Pengelolaan Hara Kalium Berdasarkan Batas Kritis Untuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Status Hara di Tanah Inceptisol

(1)

PENGELOLAAN HARA KALIUM BERDASARKAN BATAS

KRITIS UNTUK TANAMAN JAGUNG (

Zea mays

L.) PADA

BERBAGAI STATUS HARA DI TANAH INCEPTISOL

TESIS

OLEH :

IRWAN AGUSNU PUTRA

087001007

PROGRAM MAGISTER (S2) AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(2)

PENGELOLAAN HARA KALIUM BERDASARKAN BATAS

KRITIS UNTUK TANAMAN JAGUNG (

Zea mays

L.) PADA

BERBAGAI STATUS HARA DI TANAH INCEPTISOL

TESIS

Diajukan untuk melengkapi salah satu syarat dalam menyelesaikan Program Magister Pertanian pada Program Studi Agroekoteknologi

OLEH :

IRWAN AGUSNU PUTRA

087001007

PROGRAM MAGISTER (S2) AGROEKOTEKNOLOGI

PROGRAM PASCA SARJANA

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

2010


(3)

Judul Penelitian : Pengelolaan Hara Kalium Berdasarkan Batas Kritis Untuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Status Hara di Tanah Inceptisol

Nama Mahasiswa : Irwan Agusnu Putra Nim : 087001007

Program Studi : Agroekoteknologi

Menyetujui : Komisi Pembimbing

Dr.Ir. Hamidah Hanum, MP Dr.Ir. Chairani Hanum, MP Ketua Pembimbing Anggota

Ketua Program Studi D e k a n

(Prof.Dr.Ir.B.Sengli.J.Damanik,MSc) (Prof.Dr.Ir. Darma Bakti,MS)


(4)

Telah diuji pada

Tanggal : 27 Agustus 2010

____________________________________________________________________

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP Anggota : Dr. Ir. Chairani Hanum, MP Penguji : 1. Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS 2. Luthfi. A.M. Siregar, SP.MP.PhD 3. Prof.Dr.Ir.B.Sengli.J.Damanik,MSc


(5)

ABSTRACT

IRWAN AGUSNU PUTRA, 2010. Potassium Based Nutrient Management of Critical Level For Maize (Zea mays L.) at Various Nutrient Status in the Inceptisol Soil. Under his guidance, Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP as Chairman of the Commission of Advisors with members Dr. Ir. Chairani Hanum, MP. In North Sumatra, most of the planting area of corn in the ground Inceptisol widespread, also dominated by the relatively high clay content so that the fixation of potassium are very strong which resulted in the concentration of potassium in soil solution is reduced, this causes the element potassium in the Inceptisol soil is relatively low. The study was conducted with a single location approach, which is a modification of an artificial nutrient. The purpose of this study was to determine the nutrient status of K due to chicken manure application, assess the response of growth and production of maize at different soil potassium nutrient status of the application of chicken manure and determine critical limits and doses of potassium fertilizer on the soil for corn crops in Inceptisol soil at various K soil nutrient status. The results were obtained giving a dose of chicken manure 40 t / ha can increase soil nutrient status with the acquisition of K-dd me/100 of soil from the low to rather high at Inceptisol soil, the critical limit of K-dd Inceptisol soil on corn plants with medium nutrient status (1,03 mg/100 g) is higher than the low (0,50 me/100 g) and rather low nutrient status (0,76 me/100 g). Doses of K fertilizer on the basis of critical level and the response curve to obtain maximum results at different nutrient status is 79,28 kg KCl / ha (low), 104, 58 KCl / ha (rather low) and 219.45 kg/ha of KCl (medium). The best plant response at rather low nutrient status or chicken manure doses at 10 t/ha with product dry grain 11,05 t/ha.


(6)

ABSTRAK

IRWAN AGUSNU PUTRA, 2010. Pengelolaan Hara Kalium Berdasarkan Batas Kritis Untuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Status Hara di Tanah Inceptisol. Dibawah bimbingan, Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP Sebagai Ketua Komisi Pembimbing dengan anggota Dr. Ir. Chairani Hanum, MP. Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas, juga didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang, hal ini menyebabkan unsur kalium pada tanah Inceptisol relatif rendah. Penelitian dilakukan dengan pendekatan lokasi tunggal, yaitu melalui modifikasi status hara secara buatan dengan aplikasi pupuk kandang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan status hara K akibat aplikasi pupuk kandang ayam, mengkaji respon pertumbuhan dan produksi jagung pada berbagai status hara kalium tanah terhadap aplikasi pupuk kandang ayam dan menentukan batas kritis dan dosis pemupukan kalium tanah untuk tanaman jagung di tanah Inceptisol pada berbagai status hara K tanah. Dari hasil penelitian diperoleh Pemberian Pupuk kandang ayam hingga 40 t/ha dapat meningkatkan status hara K-dd tanah dari rendah hingga agak tinggi pada tanah Inceptisol. Batas kritis K-dd tanah Inceptisol pada tanaman jagung dengan status hara sedang (1,03 me/100 g) lebih tinggi dari pada status hara rendah (0,50 me/100 g) dan agak rendah (0,76 me/100 g). Dosis pupuk K berdasarkan batas kritis dan kurva respon untuk memperoleh hasil maksimum pada status hara yang berbeda adalah 79,28 Kg KCl/ha ( status K tanah rendah), 104,58 Kg KCl/ha (status K tanah agak rendah) dan 219,45 Kg KCl (status K tanah sedang). Respon tanaman terbaik pada status hara agak rendah atau dosis pupuk kandang sebesar 10 t/ha dengan produksi pipilan kering 11,05 t/ha.

Kata Kunci : Kalium, Batas Kritis, Dosis KCl


(7)

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji syukur penulis sampaikan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmad dan hidayahNya sehingga dapat menyelesaikan tesis ini.

Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada :

1. Ibu Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP sebagai Ketua Komisi Pembimbing yang begitu banyak membantu penulis dalam mnyelasaikan tesis ini.

2. Ibu Dr. Ir. Chairani Hanum, MP sebagai anggota Komisi Pembimbing yang telah membimbing saya dalam penelitian, penulisan dan penyelesaian tesis. 3. Ibu Prof. Dr. Ir. Rosmayati, MS dan Bapak Luthfi A.M. Siregar, SP.MP.PhD

selaku Dosen Penguji dan pemberi masukan kepada pnulis.

4. Bapak Prof. Dr. Ir. B. Sengli. J. Damanik. MSc selaku Penguji Sidang dan sekaligus selaku Ketua Program Studi Magister (S2) Agroekoteknologi Program Pasca Sarjana Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

5. Buat para Dosen di Sekolah Pasca Sarjana USU , saya ucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya atas ilmu dan nasehat yang diberikan mulai dari awal perkuliahan hingga selesainya penelitian ini.

