasuk untuk memenuhi semua penarikan simpanan dan permintaan kredit nasabah. Cadangan primer terdiri dari: uang kas yang ada dalam bank, saldo rekening pada bank sentral, dan warkat-warkat yang dalam proses penagihan. Cadangan sekunder yang dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan likuiditas yang jangka waktunya diperkirakan kurang dari satu tahun. Tujuan utama yaitu untuk memperoleh keuntungan.

LAR =


(39)

B. Penelitian Terdahulu

Untuk saat ini banyak penelitian yang membahas tentang penyaluran kredit UMKM, namun ada beberapa penelitian yang dapat digunakan sebagai suatu acuan dasar dalam penulisan penelitian ini.

1. Lusia Estine Martin

Lusia Estine Martin (2014) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh “Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR), Non Performing Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) Terhadap Pemberian Kredit (Studi Kasus Pada PD. BPR BKK Pati Kota Periode 2007-2012)”. Mencoba melihat hubungan antara pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit. Sementara itu, Non Performing Loan dan Return On Asset berpengaruh negatif dan signifikan terhadap pemberian kredit sedangkan Net Interest Margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemberian kredit. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR, LDR, NPL, ROA, NIM dan BOPO terhadap pemberian kredit dengan koefisien determinasi sebesar 0,960.

2. Dewi Ratih Wijayanti

Dewi Ratih Wijayanti (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Analisis Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus Bank Perkreditan Rakyat Jawa Timur)”. Mencoba melihat hubungan antara pengaruh


(40)

variabel dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap pemberian kredit di Bank BPR Jatim. Selain itu, hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya pengaruh CAR terhadap pemberian kredit oleh bank BPR Jatim. Sekalipun demikian, hasilnya pun negatif. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sumber permodalan pada BPR didominasi oleh DPK. Selain itu, aspek dimensi sosial pada BPR Jatim yang berkewajiban menyalurkan kredit kepada UMKM. Jawaban diatas juga relevan untuk menjawab hasil penelitian NPL yang memiliki hubungan negatif dengan besarnya penyaluran kredit. NPL berpengaruh positif terhadap pemberian kredit yang berarti tidak sesuai dengan teori. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa Selanjutnya hasil analisis data uji parsial diketahui bahwa dana pihak ketiga merupakan faktor paling dominan dalam memberikan kontribusi terhadap penyaluran kredit oleh Bank BPR Jatim.

3. Luh Wina Arisandi

Luh Wina Arisandi (2015) dalam penelitiannya yang berjudul “Pengaruh Kondisi Internal Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Non Performing Loan (NPL) Pada Keputusan Pemberian Kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk Tahun 2004 –2013”. Mencoba melihat hubungan antara pengaruh variabel Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Hipotesis kedua Loan to Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan hipotesis Ketiga Non Performing Loan (NPL) berpengaruh


(41)

negatif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

Ringkasan Hasil Penelitian Terdahulu

No. Penelitian, tahun dan

Judul

Variabel Metode

analisis

Hasil

1 Lusia Estine Martin (2014)

dalam penelitiannya yang

berjudul Pengaruh “Capital

Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio

(LDR), Non Performing

Loan (NPL), Return On Asset (ROA), Net Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan

Operasional(BOPO)

Terhadap Pemberian Kredit (Studi Kasus Pada PD. BPR BKK Pati Kota Periode 2007-2012)”. Variabel independen: Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio

(LDR), Non

Performing Loan (NPL), Return On Asset

(ROA), Net

Interest Margin (NIM), dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional (BOPO). Variabel dependen: Pemberian Kredit Regresi Linier (linear regression) Capital Adequacy Ratio, Loan to Deposit Ratio dan Biaya Operasional Pendapatan Operasional berpengaruh positif dan signifikan terhadap pemberian kredit. Sementara

itu, Non Performing

Loan dan Return On Asset berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap pemberian kredit

sedangkan Net

Interest Margin berpengaruh negatif dan tidak signifikan terhadap pemberian kredit. Secara simultan terdapat pengaruh yang signifikan antara CAR, LDR, NPL, ROA, NIM dan BOPO terhadap pemberian kredit dengan koefisien determinasi sebesar 0,960.

2 Dewi Ratih Wijayanti

(2015) dalam penelitiannya

yang berjudul “Analisis

Pengaruh Kinerja Keuangan Bank Terhadap Penyaluran Kredit (Studi Kasus Bank Perkreditan Rakyat Jawa Timur)”

variabel independen DPK, CAR, NPL. Variabel dependen: Penyaluran kredit analisis regresi berganda (multiple regresion)

Dana pihak ketiga berpengaruh positif terhadap pemberian kredit di Bank BPR Jatim. Selain itu, hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya pengaruh


(42)

CAR terhadap pemberian kredit oleh bank BPR Jatim. Sekalipun demikian, hasilnya pun negatif. Hal tersebut dapat dijelaskan bahwa sumber permodalan pada BPR

didominasi oleh DPK. Selain itu, aspek dimensi sosial pada BPR Jatim yang berkewajiban menyalurkan kredit kepada UMKM. Jawaban diatas juga relevan untuk menjawab hasil penelitian NPL yang memiliki hubungan negatif dengan besarnya penyaluran kredit. NPL berpengaruh positif terhadap pemberian kredit yang berarti tidak sesuai dengan teori

3 Luh Wina Arisandi (2015)

dalam penelitiannya yang

berjudul “Pengaruh Kondisi

Internal Capital Adequacy

Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio (LDR) Dan Non Performing Loan (NPL) Pada Keputusan Pemberian Kredit di PT. Bank Rakyat Indonesia

(Persero) Tbk Tahun 2004 –

2013”. Variabel independen: Capital Adequacy Ratio (CAR), Loan To Deposit Ratio

(LDR) Dan

Non Performing Loan (NPL) Variabel dependen: Pemberian Kredit

ECM Capital Adequacy Ratio (CAR) berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan

pemberian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. Hipotesis

kedua Loan to

Deposit Ratio (LDR) berpengaruh positif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk, dan hipotesis

Ketiga Non


(43)

(NPL) berpengaruh negatif signifikan terhadap keputusan pemberian kredit PT. Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk.

