Optimasi Pemberian Air Dan Pemupukan Kedelai (Glycine Max L Merril ) Di Lahan Sawah Beriklim Kering Di Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat

OPTIMASI PEMBERIAN AIR DAN PEMUPUKAN KEDELAI
( Glycine max L.Merril ) DI LAHAN SAWAH BERIKLIM
KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT NUSA
TENGGARA BARAT

NANI HERAWATI

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN
SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Optimasi Pemberian Air
dan Pemupukan Kedelai( Glycine max L.Merril) di Lahan Sawah Beriklim Kering
di Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat adalah benar karya saya
dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun
kepada perguruan tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip
dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka di bagian akhir tesis

ini.
Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut
Pertanian Bogor.

Bogor, Desember 2016
Nani Herawati
A252140271

RINGKASAN
NANI HERAWATI. Optimasi Pemberian Air dan Pemupukan Kedelai (Glycine
max L.Merril ) Di Lahan Sawah Beriklim Kering di Kabupaten Lombok Barat
Nusa Tenggara Barat. Dibimbing oleh MUNIF GHULAMAHDI dan EKO
SULISTYONO.
Kedelai (Glycine max L. Merril) merupakan komoditas yang sudah umum
dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan tempe, tahu, kecap, serta bungkil
kedelai sebagai pakan ternak. NTB adalah wilayah potensial sebagai penghasil
kedelai setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah. Permasalahan utama yang dihadapi
dalam pengembangan kedelai di lahan sawah beriklim kering adalah keterbatasan
air dan kesuburan tanah yang kurang. Langkah yang dilakukan untuk mengatasi
permasalahan ini adalah mengoptimalkan pengelolaan air dengan mengatur

jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman dan memperbaiki kesuburan tanah
dengan menambahkan pupuk dan bahan organik.
Penelitian ini bertujuan untuk (1) Mendapatkan respon pertumbuhan kedelai
pada berbagai interval pemberiaan air dan pemupukan di lahan sawah beriklim
kering serta mendapatkan parameter yang diperlukan untuk menghitung interval
irigasi yang tepat, (2) Mendapatkan dosis pemupukan Fosfor dan pupuk organik
yang optimal di lahan sawah beriklim kering .
Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Juli 2015 sampai November 2015 di
Desa Sesela Kecamatan Gunung Sari Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara
Barat. Percobaan I optimasi pemberian air menggunakan rancangan petak terpisah
dengan tiga ulangan sebagai petak utama adalah interval pemberiaan air (2, 9,16,
23 dan 30 hari) dan anak petak adalah tiga jenis varietas kedelai yaitu Anjasmoro,
Burangrang dan Tanggamus. Percobaan II adalah optimasi pemupukan
menggunakan rancangan acak kelompok 2 faktor dan tiga ulangan yaitu
pemberian pupuk fosfor dengan 4 taraf dosis pemupukan dan tiga ulangan (0 , 36 ,
72, 108 kg P2O5 .ha-1 ) dan pemberiaan pupuk organik dengan 4 taraf dosis pupuk
organik. ( 0, 2.5,5, dan 7.5 ton. ha-1).
Hasil percobaan I menunjukkan bahwa interaksi interval pemberiaan air
dengan varietas berpengaruh terhadap pertumbuhan, hasil dan komponen hasil,
diantaranya tinggi tanaman, jumlah daun, luas daun, bobot 100 biji dan jumlah

polong.Varietas Tanggamus memiliki jumlah polong kedelai tertinggi 146.33 dan
produktivitas tertinggi 4.2 ton. ha-1 dibandingkan Burangrang dan Anjasmoro 3.5
ton. ha-1 dan 3.7 ton. ha-1. Hasil percobaan II menunjukan bahwa dengan
penambahan pupuk P sebesar 108 kg P2O5. ha-1 dan 5 ton. ha-1 pupuk organik ha-1
dapat meningkatkan jumlah polong kedelai tertinggi yaitu sebesar 103 polong
dan dosis optimum pupuk P 72 kg P2O5. ha -1 dan organik 7.5 ton. ha-1 dapat
meningkatkan produktivitas kedelai di lahan sawah beriklim kering di Kabupaten
Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.

Kata kunci : Anjasmoro, Burangrang, Fosfor, Organik, Tanggamus

SUMMARY
NANI HERAWATI. Optimization of Irrigation and Fertilization of Soybean
(Glycine max L.Merril ) on Rice Field under Dry Climate Condition in the District
of West Lombok, West Nusa Tenggara. Supervised by MUNIF GHULAMAHDI
and EKO SULISTYONO.
Soybean (Glycine max L. Merril ) is well known as raw material of tempe,
tofu, soy souce, and even as animal feed. West Nusa Tenggara (NTB) is a
province which has potential to be a producer of soybean after East and Central
Java. The main issues in the development of soybean are dry climate area, the

availability of water and low soil fertility. This can be solved by optimizing the
irrigation management and improving the fertility of the soil.
The aims of this study are to obtain: 1) the soybean growth response in
several irrigation intervals and fertilization types, (2) optimal dosage of phosphor
(P) and organic fertilizer on rice field under dry climate condition in the district of
West Lombok, West Nusa Tenggara.
The study was conducted from June 2015 to November 2015 at Sasela
Vilage, Gunung Sari sub-district, West Lombok district, West Nusa Tenggara.
This study consists of two experiment. Experiment I studied irrigation
optimization using Split Plot design with 3 replications with the main plots were
irrigation intervals (2, 9, 16, 23 and 30 days) and sub plots were soybean varieties
(Anjasmoro, Burangrang and Tanggamus). Experiment II studied fertilization
optimization using Randomized Complete Block Design with two factors and 3
replications. The treatments were the dosage of P (0, 36, 72, 108 kg P2O5 ha-1) and
organic fertilizer (0, 2.5, 5, 7.5) tons.ha-1.
The result of this research showed that in the experiment I the interaction
between irrigation interval and varieties influenced growth, yield and yield
component, such as plant hight, number of leaves, leaf area, 100 seeds weight and
number of filled pod. Tanggamus variety has the highest of pods number 146.33
in dry and highest productivity i.e. 4.2 ton ha-1 while Burangrang and Anjasmoro

were 3.7 and 3.5 ton.ha-1, respectively. The experiment II showed significant
effect of interaction betwen 108 kg P2O5. ha-1 and 5 ton organic fertilizer.ha-1
resulted the highest pods number (103) and the optimum dosages to produce the
highest soybean yield on rice field under dry climate condition in the district of
West Lombok were 72 kg P2O5. ha-1 and d 7.5 ton organic fertilizer.
Key words: Anjasmoro, Burangrang, Organic, Phosphor, Tanggamus

© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016
Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini
dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB

OPTIMASI PEMBERIAN AIR DAN PEMUPUKAN KEDELAI
(Glycine max L. Merril) DI LAHAN SAWAH BERIKLIM
KERING DI KABUPATEN LOMBOK BARAT NUSA

TENGGARA BARAT

NANI HERAWATI

Tesis
sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains
pada
Program Studi Agronomi dan Hortikultura

SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2016

Penguji Luar Komisi pada ujian Tesis: Dr.Impron

PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah subhanahu wa ta’ala atas
segala karunia-Nya sehingga tesis ini berhasil diselesaikan. Penulis menyadari

sepenuhnya bahwa penulisan tesis ini tidak mungkin diselesaikan sendiri tanpa
bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Oleh sebab itu dengan penuh
keikhlasan dan penghargaan yang tulus penulis mengucapkan terimakasih kepada:
Prof Dr Ir Munif Ghulamahdi, MS dan Dr Ir Eko Sulistyono,M.Si selaku
komisi pembimbing atas semua arahan, saran, dan bimbingan dalam penyusunan
proposal sampai selesainya penulisan tesis. Dr. ir. Maya Melati, MS MSc selaku
Ketua Program Studi Agronomi dan Hortikultura dan Dr.Impron selaku penguji
tesis atas arahan, saran dan masukan dalam penyusunan tesis dan penyelesaian
studi serta Ir Bregas Budianto Ass dpl serta. atas segala petunjuknya dalam
meyediakan dan menggunakan alat Agrometereologi. Bapak dan Ibu Dosen
Program Studi Agronomi dan Hortikultura dan Agrometereologi dan Geofisika
atas segala bimbingan Ilmu dan pengetahuan selama mengikuti perkuliahan.
Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian atas beasiswa selama
menjalani pendidikan di SPS Institut Pertanian Bogor melalui Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat. Bapak Kepala Balai Pengkajian
Teknologi Pertanian NTB (Bpk Dr.Dwi Praptomo, Bapak Dr.Awaludin Hippi,
Bpk Dr.Nazam, Bapak Dr.Ahmad Suryadi) yang telah memberikan rekomendasi
dalam melaksanakan kuliah. Bapak H.Sayuti dan Mamik Sapri, ibu marni, ibu
Salmiyah, yang telah berkenan membantu dan memberi izin menggunakan
lahannya untuk penelitian serta Bapak Badrun dan Bapak Mujiono atas bantuan

teknis selama penelitian. Rekan-rekan Sekolah Pascasarjana IPB S2 dan S3 AGH
angkatan 2013 dan 2014 khususnya (Sholahudin, Yekti M, Hestya W, Ahmad
Nur, Gusti Eman Ayu, Hesti Pujiwati Bachtiar, Gerland ,Toyip H, Endriani, Ria
chaerunisya, Ratih Lestari, Halimah H, Rahmi T, Dwi, Amy S, Risfandi, Devi R)
yang telah memberikan semangat dan kerjasama selama melaksanakan penelitian
dan penulisan tesis.
Kepada keluarga besar Alm Ayahanda Drs.M.Din H.Umar dan Ibunda Hj.
Sukatmi Spd serta mertua Alm H.Muhamad Ismail dan Almarhumah Hj.Habibah
yang telah membantu dan mendoakan keberhasilan penulis selama pendidikan S2.
Suami tercinta Subhan SPd.MPd dan anak-anakku tercinta Fajrul Haq, Hishnul
Islam, Nabil Mughirrah atas izin, pengertian, ketabahan dan kesabaran, serta
pengorbanan, motivasi dan doanya selama menjalani pendidikan S2. Ua
Syamsudin dan Ua ida, Adinda Dwi W dan Yan W, Adinda Tri Bhuana Tungga
dewi dan Farid Wadjdi dan ananda asty Mulyanti yang telah bersama
mendampingi selama sekolah. atas segala semangat dan doanya serta seluruh
keponakan tercinta (Taufik,Yati, Mouza,qonita,sesa,almira,naila). Kepada semua
pihak yang telah berkontribusi dalam penelitian dan penulisan tesis yang tidak
dapat ditulis satu persatu, penulis ucapkan terimakasih.
Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Desember 2016

Nani Herawati

DAFTAR ISI
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
DAFTAR LAMPIRAN

xi
xii
xiv

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Perumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat Penelitiaan
Hipotesis

1
1

3
3
3
4

2 OPTIMASI PEMBERIAAN AIR DAN VARIETAS TERHADAP
PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DI LAHAN SAWAH
BERIKLIM KERING
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan

6
6
7
12
50

3 OPTIMASI PEMUPUKAN P DAN ORGANIK TERHADAP

PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DILAHAN SAWAH
BERIKLIM KERING.
Pendahuluan
Bahan dan Metode
Hasil dan Pembahasan
Kesimpulan

52
52
54
58
77

4 PEMBAHASAN UMUM

77

5 SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Saran

81
81
81

DAFTAR PUSTAKA

82

LAMPIRAN

87

RIWAYAT HIDUP

106

DAFTAR TABEL
1. Sifat fisik dan kimia tanah sebelum penelitian di lahan sawah
beriklim kering
2. Hasil sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi kedelai pada
perlakuan interval pemberian air dan varietas
3. Pengaruh interval pemberiaan air terhadap tinggi tanaman kedelai
pada berbagai umur penagamatan
4. Pengaruh varietas terhadap tinggi tanaman pada berbagai umur
pengamatan
5. Pengaruh interval pemberiaan air terhadap jumlah daun pada
berbagai umur pengamatan
6. Pengaruh varietas terhadap jumlah daun pada berbagai umur
pengamatan
7. Pengaruh interval pemberian air dan varieats terhadap luas daun,
jumlah cabang, jumlah bintil akar, kedalaman akar
8. Pengaruh interval pemberian air dan varietas terhadap bobot kering
brangkasan, bobot basah brangkasan, bobot kering tajuk dan bobot
biji pertanaman
9. Pengaruh interval pemberian air dan varietas terhadap kedelai cacat,
kadar air panen, kadar air simpan.
10.Pengaruh interval pemberian air dan varietas terhadap kedalaman
akar pada berbagai umur pengamatan
11.Pengaruh interval pemberian air dan varietas terhadap jumlah polong
hampa, jumlah polong produktif, jumlah polong, produksi ubinan
perpetak dan produksi ton perhektar
12.Hasil interaksi pengaruh jumlah interval pemberian air dengan
varietas terhadap komponen produksi
13.Tabel Pengaruh interval pemberian air dan varietas terhadap laju
tumbuh relatif I dan laju tumbuh relatif II
14.Nilai indeks sensitivitas pada jumlah polong produktif
15.Nilai indeks sensitivitas jumlah bobot 100 biji
16.Sifat fisik dan kimia tanah sebelum penelitian di lahan sawah
beriklim kering
17.Rekapitulasi sidik ragam komponen pertumbuhan dan produksi
kedelai pada perlakuan pupuk P dan organik
18.Pengaruh pupuk P terhadap rata –rata tinggi tanaman pada berbagai
umur pengamatan
19.Pengaruh pupuk organik terhadap rata –rata tinggi tanaman pada
berbagai umur pengamatan
20.Pengaruh pupuk P dan pupuk organik terhadap rata-rata jumlah daun
trifiolate pada berbagai umur pengamatan
21.Pengaruh pupuk P dan pupuk organik terhadap jumlah cabang,
jumlah bintil akar, panjang akar pada saat panen

15
18
24
24
27
27
38

38
42
43

45
47
49
50
51
59
60
62
62
64
65

22.Pengaruh pupuk P dan pupuk organik terhadap bobot kering
brangkasan, bobot basah brangkasan dan bobot biji/tanaman saat
panen
23.Pengaruh pupuk P dan pupuk organik terhadap jumlah polong hampa,
jumlah polong produktif, jumlah polong, produksi ubinan perpetak,
dan produksi ton/ha
24.Pengaruh pupuk P dan pupuk organik terhadap kandungan hara N ,
kandungan hara P, kandungan hara K, pada daun pada umur 8 MST
25.Pengaruh pupuk P dan pupuk organik terhadap serapan hara N , P, K,
pada daun pada umur 8 MST
26.Pengaruh pupuk P dan pupuk organik terhadap laju tumbuh relatif I
dan laju tumbuh relatif II

68

72
74
74
76

DAFTAR GAMBAR
1. Kerangka berpikir penelitian optimasi pemberian air dan pemupukan
2.
3.