6. Bapak Prof. Dr. Ir. Darma Bakti, MS selaku Dekan Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara yang telah mendidik penulis sebagai mahasiswa di Sekolah Pasca Sarjana USU

7. Buat Bapak Baharuddin Ibu Warti selaku Staff Laboratorium Tanah PPKS yang telah banyak membantu dalam menyelesaikan penelitian ini.

8. Khusus penulis ucapkan terima ksih kepada saudara Tono Heri Saputra, Bustamam, Bapak Mahyuddin, Ibu Rini dan suami dan teman-teman angkatan 2008 yang tidak mungkin dapat saya sebutkan satu per satu.

9. Buat yang paling berperan dalam memotivasi saya dalam menyelesaikan pendidikan pada sekolah Pasca Sarjana USU yaitu Istri dan anak-anak saya tercinta serta ibu dan saudara-saudara saya.

10. Buat semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan namanya satu persatu yang telah banyak membantu penulis dalam penyelesaikan tesis.


(8)

KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur kehadirat Allah SWT atas berkat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelasaikan tulisan dalam bentuk tesis penelitian yang berjudul

Pengelolaan Hara Kalium Berdasarkan Batas Kritis Untuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Status Hara di Tanah Inceptisol pada Sekolah Pasca Sarjana, Program Studi Agroekoteknologi, Universitas Sumatera Utara.

Penelitian ini merupakan suatu kajian untuk perbaikan pemberian pemupukan kalium dengan terlebih dahulu mengetahui kebutuhan kalium tanah pada tanah Inceptisol sehingga efisien dalam pemberian pupuk kalium dan menjaga keseimbangan hara tanah terutama kalium dalam mendukung pertumbuhan dan produksi tanaman jagung.

Penulis menyadari bahwa tulisan ini masih jauh dari sempurna, untuk itu penulis menerima kritik dan saran yang sifatnya membangun demi perbaikan tulisan ini. Dan akhirnya penulis mengharapkan agar tulisan ini dapat menjadi bahan masukan dalam memberikan rekomendasi pemupukan di tanah Inceptisol desa Klumpang di Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara.

Medan, Agustus 2010


(9)

RIWAYAT HIDUP

Irwan Agusnu Putra dilahirkan di Sigli 29 Agustus 1970 merupakan anak ke dua dari empat bersaudara dari pasangan Bapak H. Ismail Bonar dan Ibu Julia Budi Nasution.

Riwayat Pendidikan Penulis :

1. Pendidikan dasar di SD Negeri no. 4 Banda Aceh

2. Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama di SMPN No 1 Banda Aceh 3. Pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMAN No 11 Medan.

4. Pada tahun 1989 terdaftar sebagai mahasiswa Fakultas Pertanian Universitas Islam Sumatera Utara. Lulus sebagai Sarjana Pertanian pada Mei 1994.

Riwayat Pekerjaan :

1. Sebagai Staf pada Perusahaan Daerah Pembangunan Kota Medan tahun 1996 dan jabatan terakhir sebagai Kasubag Satuan Pengawas Intern merangkap Pj Kepala Satuan Pengawas Intern (SPI) sampai tahun 2000.

2. Asisten Director and Senior Consultant, Golden Rim Consultants pada Proyek Kerja sama antara Pemerintah Victoria (Australia) dengan Pemerintah Indonesia (Departement Pertanian RI) tahun 2001.

3. Senior Marketing PT. Rutan (Agrindo) Cabang Medan tahun 2001- 2008.

4. Staf Pengajar pada Fakultas Pertanian Universitas Tjut Nyak Dhien (UTND) Medan


(10)

DAFTAR ISI

Hal

ABSTRAK ……….. i

UCAPAN TERIMA KASIH ……….. iii

KATA PENGANTAR ……… .... iv

RIWAYAT HIDUP ………. v

DAFTAR ISI .………... vi

DAFTAR TABEL ……… ix

DAFTAR LAMPIRAN ……… x

DAFTAR GAMBAR ………. xii

PENDAHULUAN ..……… 1

Latar Belakang ….……….……….. 1

Perumusan Masalah ..………... 4

Tujuan Penelitian …………..……….……….. 5

Hipotesis ……….…….……… 5

Manfaat Penelitian …………...………... 5

TINJAUAN PUSTAKA .……… 6

BAHAN DAN METODE ……….………. 12

Tempat dan Waktu ………... 12

Bahan dan Alat ………….……….... 12

Metode Penelitian ……… 12

PELAKSANAAN PENELITIAN ..………. ……… 15

Tahap I. Pengambilan Contoh Tanah dan Persiapan Lahan … ……….. 15

Aplikasi Pupuk kandang ayam ………..…………... 15

Inkubasi Pupuk kandang ayam ………..………….. 15


(11)

Tahap II

Persiapan Lahan ………...………... 16

Pemeliharaan ………..……….………. 16

Modifikasi Kalium Tanah Melalui Aplikasi Pupuk Kandang Ayam 16

Penanaman dan Penjarangan ………..………. 16

Pemeliharaan dan Pengendalian Hama Penyakit ..……….. 16

Pemupukan ………..……… 16

Pemanenan ………..………. 17

Sampling Tanah dan Tanaman ………..……….. 17

PEUBAH AMATAN ……...…….……….……… 18

Tahap I Analisa Kalium Tanah ……… 18

Analisa Kandungan C-Organik ………. 18

Tahap II Analisa Kalium Tanah ………...……….. 18

Analisa Kalium pada Daun ……….…… 18

Bobot Kering Kelobot ………...….... 18

Bobot Brangkasan ……….………..………... …. 19

Bobot Pipilan Pipilan Kering………...……… 19

Bobot 100 butir ………..… 19

Analisa Kandungn Glukosa ………..……….. 19

Indeks Panen ………..………. 19

ANALISA DATA ……….. 20

Data Analisa dengan Data Sidik Ragam (Anova) ……….. 20

Penghitungan Batas Kritis Kalium Tanah ………...………… 20

Rekomendasi Pupuk Kalium Tanaman Jagung pada Tanah Inceptisol …..… 20

HASIL DAN PEMBAHASAN ……….... 21

Hasil ………..………. 21

Modifikasi Status Hara Kalium………..…………..……….... 21

Penentuan batas kritis dan Dosis pemupukan Kalium.…………. . 22

Kadar Hara Kalium Tanah dapat dipertukarkan (K-dd) Setelah Tanaman Berbunga ……….………. … 22

Kadar Hara Kalium pada daun ……….………..……… 24

Kadar Hara Kalium Tanah dapat dipertukarkan (dd) Pada akhir panen ……….. 25

Bobot kering kelobot ………..….….. 28

Bobot kering brangkasan ………..…… 30

Bobot pipilan kering ……….. 32

Bobot 100 butir ……….……… 34

Indeks Panen ……….……….……. 36


(12)

Penentuan Batas Kritis dan Kurva Respon pada Keadaan Status

Hara Tanah dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda …..………….. 40

Kadar Hara Kalium dapat dipertukarkan (K-dd) ……… 40

Batas Kritis dan Kurva Respon Kandungan K- dd Tanah (me/100 g) PadaStatus HaraRendah(A1) ………41