C. Kerangka Konsep

Berdasarkan pada landasan teori dan hasil penelitian sebelumnya serta permasalahan yang telah dikemukakan, maka sebagai dasar perumusan hipotesis berikut disajikan kerangka pemikiran yang dituangkan dalam model penelitian pada gambar berikut :

Kerangka Pemikiran Penelitian

Capital Adequacy Ratio (CAR) Core Capital Ratio (CCR)

Penyaluran Kredit Usaha Mikro,

Kecil dan Menengah

(UMKM) Return On Assets

Ratio (ROA)

Biaya Operasional/ Pendapatan

Operasional (BOPO)

Liquid Assets Ratio (LAR)


(44)

D. Penurunan Hipotesis

Berdasarkan kerangka teoritis yang telah disajikan, hipotesis yang akan diujikan kebenarannya secara empiris adalah sebagai berikut :

1. Capital adequacy ratio (CAR) diduga berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

2. Core capital ratio (CCR) diduga berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia? 3. Return on assets ratio (ROA) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap

penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia? 4. Operating expenses/operating income (BOPO) berpengaruh negatif dan

signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?

5. Liquid assets ratio (LAR) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia?


(45)

BAB III

METODE PENELITIAN

A. Objek Penelitian

Objek yang akan diteliti adalah kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah di Indonesia, untuk melihat apakah Capital Adequacy Ratio (CAR), Core Capital Ratio (CCR), Return On Assets Ratio (ROA), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan Liquid Assets Ratio (LAR) dengan menggunakan data bulanan pada bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2015.

B. Jenis Data dan Sumber Data

Penelitian menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif. Data yang digunakan adalah data sekunder runtun waktu time series berupa data bulanan pada tahun bulan Januari 2012 sampai dengan Desember 2015. Data sekunder adalah data yang diperolah dalam bentuk jadi, sudah diolah, dikumpulkan dan diterbitkan secara resmi oleh pihak lain, yang biasanya dalam bentuk publikasi. Adapun data-data tersebut didapat dari instansi-instansi pemerintah yaitu :

1. Otoritas Jasa Keuangan. 2. Bank Indonesia.


(46)

C. Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data yang dipakai dalam penelitian ini adalah dengan cara melakukan studi pustaka dari berbagai laporan, literatur, penelitian dan dokumen yang secara resmi dikeluarkan oleh Otoritas Jasa Keuangan, Bank Indonesia dan Badan Pusat Statistik yang berkaitan dengan penelitian.

D. Definisi Operasional Variabel Penelitian

Variabel yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari varabel dependen dan variabel independen. Variabel dependen adalah variabel yang dapat dijelaskan atau dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel independen adalah variabel yang mempengaruhi variabel dependen, dimana pengaruhnya dapat positif maupun negatif.

Kredit UMKM Bank Pemerintah Daerah merupakan variabel dependen dalam penelitian ini, sedangkan variabel independennya adalah Capital Adequacy Ratio (CAR), Core Capital Ratio (CCR), Return On Assets Ratio (ROA), Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO), dan Liquid Assets Ratio (LAR).

Definisi operasional dari variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Kredit UMKM BPD Konvensional

Data penyaluran kredit UMKM yang digunakan dalam penelitian ini adalah nilai realisasi kredit UMKM pada Bank Pemerintah Daerah yang ada di Indonesia yang nilainya dinyatakan dalam triliun rupiah dalam data


(47)

bulanan periode januari 2012 sampai dengan desember 2015. Data permintaan kredit ini diperoleh dari Statistik Perbankan Indonesia.

2. Capital Adequacy Ratio (CAR)

Capital Adequacy Ratio (CAR) merupakan rasio permodalan yang menunjukkan kemampuan bank dalam menyediakan dana untuk keperluan pengembangan usaha dan menampung risiko kerugian dana yang diakibatkan oleh kegiatan operasional bank. Data yang di dapat dalam bentuk bulanan dari laporan yang dikeluarkan oleh laporan SPI Otoritas Jasa Keuangan.

3. Core Capital Ratio (CCR)

Core capital ratio (CCR) adalah rasio modal inti utama (common equity Tier 1) yaitu instrumen modal berkualitas tinggi dalam bentuk saham biasa (common stock) dan tidak memiliki fitur preferensi dalam pembayaran dividen/imbal hasil. Data yang didapat dalam bentuk bulanan yang dikeluarkan oleh laporan SPI Otoritas Jasa Keuangan. 4. Return On Assets Ratio (ROA),

Return on asset merupakan rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Data yang didapat dalam bentuk bulanan yang dikeluarkan oleh laporan SPI Otoritas Jasa Keuangan.

