Pola Sebaran Spasial Panthera pardus melas Cuvier, 1809 di Taman Nasional Alas Purwo.

ANALISIS POLA SEBARAN SPASIAL
Panthera pardus melas Cuvier, 1809
DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

GHUFRON AHMAD
E 34102054

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Ghufron Ahmad. E34102054. Analisis Pola Sebaran Spasial Panthera pardus melas
Cuvier, 1809 di Taman Nasional Alas Purwo. Dibimbing oleh Dr. Ir. Yanto Santosa,
DEA.

RINGKASAN
Macan tutul jawa merupakan predator yang cepat beradaptasi pada perubahan,
mampu mempelajari hal baru dengan cepat, lihai menyembunyikan diri, mempunyai
kemampuan memanjat yang baik, memiliki kemampuan berenang, dan sangat lincah di

permukaan tanah. Struktur tulang macan tutul jawa menunjukkan bahwa jenis ini
merupakan individu yang yakin pada kekuatan, kecepatan, serta ketangkasannya.
Karakteristik ini seringkali menimbulkan kesulitan dalam hal penelitian maupun
inventarisasi yang diperlukan untuk kepentingan pengelolaan dan pelestarian.
Jumlah macan tutul jawa pada area konservasi di seluruh pulau Jawa diperkirakan
350-700 ekor (Santiapillai dan Ramono, 1992). Meskipun keadaan macan tutul jawa
masih lebih baik bila dibandingkan dengan harimau jawa, tetap saja kegiatan
pengelolaannya harus dilaksanakan dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Pihak
pengelola, atau dalam hal ini Taman Nasional Alas Purwo, dituntut untuk dapat bekerja
sama dengan pihak lain seperti para peneliti, mahasiswa, ataupun masyarakat umum
karena upaya pelestarian tidak akan berhasil jika hanya dilakukan secara sepihak.
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2006 di Taman Nasional Alas
Purwo, Jawa Timur. Adapun tujuan yang hendak dicapai adalah untuk menentukan pola
sebaran spasial macan tutul jawa, dan membuktikan adanya hubungan antara tipe
aktivitas macan tutul jawa dengan karakteristik habitat alaminya di Taman Nasional Alas
Purwo.
Pada penelitian ”Analisis Pola Sebaran Panthera pardus melas Cuvier, 1809 di
Taman Nasional Alas Purwo” ini, pengambilan data dilakukan secara pengamatan
langsung maupun tidak langsung. Data pengamatan langsung didapatkan dari perjumpaan
secara langsung dengan macan tutul jawa, sedangkan data pengamatan tidak langsung

bersumber pada jejak berupa suara, jejak kaki, sisa makanan, cakaran di tanah (scrape),
cakaran di pohon (scratch), dan feces.
Pengamatan dilaksanakan di lima tipe ekosistem, yaitu mangrove, hutan pantai,
hutan tanaman, hutan dataran rendah, dan padang penggembalaan Sadengan. Terdapat 41
data kontak dengan macan tutul jawa yang berhasil dikoleksi. Data tersebut menunjukkan
beberapa aktivitas yang dilakukan oleh macan tutul jawa, yaitu: berjalan, berburu, makan,
bersuara, mencakar di tanah, mencakar di pohon, mengasuh anak, dan bersuara. Hasil
perhitungan dengan chi kuadrat (x2tabel = 23, 685, dan x2hitung = 40) membuktikan bahwa
tipe aktivitas macan tutul jawa memiliki hubungan dengan karakteristik habitat yang ada
di Taman Nasional Alas Purwo.
Dari analisis data juga dapat diketahui bahwa macan tutul jawa di Taman
Nasional Alas Purwo memiliki pola sebaran spasial mengelompok. Hal ini terkait dengan
faktor internal maupun faktor eksternal.
Faktor internal yang dimaksud adalah sifat biologis macan tutul jawa (postur,
komposisi fisik dan kimia tubuh, proses metabolisme, ekspresi, kepekaan, reproduksi,
adaptasi) dan perilaku macan tutul jawa yang dipengaruhi oleh rangsang dari dalam
(endogenus factor) maupun rangsang dari luar (exogenus factor).
Faktor eksternal yang menentukan adalah komponen habitat (satwa mangsa
macan tutul jawa, ketersediaan air, cover berupa struktur vegetasi maupun formasi
batuan/gua) dan potensial gangguan (kebakaran, perburuan liar, tradisi ritual

kepercayaan, pariwisata, eksploitasi sumberdaya alam yang belum terkontrol).

ANALISIS POLA SEBARAN SPASIAL
Panthera pardus melas Cuvier, 1809
DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

GHUFRON AHMAD
E 34102054

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007


ANALISIS POLA SEBARAN SPASIAL
Panthera pardus melas Cuvier, 1809
DI TAMAN NASIONAL ALAS PURWO

GHUFRON AHMAD
E 34102054

Skripsi
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Sarjana Kehutanan
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowisata

DEPARTEMEN KONSERVASI SUMBERDAYA HUTAN DAN EKOWISATA
FAKULTAS KEHUTANAN
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2007

Judul Skripsi


: Analisis Pola Sebaran Spasial
Panthera pardus melas Cuvier, 1809
di Taman Nasional Alas Purwo

Nama Mahasiswa

: Ghufron Ahmad

Nomor Pokok

: E 34102054

Departemen

: Konservasi Sumberdaya Hutan Dan Ekowisata

Fakultas

: Kehutanan


Menyetujui,
Pembimbing I

Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA
NIP: 131.430.800

Mengetahui,
Dekan Fakultas Kehutanan
Institut Pertanian Bogor

Prof. Dr. Ir. Cecep Kusmana, MS
NIP: 131.430.799

Tanggal lulus:

RIWAYAT HIDUP

Ghufron Ahmad. Dilahirkan sebagai sulung dari dua bersaudara di
Purworejo, 5 Juli 1984. Bersekolah di SDN Jono 1 (1990-1996) dan Madrasah (19931995), SLTPN 1 Grabag (1996-1999), dan SMUN 2 Purworejo (1999-2002). Masuk ke
Departemen Konservasi Sumberdaya Hutan dan Ekowosata Institut Pertanian Bogor

pada tahun 2002 melalui jalur USMI.
Selama menjadi mahasiswa, penulis terlibat aktif dalam sejumlah kegiatan
lapang: Bina Corps Rimbawan di Hutan Pendidikan Gunung Walat, Magang Mandiri di
Program Konservasi Harimau Sumatera (PKHS) TN Way Kambas, kunjungan ke
Sumatran Rhino Sanctuary (SRS), 1st Ekspedisi Global bersama Rhino Protection Unit
(RPU) di TN Bukit Barisan Selatan, Observasi Kolaboratif

bersama Pecinta Alam

IGREX di CA Gunung Masigit Kareumbi Bandung, Eksplorasi di Bodogol, Eksplorasi di
CA/TWA Pangandaran Ciamis, Pendidikan dan Pelatihan Metamorfosa di TN Gunung
Halimun Salak dan Megamendung, Praktek Ekologi Hutan di TN Gunung Gede
Pangrango, Praktek Pengelolaan dan Perencanaan Hutan di KPH Banyumas Barat dan
Baturraden, Praktek Pencemaran Lingkungan di CA Blanakan, Praktek Pengelolaan
Satwaliar di CA Muara Angke, Praktek Manajemen Kebijakan Konservasi di Cagar Alam
Yanlapa Jasinga, Praktek Ekologi Satwaliar di Pulau Rambut, Praktek Pengelolaan
Satwaliar di Taman Margasatwa Ragunan, Praktek Inventarisasi Sumberdaya Hutan di
Hutan Pendidikan Gunung Walat, field trip ke Pusat Penyelamatan Satwa (PPS) Gadog,
Praktek Pendidikan Konservasi di Desa Cibanteng, Praktek Rekreasi Alam di Situ
Cijantungeun, Praktek Kerja Lapangan dan Profesi di TN Alas Purwo, dan penelitian