Batas Kritis dan Kurva Respon Kandungan K-dd Tanah (me/100 g) Pada Status Hara Agak Rendah (A2) …….……… 42

Batas Kritis dan Kurva Respon Kandungan K-dd Tanah (me/100 g) Pada Status Hara Sedang (A3) ……..………. 44

Pembahasan ………… ….………...……….. 48

Pupuk Kandang ……….…..……….. 48

Batas Kritis ………..……….….. 49

Rekomendasi Pupuk Berdasarkan Kurva Respon …………. 50

KESIMPULAN ………..……….. 54

SARAN ……….. 55


(13)

DAFTAR TABEL

No Judul Hal

1. Pengaruh Aplikasi Pupuk Kandang Ayam terhadap Status hara K-dd ….… 22 2. Kadar K-dd tanah saat tanaman berbunga pada berbagai status hara tanah

dan dosis pupuk kalium ….……….…. 23 3. Kadar K daun jagung pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk

kalium ………..……….…….. 25 4. Kadar kalium K-dd tanah setelah panen pada berbagai status hara tanah

dan dosis pemupukan K yang berbeda ……… 26 5. Bobot kering klobot pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium 29 6. Bobot kering brangkasan pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk

kalium ……….. 31 7. Bobot pipilan kering pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium 33 8. Bobot 100 butir pipilan kering pada berbagai status hara tanah dan dosis

pupuk kalium ……… 35 9. Indeks panen pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium ……… 37 10. Kandungan Glukosa pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium 39 11. Hubungan pemupukan kalium dan produksi pipilan kering jagung pada


(14)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Hal

1. Denah lokasi percobaan I (Penentuan Status hara kalium tanah) di

Lapangan ……… 59 2. Denah lokasi penelitian penentuan batas kritis dan kurva respon

(penelitian II) dilapangan……… 60 3. Denah petak penelitian penentuan batas kritis dan kurva respon

(penelitian II) di lapangan ………... 61 4. Deskripsi Jagung Hibrida Pioner ……… 62 5. Kriteria sifat kimia tanah (PPKS) ……… 63 6. Batas antara kecukupan dan defisiensi unsur hara berdasarkan data

Data analisis tanaman ……….. 64 7. Analisa tanah awal desa Klumpang Kebun tahun 2009 (BPTD) ……… 65 8. Analisa Pupuk Kandang Ayam ……….. 65 9. Peta lokasi penelitian ……….. 66 10. Data analisa k-dd tanah pada penelitian modifikasi status hara tanah …. 67 11. Analisis sidik ragam penelitian modifikasi status hara tanah ………….. 67 12. Data analisa K-dd tanah pada saat tanaman berbunga dan Analisis

Sidik Ragam (Uji F) ... 68 13. Data analisa K daun dan Analisis Sidik Ragam (Uji F) ……… 69 14. Data analisa K – dd Tanah pada akhir panen dan Analisis Sidik Ragam

(Uji F). ……….. 70 15. Data Bobot Kering Kelobot dan Analisis Sidik Ragam (Uji F) ... 71 16. Data Bobot Kering Brangkasan dan Analisis Sidik Ragam (Uji F) ……. 72 17. Data Bobot Pipilan Kering dan Analisis Sidik Ragam (Uji F) ………… 73


(15)

18. Data Bobot 100 Butir Pipilan Kering dan Analisis Sidik Ragam (Uji F) ….. 74 19. Data Indeks Panen dan Analisis Sidik Ragam (Uji F) ……… 75 20. Data Analisa Kandungan Glukosa dan Analisis Sidik Ragam (Uji F) ……… 76 21. Perhitungan Titik Maksimum dan Hasil Maksimum Berdasarkan Kurva

Respon dari Persamaan Regresi pada Status Hara Rendah (A1) ... 77 22. Perhitungan Titik Maksimum dan Hasil Maksimum Berdasarkan Kurva

Respon dari Persamaan Regresi pada Status Hara Agak Rendah (A2) ... 79 23. Perhitungan Titik Maksimum dan Hasil Maksimum Berdasarkan Kurva

Respon dari Persamaan Regresi pada Status Hara Sedang (A3) ………… 81 24. Persentase Hasil (Hasil relatif) % ……… 83


(16)

DAFTAR GAMBAR

No. Judul Hal

1. Hubungan kadar K-dd tanah dengan kombinasi perlakuan berbagai status

hara tanah dan pupuk kalium ……… 23

2. Hubungan kalium daun jagung dengan kombinasi perlakuan berbagai

status hara tanah dan pupuk kalium ... 26 3. Hubungan K-dd tanah pada akhir panen dengan perlakuan status hara

tanah ... 28 4. Hubungan K-dd tanah pada akhir panen terhadap perlakuan pupuk kalium 28

5. Hubungan bobot kering kelobot dengan perlakuan pupuk kalium ……….. 30 6. Hubungan bobot kering brangkasan dengan perlakuan pupuk kalium ... 32 7. Hubungan bobot pipilan kering terhadap perlakuan berbagai status hara ….. 34 8. Hubungan bobot pipilan kering dengan perlakuan pupuk kalium ………….. 34 9. Hubungan bobot 100 butir pipilan kering dengan perlakuan pupuk kalium .. 36 10. Hubungan Indeks panen dengan perlakuan pupuk kalium ... 38 11. Hubungan kandungan glukosa dengan kombinasi berbagai status hara

tanah dan Pupuk Kalium ... 40 12. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot Pipilan Kering

Pada Status Hara Rendah ... 41 13. Batas Kritis Kadar Kalium-dd Pada Status Hara Rendah ... 42 14. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot Pipilan

Kering Pada Status Hara Agak Rendah ... 43

15. Batas Kritis Kadar Kalium-dd Pada Status Hara Agak Rendah ... 44 16. Kurva Respon Hubungan Kadar Kalium-dd dengan Bobot ipilan Kering

Pada Status Hara Sedang ... 45


(17)

ABSTRACT

IRWAN AGUSNU PUTRA, 2010. Potassium Based Nutrient Management of Critical Level For Maize (Zea mays L.) at Various Nutrient Status in the Inceptisol Soil. Under his guidance, Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP as Chairman of the Commission of Advisors with members Dr. Ir. Chairani Hanum, MP. In North Sumatra, most of the planting area of corn in the ground Inceptisol widespread, also dominated by the relatively high clay content so that the fixation of potassium are very strong which resulted in the concentration of potassium in soil solution is reduced, this causes the element potassium in the Inceptisol soil is relatively low. The study was conducted with a single location approach, which is a modification of an artificial nutrient. The purpose of this study was to determine the nutrient status of K due to chicken manure application, assess the response of growth and production of maize at different soil potassium nutrient status of the application of chicken manure and determine critical limits and doses of potassium fertilizer on the soil for corn crops in Inceptisol soil at various K soil nutrient status. The results were obtained giving a dose of chicken manure 40 t / ha can increase soil nutrient status with the acquisition of K-dd me/100 of soil from the low to rather high at Inceptisol soil, the critical limit of K-dd Inceptisol soil on corn plants with medium nutrient status (1,03 mg/100 g) is higher than the low (0,50 me/100 g) and rather low nutrient status (0,76 me/100 g). Doses of K fertilizer on the basis of critical level and the response curve to obtain maximum results at different nutrient status is 79,28 kg KCl / ha (low), 104, 58 KCl / ha (rather low) and 219.45 kg/ha of KCl (medium). The best plant response at rather low nutrient status or chicken manure doses at 10 t/ha with product dry grain 11,05 t/ha.