5. Biaya Operasional/Pendapatan Operasional (BOPO),

BOPO merupakan rasio antara biaya yang dikeluarkan oleh bank dalam menjalankan aktivitas utamanya terhadap pendapatan yang


(48)

diperoleh dari aktivitas tersebut. Data yang dipakai dalam bentuk bulanan yang didapat dari laporan SPI Otoritas Jasa Keuangan.

6. Liquid Assets Ratio (LAR)

Liquid assets ratio (LAR) atau rasio asset likuid yang artinya adalah Penggunaan dana bank dua prioritas pertama. Data yang dipakai dalam bentuk bulanan yang didapat dari laporan SPI Otoritas Jasa Keuangan.

E. Metode Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan metode error correction model (ECM) sebagai alat ekonometrika perhitungannya serta digunakan juga model analisis deskriptif bertujuan untuk mengidetifikasi hubungan jangka panjang dan jangka pendek yang terjadi karena adanya kointegrasi diantara variabel penelitian. Sebelum melakukan estimasi ECM dan analisis deskriptif, harus dilakukan beberapa tahapan seperti uji stasionaritas data, menentukan panjang lag dan uji drajat kointegrasi. Setelah data diestimasi menggunakan ECM, analisis dapat dilakukan menggunakan metode IRF dan variance decomposition (Basuki, 2015). Langkah dalam merumuskan model ECM adalah sebagai berikut :

1) Melakukan spesifikasi hubungan yang diharapkan dalam model yang diteliti.

UMKMt = α0 + α1CARt + α2CCRt + α3ROAt + α4BOPOt

α5LARt………..(1) Keterangan :


(49)

UMKMt : Penyaluran kredit UMKM periode t. CARt : Capital adequacy ratio periode t. CCRt : Core capital ratio periode t. ROAt : Return on Assets periode t.

BOPOt :Biaya operasional/pendapatan operasional periode t LARt : Liquid Assets Ratio periode t.

α0α1α2α3α4 α5 : Koefisien Jangka Pendek.

2) Membentuk fungsi biaya tunggal dalam metode koreksi kesalahan : Ct = b1(UMKMt-UMKMt*) + b2{(UMKMt-UMKMt-1) – ft(Zt-Z t-1)}2………..(2)

Berdasarkan data di atas Ct adalah fungsi biaya kuadrat, UMKMt adalah penyaluran kredit UMKM pada periode t, sedangkan Zt merupakan faktor variabel yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM dan dianggap dipengaruhi secara linier oleh CAR, CCR, ROA, BOPO dan LAR. b1 dan b2 merupakan faktor baris yang memberikan bobot kepada Zt-Zt-1.

Komponen utama fungsi biaya tunggal diatas merupakan biaya ketidakseimbangan dan komponen kedua merupakan komponen biaya penyesuaian. Sedangkan b adalah operasi kelambanan waktu. Zt adalah faktor variabel yang mempengaruhi penyaluran kredit UMKM.

1) Meminimumkan fungsi biaya persamaan terhadap Rt, maka akan diperoleh:

UMKMt = εUMKMt + (1-e) UMKMt-1 – (1-e) ft(1-B) Zt………...(3)


(50)

2) Mensubtitusikan UMKMt – UMKMt-1 sehingga diperoleh :

LnUMKMt = β0 + β1LnCARt + β2CCRt + β3ROAt + β4BOPOt + β5LARt

………..(4) Keterangan :

UMKMt : Penyaluran kredit UMKM pada periode t. CARt : Capital adequacy ratio periode t.

CCRt : Core capital ratio periode t. ROAt : Return on Assets periode t.

BOPOt : Biaya operasional/pendapatan operasional periode t LARt : Liquid Assets Ratio periode t.

β1β2β3β4 β5 : Koefisien Jangka Panjang.

Sementara jangka pendek dinyatakan dengan persamaan sebagai berikut : DLnUMKMt = α1DLnCARt + α2LnCCRt + α3LnROAt + α4LnBOPOt +

α5LnLARt………..(5)

DLnUMKMt = LARt – α(LnUMKMt-1-β0-β1LnCARt-1 + β2LnCCRt-1 +

β3LnROAt-1 + β4LnBOPOt-1 + β5LnLARt-1) + t………(6) Dari hasil parameterisasi persamaan jangka pendek dapat menghasilkan bentuk persamaan baru, persamaan tersebut dikembangkan dari persamaan yang sebelumnya untuk mengukur parameter jangka panjang dengan menggunakan regresi ekonometri dengan menggunakan model ECM :


(51)

DLnUMKMt = β0 + β1DLnCARt + β2DLnCCRt + β3DLnROAt +

β4DLnBOPOt + β5DLnLARt-1 + β6DLnCARt-1 + β7DLnCCRt-1 + β8DLnROAt-1

+ β9DLnBOPOt-1 + β10DLnLARt-1 + ECT + t……….(7)

ECT = LnCARt-1 + LnCCRt-1 + LnROAt-1 + LnBOPOt-1 + LnLAR

t-1………(8)

Keterangan :

DLnUMKMt : Kredit UMKM (miliyar rupiah). DLnCARt : Capital adequacy ratio (persen). DLnCCRt : Core capital ratio (persen) DLnROAt : Return on assets (persen).

DLnBOPOt : Biaya operasional, pendapatan operasional (persen). DLnLARt : Liquid assets ratio (persen)

DLnCARt-1 : Kelambanan capital adequacy ratio. DLnCCRt-1 : Kelambanan core capital ratio. DLnROAt-1 : Kelambanan Return on assets.

DLnBOPOt-1 : Kelambanan biaya operasional, pendapatan operasional. DLnLARt-1 : Kelambanan liquid assets ratio

t : Residual.