4.
5.

6.

7.
8.
9.
10.

kedelai di lahan sawah beriklim kering di Kabupaten Lombok Barat
Nusa Tenggara Barat
Alat ukur cuaca (weather station)
Periode iklim di lokasi penelitiaan Dusun Setabel 23sela Kec.Gunung
Sari Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Keterangan
T(0C)= suhu, RH(%)= kelembaban, P(Kpa)= kecepatan angin, V(m/s)=
tekanan Udara, R(MJ.hari)= radiasi matahari
Peta lahan berdasarkan kondisi pewilayahan Desa Sesela Kec.Gunung
Sari Kab.Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Sumber: Balai
Penelitiaan Sumber Daya Lahan Bogor
Data iklim (rata-rata cuaca harian) selama percobaan berlangsung (17
Juli - 5 November 2015) Keterangan T(0C)= suhu, RH(%)=
kelembaban, P(Kpa)= kecepatan angin, V(m/s)= tekanan Udara,
R(MJ.hari)= radiasi matahari
Penampakan morfologi tanah dengan kondisi air tanah yang berbeda A
= interval pemberiaan air 2 hari sekali B = interval pemberiaan air 9
hari sekali C = interval pemberiaan air 16 hari sekali dan D = interval
pemberiaan air 23 hari sekali dan E = interv
Pengaruh interaksi interval pemberian air dan varietas terhadap kadar
air tanah. Keterangan huruf yang sama pada varietas yang sama
menunjukkan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT pada α= 5%
Pola respon kadar air tanah terhadap interval pemberian air pada
berbagai
Morfologi tanaman pada umur 8 MST Keterangan: V1= Anjasmoro, V2
= Burangrang V3 = Tanggamus
Pengaruh Interaksi perlakuan interval pemberiaan air dan varietas
terhadap tinggi tanaman pada 10 MST. Keterangan: huruf yang sama
pada varietas yang sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan
uji DMRT α = 5%.

5
12

13

14

14

21

22
23
25

26

11.Pola respon tinggi tanaman 10 MST terhadap interval pemberian air
pada berbagai varietas
12.Pengaruh interaksi perlakuan interval pemberiaan air terhadap Jumlah
daun pada 10 MST. Keterangan: huruf yang sama pada varietas yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT α = 5%.
13.Pola respon jumlah daun terhadap interval pemberian air pada berbagai
varietas
14.Pengaruh faktor tunggal varietas terhadap luas daun
15.Pengaruh faktor tunggal interval pemberiaan air terhadap luas daun
tanaman kedelai pada 8 MST
16.Pengaruh Interaksi perlakuan interval pemberiaan air dan varietas
terhadap luas daun. Keterangan: huruf yang sama pada varietas yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT α = 5%.
17.Pola respon luas daun terhadap interval pemberian air pada berbagai
varietas
18.Pengaruh faktor tunggal interval pemberiaan air terhadap bobot basah
brangkasan
19.Pengaruh faktor tunggal varietas terhadap bobot basah brangkasan
20.Pengaruh Interaksi perlakuan interval pemberiaan air terhadap bobot
kering brangkasan Keterangan: huruf yang sama pada varietas yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT α = 5%.
21.Pola respon bobot kering brangkasan pada berbagai interval pemberian
air
22.Pengaruh faktor tunggal varietas terhadap bobot kering brangkasan
23.Pola respon bobot brangkasan kering terhadap interval pemberian air
pada berbagai varietas
24.Pengaruh faktor tungal interval pemberian air terhadap kedalaman akar
25.Pengaruh faktor tungal varietas terhadap kedalaman akar
26.Pola respon kedalaman akar terhadap interval pemberian air pada
berbagai varietas
27.Pengaruh Interaksi perlakuan interval pemberiaan air terhadap bobot
kering brangkasan Keterangan: huruf yang sama pada varietas yang
sama menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT α = 5%.
28.Pola respon bobot kering tanaman pada interval pemberian air pada
berbagai varietas
29.Pengaruh Interaksi perlakuan interval pemberiaan air terhadap bobot 100
biji. Keterangan: huruf yang sama pada varietas yang sama menunjukan
tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT α = 5%.
30.Pola respon bobot 100 biji terhadap interval pemberian air pada
berbagai varietas
31.Pengaruh varietas terhadap kedelai cacat
32.Morfologi tanaman pada umur 10 MST Keterangan: V1= Anjosmoro,
V2 = Burangrang V3 = Tanggamus. Keterangan : A= interval
pemberiaan air 2 hari sekali. B= Interval pemberiaan air 9 hari sekali
C= interval pemberiaan air 16 hari sekali D=interval pemberiaa

26

28
29
30
30

31
31
32
33

33
34
34
35
35
36
37

39
40

40
41
42

44

33.Morfologi tanaman pada umur menjelang panen Keterangan: V1=
Anjasmoro, V2 = Burangrang V3 = Tanggamus. Keterangan
34.Pengaruh Interaksi perlakuan interval pemberiaan air terhadap umur
berbunga. Keterangan: huruf yang sama pada varietas yang sama
menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT α = 5%
35.Pengaruh Interaksi perlakuan interval pemberiaan air terhadap umur
panen. Keterangan: huruf yang sama pada varietas yang sama
menunjukan tidak berbeda nyata berdasarkan uji DMRT α = 5%
36.Pola respon jumlah polong terhadap interval pemberian air pada
berbagaivarietas
37.Pengaruh interaksi perlakuan pemberian pupuk P dan pupuk organik
pada tinggi tanaman 12 MST. Keterangan : Huruf yang sama pada dosis
pemupukan organik yang sama menunjukkan tidak berbeda nyata pada
uji DMRT α = 5%
38.Pola respon tinggi tanaman terhadap pemberian pupuk organik pada
berbagai pupuk
39.Pengaruh Interaksi perlakuan pupuk P dan pupuk organik terhadap
kedalaman akar saat panen. Huruf yang sama pada dosis pemupukan
organik yang berbeda menunujukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT
α = 5%
40.Pengaruh Interaksi perlakuan pupuk fosfor dan pupuk organik terhadap
kedalaman akar saat panen. Huruf yang sama pada dosis pemupukan
organik yang berbeda menunujukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT
α = 5%
41.Pola respon kedalaman akar terhadap pupuk organik pada berbagai
pupuk P
42.Pengaruh Interaksi perlakuan pupuk fosfor dan pupuk organik terhadap
bobot biji pertanaman . Huruf yang sama pada dosis pemupukan organik
yang berbeda menunujukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT α = 5%
43.Pola respon kedalaman akar terhadap pemberian pupuk organik pada
berbagai pupuk P.
44.Pengaruh Interaksi perlakuan pupuk fosfor dan pupuk organik terhadap
bobotbrangkasan basah. Huruf yang sama pada dosis pemupukan
organik yang berbeda menunujukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT
α = 5%
45.Pola respon bobot brangkasan basah terhadap pemberian pupuk organik
pada berbagai pupuk P.
46.Pengaruh Interaksi perlakuan pupuk P dan pupuk organik terhadap
jumlah polong pertanaman. Huruf yang sama pada dosis pemupukan
organik yang berbeda menunujukan tidak berbeda nyata pada uji DMRT
α=5
47.Pola respon jumlah polong terhadap pemberian pupuk organik pada
berbagai pupuk P
48.Pola respon produktivitas terhadap pemberian pupuk organik pada
berbagai pupuk
49.Pola hubungan konsumsi dan impor kedelai di Indonesia

