Obat-obat Anestesi Regional Obat-obat Anestesi dan Metode Pemberiannya .1 Obat-obat Anestesi Lokal

cukup lama, dapat larut dalam air dan menghasilkan larutan yang stabil, juga tahan terhadap pemanasansterilisasi Tjay, 2002. Biworo 2008 juga menyatakan bahwa anestetika yang ideal adalah anestetika yang memiliki sifat antara lain tidak iritatifmerusak jaringan secara permanen, onset cepat, durasi cukup lama, larut dalam air, stabil dalam larutan, dan dapat disterilkan tanpa mengalami perubahan. Struktur dasar anestetika lokal pada umumnya terdiri dari suatu gugus- amino hidrofil sekunder atau tersier yang dihubungkan oleh suatu ikatan ester alkohol atau amida dengan suatu gugus aromatis lipofil Tjay, 2002. Adanya ikatan ester sangat menentukan sifat anestesi lokal sebab pada degradasi dan inaktivasi di dalam tubuh, gugus tersebut akan dihidrolisis. Karena itu golongan ester umumnya kurang stabil dan mudah mengalami metabolisme dibandingkan golongan amida. Contohnya: Tetrakin, Benzokain, Kokain, dan Prokain. Senyawa amida contohnya adalah Dibukain, Lidokain, Mepivakain dan Prilokain. Senyawa lainnya contohnya fenol, Benzilalkohol, Etilalkohol, Etilklorida, dan Cryofluoran Siahaan, 2000. Cara pemberian anestesi lokal adalah dengan menginjeksikan obat-obatan anestesi tertentu pada area yang akan dilakukan sayatan atau jahitan. Obat-obatan yang diinjeksikan ini lalu bekerja memblokade saraf-saraf tepi yang ada di area sekitar injeksi sehingga tidak mengirimkan impuls nyeri ke otak Joomla, 2008.

2.4.4.2 Obat-obat Anestesi Regional

Metode pemberian Anestesi regional dibagi menjadi dua, yaitu secara blok sentral dan blok perifer Latief, 2001. 1. Blok Sentral Blok Neuroaksial. Blok sentral dibagi menjadi tiga bagian yaitu anestesi Spinal, Epidural dan Kaudal Latief, 2001. a. Anestesi Spinal UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Anestesi spinal merupakan tindakan pemberian anestesi regional ke dalam ruang subaraknoid. Hal-hal yang mempengaruhi anestesi spinal antara lain jenis obat, dosis obat yang digunakan, efek vasokonstriksi, berat jenis obat, posisi tubuh, tekanan intra abdomen, lengkung tulang belakang, usia pasien, obesitas, kehamilan, dan penyebaran obat Abidin, 2008. b. Anestesi Epidural Anestesi epidural ialah blokade saraf dengan menempatkan obat pada ruang epidural peridural, ekstradural di dalam kanalis vertebralis pada ketinggian tertentu, sehingga daerah setinggi pernapasan yang bersangkutan dan di bawahnya teranestesi sesuai dengan teori dermatom kulit Bachsinar, 1992. Ruang epidural berada di antara durameter dan ligamentun flavum. Bagian atas berbatasan dengan foramen magnum dan dibawah dengan selaput sakrogliseal. Anestesi epidural sering dikerjakan untuk pembedahan dan penanggulangan nyeri pasca bedah, tatalaksana nyeri saat persalinan, penurunan tekanan darah saat pembedahan supaya tidak banyak perdarahan, dan tambahan pada anestesia umum ringan karena penyakit tertentu pasien Latief, 2001. c. Anestesi Kaudal Anestesi kaudal sebenarnya sama dengan anestesi epidural, karena ruang kaudal adalah kepanjangan dari ruang epidural dan obat ditempatkan di ruang kaudal melalui hiatus sakralis. Hiatus sakralis ditutupi oleh ligamentum sakrogsigeal tanpa tulang yang analog dengan ligamentum supraspinosum dan ligamentum interspinosum. Ruang kaudal berisi saraf sacral, pleksus venosus, felum terminale dan kantong dura Latief, 2001. 2. Blok Perifer Blok Saraf Anestesi regional dapat juga dilakukan dengan cara blok perifer. Salah satu teknik yang dapat digunakan adalah anestesi regional intravena. Anestesi regional intravena dapat dikerjakan untuk bedah singkat sekitar 45 menit. Melalui cara ini saraf yang dituju langsung saraf bagian proksimal. Sehingga daerah yang UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dipersarafi akan teranestesi misalnya pada tindakan operasi di lengan bawah memblok saraf brakialis. Untuk melakukan anetesi blok perifer harus dipahami anatomi dan daerah persarafan yang bersangkutan Bachsinar, 1992.

2.4.4.3 Obat-obat Anestesi Umum