(18)

ABSTRAK

IRWAN AGUSNU PUTRA, 2010. Pengelolaan Hara Kalium Berdasarkan Batas Kritis Untuk Tanaman Jagung (Zea mays L.) Pada Berbagai Status Hara di Tanah Inceptisol. Dibawah bimbingan, Dr. Ir. Hamidah Hanum, MP Sebagai Ketua Komisi Pembimbing dengan anggota Dr. Ir. Chairani Hanum, MP. Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas, juga didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang, hal ini menyebabkan unsur kalium pada tanah Inceptisol relatif rendah. Penelitian dilakukan dengan pendekatan lokasi tunggal, yaitu melalui modifikasi status hara secara buatan dengan aplikasi pupuk kandang. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan status hara K akibat aplikasi pupuk kandang ayam, mengkaji respon pertumbuhan dan produksi jagung pada berbagai status hara kalium tanah terhadap aplikasi pupuk kandang ayam dan menentukan batas kritis dan dosis pemupukan kalium tanah untuk tanaman jagung di tanah Inceptisol pada berbagai status hara K tanah. Dari hasil penelitian diperoleh Pemberian Pupuk kandang ayam hingga 40 t/ha dapat meningkatkan status hara K-dd tanah dari rendah hingga agak tinggi pada tanah Inceptisol. Batas kritis K-dd tanah Inceptisol pada tanaman jagung dengan status hara sedang (1,03 me/100 g) lebih tinggi dari pada status hara rendah (0,50 me/100 g) dan agak rendah (0,76 me/100 g). Dosis pupuk K berdasarkan batas kritis dan kurva respon untuk memperoleh hasil maksimum pada status hara yang berbeda adalah 79,28 Kg KCl/ha ( status K tanah rendah), 104,58 Kg KCl/ha (status K tanah agak rendah) dan 219,45 Kg KCl (status K tanah sedang). Respon tanaman terbaik pada status hara agak rendah atau dosis pupuk kandang sebesar 10 t/ha dengan produksi pipilan kering 11,05 t/ha.

Kata Kunci : Kalium, Batas Kritis, Dosis KCl


(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Di Sumatra Utara areal pertanaman jagung sebagian besar di tanah Inceptisol yang tersebar luas dan berdasarkan data dari Dinas Tanaman Pangan dan Holtikultura Sumatera Utara terdapat di sebagian daerah Simalungun (59.604 Ha), Tanah Karo (50,182 Ha), Dairi ( 25,645 Ha), Deli Serdang (19,027 Ha), Langkat (17,236 Ha) dan Serdang Bedagei (50,42 Ha) (BPS, 2007).

Jenis tanah Inceptisol menempati lahan terluas di Sumatera Utara dan potensi bagi budi daya jagung dan tanaman pangan dan holtikultura lainnya dengan luas lahan 3.162.000 Ha dari total luas jenis tanah sebesr 7.180.000 Ha. Tanah tersebut mempunyai reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) serta kandungan liat yang cukup tinggi dan kadar kalium relatif rendah berkisar 0,1 – 0,2 me/100 gr tanah serta kompleks adsorbsi didominasi oleh Ca dan Mg (Puslitanak, 2000).

Tanah Inceptisol juga didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang, hal ini menyebabkan unsur kalium pada tanah Inceptisol relatif rendah. Rendahnya kalium pada jenis tanah ini menjadikan masalah tersendiri bagi budi daya jagung karena kalium merupakan hara yang sangat penting bagi pertumbuhan dan produksi tanaman jagung setelah Nitrogen. Untuk setiap ton hasil biji, tanaman jagung membutuhkan 27,4 kg N, 4,8 kg P dan 18,4 kg K (Cooke, 1985). Kekahatan kalium merupakan kendala yang sangat penting dan sering terjadi di tanah Inceptisol. Disamping faktor tanah, hara kalium mudah tercuci karena curah hujan yang tinggi di daerah tropika basah mnyebabkan K banyak yang hilang.

Untuk mengatasi keadaan tersebut diatas, perlu dilakukan penambahan kalium secara proporsional melalui pemupukan dan pemberian pupuk kandang ayam sebagai bahan organik. Nursyamsi dan Sutriadi (2005) menyatakan bahwa pemupukan kalium nyata meningkatkan hasil tanaman kedelai, terutama di tanah-tanah yang memiliki kadar kalium rendah seperti di tanah Inseptisol. Disamping itu, bahan organik dalam hal ini pupuk kandang juga dapat menambah ketersediaan unsur


(20)

kalium, salah satunya adalah pemberian pupuk kandang ayam/ungas yang dapat menyumbangkan unsur kalium sebesar 0,89 % (Tan 1993).

Petani melakukan pemupukan pada budidaya jagung umumnya berdasarkan kebisaan dalam penerapan dosis pupuk. Pemupukan yang dilakukan umumnya masih kurang tepat, dimana pupuk belum digunakan secara rasional sesuai dengan kebutuhan tanaman dan kemampuan tanah menyediakan unsur hara. Pemupukan belum didasarkan atas hasil uji tanah, sehingga akan memberikan dampak yang kurang menguntungkan terhadap sifat tanah dan lingkungan secara keseluruhan. Harga pupuk kalium yaitu KCl yang relatif mahal dipasaran, mengakibatkan pemberian pupuk yang berlebihan akan mengakibatkan pemborosan, disamping itu dapat mengganggu keseimbangan hara dalam tanah dan menimbulkan polusi yang berbahaya bagi lingkungan. Sedangkan pemupukan yang terlalu sedikit tidak dapat memenuhi kebutuhan tanaman untuk mencapai tingkat produksi yang optimal. Oleh karena itu, pemupukan harus didasarkan atas hasil uji tanah dan analisis tanaman. Untuk mendukung ketersediaan hara kalium tanah, perlu upaya perlakuan untuk mendukung ketersediaannya. Salah satu upaya tersebut adalah dengan penambahan pupuk kandang sebagai sumber bahan organik yang secara kimia merupakan bahan yang mudah terurai melalui proses mineralisasi dan akan menyumbangkan sejumlah ion-ion hara tersedia seperti K+ . Senyawa sisa mineralisasi dan senyawa sulit terurai lainnya melalui proses humifikasi akan menghasilkan humus tanah yang terutama berperan secara koloidal dimana koloidal organik ini melalui muatan listriknya akan meningkatkan Kapasitas Tukar Kation (KTK) yang akan menyebabkan ketersediaan basa-basa meningkat, secara fisik bahan organik meningkatkan daya tahan menahan air sehingga hara K+ yang terfiksasi oleh koloid liat akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan larutan tanah yang mengakibatkan K+ lebih mudah diserap oleh bulu akar (Hanafiah, 2007).