44

46

47
48

63
64

66

67
68

69
70

70
71

73
73
75
77

DAFTAR LAMPIRAN
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21

Data debit pompa dan jumlah air yang diberikan ke masing-masing
perlakuan
Data Evaporasi panci selama penanaman mulai 2 MST
Analisis akhir tanah
Data kandungan pupuk organik
Data kandungan NPK pada tanah pada penelitian 2
Data Weather station per minggu
Keragaan pertanaman 2, 4,6 dan 8 MST
Kondisi perakaran pada berbagai interval pemberian air
Deskripsi varietas Burangrang
Deskripsi varietas Tanggamus
Deskripsi varietas Anjosmoro
Pola memasukkan Air melalui sumber air sungai menuju ke lahan
penelitian
Kesesuaian lahan untuk tanaman kedelai berdasarkan sifat fisika dan
kimia tanah
Analisis pemberian air 2 hari sekali
Analisis usaha tani pemberian air 9 hari sekali
Analisis usaha tani pemberian air 16 hari sekali
Analisis usaha tani pemberian air 23 hari sekali
Analisis usaha tani pemberian air 30 hari sekali
Lay out Peta penelitiaan Split Plot RAK untuk pemberiaan air terhadap
varietas
Lay out penelitiaan RAK faktorial untuk pemupukan P dan pupuk
organik
Data rata-rata cuaca mingguan selama masa tanam

88
90
91
91
92
92
93
94
95
95
96
96
97
98
99
100
101
102
103
104
105

1 PENDAHULUAN
Latar Belakang
Komoditas kedelai sudah umum dimanfaatkan sebagai bahan baku untuk
pembuatan tempe, tahu, kecap, susu serta bungkil kedelai yang digunakan sebagai
pakan ternak. Namun dewasa ini kedelai tidak hanya digunakan sebagai sumber
protein, tetapi juga sebagai pangan fungsional yang dapat mencegah penyakit
degenaratif seperti jantung koroner dan hipertensi. Kedelai mengandung zat
isoflavon yang merupakan antioksidan, hal ini menjadikan kedelai merupakan
komoditas pangan prioritas yang diprogramkan oleh Kementerian Pertanian untuk
memenuhi kebutuhan pangan masyarakat Indonesia (Badan Litbang Pertanian
2008).
Usaha pemenuhan kebutuhan kedelai ini menghadapi kendala berupa
semakin sempitnya lahan subur, oleh karena itu pemenuhan dapat dilaksanakan
dengan usaha intensifikasi. Usaha intensifikasi yang dapat dilakukan adalah
dengan penanaman kedelai setelah menanam tanaman pangan lainnya seperti
padi dan jagung dengan melakukan pengembangan penanaman kedelai pada areal
sawah, karena dari tahun 2004 sampai dengan saat ini peran kedelai pada lahan
sawah tetap dominan terutama di Jawa Timur, Jawa Tengah, DIY, Bali dan NTB
yang merupakan 83% dari total luas panen kedelai nasional (Subandi et al. 2007).
Nusa Tenggara Barat (NTB) merupakan salah satu provinsi penghasil kedelai di
Indonesia, pada tahun 2012 dan 2013 menduduki peringkat ke tiga setelah Jawa
Timur dan Jawa Tengah. Karakteristik biofisik lahan di NTB tersebut sesuai untuk
pertumbuhan tanaman kedelai, disebabkan oleh radiasi penyinaran dan
ketersediaan air yang cukup intensif (Hipi et al. 2014).
Kondisi di NTB dicirikan dengan iklim semi arid tropik yang dipengaruhi
oleh musim hujan dan musim kemarau. Musim hujan berlangsung dari bulan
Desember–Maret atau 4 bulan dan musim kemarau berlangsung dari bulan April–
November (Oldemen et al. 1980). Menurut klasifikasi Oldeman (1980), daerah
yang memiliki bulan basah kurang dari 3–4 bulan dan bulan kering 4–6 bulan dan
diatas 6 bulan digolongkan kedalam iklim D3, D4, E3 dan E4 atau daerah dengan
tipe iklim kering. Potensi ini memberi peluang NTB sebagai penghasil benih
kedelai. Hasil benih pada musim kemarau II pada lahan sawah irigasi dapat
digunakan kembali di lahan kering/pegunungan (Balitkabi 2010). Potensi luas
panen kedelai di NTB tahun 2010 mencapai 86 649 ha dengan produksi 93 122
ton sedangkan pada tahun 2011 mencapai 75 042 ha dengan tingkat produksi 88
099 ton (BPS 2011). Tahun 2013 luas panen kedelai di NTB 85 364 ha, dengan
produksi mencapai 97 ribu ton dan produktivitas 1.14 ton. ha-1 (BPS 2013).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Hipi et al. (2014) pada
lahan kering beriklim kering di Kabupaten Bima Nusa Tenggara Barat diperoleh
produktivitas kedelai sebesar 2.5 ton. ha-1 pada varietas Anjasmoro dan
Burangrang serta Tanggamus berkisar 2.0 ton. ha-1 masih belum mendekati
dengan potensi hasil varietas unggul kedelai yang dapat mencapai 3.25 ton. ha-1
(Balitkabi 2010). Basuki et al. (2011) dalam laporan penelitianya di lahan sawah
di Setanggor Lombok Tengah menggunakan varietas Anjasmoro dan Burangrang
berkisar antara 0.88 ton. ha-1 hingga 1.83 ton. ha-1, dan di Sakra Barat Lombok
Timur berkisar antara 0.80 ton. ha-1 hingga 1.43 ton. ha-1(Hipi et al. 2008).