D : Perubahan.

t : Periode Waktu.


(52)

1. Uji Akar Unit (Unit Root Test).

Konsep yang dipakai untuk menguji stasioner suatu data runtun waktu adalah uji akar unit. Apabila suatu data runtun waktu bersfat tidak stasioner, maka dapat dikatakan bahwa data tersebut tengah mengalami persoalan akar unit (unit root problem).

Keberadaan unit root problem bisa terlihat dengan cara membandingkan nilai T-statistik hasil regresi dengan nilai Test Augmented Dickey Fuller.

Model persamaannya adalah sebagai berikut :

ΔFDIt = a1 + a2T + ΔUMKMt-1 + ai ΔUMKMt-1 + et………...(9)

Dimana ΔUMKMt-1 = (ΔUMKMt-1-ΔUMKMt-2) dan seterusnya, m = panjangnya time-lag berdasarkan I = 1,2…..m. hipotesis 0 masih tetap = 0 atau = 1, nilai T-statistik ADF sama dengan nilai T-statistik DF. 2. Uji Derajat Integrasi.

Apabila pada uji akar unit diatas data runtun waktu yang diamati belum stasioner, maka langkah berikutnya adalah melakukan uji derajat integrasi untuk mengetahui pada derajad integrasi keberapa data akan stasioner. Uji derajat integrasi dilaksanakan dengan model :

ΔUMKMt = β1 + ΔUMKMt-1 + ai ΔUMKMt-1 +

et………(10)

ΔUMKMt = β1 + β2T ΔUMKMt-1 + ai ΔUMKMt-1 + et……….(11)


(53)

Nilai T-statistik hasil regresi persamaan (10) dan (11) dibandingkan dengan nilai T-statistik pada tabel DF. Apabila nilai pada kedua persamaan sama dengan satu maka variabel ΔUMKMt dikatakan

stasioner pada derajat satu, atau disimbolkan ΔUMKMt~I(1). Tetapi kalau tidak berbeda dengan nol, maka variabel ΔUMKMt belum stasioner derajat integrasi pertama. Maka itu pengujian dilanjutkan ke uji derajat intagrasi kedua, ketiga dan seterusnya sampai didapatkan data variabel ΔUMKMt yang stasioner.

3. Uji Kointegrasi.

Uji kointegrasi yang paling sering dipakai uji Engle-Granger (EG), uji Augmented Engle-Granger (AEG) dan uji Cointegrating Regression Durbin-Watson (CRDW). Untuk mendapatkan nilai EG, AEG dan CRDW hitung. Data yang akan digunakan harus sudah berintegrasi pada derajat yang sama. Pengujian OLS terhadap suatu persamaan di bawah ini :

UMKMt = a0 = a1ΔCARt + a2ΔCCRt + a3ΔROAt + a4BOPOt + a5LARt + et…...(12)

Dari persamaan (12), simpan residual (error terms). Langkah berikutnya adalah menaksir model persamaan autoregressif dari residual tadi berdasarkan persamaan-persamaan berikut :

Δ t= t-1………..(13)

Δ t= t-1 + ai Δ t-1……….(14) Dengan uji hipotesisnya :


(54)

H0 : = I(1), artinya tidak ada kointegrasi. Ha : # I(1), artinya ada kointegrasi.

Berdasarkan hasil regresi OLS pada persamaan (12) akan memperoleh nilai CRDW hitung (nilai DW pada persamaan tersebut) untuk kemudian dibandingkan dengan CRDW tabel. Sedangkan dari persamaan (13) dan (14) akan diperoleh nilai EG dan AEG hitung yang nantinya juga dibandingkan dengan nilai DF dan ADF tabel.

4. Uji Error Correction Model (ECM).

Apabila lolos dari uji kointegrasi, selanjutnya akan diuji menggunakan model linier dinamis untuk mengetahui kemungkinan terjadinya perubahan struktural, sebab hubungan keseimbangan jangka panjang antara variabel bebas dengan variabel terkait dari hasil uji kointegrasi tidak akan berlaku setiap saat. Secara singkat, proses bekerjanya ECM pada persamaan penyaluran kredit UMKM (5) yang telah diubah menjadi :

ΔUMKMt = a0 + a1ΔCARt + a2ΔCCRt + a3ΔROAt + a4ΔBOPOt +

a5ΔLARt + a5et-1 +

et………(15)

5. Uji Asumsi Klasik.

Pengujian yang dilakukan pada uji asumsi klasik terdiri dari : uji multikolinearitas, uji heterokedastisitas, uji autokorelasi (Maddala, 1992).


(55)

a. Uji Multikolinearitas.

Berkaitan dengan masalah multikolinearitas, Sumodiningrat (1994) mengemukakan bahwa tiga hal yang perlu dibahas terlebih dahulu :

1) Multikolinearitas pada hakekatnya adalah fenomena sampel. 2) Multikolinearitas adalah persoalan derajat dan bukan persoalan

jenis.

3) Masalah multikolinearitas hanya berkaitan dengan adanya hubungan linier diantara variabel-variabel bebas.

Multikolinearitas adalah adanya hubungan eksak linier antar variabel penjelas. Multikolinearitas terjadi diduga apabila nilai R2 tinggi, nilai t semua variabel penjelas tidak signifikan, dan nilai f tinggi.

Konsekuensi multikolinearitas :

1) Kesalahan standar cenderung semakin besar dengan meningkatnya tingkat korelasi antar variabel.