Menurut Hanafiah (2007), pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan sifat kimia tanah seperti naiknya pH, kadar Ca-dd, C-organik, N total, C/N dan H-dd serta turunnya kadar Al-dd dan Fe-dd yang semuanya bersifat positif terhadap perbaikan sifat-sifat kimiawi tanah kecuali nisbah C/N dan H-dd.


(21)

Penambahan bahan organik dikarenakan pelapukan bahan organik akan menghasilkan humus (koloid organik) yang mempunyai permukaan dapat menahan unsur hara dan air sehingga dapat dikatakan bahwa pemberian bahan organik dapat menyimpan pupuk dan air yang diberikan di dalam tanah. Unsur N,P,S diikat dalam bentuk organik atau dalam tubuh mikroorganisme, sehingga terhindar dari pencucian. Bahan organik berperan sebagai penambah hara N, P, K bagi tanaman dari hasil mineralisasi oleh mikroorganisme, transformasi oleh mikroorganisme dari suatu unsur pada bahan organik menjadi anorganik melalui mineralisasi, menjadikan unsur hara tersedia bagi tanaman.

Salah satu cara untuk mengetahui status hara adalah dengan mengetahui batas kritis (criticalic level) hara pada tanah tersebut, dengan demikian penentuan batas kritis perlu ditetapkan terlebih dahulu. Batas kritis adalah konsentrasi yang menunjukkan pembagian antara keadaan yang responsif dan keadaan yang tidak responsif terhadap pemberian unsur hara. Bila kadar hara tanah lebih rendah daripada batas kritis maka tanaman akan memberikan respon yang tinggi terhadap pemberian pupuk. Sebaliknya bila kadar hara lebih tinggi daripada batas kritis maka tanaman tidak respon terhadap pemberian pupuk. Penentuan batas kritis kalium untuk jagung dilakukan berdasarkan metode Grafik Cate-Nelson (Widjaja-Adhi, 1996; Dahnke dan Olson, 1990), sedangkan dalam menentukan dosis pemupukan kalium untuk tanaman jagung digunakan metode kurva respon pemupukan (Widjaja-Adhi, 1996).

Penelitian dapat dilakukan dengan pendekatan lokasi tunggal, yaitu melalui modifikasi hara buatan (Widjaja-Adhi, 1996). Dalam hal ini, keragaman hara K tanah dilakukan melalui pemberian pupuk kandang ayam dengan menentukan status hara rendah, agak rendah dan sedang.


(22)

Perumusan Masalah

Di Sumatera Utara produksi jagung tahun 2007 pada Kabupaten Simalungun (204.196 ton), Kabupaten Karo (171.016 ton), Kabupaten Dairi ( 87.204 ton), Kabupaten Deli Serdang (65.015 ton), Kabupaten Langkat (58.680 ton) dan Kabupaten lain-lain (95.931 ton). Jadi total produksi sebesar 682.042 ton. Potensi produktifitas jagung masih berpeluang besar bila menanam jagung varietas unggul dan jagung hibrida serta pengelolaan hara yang baik dan benar.

Tanah Inceptisol didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi kalium sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi kalium pada larutan tanah berkurang. Unsur kalium sangat dibutuhkan tanaman jagung disamping sebagai nutrisi tanaman, juga sebagai penetral efek kelebihan Nitrogen yang akan membuat tanaman jagung lebih sukulen sehingga lebih mudah terserang hama penyakit, rapuh dan mudah rontoknya bunga buah dan cabang. Hal ini karena unsur kalium berfungsi meningkatkan sintesis dan translokasi karbohidrat sehingga mempercepat penebalan dinding-dinding sel dan ketegaran tangkai bunga, buah dan cabang.

Kehilangan kalium akibat pencucian dan erosi cukup besar, umumnya kandungan K total tanah cukup tinggi tetapi yang tersedia cukup rendah. Karena itu penambahan kalium ke dalam tanah melalui pemupukan harus menjadi bahan pertimbangan. Pemupukan yang efektif harus didasarkan pada hasil uji tanah dan tanaman. Dengan demikian penentuan dosis pupuk berdasarkan batas kritis dan kurva respon berbeda berdasarkan status hara tanah.

Dari uraian diatas maka penulis akan meneliti Pengelolaan hara Kalium berdasarkan batas kritis untuk tanaman Jagung (Zea mays L.) pada berbagai status hara di tanah Inceptisol dengan mengaplikasikan pupuk kandang, karena sampai saat ini belum diketahui batas kritis kalium (K-dd) pada tanah Inceptisol untuk tanaman jagung, dosis maksimum pemupukan kalium yang tepat untuk tanaman jagung pada setiap tanah dengan status hara kalium yang berbeda pada lokasi tunggal.


(23)

Tujuan Penelitian

1. Menentukan status hara Kalium akibat aplikasi pupuk kandang ayam.

2. Mengkaji respon pertumbuhan dan produksi jagung pada berbagai status hara Kalium tanah .

3. Menentukan batas kritis dan dosis pemupukan kalium tanah untuk tanaman jagung di tanah Inceptisol pada berbagai status hara kalium tanah.

Hipotesis

1. Pemberian pupuk kandang sampai batas tertentu meningkatkan status hara Kalium tanah .

2. Batas kritis Kalium pada jagung yang diaplikasi pupuk kandang ayam lebih rendah dibanding tanpa aplikasi pupuk kandang ayam.

3. Aplikasi pupuk kalium pada status hara kalium rendah lebih tinggi dibanding dengan apilikasi pada status hara kalium tinggi.

4. Aplikasi pupuk kalium yang tepat pada status hara tertentu dapat meningkatkan hara kalium dan respon tanaman jagung.

Manfaat Penelitian

1. Penentuan batas kritis dan dosis pemupukan Kalium pada tanah Inseptisol dapat dijadikan dasar untuk melakukan pemupukan Kalium untuk memberikan hasil yang optimal bagi pertumbuhan dan produksi tanaman jagung pada lokasi tertentu.

2. Sebagai informasi bagi petani dalam melaksanaan pemupukan Kalium pada tanah Inceptisol terhadap pertumbuhan dan produksi jagung.