bersama PPLH IPB di CA/TWA Telaga Warna Puncak.
Penulis juga diberi kepercayaan sebagai: Sie Publikasi Piknas Fahutan 2003,
Wakil Ketua Umum UKF 2004, panitia Seminar Nasional Harimau Sumatera 2004,
koordinator sie lapangan dan pelatihan Paguyuban Seroja 2004, Staf Departemen PSDM
UKF 2005, Ketua UKF Expo 2005: (Seni Konservasi 2005, Kampanye Pelestarian Fauna
2005, Parade Film Fauna 2005, Exhibition 2005, Galeri Foto Fauna 2005, Dongeng
Satwa 2005, dan Seminar Nasional Badak Jawa 2005), member Taman Plasma, pendiri
Komunitas Serasah, anggota tim nasyid Taubat, juri Lomba Menggambar Satwa 2006,
juri Lomba Mewarnai Satwa 2006, juri Lomba Dongeng Satwa 2006, MC pada Seminar
Nasional Curik Bali 2006. , dan penulis lagu-lagu bertemakan pelestarian alam untuk
U.K. Fauna Institut Pertanian Bogor. [[email protected]]

KATA PENGANTAR
‫ﺑﺴﻢاﷲاﻠﺮﺣﻤﻦاﻠرﺣﻴﻢ‬
Bermula dari keprihatinan akan keadaan macan tutul jawa yang eksistensinya
terkesan dianak tirikan apabila dibandingkan dengan intensitas perhatian yang diberikan
kepada harimau sumatera, maka tumbuhlah suatu cita-cita untuk dapat memberikan
sesuatu yang berarti bagi dunia konservasi macan tutul jawa. Penelitian ”Analisis Pola
Sebaran Spasial Populasi Panthera pardus melas Cuvier, 1809 di Taman Nasional Alas
Purwo” ini dimaksudkan sebagai salah satu bentuk pengabdian dalam perjuangan

menjaga kelestarian plasma nutfah yang ada di Indonesia.
Sudah semestinya setiap spesies penyusun keanekaragaman hayati termasuk
macan tutul jawa, mendapatkan perhatian dan kedudukan yang layak juga terlindungi,
setara dengan pesona dan nilai keilmuan tak tergantikan yang menyertainya. Tidak perlu
menunggu hingga dunia barat menyatakan mengenai kritisnya kondisi suatu spesies
tertentu, baru kita berbondong-bondong menunjukkan kepedulian kita. Sudah saatnya
masyarakat Indonesia membuka mata untuk lebih peduli terhadap nilai dan potensi yang
dimiliki, yang bersamanya selalu terdapat tanggung jawab untuk bersama-sama menjaga
kelestariannya.
Dengan prinsip dasar bahwa kontribusi sekecil apapun akan memiliki arti dalam
sebuah proses, maka sedikit kajian mengenai macan tutul jawa ini disusun. Besar harapan
penulis bahwasanya sedikit karya ini dapat bermanfaat bagi usaha pelestarian Panthera
pardus melas Cuvier, 1809 di Indonesia. Semoga Allah memberikan kekuatan serta
cintaNya.

Penulis

PERSEMBAHAN
Rasa terimakasih serta penghargaan sebesar-besarnya penulis sampaikan kepada
Allah SWT beserta segenap orang-orang yang telah digerakkanNya untuk membantu setiap

proses menemukan dan menulis karya ini:
1. Dr. Ir. Yanto Santosa, DEA selaku dosen pembimbing.
2. Syahrial Anhar Harahap sebagai ‘konsultan macan’.
3. Yang secinta dan sedarah: Bapak Sayidi, Ibu Endang Pertiwi, dan R. Farisa Ahmad.
4. Pemerintah Daerah Kabupaten Purworejo sebagai penyandang dana penelitian.
5. Saudara seperjuangan: KSH 39 (2002), KSH 38 (2001), KSH 41 (2004), U.K. Fauna IPB
dan HERBIVegetarian (selamatkan fauna indonesia!), Paguyuban SEROJA, Komunitas
SERASAH (..dan berpuisilah sampai mati..), & Keluarga GAMAPURI.
6. Team PKLP TeEnAPe La’Kere: Idel Subo, Gugum Vietkong, Indri BI, Dani Indun, Abah
Hitler, Dira Semar.
7. Masyarakat Mushola, sahabat & partner berpetualang yang hebat: Gus Muslim, Amin,
Sodiq, Muhaimin, Cak Saeful, Bang Heri, Bowo, Dodi Amarillo. (Matur sembah nuwun)
8. Resto Rowobendo: Pak Pon & Bu Jar, Resto Pancur: Pak Hadi & Bu Wiwik.
9. Pasukan kuncen Alas Purwo: Mas Gendut, Kang Banda, Mas Cipto, Mas Margo,
P’Bambang, P’Hudiyono, Mas Ajir, Mas Handoko, Mas Nano, Mas Paidi, P’Misijo,
P’Misenu, P’Heru, P’Joko, Mas Joko, Mbak Imas, Mbak Dian, Mbah Sampun, P’Komar,
Mbah Man, P’Heri, P’Tekun, P’Harto, P’Untung, Mbah Barodji, de’es be.
10. Putri ‘Macan Nanggroe’ Komalasari, Keluarga Ismail & Cut Ina.
11. Big NOLers: Penjinak Jelangkung Statistik-Maryanti, Pongo Ireng-Julius, Merak IjoNisa, Badak Estrus-Andrian, Meong Tua-Pa’de, Prince Tong2-Dodo, RajaKatak-Ucok.
12. SiX: Sinta UNSOED, Ditya UNDIP, Acoy IPB, Naning UNWAMA, Wuri UGM.

13. Teman seatap sepernaungan di C3-248, Baitussalaam, late Padepokan Rimba, Jamparing,
& GongLi.
14. Wita Amazon, Vina & Diah Alcatraz, dan seluruh jajaran staf KSHE.
15. Sakabehan pihak-nampak tak nampak, yang sulit ditembangkan satu per satu.
Dan ketika tak ada sesuatu yang bisa saya berikan untuk membalas kebaikan serta sejumlah
pengorbanan yang telah saya terima, maka permohonan maaf - doa - dan sebagian kapasitas
ingatan saya, akan dipersembahkan untuk mengenang segala hal tentang kalian. Howgh!

DAFTAR ISI
Halaman

DAFTAR TABEL .......................................................................................................... ix
DAFTAR GAMBAR .....................................................................................................

x

DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................................. xii
PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian ....................................................................................

1

Tujuan Penelitian .................................................................................................

2

Manfaat Penelitian ...............................................................................................

2

TINJAUAN PUSTAKA
Bio-ekologi Macan Tutul Jawa .............................................................................

3

Pola Sebaran Spasial Satwaliar ............................................................................

8

KONDISIS UMUM TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
Sejarah Kawasan ...................................................................................................

9

Kondisi Fisik .........................................................................................................