2
Senjang produktivitas kedelai di tingkat petani dengan potensi genetik tanaman
kedelai masih cukup tinggi, hal ini disebabkan oleh tingkat kesuburan tanah yang
rendah, serta menanam kedelai di musim kemarau sering tidak memperoleh jatah
air yang mencukupi (Sumarno 1999) disamping itu penyebab utamanya adalah
teknik pengelolaan tanaman, rekayasa lingkungan tumbuh yang masih belum
optimal dan faktor genetik serta interaksi antara faktor genetik dan lingkungan
(Adisarwanto 2004; Chozin 2006). Perbaikan komponen teknologi dalam
meningkatkan produksi tanaman kedelai dapat dilakukan melalui penggunaan
varietas yang adaptif dan berdaya hasil tinggi serta melakukan modifikasi
lingkungan tumbuh.
Modifikasi lingkungan tumbuh dimaksud yaitu peningkatan efisiensi input
produksi pada lahan bekas sawah dapat dilakukan dengan cara pengolahan tanah
minimal, penggunaan genotipe yang toleran dan teknik mengatur ketersediaan air
bagi tanaman. Lahan sawah yang ketersediaan airnya sedikit bisa diatasi dengan
mengatur kebutuhan air untuk pertumbuhan dan perkembangan tanaman (Mulyani
2006). Peningkatan produktivitas kedelai di wilayah sentra produksi dapat
dilakukan dengan berbagai cara diantaranya (a) penyediaan benih dari varietas
unggul yang sesuai dengan spesifik lokasi (b) pemupukan dilakukan sesuai
dengan status hara tanah dan kebutuhan tanaman serta penyediaan jatah air irigasi
secara terencana dan sesuai dengan kebutuhan tanaman kedelai khususnya di
musim kemarau (Marwoto 2007; Ernawanto et al. 2007) disamping itu dengan
menanam kedelai di musim kemarau setelah penanaman padi dapat meningkatkan
kesuburan tanah (Kuntyastuti dan Adisarwanto (1995), mengurangi gulma jahat,
memudahkan pengolahan tanah, serta menekan dan mengurangi resiko serangan
hama tanaman (Sumarno 2010).
Salah satu upaya untuk meningkatkan produktivitas dan produksi kedelai
serta menambah kesuburan tanah, mengefisiensikan penggunaan lahan sawah
irigasi melalui optimasi penerapan dan pengelolaan air yang sesuai dengan
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai dan penggunaan kombinasi
pupuk organik dan pupuk anorganik sesuai dengan kebutuhan dan ketersediaan
hara di dalam tanah. Pengaturan ketersediaan air dan unsur hara bagi tanaman
dengan memberikan bahan organik ke dalam tanah.
Suhartono et al. 2008 menyatakan bahwa pemberiaan air 1 l-.ha-1 dalam dua
hari sekali dapat meningkatkan tinggi tanaman, jumlah daun, bobot basah
tanaman, bobot kering tanaman dan bobot basah polong pada tanaman kedelai.
Toyib (2012) dalam penelitianya melaporkan bahwa pemupukan P 72 kg P2O5. ha1
pada tanaman kedelai berpengaruh sangat nyata pada kenaikan hasil. Ismunadji
dan Protohardiono (1985) menyebutan pemupukan P sebanyak 67.5 kg P2O5 .ha-1
dapat menaikan produksi kedelai hingga 1.5 ton. ha-1. Halmark dan barber (1984)
melaporkan bahwa dari hasil percobaanya bahwa dengan penambahan pupuk P
dapat meningkatkan bobot tajuk, bobot akar dan diameter akar primer pada
kedelai. Pemberiaan pupuk organik yang berasal dari pupuk kandang sebanyak 5
ton. ha-1 dapat meningkatkan hasil biji kedelai (Sudaryono 2002).Oleh karena itu
perlu dilakukan penelitian optimasi pemberian air dan pemupukan untuk
meningkatkan produksi kedelai di lahan sawah beriklim kering di Kabupaten
Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.

3
Perumusan Masalah
Upaya untuk meningkatkan produksi dapat dilakukan dengan mengatur
ketersediaan air dan penggunaan varietas yang sesuai dengan memperhatikan
ketersediaan unsur hara dalam tanah melalui penambahan pupuk baik yang
bersifat organik yang dikombinasikan dengan anorganik yang sesuai dengan
kondisi lahan.
Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang dikemukakan maka tujuan umum
penelitiaan ini adalah meningkatkan produktivitas kedelai di lahan sawah beriklim
kering di Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat dengan optimasi
pengelolaan air dengan mengatur ketersediaan air serta melakukan optimasi
pemupukan untuk dapat meningkatkan kesuburan tanah yang mendukung
pertumbuhan tanaman kedelai.
Tujuan khusus dari percobaan I
1.Mendapatkan respon pertumbuhan kedelai pada berbagai interval
pemberiaan air di lahan sawah beriklim kering di kabupaten Lombok Barat
Nusa Tenggara Barat
2 Mendapatkan parameter – parameter yang diperlukan untuk menghitung
interval irigasi yang tepat utuk pertumbuhan dan produktivitas kedelai
dilahan sawah beriklim kering serta mendapatkan varietas yang sesuai untuk
lahan sawah beriklim kering di Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara
Barat.
3.Mendapatkan pengaruh interaksi antara interval irigasi dan varietas di lahan
sawah beriklim kering di kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.
4.Mendapatkan pengaruh interaksi antara interval irigasi dan varietas di lahan
sawah beriklim kering di kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat
Tujuan khusus dari Percobaan II
1.Mendapatkan respon pertumbuhan kedelai pada berbagai dosis
pemupukan P dan Organik dilahan sawah beriklim kering di Kabupaten
Lombok Barat Nusa Tenggara Barat
2. Mendapatkan dosis pemupukan P dan pupuk organik yang optimal di lahan
sawah beriklim kering di Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat
3. Mendapatkan interaksi pemberian pupuk P dan pupuk organik utuk
pertumbuhan dan produktivitas kedelai di lahan sawah beriklim kering di
Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat
Manfaat Penelitiaan
Hasil penelitiaan diharapkan dapat menjadi rekomendasi pemberian air
yang tepat bagi pertumbuhan dan perkembangan serta produktivitas kedelai,
Mendapatkan varietas yang sesuai untuk ditanam di lahan sawah beriklim kering

4
di Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Mendapatkan kombinasi dosis
pemupukan P dan pemberiaan pupuk organik yang optimum untuk meningkatkan
pertumbuhan dan produksi kedelai di lahan sawah beriklim kering di kabupaten
Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.
Hipotesis
Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah :
Percobaan I :
1. Terdapat respon pertumbuhan kedelai pada berbagai interval pemberiaan
air di lahan sawah beriklim kering di kabupaten Lombok Barat Nusa
Tenggara Barat
2. Terdapat interval irigasi yang tepat utuk pertumbuhan dan produktivitas
kedelai di lahan sawah beriklim kering di kabupaten Lombok Barat Nusa
Tenggara Barat
3. Terdapat varietas yang sesuai untuk lahan sawah beriklim kering di
kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat
4. Terdapat pengaruh dan interaksi interval pemberiaan air dan varietas
terhadap pertumbuhan dan hasil kedelai di Lahan sawah beriklim kering di
kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat.
Percobaan II
1. Terdapat respon pertumbuhan kedelai pada berbagai Dosis pemupukan P dan
organik di lahan sawah beriklim kering
2. Terdapat pengaruh pemberian pupuk P dan pupuk organik
untuk
pertumbuhan dan produktivitas kedelai di lahan sawah beriklim kering
3. Terdapat interaksi pemberian pupuk P dan pupuk organik untuk pertumbuhan
dan produktivitas kedelai di lahan sawah beriklim kering
4. Terdapat Dosis optimal pemberian pupuk P dan organik di Lahan sawah
beriklim kering.
Hal-hal yang telah diuraikan menjadi landasan untuk merangkai seri
penelitian yang didasari oleh kerangka berpikir penelitian optimasi pemberian air
dan pemupukan kedelai(Glycine max L.Merril) di lahan sawah beriklim kering di
Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat (Gambar 1)

5

1.
2.
3.
4.
5.