(24)

TINJAUAN PUSTAKA

Tanah Inceptisol

Tanah Inceptisol (inceptum = mulai berkembang) berdasarkan Keys to Soil Taxonomy (Soil Survey Staff, 2003) menunjukkan bahwa tanah ini mempunyai horizon penciri berupa horizon cambic yang merupakan horizon alterasi yang ketebalannya 15 cm atau lebih, mempunyai tekstur pasir sangat halus, pasir sangat halus berlempung, atau yang lebih halus, dan menunjukkan gejala-gejala bukti adanya alterasi dalam bentuk mempunyai struktur tanah atau tidak memiliki struktur batuan pada lebih dari setengah volume tanah dan mempunyai kandungan lempung lebih tinggi dari horizon yang berada di bawahnya. Tanah inseptisol merupakan tanah mineral yg mulai menunjukkan perkembangan horizon pedogenik (selain epipedon okrik dan albik pada Entisol). Tanah inseptisol berupa tanah yang belum matang, seperti tanah dari bahan induk abu volkan, tanah di wilayah curam sangat curam, tanah di permukaan geomorfik muda (lereng volkan, endapan sungai).

Penyebaran di Indonesia: paling luas karena terbentuk dari semua bahan induk tanah (kecuali bahan organik) dan pada banyak posisi geomorfik yang berbeda, mulai dari dataran pantai sampai wilayah perbukitan dan pegunungan. Jenis tanah inseptisol menempati lahan terluas di Sumatera Utara dengan luas lahan 3.162.000 Ha dari total luas jenis tanah sebesr 7.180.000 Ha. Reaksi tanah masam sampai agak masam (pH 4,6 – 5,5) serta kandungan liat yang cukup tinggi dan kandungan ion Kalium relatif rendah berkisar 0,1 – 02 me/100 gr tanah serta kompleks adsorbsi didominasi oleh Ca dan Mg. Tanah inseptisol juga didominasi oleh kandungan liat yang relatif tinggi sehingga fiksasi K sangat kuat yang mengakibatkan konsentrasi K pada larutan tanah berkurang. Hal ini menyebabkan unsur K pada tanah Inceptisol relatif rendah (Puslitanak, 2000).


(25)

Tanaman Jagung

Jagung merupakan tanaman serealia yang paling produktif di dunia, sesuai ditanam di wilayah bersuhu tinggi, dan pematangan tongkol ditentukan oleh akumulasi panas yang diperoleh tanaman. Luas pertanaman jagung di seluruh dunia lebih dari 100 juta ha, menyebar di 70 negara, termasuk 53 negara berkembang. Penyebaran tanaman jagung sangat luas karena mampu beradaptasi dengan baik pada berbagai lingkungan. Jagung tumbuh baik di wilayah tropis hingga 50° LU dan 50° LS, dari dataran rendah sampai ketinggian 3.000 m di atas permukaan laut (dpl), dengan curah hujan tinggi, sedang, hingga rendah sekitar 500 mm per tahun (Dowswell et al., 1996).

Pusat produksi jagung di dunia tersebar di negara tropis dan subtropis. Tanaman jagung tumbuh optimal pada tanah yang gembur, drainase baik, dengan kelembaban tanah cukup, dan akan layu bila kelembaban tanah kurang dari 40% kapasitas lapang, atau bila batangnya terendam air. Pada dataran rendah, umur jagung berkisar antara 3-4 bulan, tetapi di dataran tinggi di atas 1000 m dpl berumur 4-5 bulan. Umur panen jagung sangat dipengaruhi oleh suhu, setiap kenaikan tinggi tempat 50 m dari permukaan laut, umur panen jagung akan mundur satu hari (Hyene, 1987).

Areal dan agroekologi pertanaman jagung sangat bervariasi, dari dataran rendah sampai dataran tinggi, pada berbagai jenis tanah, berbagai tipe iklim dan bermacam pola tanam. Tanaman jagung dapat ditanam pada lahan kering beriklim basah dan beriklim kering, sawah irigasi dan sawah tadah hujan, toleran terhadap kompetisi pada pola tanam tumpang sari, sesuai untuk pertanian subsistem, pertanian komersial skala kecil, menengah, hingga skala sangat besar. Suhu optimum untuk pertumbuhan tanaman jagung rata-rata 26-300C dan pH tanah 5,7-6,8 (Subandi et al., 1988).

Produksi jagung berbeda antar daerah, terutama disebabkan oleh perbedaan kesuburan tanah, ketersediaan air, dan varietas yang ditanam. Variasi lingkungan tumbuh akan mengakibatkan adanya interaksi genotipe dengan lingkungan (Allard


(26)

and Brashaw, 1964), yang berarti agroekologi spesifik memerlukan varietas yang spesifik untuk dapat memperoleh produktivitas optimal.

Pengelolaan Hara Kalium

Kalium memiliki fungsi penting dalam osmoregulasi, aktivasi enzim, regulasi dari pH sel, keseimbangan kation - anion sel, pengaturan transpirasi oleh stomata, dan transportasi dari assimilate (produk dari fotosintesis). Kalium meningkatkan kekuatan untuk dinding sel tanaman dan terlibat dalam jaringan lignification dari sclerenchyma. Secara keseluruhan Kalium meningkatkan luas daun dan meningkatkan kandungan zat hijau daun, penundaan daun menjadi tua, karena itu kontribusinya besar terhadap fotosintesis dan pertumbuhan tanaman. Tidak seperti N dan P, Kalium tidak memiliki efek pada pematahan cabang (Dobermann and Fairhurst, 2000)

Kekurangan Kalium menyebabkan tidak terakumulasinya molekul gula yang tingkat kestabilannya rendah, asam amino, dan enzim aminase yang cocok untuk sumber makanan untuk mencegah penyakit daun. Kalium meningkatkan toleran tanaman dari kondisi iklim, lingkungan yang merugikan, hama serangga, dan penyakit. Kalium sangat mobil di dalam tanaman dan berpindah kembali ke daun muda dari daun tua/lama. Seringkali, respon hasil untuk pupuk Kalium hanya diamati bila pasokan sumber hara lain, terutama N dan P, sudah cukup (Dobermann and Fairhurst, 2000)

Kalium merupakan agen katalis yang berperan dalam proses metabolisme tanaman, seperti: (1) meningkatkan aktivasi enzim, (2) mengurangi kehilangan air transpirasi melalui pengaturan stomata, (3) meningkatkan produksi adenosine triphosphate (ATP), (4) membantu translokasi asimilat, dan (5) meningkatkan serapan N dan sintesis protein (Havlin et al., 1999).


(27)

Unsur hara kalium di dalam tanah selain mudah tercuci, tingkat ketersediaanya sangat dipengaruhi oleh pH dan kejenuhan basa. Pada pH rendah dan kejenuhan basa rendah kalium mudah hilang tercuci, pada pH netral dan kejenuhan basa tinggi kalium diikat oleh Ca. Kapasitas tukar kation yang makin besar meningkatkan kemampuan tanah untuk menahan Kalium, dengan demikian larutan tanah lambat melepaskan Kalium dan menurunkan potensi pencucian (Ismunadji, 1989).