9

Kondisi Biotik ....................................................................................................... 10
Kondisi Sosial Ekonomi dan Budaya Masyarakat ................................................ 10
METODE PENELITIAN
Lokasi dan Waktu ................................................................................................ 11
Bahan dan Alat ..................................................................................................... 11
Pengambilan Data ................................................................................................ 12
Analisis Data ........................................................................................................ 13
HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Habitat ............................................................................................. 18
Pola Sebaran Spasial Macan Tutul Jawa ............................................................... 25
Hubungan Antara Tipe Aktivitas Macan Tutul Jawa Dengan Karakteristik
Habitat.... ............................................................................................................... 43
Interaksi Macan Tutul Jawa Dengan Manusia ...................................................... 45
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan .......................................................................................................... 46
Saran .................................................................................................................... 46
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................... 47
LAMPIRAN ................................................................................................................... 49

DAFTAR GAMBAR
Halaman

1

Penampilan visual macan tutul ................................................................................

5

2

Peta lokasi penelitian macan tutul jawa .................................................................... 12

3

Zona kontak dengan macan tutul jawa .................................................................... 28

4

Track macan tutul jawa ............................................................................................ 28

5

Identifikasi jejak kaki macan tutul jawa ................................................................... 29

6

Kondisi substrat sebagai media perekam jejak kaki ............................................... 29

7

Jejak aktivitas makan .............................................................................................. 32

8

Feces macan tutul jawa ............................................................................................. 33

9

Scrape macan tutul jawa ........................................................................................... 33

10 Scratch macan tutul jawa .......................................................................................... 34
11 Tempat terdengar suara macan tutul jawa ................................................................ 35
12 Penyu di pantai marengan ....................................................................................... 36
13 Beberapa sumber air di Taman Nasional Alas Purwo ............................................. 37
14 Penampilan vegetasi pada beberapa ekosistem ...................................................... 38
15 Gua kecil dan formasi batuan di Taman Nasional Alas Purwo ............................... 39
16 Pengambilan sumberdaya alam di Taman Nasional Alas Purwo ............................ 40
17 Aktivitas tradisi dan ritual kepercayaan .................................................................. 43

DAFTAR TABEL
Halaman

1

Ukuran tubuh macan tutul .......................................................................................

4

2

Penampilan fisik, medula, dan sisik rambut macan tutul jawa .................................

6

3

Tabel isian aktivitas macan tutul jawa...................................................................... 15

4

Jenis vegetasi di hutan pantai .................................................................................. 17

5

Jenis vegetasi di hutan dataran rendah .................................................................... 18

6

Jenis tumbuhan bawah di padang penggembalaan Sadengan .................................. 20

7

Jenis vegetasi di hutan tanaman .............................................................................. 20

8

Jenis vegetasi di mangrove ...................................................................................... 21

9

Fluktuasi lama penyinaran matahari ....................................................................... 22

10 Fluktuasi curah hujan dan jumlah hari hujan ........................................................... 22
11 Fluktuasi kelembaban udara .................................................................................... 23
12 Fluktuasi penguapan air ........................................................................................... 23
13 Fluktuasi suhu udara ................................................................................................ 24
14 Fluktuasi tekanan udara ........................................................................................... 24
15 Fluktuasi kecepatan, kecepatan maksimum, dan dominasi arah angin ................... 25
16 Frekuensi kontak dengan macan tutul jawa .............................................................. 26
17 Jenis aktivitas macan tutul jawa di lima tipe ekosistem .......................................... 27
18 Pengaruh kondisi substrat terhadap bentukan jejak kaki dan cetakan gips ............. 29
19 Penggunaan waktu oleh macan tutul jawa ............................................................... 32
20 Keanekaragaman mangsa satwa macan tutul jawa ................................................... 36
21 Data perburuan di Taman Nasional Alas Purwo ..................................................... 39
22 Data pengambilan sumberdaya alam di Taman Nasional Alas Purwo ................... 41
23 Data kebakaran hutan di Taman Nasional Alas Purwo ........................................... 42
24 Rekapitulasi temuan aktivitas macan tutul jawa pada tiga tipe ekosistem ............... 44
25 Data interaksi macan tutul jawa dengan manusia .................................................... 45

DAFTAR LAMPIRAN
Halaman

1

Rekapitulasi data pengamatan macan tutul jawa di TNAP ..................................... 50

PENDAHULUAN
Latar Belakang Penelitian
Macan tutul jawa (Panthera pardus melas Cuvier, 1809) merupakan satwa
endemik pulau Jawa. Namun demikian, data dan pengetahuan yang telah diarsipkan
selama ini masih belum setara dengan nilai positif eksistensi macan tutul jawa. Jumlah
macan tutul jawa pada area konservasi di seluruh pulau Jawa belum diketahui secara
pasti, namun diperkirakan 350-700 ekor (Santiapillai dan Ramono, 1992). Secara
alamiah, macan tutul jawa merupakan predator yang pandai beradaptasi pada perubahan,
mampu mempelajari hal baru dengan cepat, lihai menyembunyikan diri, mempunyai
kemampuan memanjat yang baik, dapat berenang, dan sangat lincah di permukaan tanah.
Naluri yang kuat serta kemampuan yang hebat ini seringkali menimbulkan kesukaran
dalam kegiatan penelitian serta inventarisasi untuk pengelolaannya.
Macan tutul jawa termasuk dalam kategori endangered species dalam daftar
IUCN, dan appendix I dalam daftar CITES. Satwa mengagumkan ini dilindungi oleh
Undang-undang No. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam hayati dan
ekosistemnya, dan Peraturan Pemerintah RI No. 7 tahun 1999 tentang pengawetan jenis
tumbuhan dan satwa. Hal ini menegaskan nilai penting kelestarian macan tutul jawa.
Kondisi kelestarian macan tutul jawa pada saat ini cukup mengkhawatirkan.
Macan tutul jawa menghadapi berbagai masalah yang berpotensial mengakibatkan
gangguan dan kepunahan. Aktivitas manusia seperti perubahan peruntukan lahan,
pembakaran, serta perburuan liar terhadap macan tutul jawa ataupun satwa mangsanya
merupakan ancaman serius yang harus segera dicari akar masalah serta solusinya.
Salah satu habitat dari macan tutul jawa adalah Taman Nasional Alas Purwo
(TNAP), Jawa Timur. Meskipun keadaan macan tutul jawa masih lebih baik bila
dibandingkan dengan harimau jawa, tetap saja kegiatan pengelolaannya harus
dilaksanakan dengan hati-hati dan bertanggung jawab. Pihak pengelola dituntut untuk
dapat bekerja sama dengan pihak lain seperti para peneliti, mahasiswa, ataupun
masyarakat umum, karena upaya pelestarian tidak akan berhasil jika hanya dilakukan
secara sepihak maupun oleh satu atau beberapa golongan tertentu saja.
Salah satu langkah dalam proses pencapaian tujuan untuk melestarikan macan
tutul jawa adalah dengan melakukan penelitian-penelitian terhadap satwa ini. Misalnya
dengan meneliti aspek sebaran spasial dan karakteristik habitat yang digunakan oleh
macan tutul jawa sehingga dapat dilakukan pengambilan keputusan yang tepat
menyangkut pengelolaan dan peluang kelestarian macan tutul jawa di habitat aslinya.

2

Tujuan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan tujuan untuk menentukan pola sebaran spasial
macan tutul jawa dan membuktikan adanya hubungan antara tipe aktivitas yang dilakukan
oleh macan tutul jawa dengan karakteristik habitat di TNAP, Jawa Timur.