Potensi Tanaman Kedelai Di NTB
Penghasil kedelai ke-3 setelah Jawa Timur dan Jawa Tengah
Luas lahan bagi pengembangan perbenihan kedelai 78 589 ha/tahun.
Produksi rata-rata 90 288 ton/tahun
Karakteristik biofisik lahan yang mendukung
Intensitas radiasi penyinaran yang cukup tinggi

Masalah Produksi Kedelai
1.Ketersediaan air
2. Kesuburan tanah yang rendah
3.Varietas

1.Pengeloan

air
2.Pemupukan
3.Varietas yang sesuai

Mengatur ketersediaan air, varietas yang sesuai
serta dosis pupuk P dan organik untuk
mendukung pertumbuhan kedelai di lahan
sawah beriklim kering di Kabupaten Lombok
Barat Nusa Tenggara Barat

Rekomendasi pemberiaan air dan pemupukan
yang optimum bagi pertumbuhan dan
perkembangan varietas kedelai dilahan sawah
beriklim kering di Kabupaten Lombok Barat
Nusa Tenggara Barat
Gambar 1 Kerangka berpikir penelitian optimasi pemberian air dan pemupukan
kedelai (Glycine max L.Merril) di Lahan sawah beriklim kering di
Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat

6

2 OPTIMASI
PEMBERIAAN
AIR
DAN
VARIETAS
TERHADAP PERTUMBUHAN DAN HASIL KEDELAI DI
LAHAN SAWAH BERIKLIM KERING Di KABUPATEN
LOMBOK BARAT NUSA TENGGARA BARAT
Pendahuluan
Kedelai adalah komoditas penting yang memiliki nilai ekonomi tinggi
sebagai sumber protein nabati. Pengembangan kedelai di Nusa Tenggara Barat
yang berpotensi bagi perbenihan kedelai 78.58 ha. Dengan tingkat produktivitas
rata-rata kedelai sebesar 90.28 ton pertahun (Balitkabi 2010)
Pengembangan kedelai masih cukup luas akan tetapi menghadapi kendala
antara lain keterbatasan air pada musim kemarau yang mempengaruhi
pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai. Hal lain yang menjadi
persoalan adalah penggunaan varietas yang belum sesuai bagi kondisi biofisik
lahan dengan ketersediaan air terbatas. Hal ini akan memberi dampak bagi
penurunan produksi. Perubahan iklim memicu adanya perubahan kondisi cuaca
dengan cepat yang berpengaruh terhadap aktivitas pertanian. Di sisi lain
pertumbuhan penduduk yang semakin pesat menyebabkan permintaan kedelai
semakin meningkat.
Air merupakan komponen penting bagi pertumbuhan dan perkembangan
tanaman. Ketersedian air dalam jumlah dan waktu yang tepat akan sangat
membantu bagi keberlangsungan pertumbuhan tanaman. Penerapan teknik
pengelolaan air dalam budidaya tanaman penting dilakukan disamping teknik
budidaya lainya. Mengingat pentingnya sumber daya air yang terbatas dimasa
yang akan datang karena terjadi perubahan iklim (Fagi dan Tangkuman 2007).
Hal ini mendorong dilakukan cara untuk mengatur penggunaan air yang efektif
dan bijaksana terutama dalam peningkatan produksi pertanian.
Potensi penyediaan air yang akan menentukan pemberian air irigasi pada
musim kemarau yang panjang terutama untuk daerah yang mempunyai sumber air
yang terbatas sehingga diperlukan penghematan pemakaian air melalui
pengelolaan air dengan cara yang tepat diantaranya mengatur waktu pemberiaan
air dalam budidaya tanaman serta menanam kedelai pada daerah atau wilayah
yang dekat dengan sumber air.
Interval pemberiaan air untuk memenuhi kebutuhan air pada pada lahan
sawah beriklim kering dan untuk lahan potensial bagi pertumbuhan kedelai belum
banyak dilakukan. Abdirrahman et al. (2014) menyatakan bahwa salah satu upaya
meningkatkan produktivitas kedelai melalui pengaturan frekuensi pemberiaan air
dan mengelola ketersediaan air. Sacita (2016) menunjukkan bahwa varietas
Argomulyo mampu beradaptasi pada musim kemarau di dalam rumah plastik
Interval pemberiaan air untuk memenuhi kebutuhan air pada pada lahan
sawah beriklim kering dan untuk lahan potensial bagi pertumbuhan kedelai belum
banyak dilakukan. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan penelitian di lapangan
untuk menganalisis respon pertumbuhan dan hasil kedelai pada berbagai interval
pemberiaan air irigasi serta varietas di lahan sawah beriklim kering di Kabupaten
Lombok Barat Nusa Tenggara Barat .

7

Bahan dan Metode
Tempat dan Waktu
Penelitian meliputi percobaan di lapang pada musim kemarau II pada
lahan sawah beriklim kering pada bulan Juli- Oktober 2015 bertempat di
Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Analisis tanah, kadar air,
kapasitas lapang, titik layu permanen dan analisis hara tanaman di lakukan pada
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Nusa Tenggara Barat serta Balai Penelitian
Tanah Bogor di Bogor.
Alat dan Bahan
Bahan tanam benih kedelai varietas Burangrang, Anjasmoro, Tanggamus,
herbisida, fungisida, insektisida, dan cruiser. Pupuk yang digunakan adalah pupuk
urea, SP-36 dan KCl. Peralatan yang dibutuhkan adalah peralatan tanam, ajir,
meteran, timbangan analitik, oven, selang, pompa air, knapsack sprayer, alat
penangkar curah hujan, alat ukur iklim (Weather station) yang telah dikalibrasi
dengan Kipp dan zonnen yang berasal dari Laboratorium Agrometereologi dan
Geofisika IPB di Bogor.
Rancangan Percobaan
Rancangan Percobaan dalam penelitiaan ini yaitu petak terpisah dengan
rancangan lingkungan Rancangan Acak kelompok. Petak utama yaitu interval
pemberiaan air (PA) dibagi atas 5 taraf yaitu 2 hari sekali (A) 9 hari sekali (B)
16 hari sekali (C ) 23 hari sekali (D) 30 hari sekali (E). Anak petak varietas
kedelai terdiri atas Anjosmoro (V1), Burangrang (V2), Tanggamus (V3).
Sehingga diperoleh 15 Perlakuan dan diulang sebanyak 3 kali diperoleh 45
kombinasi perlakuan.
Model linear dari rancangan yang digunakan adalah:
Yijk = µ + αi + j + ik + þk +(α )ij + εijk
Dimana:
Yijk
: Nilai pengamatan perlakuan pemberian air ke-i, varietas ke-j pada
ulangan ke-k
I
: Petak utama (pemberian air)
j
: Anak Petak (varietas )
k
: Blok
µ
: Rataan umum/nilai tengah
αi
: Pengaruh pemberian air ke-i
j
: Pengaruh varietas ke-j
ik
: Pengaruh galat pemberiaan air ke-i dan blok ke-k
ρk
: Pengaruh blok ke-k
(α )ij
: Pengaruh interaksi antara pemberiaan ke-i dan perlakuan varietas ke-j
εijk
: Pengaruh galat pemberiaan air ke-i dan varietas ke-j pada blok ke-k