2) Karena besarnya kesalahan standar, selang keyakinan untuk parameter populasi yang relevan cenderung lebih besar.

3) Taksiran koefisien dan kesalahan standar regrasi menjadi sangat sensitif terhadap sedikit perubahan dalam data.

Konsekuensi multikolinearitas adalah invalidnya signifikansi variabel maupun besaran koefisien variabel dan konstanta. Multikolinearitas diduga terjadi apabila estimasi menghasilkan nilai


(56)

R kuadrat yang tinggi (lebih dari 0,85), nilai F tinggi, dan nilai T-statistik semua atau hamper semua variabel penjelas tidak signifikan. b. Uji Heteroskedastisitas.

Heteroskedastisitas terjadi bila distribusi probabilitas tetap sama dalam semua obesrvasi x, dan varians setiap residual adalah sama untuk semua nilai variabel penjelas :

Var (u) = E[ut-E(ut)]2

= E(ut)2 = s2u konstan

Penyimpangan terhadap asumsi diatas disebut heteroskedastisitas. Pengujian heteroskedastisitas dilakukan dengan uji Glesjer berikut ini:

et = β1 xi + vt

dimana : β = nilai absolute residual persamaan yang diestimasi xi = variabel penjelas

vt = unsur gangguan

Apabila nilai T-statistik signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis adanya heterokidastisitas tidak dapat ditolak.

Ada beberapa metode yang dipakai untuk mendeteksi ada atau tidaknya heteroskedastisitas dalam model empiris, seperti dengan menggunakan uji Park tahun 1966, uji Glejser tahun 1969, uji White 1980 dan uji Breusch-Pagan-Godfre (Gujarati, 1995). Konsekuensi heterokedastisitas :


(57)

1) Penaksiran OLS tetap tak bias dan konsisten tetapi tidak lagi efisien dalam sampel kecil dan besar.

2) Variansnya tidak lagi minimum. c. Uji Autokorelasi.

Gujarati (1995) autokorelasi terjadi bila nilai gangguan dalam periode tertentu berhubungan dengan nilai gangguan sebelumnya. Asumsi non-autokorelasi berimplikasi bahwa kovarians ui dan uj sama dengan nol :

Cov(uiuj) = E[(ui-E(ui)][uj-E(uj)] = E(uiuj) = 0 untuk i+j

Uji d Durbin-Watson (Durbin-Watson d Test)

Model ini deperkenalkan oleh J.Durbin dan G.S Watson tahun 1951. Dekteksi autokorelasi dilakukan dengan membandingkan nilai statistik Durbin-Watson hitung dengan Durbin-Watson tabel. Pendeteksian ada tidaknya autokorelasi pada persamaan yang mengandung variabel dependen kelambanan, dapat dilakukan uji Durbin LM seperti berikut ini :

ut = xt’d + TYt-1 + Ut-1 + et

dimana : ut = residual dari model yang diestimasi. xt = variabel-variabel penjelas.

Yt-1 = variabel dependen kelambanan. Ut-1 = residual kelambanan.


(58)

Apabila T-hitung dari residual kelambanan signifikan, maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis tidak adanya autokorelasi tidak dapat ditolak.

Autokorelasi adalah adanya hubungan antar residual pada suatu pengamatan dengan pengamatan lain. Konsekuensi autokorelasi adalah biasanya varians dengan nilai yang lebih kecil dari nilai sebenarnya, sehingga nilai R kuadrat dan F-statistik yang dihasilkan cenderung sangat berlebihan. Cara mendeteksi adanya autokorelasi adalah dengan membandingkan nilai Durbin-Watson statistik hitung dengan Durbin-Watson statistik tabel.

d. Uji Normalitas.

Uji normalitas dilakukan untuk menguji apakah sebuah model regresi, variabel dependen, variabel independen atau keduanya mememiliki distribusi normal atau tidak (Ghozali, 2006). Model regresi yang baik adalah yang datanya berdistribusi normal atau mendekati normal. Penelitian ini mengunakan uji normalitas dengan One-Sample Klomogrov-Sukirnov. Pengujian One-Sample Klomogrov-Smirnov dikatakan memenuhi asumsi normalitas apabila nilai signifikasinya lebih besar dari α = 0,05.

e. Uji Linieritas.

Uji linearitas dipergunakan untuk melihat apakah model yang dibangun mempunyai hubungan linear atau tidak (Ghozali, 2006). Uji ini jarang digunakan pada berbagai penelitian, karena biasanya


(59)

model dibentuk berdasarkan telaah teoritis bahwa hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikatnya adalah linear. Hubungan antar variabel yang secara teori bukan merupakan hubungan linear sebenarnya sudah tidak dapat dianalisis dengan regresi linear, misalnya masalah elastisitas.

Jika ada hubungan antara dua variabel yang belum diketahui apakah linear atau tidak, uji linearitas tidak dapat digunakan untuk memberikan adjustment bahwa hubungan tersebut bersifat linear atau tidak. Uji linearitas dipergunakan untuk mengkonfirmasikan apakah sifat linear antara dua variabel yang diidentifikasikan secara teori sesuai atau tidak dengan hasil observasi yang ada. Uji linearitas dapat menggunakan uji Durbin-Watson, Ramsey Test atau uji Lagrange Multiplier.