Manfaat Penelitian
Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan data dan informasi
untuk kegiatan pengelolaan macan tutul jawa di TNAP, serta bermanfaat sebagai salah
satu bahan pertimbangan dalam hal pengambilan keputusan yang menyangkut kelestarian
macan tutul jawa dan habitatnya di Indonesia.

TINJAUAN PUSTAKA

Bio-Ekologi Macan Tutul Jawa
Taksonomi
Macan tutul jawa termasuk binatang bertulang belakang dengan klasifikasi
sebagai berikut (Gunawan, 1988; Anonim,1978; Lekagul dan McNeely,1977):
Kingdom

: Animalia

Phyllum

: Chordata

Sub-phylum

: Vertebrata

Class

: Mammalia

Ordo

: Carnivora

Sub Ordo

: Fissipedia

Family

: Felidae

Sub-family

: Pantherinae

Genus

: Panthera

Spesies

: Panthera pardus Linnaeus, 1758

Sub Spesies

: Panthera pardus melas Cuvier, 1809 untuk macan tutul jawa.

Sinonim

: Felis pardus Linnaeus, 1758
Felis orientalis Schlegel, 1857
Felis fusca Meyer, 1794
Panthera antiquorium Fitzinger, 1868

Nama Daerah

: Jawa

: macan, macan tutul, sima, seruni, kombang,
gogor, pogoh, bungbak.

Nama Asing

Madura

: macan totol

Sunda

: macan tutul, meong hideung, rimau lalat, meong kerud.

Melayu

: harimau tutul

: Inggris

: leopard, panther

Belanda

: lui’paard, panter

Cina

: bào

Jerman

: leopard

Greek

: leópardos

Latin

: leopardus

Prancis

: léopard

Afrika

: luiperd

Swahili

: Chui

4

Morfologi
Seperti anggota keluarga kucing lainnya, macan tutul jawa juga mengalami
dimorfisme seksual, yaitu perbedaan ukuran tubuh antara jenis kelamin yang berbeda.
Pada kondisi yang normal dan usia yang sama, macan tutul jawa jantan akan memiliki
tubuh yang relatif lebih besar daripada macan tutul jawa betina. Perbandingan
karakteristik tubuh untuk masing-masing jenis kelamin dapat dilihat pada tabel 1.
Tabel 1. Ukuran tubuh macan tutul
No.

Sumber

Jenis Kelamin
Jantan Betina

1.

Garman, 1997





2.

www.
Lioncruisher.
com, 2000





3.

The World Book
Encyclopedia,
1992

Berat
30-90 kg
66,1-198,4
pon
30-80 kg
66,1-176 pon
45-75 kg
99-165,4 pon




35 kg
77,2 pon

4.

The Encyclopedia
Americana, 1996





34-57 kg
75-125,7 pon

5.

Leekagul dan
McNeely, 1977





45-65 kg
99,2-143,3
pon

6.

Ensiklopedi
Indonesia, 2004





45 kg
99,2 pon
52 kg
114,6 pon


7.

Hoogerwerf, 1970



38,3 kg
84,48 pon


8.

9.

Harahap dan
Sakaguchi, 2004

Grzimek, 1975



39 kg
86 pon



20,00 kg
44,1 pon



60 kg
132,3 pon

Ukuran tubuh
Panjang
91-190 cm
2,9-6,2 feet
35,8-74,8 inch
160-260 cm
5,3-8,5 feet
63-102,4 inch
280 cm
9,2 feet
110,2 inch
250 cm
8,2 feet
98,4 inch
180 cm
5,9 feet
70,9 inch
-

Tinggi
-

70 cm
2,3 feet
27,6 inch
70 cm
2,3 feet
27,6 inch
-

-

210 cm
6,9 feet
82,7 inch
60-65 cm
215 cm
2,0-2,1 feet
7,1 feet
23,6-25,6 inch
84,7 inch
60-65 cm
185 cm
2,0-2,1 feet
6,1 feet
23,6-25,6 inch
72,9 inch
112,7 cm
3,70feet
44,4 inch
97,1 cm
3,2 feet
38,2 inch
155-245 cm
5,1-8 feet
61-96,5 inch
Diolah dari berbagai sumber

Macan tutul jawa memiliki bentuk badan yang memanjang dan silindris, dengan
kaki agak pendek dan telapak melebar. Macan tutul jawa juga memiliki taring yang tajam
sebagai senjata bertarung maupun alat berburu, yaitu untuk membunuh dan menyeret
mangsa. Mata macan tutul jawa berwarna kuning dengan kemampuan penyesuaian

5

ukuran pupil yang tinggi pada berbagai intensitas cahaya. Pada siang hari pupil akan
menyempit dan hanya terlihat seperti satu garis vertikal. Pada malam hari pupil akan
membesar sesuai intensitas cahaya yang diterimanya. Macan tutul jawa memiliki ekor
panjang yang ujungnya membengkok ke atas dan pada ujung sisi bawahnya berwarna
putih.

Cakar macan tutul jawa dapat dikeluarkan dan disimpan sesuai kebutuhan

sehingga efektif dalam kegiatan berjalan biasa ataupun berburu. Hal ini juga membuat
macan tutul jawa memiliki kemampuan memanjat vertikal. Bantalan metakarpal yang
lembut dan kuat akan meredam suara ketika mengendap dan mengintai mangsa. Kaki
belakang yang dapat berfungsi layaknya pegas sangat membantu dalam pencapaian jarak
lompat yang diperlukan ketika akan memanjat, menerkam mangsa maupun berlari biasa.

http://www.lioncrusher.com)/animal

Gambar 1. Penampilan visual macan tutul
Gam

Macan tutul jawa juga mengalami dimorfisme rambut. Terdapat macan tutul jawa

yang memiliki warna dasar rambut coklat kekuningan (macan tutul jawa biasa) dan hitam
(macan kumbang). Kondisi ini seringkali menimbulkan kesalah pahaman. Banyak orang
mengira macan kumbang adalah jenis yang berbeda dari macan tutul jawa biasa. Padahal,
macan kumbang hanya merupakan bentuk kelainan dari macan tutul jawa biasa. Hal
tersebut terbukti dengan dihasilkannya keturunan yang fertil dari perkawinan induk
macan tutul biasa dengan macan kumbang. Warna yang umum adalah coklat kekuningan
dengan tutul-tutul hitam berbentuk kembang (rosette), sedangkan warna dasar hitam
disebabkan oleh proses melanisme yaitu pendominasian oleh pigmen hitam pada struktur
rambut. Namun demikian, corak kembangan tetap dimiliki oleh macan kumbang. Corak
ini akan terlihat apabila macan berada pada tempat dengan intensitas cahaya yang cukup
tinggi.

6

Tipe

Tabel 2. Penampilan fisik, medula dan sisik macan tutul jawa
Medula Rambut

Sisik Rambut

Macan kumbang

Macan tutul biasa

Penampilan Fisik

Sumber: http://www.lioncrusher.com/animal dan Javantiger
Populasi
Penurunan populasi macan tutul jawa diakibatkan oleh penurunan mutu habitat
dan populasi satwa mangsa karena pembukaan wilayah hutan dan perburuan liar. Jumlah
populasi macan tutul jawa di habitat aslinya belum diketahui secara tepat. Pada saat ini
diperkirakan ada 350-700 ekor macan tutul jawa di pulau Jawa (Santiapillai dan Ramono,
1992).