8
Data yang diperoleh dianalisis sidik ragam, bila beda nyata dilanjutkan
dengan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) pada taraf 5 % (Gomez
dan Gomez 1995). Untuk melihat pola respon dilakukan uji regresi
Pelaksanaan
Persiapan Lahan
Pengolahan tanah dilakukan dengan cara TOT (tanpa olah tanah) dibuat
saluran drainase/parit dengan kedalaman 25 cm dan lebar 30 cm. Jarak antara
petak utama yang satu dengan yang lainya 4 meter. Persiapan lahan dilakukan
dengan membersihkan gulma terlebih dahulu dan mengambil sample tanah serta
dilakukan perhitungan kadar air, kapasitas lapang, titik layu permanen dan
dianalisis di laboratorium. Petakan dibuat bedengan anak petak berukuran 2 m x 5
m, sehingga petak utama akan berukuran 2 m x 30 m. Setiap petak utama akan
dikelilingi saluran air yang berukuran lebar 30 cm dengan kedalaman 25 cm dari
permukaan tanah, dengan demikan kondisi petakan akan di airi sesuai dengan
interval pemberiaan perlakuan yaitu 2 hari sekali, 9 hari sekali, 16 hari sekali, 23
hari sekali dan 30 hari sekali air irigasi diberikan dan dihubungkan dengan selang
menuju sumber air yaitu sungai yang berjarak 30 meter.
Penanaman
Penanaman kedelai dilakukan dengan menggunakan jarak tanam 25 cm x
20 cm dengan cara ditugal, setiap lubang diberikan dua benih kedelai. Untuk
mencegah serangan lalat bibit dengan takaran 10-15 grm setiap kg benih.
Pemupukan
Pemupukan dilakukan dengan memberikan pupuk dasar Urea yaitu (75
kg.ha-1), SP-36 (100 kg.ha-1) dan KCl (100 kg.ha-1) disebarkan diatas permukaan
tanah.
Pemeliharaan
Pemeliharaan dilakukan pada saat pertumbuhan gulma telah mengganggu
tanaman dengan cara manual, mekanis, dan kimiawi. Pengendalian secara
mekanis dilakukan dengan jalan menggunakan cangkul, garu, dilakukan sebanyak
3 kali (umur 3, 7 dan 10 minggu setelah tanam) mencabut gulma yang ada di
sekitar tanaman. Pemeliharaan yang dilakukan meliputi penyiangan,
pembumbunan tanaman, pengaturan saluran air.
Pengendalian Hama dan Penyakit
Pengendalian dilakukan dengan cara intensif yaitu pengendalian dilakukan
pada jika melewati ambang batas ekonomi dengan memperhatikan penggunaan
jenis pestisida sesuai dengan kebutuhan pengendaliaan.
Pengamatan dan pengumpulan Data
Pengamatan dilakukan terhadap parameter produksi, pertumbuhan dan
parameter fisiologi tanaman. Dilakukan 2 minggu sekali selama pertumbuhan

9
hingga panen. Pada umur 4 minggu atau 30 hari setelah tanam dan 8 minggu atau
60 hari setelah tanam dilakukan pengamatan laju tumbuh relatif. Setiap bulan
dilakukan pengamatan panjang akar, pengamatan ini dilakukan dengan cara
destruktif dengan mengambil satu sampel tiap satuan percobaan. Analisis tanah
dilakukan sebelum tanam, dan setelah penelitiaan.
Panen dan pasca Panen
Panen dilakukan apabila semua daun dalam keadaan rontok, polong
berwarna kuning kecoklatan, dan telah mengering dan dilakukan dengan cara
memotong pangkal batang tanaman dengan sabit, namun untuk tanaman sampel
panen dilakukan dengan cara mencabut tanaman dengan hati-hati agar bintil akar
ikut terbawa. Brangkasan tanaman hasil panen dikumpulkan ditempat kering dan
diberi alas terpal/plastik. Penanganan pasca panen terdiri dari: penjemuran
brangkasan, pembijian, pengeringan, pembersihan dan penyimpanan. Untuk
pengubinan dilakukan dengan membuat ukuran petak pengubinan yaitu 1.5 x 4 m.
Pengamatan Lahan
Analisis tanah dilakukan 2 minggu sebelum percobaan dan sampel tanah
diambil pada lima titik pada kedalaman 30 cm dengan cangkul kemudiaan
dicampur menjadi satu sebanyak 3 kali kemudiaan dikeringanginkan dan langsung
dibawa ke laboratorium untuk dilakukan kegiatan analisis. Dilakukan dengan
jalan mengambil sampel tanah perpetak dan pada masing-masing kemudian
dianalisis sifat fisik dan kimia. Analisis tanah dilakukan untuk komposisi tekstur
tanah (pasir, debu, dan liat). pH, C organik, N, P2O5, K2O, nilai tukar kation Ca,
Mg, K, Na, dan KTK, kejenuhan basa, Al3+, H+, unsur hara mikro Fe, S, dan Mn
Tekstur tanah ditentukan dengan metode pipet. Keasaman tanah (pH) ditentukan
dengan ekstrak 1:5 menggunakan H2O dan KCl, C organik ditentukan dengan
metode kurmis, N ditentukan dengan metode Kjeldahl, P2O5 ditentukan dengan
metode Bray I, K2O ditentukan dengan metode Morgan, kation dan unsur hara
mikro dengan metode AAS, dan KTK dengan metode titrasi.
Setiap kali melakukan irigasi dilakukan pencatatan lama melakukan irigasi
dan debit pompa saat pemberiaan air dengan jalan menampung air yang keluar
dari pompa selama 10 detik (vol x liter) dengan perhitungan sebagai berikut:
Debit pompa (Q) = x/t (l.detik-1)
Dilakukan dengan menggunakan pompa. Lama pompa dinyalakan setiap
kali melakukan irigasi untuk masing-masing interval irigasi adalah (Sulistyono
2015) :
T
V

= V/Q
= A x 0.01 x Kc x ETo x 100 x I

Keterangan:
T
: lama pompa dinyalakan (detik)
V
: Volume air yang dimasukan ke lahan (liter)
Q
: discharge atau debit pompa (liter/detik)

10
A
Kc
ETo
I

: luas lahan (m2)
: koefisien tanaman kedelai
: evapotranspirasi referens (mm/hari)
: interval irigasi (hari)

Pengamatan kadar air tanah
Dilakukan sebelum perlakuan irigasi dengan metode gravimetri yaitu
dengan mengambil contoh tanah pada kedalaman 15 cm pada setiap satuan
percobaan kemudiaan ditimbang (BB contoh) kemudiaan di bungkus dengan
kertas alumunium foil kemudiaan di oven untuk mendapatkan bobot kering
mutlak contoh tanah (BK) kemudiaan dilakukan analisa kadar air tanah
dinyatakan dalam satuan % AT (% air tersedia) dengan rumus:
KAT (% AT)
KAT (%BK)

= (KL – KAT (%BK)) / (KL-TLP)
= 100% x (BB-BK)/BK

Keterangan:
KL
: kapasitas lapang (% BK)
TLP
: titik layu permanen (%BK)
BB
: bobot basah contoh tanah (gram)
BK
: bobot kering mutlak contoh tanah (gram)
KAT
: Kadar air tanah
Pengamatan kapasitas lapang dan titik layu permanen
Di lakukan di Laboratorium fisika tanah masing-masing pada potensial air
-0.3kPa dan -15 kPa
Pengamatan curah hujan dan evaporasi panci (Evaporasi permukaan air
bebas)
Air hujan di tampung menggunakan penangkar hujan manual dan panci
evaporasi (diameter panci 55 cm dengan menggunakan drum aspal dengan tinggi
60 cm dan kedalaman air dalam panci 50 cm). Tinggi hujan dihitung dengan
rumus:
P = 10 x V/A
Untuk pengamatan evaporasi permukaan air dengan rumus (Sulistyono, 2015):
P = E + ΔH
Keterangan:
P : Presipitasi (mm)
E : Evaporasi (mm)
ΔH : Perubahan curah Hujan atau tinggi air saat pengamatan (cm)-50cm
V : Volume air hujan dari permukaan air hujan( cc)
A : Luas permukaan penangkar hujan (cm2)
Pengamatan pada Parameter Pertumbuhan, Produksi, Fisiologi dan
Morfologi Tanaman
a. Tinggi Tanaman diukur dari leher akar sampai titik ujung batang pokok
tertinggi tanaman kedelai dengan cara mengikuti batang pokoknya.