Pupuk Kandang Ayam

Penggunaan bahan organik perlu mendapat perhatian yang lebih besar, mengingat banyaknya lahan yang telah mengalami degradasi bahan organik, di samping mahalnya pupuk anorganik (urea, ZA, SP36, dan KCl). Penggunaan pupuk anorganik secara terus-menerus tanpa tambahan pupuk organik dapat menguras bahan organik tanah dan menyebabkan degradasi kesuburan hayati tanah. Bahan organik dalam hal ini pupuk kandang dapat menambah ketersediaan unsur Kalium, salah satunya adalah pemberian pupuk kandang ayam yang dapat menyumbangkan unsur Kalium sebesar 0.89 % (Tan, 1993). Karena pupuk kandang merupakan humus yang banyak mengandung unsur-unsur organik yang dibutuhkan di dalam tanah, banyak menahan air sehingga unsur hara Kalium yang terfiksasi oleh koloid liat akan terlepas memenuhi permukaan koloid liat dan larutan tanah dan lebih mudah diserap oleh bulu akar.

Menurut Hanafiah (2007), pemberian pupuk kandang ayam dapat meningkatkan sifat kimia tanah seperti naiknya pH, kadar Ca-dd, C-organik, N total, C/N dan H-dd serta turunnya kadar Al-dd dan Fe-dd yang semuanya bersifat positif terhadap perbaikan sifat-sifat kimiawi tanah kecuali nisbah C/N dan H-dd. Produktivitas jagung di tanah dengan kandungan kapur tinggi dapat ditingkatkan dengan pemberian kotoran ayam atau kotoran sapi. Sebagai bahan organik, kotoran ayam lebih baik daripada kotoran sapi (Sudaryono, 1998).


(28)

Batas Kritis

Untuk menentukan batas kritis Kalium untuk tanaman jagung, dilakukan dengan menggunakan metode Grafik Cate-Nelson. Pada metode tersebut hanya diperoleh dua kategori, yaitu respon terhadap pemupukan (daerah sebelah kiri batas kritis) dan tidak respon terhadap pemupukan (daerah sebelah kanan batas kritis). Batas kritis hara Kalium tanah dipelajari dengan menghubungkan hasil analisis tanah dengan persentase hasil relatif (Puslittanak, 2000).

Bila ketersediaan kalium tanah rendah maka pertumbuhan tanaman terganggu dan tanaman akan memperlihatkan gejala kekahatan. Kadar dan dinamika hara K tanah perlu diketahui untuk menentukan jumlah pupuk yang diberikan agar pemupukan efisien. Selain itu, untuk menetapkan kadar hara Kalium dalam tanah juga harus sesuai untuk tanah dan tanaman yang dikehendaki, karena respon tanah terhadap pupuk Kalium beragam berdasarkan jenis tanah dan tanaman.

Selanjutnya untuk memutuskan apakah suatu tanah perlu dipupuk (dengan dosis tertentu) atau tidak maka batas kritis (critical level) suatu hara untuk tanaman pada tanah tertentu perlu ditetapkan terlebih dahulu. Batas kritis adalah konsentrasi yang menunjukan pembagian antara keadaan yang responsif dan keadaan yang tidak responsif terhadap pemberian unsur hara (Mukhlis, 2007., Widjaja- Adhi, 1996). Bila kadar hara tanah lebih rendah daripada batas kritis maka tanaman akan memberikan respon yang tinggi terhadap pemberian pupuk. Sebaliknya bila kadar hara lebih tinggi daripada batas kritis maka tanaman tidak respon terhadap pemberian pupuk. Salah satu cara untuk menentukan batas kritis tanah dan kebutuhan pupuk suatu tanaman pada tanah tertentu adalah melalui penelitian uji tanah.

Dosis pupuk K sampai dengan dosis 100 kg KCl/ha dapat meningkatkan serapan hara K sekitar 23 % dan memperoleh hasil kacang tanah yang optimal di lahan kering Alfisol (Ispandi dan Munip, 2004).

Dalam penelitian yang lain , pemupukan K nyata meningkatkan hasil biji kering kedelai di lokasi Tanjung Gusti dimana hasil tanaman meningkat dari 0.81 t/ha


(29)

menjadi 1.99 t/ha akibat pemberian 80 kg K/ha atau terjadi peningkatan sekitar 146% (Nursyamsi. 2006).

Berbagai penelitian menunjukkan bahwa pemberian pupuk Kalium dapat meningkatkan produktivitas tanah sehingga hasil berbagai komoditas tanaman juga meningkat. Tanah yang mempunyai kelas hara Kalium tinggi dan sangat tinggi tidak perlu dipupuk Kalium (Amisnaipa, 2005).

Tindakan agronomis seperti pola penentuan batas kritis kandungan unsur hara didalam tanah atau tanaman sangat menentukan tingkat produksi maksimal di suatu agroekosistem. Ketidak akuratan penentuan kebutuhan hara bagi tanaman pada kondisi tanah tertentu akan mengakibatkan penurunan produksi akibat kekurangan atau kelebihan unsur hara.


(30)

BAHAN DAN METODE

Tempat dan Waktu

Penelitian dilaksanakan di desa Kelumpang Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara. Penelitian dilakukan dari bulan November 2009 sampai Maret 2010. Lokasi penelitian berada pada ketinggian 16 mdpl, terletak pada kordinat N 03o 40’ 063’’dan E 098o 35’ 508’’ dan menurut Puslitanak (2000) jenis tanah adalah Inceptisol (Lampiran 1).

Bahan dan Alat

Bahan yang digunakan adalah benih jagung hibrida P 12 ( Lampiran 2), Pupuk KCl, Urea,TSP, contoh tanah dan pupuk kandang ayam (Lampiran 3 dan 4), insektisida Sentrin 50 EC, herbisida Smart 40 AS dan fungisida Broconil 75 WP. Sedangkan alat yang digunakan adalah cangkul, meteran, spidol, kayu untuk tugal, alat tulis, papan label.

Metode Penelitian

Penelitian ini terdiri dari 2 (dua) tahap kegiatan :

Tahap I :

Modifikasi status hara Kalium melalui penambahan Pupuk kandang ayam

Modifikasi status hara kalium melalui pemberian Pupuk kandang ayam menggunakan Rancangan Acak Kelompok (RAK) Non Faktorial dengan 6 perlakuan dan 3 (tiga) ulangan. Faktor yang di teliti adalah :

A = Blanko (0 ton pupuk kandang/ha)

B = 50 kg KCl/Ha atau 0.625 gr KCl/ Polibag C = 10 ton pupuk kandang/Ha ( 125 gr/polibag) D = 20 ton pupuk kandang/Ha ( 250 gr/polibag) E = 30 ton pupuk kandang/Ha ( 375 gr/polibag) F = 40 ton pupuk kandang/Ha ( 500 gr/polibag) Dengan demikian terdapat 18 satuan percobaan.