Makanan
Macan tutul jawa mulai berburu mangsanya dengan cara mengintai, dan lalu
menyergapnya dari belakang. Jika serangan pertama pada mangsa gagal, ia cenderung
tidak meneruskan serangannya. Bagian yang pertama kali dimakan adalah bagian dalam
tubuh, lalu daging sekitar dada, rusuk, dan paha. Macan tutul juga mau memakan tulang
mangsanya. Apabila ada sisa, macan tutul jawa akan menyimpan makanannya untuk
suatu saat didatanginya lagi. Untuk melindungi hasil buruannya dari pemangsa lain,
macan tutul menyembunyikan makanannya di atas pohon, atau menutupinya dengan
daun, ranting, rumput atau serasah.

7

Jenis mangsa yang dimakan adalah sigung, kelelawar, lutung dan satwa mangsa
lain (Anonim,1978). Ada juga jenis surili, kijang, ayam hutan, merak, pelanduk dan
kancil. Ditemukan juga tanah liat, remukan tulang, dan rerumputan di dalam kotorannya.
Berdasarkan ukuran tubuh mangsa, macan tutul jawa lebih sering memangsa satwa
dengan ukuran berat badan antara 25-50 kg, yaitu satwa yang memiliki ukuran badan
setengah hingga sama dengan ukuran badan macan tutul jawa (Seidensticker,1976 dalam
Gunawan,1988).

Reproduksi
Macan tutul jawa betina menganut pola polyestrus, yaitu mengalami beberapa
kali birahi dalam satu tahun. Di penangkaran, periode pematangan telur terjadi setiap tiga
minggu sekali dengan masa subur selama 4 - 12 hari. Rata-rata masa buntingnya adalah
90-95 hari. Jumlah anak per kelahiran adalah 1-3 ekor. Anak-anak macan tutul jawa sejak
lahir sudah memiliki rambut, namun matanya belum berfungsi secara sempurna.
Penyapihan akan dimulai ketika peroses penyusuan sudah berlangsung antara tiga sampai
empat bulan. Anakan akan mencapai kedewasaan pada umur 2,5 - 4 tahun (Laveiren,
1983 dalam Gunawan, 1988). Di bawah pengawasan dan pemeliharaan macan tutul dapat
hidup hingga usia duapuluh tiga tahun (Grzimek,1975). Adapun usia di alam diperkirakan
antara tujuh sampai sembilan tahun (Guggisberg, 1975).

Habitat dan Penyebaran
Habitat adalah suatu satu kesatuan kawasan yang terdiri dari beberapa kawasan,
baik fisik maupun biotik, yang digunakan oleh satwaliar sebagai tempat hidup dan
berkembangbiak. Habitat memiliki fungsi dalam hal penyediaan makanan, air, dan
pelindung (Alikodra, 2002). Macan tutul jawa tersebar dari pantai hingga pegunungan.
Mereka juga sering terpergok di hutan-hutan jati dan perkebunan dekat perkampungan
(Veevers dan Carter,1978 dalam Wahyudi,1989). Luas daerah jelajah macan tutul adalah
10 km2 (Ewer,1974 dalam Wahyudi,1989).
Penyebaran satwa sangat dipengaruhi oleh kondisi biologis dari setiap jenis satwa
yang meliputi sifat-sifat ekologis, morfologis, dan fisiologisnya. Analisa sebaran satwa
dapat ditinjau dari segi interaksi antar satwa, seperti pemangsaan dan persaingan
(Alikodra, 2002). Diantara jenis kucing besar yang ada, macan tutul memiliki daerah
penyebaran yang paling luas (Lekagul dan McNeely,1977). Macan tutul tersebar di benua
Afrika, Asia bagian selatan dan timur sampai ke bagian Manchuria, menyebar ke
Indonesia, Malaya, dan Pulau Jawa (Anonim,1978).

8

Di seluruh dunia, macan tutul jawa hanya terdapat di pulau Jawa dan Kangean
(Madura). Di Jawa Barat macan tutul jawa terdapat di Cirebon, Cianjur selatan, TN
Gunung Gede Pangrango dan TN UjungKulon (Hoogerwerf, 1970). Daerah penyebaran
macan tutul jawa di Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah sebagai berikut: Nusa
Kambangan, Batang, Banjarnegara, Kendal, Cepu, Sragen, Notog, Jati Lawang, gunung
Slamet, Kebasan, Gunung Muria, Gunung Merapi dan Kulon Progo (Anonim, 1978). Di
Jawa Timur macan tutul jawa dapat dijumpai di TN Meru Betiri, TN Baluran, Tuban,
Ponorogo, Padangan, Saradan, Jember, Blitar, Jatirogo, Madiun, dan Gundih
(Hoogerwerf, 1970).

Perilaku dan Kebiasaan
Macan tutul jawa biasanya hidup menyendiri (soliter), kecuali pada musim kawin
dan mengasuh anak. Macan tutul jawa kurang suka menetap, namun ia tidak akan keluar
dari daerah teritorinya jika makanan masih mencukupi. Eisenberg dan Lockhart (1972)
mengatakan bahwa macan tutul jawa jantan dan betina dapat mendiami daerah perburuan
yang sama, tetapi hal ini tidak berlaku bagi individu-individu yang berjenis kelamin
sama. Cara mempertahankan daerah teritori dilakukan dengan pengiriman tanda-tanda
berupa suara, cakaran, maupun urin dan kotoran. Macan tutul jawa membuang kotoran
tanpa

disembunyikan,

melainkan

diletakkan

di

tempat-tempat

yang

terbuka.

(Medwey,1975 dalam Gunawan,1988).

Pola Sebaran Spasial Satwaliar
Sebaran spasial merupakan salah satu parameter demografi satwaliar.
Tarumingkeng (1994) menyatakan bahwa pola sebaran spasial suatu komunitas ekologi
dapat ditentukan dengan berbagai macam indeks penyebaran (dispersion index), yaitu:
indeks dispersi (ID), indeks Agregatif (IC), dan Indeks Greens (GI).
Pola sebaran satwa, termasuk macan tutul dapat berbentuk merata, kelompok,
maupun acak. Macan tutul menggunakan ruang habitat yang ada baik secara horizontal
maupun vertikal. Secara horizontal macan tutul jawa memanfaatkan bentang alam
mendatar sebagai tempat untuk melakukan aktivitas kesehariannya seperti makan,
minum, berburu, bermain, istirahat, dan berreproduksi. Sedangkan secara vertikal macan
tutul jawa menggunakan pohon sebagai tempat untuk menyimpan sisa makanannya.
Namun demikian, penggunaan ruang secara vertikal ini sangat sulit untuk diteliti. Untuk
menganalisis pola sebaran spasial macan tutul jawa, indeks yang digunakan adalah indeks
dispersi (ID).

KONDISI UMUM
TAMAN NASIONAL ALAS PURWO
Sejarah Kawasan
Taman Nasional Alas Purwo (TNAP) yang lebih dulu dikenal sebagai
Semenanjung Blambangan, merupakan salah satu kawasan pelestarian alam di Indonesia.
Status sebagai Taman Nasional ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No : 283/Kpts-II/1992 tanggal 26 Februari 1992. Berdasarkan surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 6186/ Kpts-II/2002 tanggal 10 Juni 2002, Balai Taman Nasional
Alas Purwo mengelola kawasan Taman Nasional (TN) Alas Purwo dan Cagar
Alam/Taman Wisata Alam (CA/WTA) Kawah Ijen yang terdiri dari 3 Seksi Konservasi
Wilayah (SKW), yaitu SKW I Rowobendo, SKW II Muncar, dan SKW III Kawah Ijen.