11
Pengamatan dilakukan pada 10 sampel tanaman di setiap perlakuan. Pada 2
MST, 4 MST, 6 MST, 10 MST, dan 12 MST serta saat panen.
b. Jumlah daun trifioliat yang telah mekar sempurna (2, 4, 6, 8, 10, dan 12 MST)
c. Jumlah polong produktif diukur dengan melihat jumlah polong yang
menghasilkan biji dan pengamatan dilakukan pada 10 sampel tanaman pada
setiap perlakuan dan dilakukan saat panen.
d. Jumlah polong hampa diukur dengan melihat jumlah polong yang tidak
menghasilkan biji kedelai. Pengamatan dilakukan pada 10 sampel tanaman
disetiap perlakuan dan dilakukan saat panen.
e. Jumlah cabang produktif dilihat dengan menghitung jumlah cabang yang
menghsilkan polong kedelai. Pengamatan dilakukan pada 10 sampel tanaman
disetiap perlakuan.
f. Bobot basah brangkasan dilakukan dengan jalan menimbang bobot basah
sampel pengamatan setiap perlakuan setelah panen.
g. Bobot kering brangkasan dilakukan dengan menimbang bobot pengeringan
dengan sinar matahari lebih kurang 3 hari, dengan mencabut satu tanaman
perpetak.
h. Bobot 100 biji ditimbang dari 100 biji kedelai setiap ubinan.
i. Bobot biji/ubinan dihitung dari hasil ubinan yang berukuran 1,5 x 4 m setiap
perlakuan
j. Kedalaman akar diamati satu bulan sekali
k. Waktu berbunga 50% dari jumlah populasi yang dimati pada setiap unit
perlakuaan.
l. Saat panen ditentukan ketika 70% daun tiap unit percobaan telah menguning
dan polong kedelai telah berwarna kecoklatan.
m. Produksi perpetak (ton.ha-1) dengan membagi luasan lahan dengan luasan
petakan dikalikan dengan populasi tanaman serta kadar air saat panen. dari
hasil masing-masing petak kemudian dihitung bobot biji pada kadar air 12%.
n. Analisa Usaha Tani dilakukan pada berbagai interval pemberiaan air untuk
mengetahui kelayakan usaha tani kedelai.
o. Data iklim meliputi suhu, kelembaban, kecepatan angin, tekanan udara, curah
hujan dan radiasi penyinaran diukur selama melaksanakan penelitian
menggunakan alat ukur weather station dihubungkan dengan data loger yang
telah dikalibrasi kipp dan Zonnen.
p. Pengamatan Fisiologi
Pengamatan terhadap laju tumbuh relatif
LTR =
Keterangan:
LTR = Laju tumbuh Relatif
W1
= Bobot kering Tanaman pada waktu T1
W2
= Bobot kering pada waktu T2
T1
= waktu pengamatan awal (hari)
T2
= waktu pengamatan akhir (hari)

12
q. Pengamatan Morfologi Tanaman
Pengamatan dilakukan terhadap morfologi tanaman pada umur 8MST, 10
MST, dan saat panen serta pengamatan terhadap akar melalui pengukuran
panjang akar setiap 1 bulan sekali
r. Indeks sensitivitas produktivitas dihitung dengan menggunakan rumus Fischer
dan Maurer (1978):



Keterangan: IS=Indeks sensitivitas, Yp=Rata-rata peubah pengamatan suatu
varietas yang terkena cekaman, Y=Rata-rata peubah pengamatan suatu varietas
yang tidak terkena cekaman, Xp=Rata-rata peubah pengamatan seluruh varietas
yang terkena cekaman, X=Rata-rata peubah pengamatan seluruh varietas yang
tidak terkena cekaman. Jika IS1.0 termasuk dalam kategori sensitif.
Analisis Data
Data penelitian dinalisis sidik ragam dengan uji F, apabila terdapat pengaruh
yang nyata dilanjutkan dengan uji DMRT (Duncan Multiple Range Test) untuk
melihat perbedaan antar perlakuan pada taraf α 0.05. Analisis menggunakan
program SAS (Statistical Analysis System). Untuk melihat pola respon dilakukan
uji regresi

Hasil dan Pembahasan
Kondisi Umum Iklim di Lahan Sawah Beriklim Kering
Kondisi iklim di lokasi penelitian diperoleh dari data solarimeter dan
dilengkapi dengan data logger yang telah dikalibrasi kipp dan zonnen periode Juli
hingga November 2015 yang langsung dipasang di lokasi penelitian (Gambar 2).

Gambar 2. Alat ukur cuaca (weather station)
Iklim di wilayah ini bersifat monsunal yang dipengaruhi oleh angin muson
dari Asia dan Australia. Hal ini menyebabkan walaupun terjadi kekeringan tetapi
persediaan air pada sumber air di luar musim hujan masih tersedia, karena
dikelilingi oleh sumber air yaitu sumber air laut dan air sungai dan kelembaban

13
cenderung tidak terlalu turun jauh. Apabila dibandingkan dengan Kota Bogor
pada penelitiaan pertanaman kedelai yang dilakukan oleh Sacita (2016) di rumah
plastik pada waktu yang sama suhu rata-rata 26oC intensitas radiasi perhari ratarata 13.7 mj/m-2 lama penyinaran rata-rata 7 jam per hari kelembaban udara 82%
hal ini menyebabkan saat suhu mengalami peningkatan terjadi defisit tekanan uap
tanah yang tinggi dan tekanan basah makin tunggi(Gambar 3)
Parameter Cuaca Selama Masa Tanam
30.0

100.0

25.0

80.0

20.0

60.0

15.0

40.0

10.0

20.0

5.0

R

120.0

0.0

0.0
1

2

3

4

5
T (◦C)

6

7
RH (%)

8

9
MST
P (KPa)

10

11
V (m/s)

12

13

14

15

16

R (MJ/hari )

Gambar 3 Periode iklim di lokasi penelitiaan Dusun Sesela Kec.Gunung Sari
Kabupaten Lombok Barat Nusa Tenggara Barat. Keterangan T(0C)=
suhu, RH(%)= kelembaban, P(Kpa)= kecepatan angin, V(m/s)=
tekanan Udara, R(MJ.hari)= radiasi matahari
Gambaran kondisi iklim harian menunjukkan radiasi penyinaran yang ada
di wilayah lokasi penelitian memiliki radiasi penyinaran yang jumlahnya dua kali
lipat dari radiasi penyinaran yang ada di wilayah kota Bogor pada waktu sama.
Hal ini yang mendukung pertumbuhan dan perkembangan tanaman kedelai.
Pertanaman kedelai sangat dipengaruhi oleh radiasi penyinaran yaitu sebagai
pemasok energi pada proses fotosintesis, dan hal ini akan mempengaru