(60)

BAB IV

GAMBARAN UMUM

A. Perkembangan penyaluran kredit UMKM BPD di Indonesia

Sesuai dengan data Statistik Perbankan Indonesia, kinerja kredit BPD menunjukkan pertumbuhan yang cukup baik. Pada Maret 2015 posisi kredit BPD mencapai 304,492 milyar rupiah atau meningkat sebesar 13,02 persen dibandingkan posisi Maret 2014 sebesar 269,419 milyar rupiah sebagaimana gambar 3.

Perkembangan kredit UMKM BPD di Indonesia pada periode Januari 2012 hingga Desember 2015.

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2015 (data diolah)

Gambar 3 0,00 10.000,00 20.000,00 30.000,00 40.000,00 50.000,00 60.000,00 Ja n -12 Apr -12 Jul -12 O k t-12 Ja n -13 Apr -13 Jul -13 O k t-13 Ja n -14 Apr -14 Jul -14 O k t-14 Ja n -15 Apr -15 Jul -15 O k t-15 Juta an R upi an Periode

Kredit BPD


(61)

Berdasarkan data Bank Indonesia (BI) per Desember 2012 menunjukkan pembiayaan bank ke sektor Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) hanya 526,4 milyar rupiah atau sekitar 19 persen dari total penyaluran kredit bank sebesar 2.707,85 milyar rupiah. Lalu kredit yang disalurkan kepada UMKM pada Juni 2015 tercatat senilai 710,9 milyar rupiah, tumbuh 9,2 persen , melambat dibanding pertumbuhan Mei 2015 9,3 persen.

Seperti diketahui, hingga Juni 2015, outstanding penyaluran kredit industri perbankan tercatat senilai 3.863,9 milyar rupiah. Total penyaluran kredit perbankan pada Juni 2015 tersebut naik tipis sebesar 1,84 persen dari bulan Mei yang tercatat senilai 3.794 milyar rupiah. Posisi kredit yang disalurkan oleh perbankan pada Juni 2015 tersebut tumbuh 5.55 persen sedikit naik dibandingkan pertumbuhan bulan sebelumnya yakni Mei sebesar 5.55 persen.

B. Perkembangan CAR BPD di Indonesia

Perkembangan CAR BPD di Indonesia periode Januari 2012 sampai dengan Desember 2015 berfluktuatif namun menunjukkan tren meningkat pada akhir tahun 2015. Pada Juli 2015 posisi CAR BPD mencapai 17,75 persen atau meningkat sebesar 2,13 persen dibandingkan posisi Juni 2013 sebesar 15,62 persen sebagaimana Gambar 4.


(62)

Perkembangan CAR BPD di Indonesia pada periode Januari 2012 hingga Desember 2015.

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2015 (data diolah)

Gambar 4

Apabila mengacu pada data seluruh bank di Indonesia, perkembangan rata-rata Capital Adequacy Rate (CAR) bank umum dalam dua tahun terakhir mengalami peningkatan sebesar 20,78 persen hingga bulan Juli 2015. Namun rata-rata CAR sempat mengalami penurunan sebesar 20,28 persen pada bulan Juni 2015. Nilai CAR hingga Juli 2015 mengalami kenaikan menjadi 20,78 persen dibandingkan dengan 20,28 persen pada bulan Juni 2015. Nilai CAR tersebut masih berada pada batas aman karena masih jauh ditas ketentuan minimum sebesar 8 persen. Kondisi tersebut mengindikasikan bahwa daya tahan perbankan masih cukup tinggi ketika dalam gejolak perekonomian yang tak kian menentu.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Ja n -12 Apr -12 Jul -12 O k t-12 Ja n -13 Apr -13 Jul -13 O k t-13 Ja n -14 Apr -14 Jul -14 O k t-14 Ja n -15 Apr -15 Jul -15 O k t-15 P er sen Periode

CAR BPD


(63)

C. Perkembangan CCR BPD di Indonesia

Perkembangan CCR pada BPD seluruh Indonesia berjalan bersamaan dengan perkembangan CAR BPD, sebagaimana pada grafik CAR dan CCR berfluktuatif secara bersamaan. Pada November 2015 posisi CCR BPD mencapai 18,56 persen atau meningkat sebesar 4,09 persen dibandingkan posisi Juni 2013 sebesar 14,47 persen.

Perkembangan CCR BPD di Indonesia pada periode Januari 2012 hingga Desember 2015.

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2015 (data diolah)

Gambar 5 D. Perkembangan ROA BPD di Indonesia

Perkembangan ROA BPD di Indonesia tahun 2012 sampai 2015 terbilang fluktuatif namun cenderung menurun, pada bulan Oktober 2012 ROA turun dari 4,48 persen menjadi 2,95 persen, bulan Januari 2013 naik menjadi 4,14 persen. Akhir tahun 2015 ROA mengalami penurunan menjadi 2,40 persen.

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 Ja n -12 Apr -12 Jul -12 O k t-12 Ja n -13 Apr -13 Jul -13 O k t-13 Ja n -14 Apr -14 Jul -14 O k t-14 Ja n -15 Apr -15 Jul -15 O k t-15 P er sen Periode

CCR BPD


(64)

Dari sisi aset dan modal, untuk return on assets (ROA) sebesar 2,5 persen hanya dapat dipenuhi oleh 21 BPD.

Perkembangan ROA BPD di Indonesia pada periode Januari 2012 hingga Desember 2015.