Kondisi Fisik
Ditinjau dari segi administratif pemerintahan, TNAP terletak di Kecamatan
Tegaldlimo dan Kecamatan Purwoharjo, Kabupaten Banyuwangi. Sedangkan secara
geografis terletak di ujung timur pulau Jawa, wilayah pantai selatan antara 8°26’45”–
8°47’00” LS dan 114°20’16” – 114°36’00” BT. TNAP yang memiliki luas 43.420 ha
terbagi dalam beberapa zona, yaitu:
1. Zona Inti (Sanctuary zone) seluas 17.200 ha.
2. Zona Rimba (Wilderness zone) seluas 24.767 ha.
3. Zona Pemanfaatan (Intensive use zone) seluas 250 ha.
4. Zona Penyangga (Buffer zone) seluas 1.203 ha.
Rata-rata curah hujan 1000-1500 mm per tahun dengan temperatur 22°C-31°C
dan kelembaban udara 40-85 %. Wilayah TNAP sebelah barat menerima curah hujan
lebih tinggi bila dibandingkan dengan wilayah sebelah timur. Dalam keadaan normal,
pada bulan April sampai Oktober TNAP mengalami musim kemarau, sedangkan pada
bulan Oktober sampai April mengalami musim hujan.
Secara umum kawasan TNAP mempunyai topografi datar, bergelombang ringan
sampai berat, dengan puncak tertinggi Gunung Lingga Manis (322 mdpl). Keadaan tanah
hampir keseluruhan merupakan jenis tanah liat berpasir dan sebagian kecil berupa tanah
lempung. Sungai di kawasan TNAP umumnya dangkal dan pendek. Sungai yang
mengalir sepanjang tahun hanya terdapat di bagian barat, yaitu Sungai Segoro Anak dan
Sunglon Ombo. Mata air banyak terdapat di daerah Gunung Kuncur, Gunung Kunci, Gua
Basori, dan Sendang Srengenge.

10

Kondisi Biotik
Berdasarkan tipe ekosistemnya, hutan di TNAP dapat di kelompokkan menjadi
hutan bambu, hutan pantai, mangrove, hutan tanaman, hutan dataran rendah, dan padang
penggembalaan (feeding ground). Terdapat 158 jenis flora dari 59 famili yang
teridentifikasi. Diantaranya terdapat tumbuhan khas daerah ini, yaitu sawo kecik
(Manilkara kauki) dan bambu manggong (Gigantochloa manggong). Tumbuhan lainnya
misalnya ketapang, kepuh, keben, dan 13 jenis bambu.
Keanekaragaman jenis fauna di kawasan TN Alas Purwo secara garis besar dapat
dibedakan menjadi 4 kelas yaitu mamalia, aves, pisces dan reptilia. Mamalia yang tercatat
sebanyak 31 jenis, diantaranya yaitu : Banteng (Bos javanicus), rusa (Cervus timorensis),
ajag (Cuon alpinus), babi hutan (Sus scrofa), kijang (Muntiacus muntjak), macan tutul
jawa (Panthera pardus melas), lutung (Trachypithecus auratus), dan monyet ekor
panjang (Macaca fascicularis).
Burung yang telah berhasil diidentifikasi berjumlah 236 jenis terdiri dari burung
darat dan burung air. Burung migran dari Australia yang telah berhasil diidentifikasi
berjumlah 39 jenis, diantaranya adalah cekakak suci (Halcyon chloris / Todirhampus
sanctus), burung kirik-kirik laut (Merops philippinus), trinil pantai (Actitis hypoleucos),
dan trinil semak (Tringa glareola). Jenis burung yang mudah dilihat antara lain: Ayam
hutan (Gallus gallus), kangkareng (Antracoceros coronatus), rangkong (Buceros
undulatus), merak (Pavo muticus) dan cekakak jawa (Halcyon cyanoventris).
Reptil yang telah teridentifikasi ada 20 jenis. Empat jenis diantaranya adalah
jenis penyu, yaitu penyu lekang (Lepidochelys olivacea), penyu belimbing (Dermochelys
coriacea), penyu sisik (Eretmochelys imbricata), dan penyu hijau (Chelonia mydas).
Satwa yang dilindungi ini biasanya mendarat untuk bertelur di pantai Marengan pada
bulan Januari sampai September.

Kondisi Sosial, Ekonomi, dan Budaya Masyarakat
Sebagian besar mata pencaharian masyarakat di sekitar kawasan adalah bertani,
buruh tani, dan nelayan. Masyarakat nelayan kebanyakan tinggal di wilayah Muncar,
yang merupakan salah satu pelabuhan ikan terbesar di Jawa, dan di wilayah Grajagan.
Mayoritas penduduk di sekitar kawasan memeluk agama Islam. Sebagian pemeluk agama
Hindu tinggal di desa Kedungasri dan desa Kalipait. Secara umum masyarakat sekitar
TNAP masih memegang tradisi jawa kuno. Pagerwesi, sayan, bayenan serta selamatanselamatan lain yang berkaitan dengan pencarian ketenangan batin masih dilaksanakan
(www.alaspurwonationalpark.com).

METODE PENELITIAN

Lokasi Dan Waktu
Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Maret-Mei 2006 di Taman Nasional Alas
Purwo, Jawa Timur. Pembagian wilayah kerja penelitian dapat dilihat pada gambar 2.
Peta Taman
Nasional Alas
Purwo
Cungur

Bedul
Ngagelan

Rowobendo, Sadengan, Triangulasi

Pancur

Plengkung
Brobos

Sumber:
TNAP 2006

Gambar 2. Peta lokasi penelitian macan tutul jawa

Bahan dan Alat
Bahan sebagai obyek penelitian adalah macan tutul jawa beserta habitat
alamiahnya di TNAP. Adapun alat yang telah digunakan dalam penelitian adalah sebagai
berikut:
1. Peta kawasan Taman Nasional
Alas Purwo

7. Jam tangan
8. Gips

2. Kompas

9. Ember

3. Kamera

10. Pengaduk

4. Senter

11. Tabel pengamatan

5. Meteran

12. Alat tulis

6. Tambang

12

Pengambilan Data
A. Data Primer
Data primer merupakan data yang digunakan untuk mendukung hipotesis
mengenai sebaran spasial dan tipe ekosistem yang digunakan oleh macan tutul jawa. Data
primer terdiri dari:
1. Karakteristik habitat, meliputi kondisi fisik habitat (suhu, kelembaban, curah hujan,
kelerengan) dan komposisi vegetasi.
2. Data mengenai aktivitas macan tutul jawa. Data ini didapatkan dari kegiatan
pengamatan baik berupa perjumpaan langsung ataupun tidak langsung (jejak kaki,
suara, cakaran, kotoran, dan sisa mangsa). Pengamatan utama dilakukan pada pagi
dan sore hari, yaitu pada pukul 06.00-09.00 WIB dan 15.00-18.00 WIB. Sebagai
penunjang dilakukan pengamatan malam, dengan pertimbangan sifat nokturnal yang
dimiliki macan tutul jawa.
Metode pengamatan yang digunakan adalah dengan metode transek jalur. Luas
total dari TNAP adalah 43.420 yang terdiri dari 750 ha hutan pantai, 36.686 ha hutan
dataran rendah, 84 ha padang penggembalaan, 1200 ha mangrove, dan 3.350 ha hutan
tanaman. Dengan demikian akan area penelitian dibagi menjadi lima wilayah kerja. Pada
setiap wilayah kerja dibuat jalur transek, disesuaikan dengan jalur yang telah ada di
TNAP. Dengan pertimbangan tipe habitat, luasan serta waktu yang dibutuhkan, maka
pengamatan dilaksanakan pada 17 jalur pengamatan, dengan perincian sebagai berikut:
1. Mangrove