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2015 (data diolah)

Gambar 6 E. Perkambangan BOPO BPD di Indonesia

Dalam efisiensi perbankan, rasio BOPO mengalami kenaikan menjadi 81,46 persen pada Agustus 2015 dibandingkan dengan Juni 2015 sebesar 80,42 persen. Nilai BOPO idealnya 60 persen namun nilai BOPO di Indonesia rata-rata masih dalam 80 persen. Peningkatan BOPO dikarenakan biaya operasional yang terus membesar. Hal ini menunjukan tingkat efisiensi perbankan masih rendah sehingga banyak biaya operasional yang harus ditekan untuk meningkatkan efisiensi kinerja perbankan. Sementara itu, dari sisi BPD rasio beban operasional terhadapan pendapatan operasional maksimal 75 persen, hanya dipenuhi 17 BPD.

0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50 3,00 3,50 4,00 4,50 5,00 Ja n -12 Apr -12 Jul -12 O k t-12 Ja n -13 Apr -13 Jul -13 O k t-13 Ja n -14 Apr -14 Jul -14 O k t-14 Ja n -15 Apr -15 Jul -15 O k t-15 P er sen Periode

ROA BPD


(65)

Perkembangan BOPO BPD di Indonesia pada periode Januari 2012 hingga Desember 2015.

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2015 (data diolah)

Gambar 7 F. Perkembangan LAR BPD di Indonesia

Perkembangan LAR BPD di Indonesia pada periode Januari 2012 hingga Desember 2015.

Sumber : Statistik Perbankan Indonesia, 2015 (data diolah)

Gambar 8 60,00 65,00 70,00 75,00 80,00 85,00 Ja n -12 Apr -12 Jul -12 O k t-12 Ja n -13 Apr -13 Jul -13 O k t-13 Ja n -14 Apr -14 Jul -14 O k t-14 Ja n -15 Apr -15 Jul -15 O k t-15 P er sen Periode

BOPO BPD

0,00 5,00 10,00 15,00 20,00 25,00 30,00 35,00 40,00 Ja n -12 Apr -12 Jul -12 O k t-12 Ja n -13 Apr -13 Jul -13 O k t-13 Ja n -14 Apr -14 Jul -14 O k t-14 Ja n -15 Apr -15 Jul -15 O k t-15 P er sen Periode

LAR BPD


(66)

Perkembangan LAR BPD di Indonesia tahun 2012 sampai 2015 terbilang fluktuatif namun cenderung menurun, pada bulan Oktober 2012 LAR turun dari 35 persen menjadi 24 persen, bulan Januari 2015 naik menjadi 31 persen. Akhir tahun 2015 LAR mengalami penurunan menjadi 25 persen.

Penurunan perolehan laba perbankan juga disebabkan oleh faktor likuiditas yang ketat dan menurunnya prospek bisnis sehingga bank cenderung defensif dalam menjalankan bisnisnya. Kombinasi perlambatan likuiditas yang ketat memaksa bank untuk mengurangi penyaluran kreditnya. Risiko kredit juga menjadi rem dalam penyaluran kredit agar kualitas asset produktif tetap terjaga. Penurunan laba juga disebabkan industri perbankan yang lebih menjaga kualitas kredit dan mengamankan kondisi likuiditas dibandingkan mendorong laju pertumbuhan kreditnya sepanjang 2014.


(1)

Uji

Error Correction Model

(ECM)

Dependent Variable: D(UMKM)

Method: Least Squares Date: 09/11/16 Time: 11:17

Sample (adjusted): 2012M02 2015M12 Included observations: 47 after adjustments

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 0.002949 0.002146 1.374340 0.1770 D(ROA) -0.044184 0.009091 -4.860470 0.0000 D(LAR) -0.000561 0.000800 -0.701280 0.4872 D(CCR) 0.000809 0.004927 0.164158 0.8704 D(CAR) -0.004361 0.004517 -0.965519 0.3401 D(BOPO) -0.003329 0.000976 -3.411107 0.0015 ECT(-1) -0.315592 0.108451 -2.910000 0.0059

R-squared 0.502992 Mean dependent var 0.005044 Adjusted R-squared 0.428440 S.D. dependent var 0.018949 S.E. of regression 0.014326 Akaike info criterion -5.516910 Sum squared resid 0.008209 Schwarz criterion -5.241356 Log likelihood 136.6474 Hannan-Quinn criter. -5.413217 F-statistic 6.746922 Durbin-Watson stat 2.053985 Prob(F-statistic) 0.000054


(2)

Uji Multikolinearitas

UMKM

ROA

LAR

CCR

CAR

BOPO

UMKM 1,000000

-0,77917 -0,479327

-0,36989 -0,24006

0,39038

ROA

-0,779175

1,000000 0,245880

0,342882 0,232451 -0,70859

LAR

-0,479327

0,245880 1,000000

-0,08735 0,038246 -0,19268

CCR

-0,369890

0,342882 -0,087354

1,000000 0,765562 -0,13713

CAR

-0,240062

0,232451 0,038246

0,765562 1,000000 -0,01332

BOPO

0,390380

-0,70859 -0,192684

-0,13713 -0,01332

1,000000


(3)

Uji Heterokedastisitas dengan

White Test

Heteroskedasticity Test: White

F-statistic 0.714392 Prob. F(20,27) 0.7789 Obs*R-squared 16.61062 Prob. Chi-Square(20) 0.6781 Scaled explained SS 10.71847 Prob. Chi-Square(20) 0.9532

Test Equation:

Dependent Variable: RESID^2 Method: Least Squares Date: 09/11/16 Time: 11:26 Sample: 2012M01 2015M12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.034003 0.395870 -0.085893 0.9322 ROA 0.028316 0.025102 1.128025 0.2692 ROA^2 -0.001836 0.002281 -0.805046 0.4278 ROA*LAR 0.000214 0.000529 0.404694 0.6889 ROA*CCR 0.001707 0.002033 0.839370 0.4086 ROA*CAR -0.002499 0.001734 -1.441609 0.1609 ROA*BOPO -5.25E-05 0.000223 -0.235694 0.8154 LAR -0.003532 0.006480 -0.545065 0.5902 LAR^2 -4.61E-06 9.27E-06 -0.496637 0.6235 LAR*CCR 9.35E-05 9.84E-05 0.949598 0.3507 LAR*CAR -0.000103 0.000119 -0.865370 0.3945 LAR*BOPO 4.63E-05 7.12E-05 0.650548 0.5208 CCR -0.013263 0.017802 -0.745040 0.4627 CCR^2 0.000747 0.000552 1.353710 0.1871 CCR*CAR -0.001638 0.001046 -1.565261 0.1292 CCR*BOPO 0.000164 0.000178 0.921775 0.3648 CAR 0.023592 0.019355 1.218879 0.2334 CAR^2 0.000940 0.000587 1.601308 0.1209 CAR*BOPO -0.000296 0.000175 -1.693796 0.1018 BOPO -0.002120 0.006426 -0.329872 0.7440 BOPO^2 2.70E-05 2.79E-05 0.969299 0.3410

R-squared 0.346055 Mean dependent var 0.000459 Adjusted R-squared -0.138350 S.D. dependent var 0.000602 S.E. of regression 0.000642 Akaike info criterion -11.56461 Sum squared resid 1.11E-05 Schwarz criterion -10.74596 Log likelihood 298.5506 Hannan-Quinn criter. -11.25524 F-statistic 0.714392 Durbin-Watson stat 1.457107 Prob(F-statistic) 0.778854


(4)

Uji Autokorelasi dengan

LM Test

Breusch-Godfrey Serial Correlation LM Test:

F-statistic 2.004285 Prob. F(1,23) 0.1293 Obs*R-squared 2.411881 Prob. Chi-Square(1) 0.0932

Test Equation:

Dependent Variable: RESID Method: Least Squares Date: 09/11/16 Time: 11:27 Sample: 2012M01 2015M12 Included observations: 48

Presample missing value lagged residuals set to zero.

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C -0.004339 0.126626 -0.034263 0.9728 ROA 0.000810 0.010796 0.075056 0.9406 LAR 0.000432 0.000925 0.467120 0.6430 CCRATMR 0.000659 0.006498 0.101373 0.9198 CAR -0.000104 0.006027 -0.017176 0.9864 BOPO -0.000239 0.001376 -0.173924 0.8628 RESID(-1) 0.368254 0.164288 2.241510 0.0308

R-squared 0.133581 Mean dependent var -1.26E-15 Adjusted R-squared -0.044146 S.D. dependent var 0.021640 S.E. of regression 0.022113 Akaike info criterion -4.617955 Sum squared resid 0.019070 Schwarz criterion -4.267105 Log likelihood 119.8309 Hannan-Quinn criter. -4.485369 F-statistic 0.751607 Durbin-Watson stat 1.900487 Prob(F-statistic) 0.646275


(5)

Uji Normalitas dengan

JB Test

0 1 2 3 4 5 6 7 8

-0.02 0.00 0.02 0.04

Series: Residuals

Sample 2012M01 2015M12 Observations 48

Mean -1.26e-15 Median -0.002036 Maximum 0.050524 Minimum -0.032059 Std. Dev. 0.021640 Skewness 0.626983 Kurtosis 2.685626 Jarque-Bera 3.342527 Probability 0.188009


(6)

Uji Linearitas dengan

Ramsey Test

Ramsey RESET Test Equation: UNTITLED

Specification: UMKM C ROA LAR CCRATMR CAR BOPO Omitted Variables: Squares of fitted values

Value df Probability t-statistic 1.603929 41 0.1164 F-statistic 2.572588 (1, 41) 0.1164 Likelihood ratio 2.921096 1 0.0874

F-test summary:

Sum of Sq. df

Mean Squares Test SSR 0.001300 1 0.001300 Restricted SSR 0.022010 42 0.000524 Unrestricted SSR 0.020711 41 0.000505 Unrestricted SSR 0.020711 41 0.000505

LR test summary:

Value df Restricted LogL 116.3897 42 Unrestricted LogL 117.8502 41

Unrestricted Test Equation: Dependent Variable: UMKM Method: Least Squares Date: 09/11/16 Time: 11:29 Sample: 2012M01 2015M12 Included observations: 48

Variable Coefficient Std. Error t-Statistic Prob.

C 71.43081 41.10462 1.737781 0.0898 ROA -1.939538 1.153461 -1.681494 0.1003 LAR -0.107876 0.064183 -1.680770 0.1004 CCR -0.491113 0.292189 -1.680807 0.1004 CAR 0.378669 0.225336 1.680467 0.1005 BOPO -0.108831 0.064682 -1.682556 0.1001 FITTED^2 -2.240255 1.396730 -1.603929 0.1164

R-squared 0.821798 Mean dependent var 4.667609 Adjusted R-squared 0.795720 S.D. dependent var 0.049727 S.E. of regression 0.022475 Akaike info criterion -4.618758 Sum squared resid 0.020711 Schwarz criterion -4.345875 Log likelihood 117.8502 Hannan-Quinn criter. -4.515635 F-statistic 31.51268 Durbin-Watson stat 1.184386 Prob(F-statistic) 0.000000