: 3 jalur

2. Hutan pantai

: 4 jalur

3. Hutan dataran rendah

: 5 jalur

4. Hutan tanaman

: 4 jalur

5. Padang Penggembalaan

: 1 jalur

Setiap jalur merupakan garis lurus sepanjang 2,5 km. Jadi panjang total jalur yang diamati
adalah 42,5 km. Pada setiap jalur dilakukan ulangan sebanyak tiga kali.
Tahapan dalam kegiatan pengamatan adalah sebagai berikut:
1. Menentukan jumlah, letak, serta arah jalur pengamatan pada peta.
2. Melakukan pengamatan. Seluruh perjumpaan baik secara langsung atau tidak
langsung difoto dan dicatat dalam tabel pengamatan. Untuk keperluan identifikasi
serta pendokumentasian, data berupa jejak kaki dibuat cetakan dengan menggunakan
bahan gips.

13

B. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diperoleh dari studi pustaka ataupun wawancara
dengan pihak pengelola, petugas di lapangan, dan masyarakat setempat. Data sekunder ini
dibutuhkan untuk mendukung data primer yang didapatkan.
Adapun data sekunder yang diperlukan adalah keberadaan satwa mangsa dan
satwa pesaing, kondisi macan tutul jawa dan habitatnya pada waktu sebelum penelitian,
gangguan yang terjadi dan potensial terjadi, interaksi antara macan tutul jawa dengan
masyarakat, serta kondisi penduduk di sekitar TNAP.

Analisis Data
A. Analisis Vegetasi
Data yang telah dikumpulkan dari lapangan diolah dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
A.1. Kerapatan jenis
Jumlah individu
K

=
Luas contoh
Kerapatan suatu jenis

KR =

x 100%
Kerapatan semua jenis

A.2. Frekuensi Jenis
∑ plot ditemukannya suatu jenis
F

=

∑ seluruh plot
Frekuensi suatu jenis

FR =

x 100%
Frekuensi semua jenis

A.3. Dominasi Jenis
Luas bidang dasar
D

=
Luas contoh
Dominasi suatu jenis

FR =

x 100%
Dominasi semua jenis

A.4. Indeks Nilai Penting untuk tingkat pohon dan tiang
INP = KR + FR + DR

14

A.5. Indeks Nilai Penting untuk tingkat pancang, semai, dan tumbuhan bawah
INP= KR + FR
Keterangan:

INP

= Indeks Nilai Penting

K

= Kerapatan

D

= Dominasi

KR

= Kerapatan relatif

DR

= Dominasi relative

F

= Frekuensi

FR

= Frekuensi relative

B. Analisis Pola Sebaran Spasial Macan Tutul Jawa
Bentuk sebaran spasial dari macan tutul jawa ditentukan dengan menggunakan
pendekatan nilai indeks penyebaran sebagai berikut:

ID =
Keterangan:

S2
x
ID

: Indek penyebaran

S2

: Ragam populasi macan tutul jawa

x

: Jumlah rata-rata macan tutul jawa

Untuk menemukan bentuk sebarannya, digunakan uji statistik chi square dengan
persamaan sebagai berikut:
N

Σ ( xi – x )2

i=1

X2 =
x
Keterangan :

x2

: Nilai hitung chi square

N

: Ukuran contoh

Kaidah keputusan untuk menentukan bentuk sebaran spasial dari macan tutul
jawa adalah sebagai berikut:
1. Jika x2 hitung < x20,975

bentuk sebaran spasial acak

2. Jika x2 0,025 > x2hitung > x20,975

bentuk sebaran spasial sistematik

2

3. Jika x

hitung >

x20,025

bentuk sebaran spasial mengelompok

C. Analisis Hubungan Antara Tipe Aktivitas dan Karakteristik Habitat
Analisis hubungan dilakukan antara aktivitas macan tutul jawa dengan
karakteristik habitat yang ada di TNAP. Hal ini dimaksudkan untuk menyelidiki ada
tidaknya hubungan antara tipe habitat dengan jenis-jenis aktivitas yang dilakukan oleh
macan tutul jawa. Hubungan tersebut akan dianalisis dengan menggunakan chi kuadrat.
Adapun tahapannya adalah sebagai berikut:

15

C.1. Pengisian Tabel Penggunaan Habitat Oleh Macan Tutul Jawa
Untuk mempermudah pengelompokan data mengenai macan tutul jawa, maka
setiap perjumpaan baik langsung atau tidak langsung yang mengindikasikan keberadaan
macan tutul jawa beserta aktivitasnya dimasukkan ke dalam tabel isian.
Tabel 3. Tabel isian aktivitas macan tutul jawa
Frekuensi
No.

Jenis Aktivitas

1

Berburu

2

Makan

3

Menyimpan makanan

4

Minum

5

Berlari

6

Berjalan

7

Memanjat pohon

8

Berdiri diam

9

Berbaring

10

Tidur

11

Cakaran di tanah

12

Cakaran di pohon

13

Membuang kotoran

14

Bersuara

15

Bermain

16

Kawin

17

Mengasuh anak

18

Membersihkan diri

19

Lainnya

Hutan

Hutan

Padang

H.D.

Hutan

Mangrove

Pantai

Rumput

Rendah

Tanaman

Setiap temuan yang ada dimasukkan ke dalam tabel sehingga dapat diketahui
frekuensi keseluruhan dari aktivitas macan tutul jawa pada suatu tipe habitat tertentu. Hal
ini juga digunakan untuk mengetahui karakteristik habitat yang disukai oleh macan tutul
jawa, dengan indikasi bahwa tempat yang lebih disukai akan lebih banyak digunakan oleh
macan tutul jawa untuk beraktivitas.

16

C.2. Analisis Hubungan Parameter Penduga
Parameter yang akan dianalisis menggunakan metode uji chi-kuadrat adalah tipe
aktivitas macan tutul jawa dengan karakteristik habitat yang digunakannya. Langkah
pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Hipotesis
Ho

: Tidak ada hubungan antara tipe aktivitas dengan karakteristik habitat

H1

: Ada hubungan antara tipe aktivitas dengan karakteristik habitat

2. Kriteria Pengujian
Jika x2

hitung

kurang dari x2

tabel

maka terima H0 pada taraf nyata, dengan derajat

bebas (v) = (b-) (k-1) dimana b dan k masing-masing menyatakan baris dan kolom.
Persamaan yang digunakan:
k (Oi - Ei)2
X =∑
i=1
Ei
Keterangan:
2

Oi

= Frekuensi hasil pengamatan ke-i

Ei

= Frekuensi harapan ke-i
Total kolom x total baris

Frekuensi harapan =
Total pengamatan

HASIL DAN PEMBAHASAN
Karakteristik Habitat
A. Kondisi Vegetasi
TNAP memiliki luas 43.420 ha, terdiri dari hutan pantai, hutan dataran rendah,
padang penggembalaan Sadengan, mangrove, dan hutan tanaman. Berdasar penataan
zonasi yang berlaku, TNAP tersusun dari mintakat inti, mintakat rimba, mintakat
pemanfaatan, dan mintakat penyangga.
Hutan yang luas dan disertai dengan keanekaragaman plasma nutfah yang tinggi
merupakan habitat yang potensial bagi satwaliar. Setiap jenis satwaliar bergantung pada
kelompok tumbuhan untuk mendapatkan sumber pakan dan cover (Alikodra, 2002).
Dengan demikian bukan hanya herbivora saja yang memiliki interaksi dengan tumbuhan.
Macan tutul jawa sebagai salah satu karnivora juga akan membutuhkan keberadaan
tumbuhan. Untuk menyelidiki potensi struktur vegetasi di TNAP bagi macan tutul jawa,
dilaksanakan kegiatan analisis vegetasi dengan metode garis berpetak.
A.1. Hutan Pantai
Hutan pantai memiliki luas 750 ha atau 1,73% dari total luas TNAP. Meskipun
dekat dengan garis pantai, hutan ini tidak dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Dengan
substrat berpasir yang menyusunnya, hutan pantai memiliki kekhasan pada tanaman yang
hidup dan tumbuh di ekosistem ini. Jenis vegetasi di hutan pantai tertera pada tabel 4.
Tabel 4.a. Jenis vegetasi tingkat semai di hutan pantai
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11

Jenis
Kerandan
Piplan
Rumput kawatan
Bakung kecil
Dadap laut
Malaman
Lampeni
Ndog-ndogan
Pulai
Suruh tanah
Jambu

Jumlah
49
19
11
1
47
3
2
3
3
10
1

K
122.500
47.500
27.500
2.500
117.500
7.500
5.000
7.500
7.500
25.000
2.500

KR
32,89
12,75
7,38
0,67
31,54
2,01
1,34
2,01
2,01
6,71
0,67

F
0,2
0,2
0,2
0,2
0,6
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2
0,2

FR
7,69
7,69
7,69
7,69
23,08
7,69
7,69
7,69
7,69
7,69
7,69

INP
40,59
20,44
15,08
8,36
54,62
9,71
9,04
9,71
9,71
14,40
8,36

0,2
0,2
0,4
0,4
0,2

FR
14,29
14,29
28,57
28,57
14,29

INP
51,13
30,08
44,37
46,99
27,44

Tabel 4.b. Jenis vegetasi tingkat pancang di hutan pantai
No
1
2
3
4
5

Jenis
Loh-lohan
Waru laut
Ndog-ndogan
Pulai
Lampeni

Jumlah
14
6
6
7
5

K
5.600
2.400
2.400
2.800
2.000

KR
36,84
15,79
15,79
18,42
13,16

F

18

Tabel 4.c. Jenis vegetasi tingkat tiang di hutan pantai
No
1
2
3
4
5

Jenis
Waru laut
Dadap laut
Rengas burung
Jambu air
Pulai


1
2
1
1
1

Lbds
0,01
0,03
0,01
0,02
0,02

K
100
200
100
100
100

KR
16,67
33,33
16,67
16,67
16,67

F
0,2
0,4
0,2
0,2
0,2

FR
16,67
33,33
16,67
16,67
16,67

D

DR

0,82
2,55
1,27
1,68
1,54

10,36
32,46
16,18
21,41
19,59

INP
43,69
99,12
49,52
54,74
52,92

Tabel 4.d. Jenis vegetasi tingkat pohon di hutan pantai
No

1
2
3
4
5
6
7

Jenis
Bogem
Nyamplung
Ndog-ndogan
Dadap laut
Jambu batu
Pulai
Jambu


12
1
1
5
1
3
1

Lbds

K
300
25
25
125
25
75
25

1,601
0,14
0,05
0,50
0,13
0,21
0,04

KR
50
4,17
4,17
20,83
4,17
12,50
4,17

F
0,6
0,2
0,2
0,6
0,2
0,4
0,2

FR
25
8,33
8,33
25
8,33
16,67

8,33

D

DR

INP

40,03
3,47
1,37
12,56
3,36
5,24
1,00

59,72
5,17
2,04
18,73
5,015
7,820
1,50

134,72
17,67
14,54
64,57
17,52
36,99
13,99

Dari tabel dapat dilihat bahwa INP tertinggi tingkat semai dimiliki oleh jenis
dadap laut, INP tertinggi tingkat pancang dimiliki oleh jenis loh-lohan, INP tertinggi
tingkat tiang dimiliki oleh jenis dadap laut, dan INP tertinggi tingkat pohon dimiliki oleh
jenis bogem.

A.2. Hutan Dataran Rendah
Dari seluruh ekosistem terestrial yang ada, ekosistem hutan dataran rendah
merupakan ekosistem yang paling kaya akan keanekaragaman hayatinya. Di TNAP
terdapat hutan dataran rendah seluas 36.686 ha. Apabila dibandingkan dengan yang lain
nilai ini mengambil prosentase yang paling besar, yaitu 84,49%. Secara fisik, hutan
dataran rendah di TNAP tidak digenangi air, tapak beragam, dan topografi dari datar
sampai tinggi atau curam. Sedangkan dari segi biotiknya, hutan dataran rendah memiliki
strata tajuk yang lengkap, keanekaragaman vegetasi tinggi, dan satwaliar yang ditemui
juga beraneka ragam.
Tabel 5.a. Jenis vegetasi tingkat pancang di hutan dataran rendah
No
1
2
3
4
5
6
7
8

Jenis
Walik lar
Endog-endogan
Jambu air
Mangga
Budengan
Malaman
Suren
Ripupuh

Jumlah
1
3
2
1
32
5
10
1

K
400
1.200
800
400
12.800
2.000
4.000
400

KR
1,82
5,46
3,64
1,82
58,19
9,09
18,19
1,82

F
0,2
0,2
0,2
0,2
0,8
0,2
0,2
0,2

FR
9,09
9,09
9,09
9,09
36,36
9,09
9,09
9,09

INP
10,90
14,55
12,73
10,91
94,55
18,19
27,28
10,91

19

Tabel 5.b. Vegetasi tingkat semai dan tumbuhan bawah di hutan dataran rendah
No
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16

Jenis
Rumput kawatan
Walik lar
Jembirit
Potro
Jerukan
Teki
Piper cubeba
Bayur
Nyamplung
Sangkal buaya
Jambu
Timo
Malaman
Paku
A
Lampeni

Jumlah
23
21
3
4
18
5
29
42
1
2
2
1
10
18
1
2

K
57.500
52.500
7.500
10.000
45.000
12.500
72.500
105.000
2.500
5.000
5.000
2.500
25.000
12.500
2.500
5.000

KR
13,61
12,43
1,78
2,37
10,65
2,96
17,16
24,85
0,59
1,18
1,18
0,59
5,92
2,96
0,59
1,18

F

FR
11,54
7,69
3,85
7,69
7,69
3,85
7,69
11,54
3,85
3,85
3,85
3,85
7,69
7,69
3,85
3,85

0,6
0,4
0,2
0,4
0,4
0,2
0,4
0,6
0,2
0,2
0,2
0,2
0,4
0,4
0,2
0,2

INP
25,15
20,12
5,62
10,06
18,34
6,81
24,85
36,39
4,44
5,03
5,03
4,44
13,61
10,65
4,44
5,03

Tabel 5.c. Jenis vegetasi tingkat tiang di hutan dataran rendah
No
1
2

Jen