(31)

Hasil penelitian tahap I akan memperoleh status hara tanah Inceptisol yang telah dimodifikasi dengan pupuk kandang ayam. Penentuan status hara tanah Inceptisol ini berdasarkan kriteria penilaian sifat kimia tanah PPKS (Lampiran 5).

Model linear yang diasumsikan untuk Rancangan Acak Kelompok (RAK) non faktorial dalah sebagai berikut :

Yik = µ + αi + k + ∑ik

Keterangan :

Yik = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dari pemberian pupuk kalium dan pupuk kandang pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh ulangan ke-i

k = Pengaruh pemberian pupuk Kalium dan pupuk kandang pada taraf ke- k

∑ik = Pengaruh galat percobaan pada interaksi perlakuan ke-ij & ulangan ke-k Dari penelitian tahap I, dilakukan penelitian tahap II yaitu uji lanjut status hara pada 3 kriteria status hara.

Tahap II

Penentuan batas kritis dan dosis pemupukan Kalium

Kriteria berdasarkan Staf Peneliti Klasifikasi Tanah terdapat 5 (lima) kriteria yaitu : Rendah : < 0,2 me/100 g

Agak Rendah : 0,2 - 0,3 me/100 g Sedang : 0,4 - 0,7 me/100 g Agak Tinggi : 0,8 - 1,0 me/100 g Tinggi : > 1,0 me/100 g

Dari penelitian tahap I, dari 5 kriteria status hara tanah, diambil 3 kriteria status hara Kalium Tanah yaitu Rendah, Agak Rendah dan Sedang yang merupakan faktor perlakuan tahap II.

Penelitian ini menggunakan metode Rancangan Petak Terpisah (RPT), terdiri dari 2 faktor dengan 3 ulangan terdiri dari :


(32)

Faktor I sebagai Petak Utama : Modifikasi status hara dari penelitian I terdiri dari 3 status hara :

A1 = Status Hara Kalium Rendah (R) = < 0,2 me/100 g A2 = Status Hara Kalium Agak Rendah (AR) = 0,2 – 0,3 me/100 g A3 = Status Hara Kalium Sedang (S) = 0,4 – 0,7 me/100 g

Faktor II sebagai Anak Petak : Pemberian Pupuk Kalium 6 level yaitu : K0 = Tanpa Pupuk Kalium atau 0 kg K2O/petak

K1 = 25 kg K2O/Ha atau 17 gr KCl/petak K2 = 50 kg K2O/Ha atau 33 gr KCl/petak K3 = 75 kg K2O/Ha atau 50 gr KCl/petak K4 = 100 kg K2O/Ha atau 67 gr KCl/petak K5 = 125 kg K2O/Ha atau 83 gr KCl/petak Kombinasi perlakuan yang diperoleh adalah :

Model linier yang diasumsikan untuk Rancangan Petak Terpisah (RPT) adalah sebagai berikut :

Yijk = µ + αi + j + ∑ij + k + ( )jk + ∑ijk

Ketrangan :

Yijk = Hasil pengamatan pada ulangan ke-i dari pemberian pupuk kalium pada taraf ke j dan status hara pada taraf ke-k

µ = Nilai tengah umum

αi = Pengaruh ulangan ke-i

j = Pengaruh pemberian status hara pada taraf ke- j

∑ij = Pengaruh galat pada ulangan ke-I dan pemberian pupuk K pada taraf ke-j k = Pengaruh pupuk kalium pada perlakuan ke-k

( )jk = Interaksi pemberian pupuk kalium pada taraf ke-j dan status hara pada taraf ke-k

∑ijk = Pengaruh galat percobaan pada interaksi perlakuan ke-i, perlakuan pemberian pupuk K taraf ke-j & status hara pada taraf ke-k


(33)

Jika faktor perlakuan berpengaruh nyata akan akan dilanjutkan dengan uji beda nyata Duncan dengan taraf 5% (Mattjik dan Sumertajaya, 2002 ; Gomez and Gomez, 2007).

Pelaksanaan Penelitian

Tahap I : Modifikasi status hara Kalium Tahapan kegiatannya meliputi:

1. Pengambilan Contoh Tanah dan Persiapan Lahan

Contoh tanah diambil secara diagonal dari kedalam tanah 0 - 20 cm pada lokasi penelitian untuk dimasukan kedalam polibag sebanyak 25 kg kering udara. Denah Penelitian dapat dilihat pada Lampiran 6 dan 7.

2. Aplikasi Pupuk Kandang Ayam

Pupuk kandang ayam yang dijadikan perlakuan pada penelitian ini adalah pupuk kandang ayam kering udara. Lalu ditimbang sesuai takaran perlakuan kemudian dimasukan kedalam polibeg yang telah berisi tanah untuk dicampur.

3. Inkubasi Pupuk Kandang Ayam

Tanah inkubasi merupakan campuran dengan pupuk kandang dan tanah 25 kg sesuai perlakuan didalam polibeg. Inkubasi dilakukan selama 2 minggu dilapangan dengan jarak antar polibag 20 cm dengan 3 ulangan dan jarak antar ulangan 50 cm.

4. Analisa Tanah Inkubasi

Setelah selesai masa inkubasi, contoh tanah diambil pada tiap polibag sebanyak 1 kg untuk dianalisa kadar K-dd, dengan cara tanah di keluarkan dari polibag lalu dicampur merata agar homogen. Analisa dilakukan di laboratorium.

Analisis status hara kalium dan pupuk kandang ayam menghasilkan 3 status hara yaitu : Rendah (R) = < 0,2 me/100 g tanah , pada perlakuan A

Agak Rendah (AR) = 0,2 – 0,3 me/100 g tanah pada perlakuan C dan Sedang (S) = 0,4 – 0,7 me/100 g tanah pada perlakuan D yang kemudian menjadi faktor perlakuan pada penelitian tahap II.


(34)

Tahap II : Penentuan batas kritis dan dosis pemupukan Kalium Berdasarkan Penelitian Modifikasi Status Hara Kalium (Percobaan I) Tahapan kegiatannya meliputi:

1. Persiapan Lahan

Areal dibersihkan dari gulma dan sisa-sisa akar tanaman kemudian dibuat bedengan atau petak perlakuan yang berukuran 2 m x 2 m dan dibumbun dengan ketinggian 12 – 24 cm . Jarak antar petak perlakuan adalah 1 m (Lampiran 8) 2. Modifikasi Kalium Tanah Melalui Aplikasi Pupuk Kandang Ayam

Pupuk Organik (pupuk kandang ayam) sebagai perlakuan diberikan pada 2

minggu sebelum tanam, dicampur dan disebar merata pada petak yang telahdisiapkan sebelumnya bersamaan dengan pengolahan tanah sehingga gembur.

3. Penanaman dan Penjarangan

Persiapan pembuatan lubang tanam dengan menggunakan tugal dengan jarak tanam 75 x 25 cm. Lubang ditugal dengan kedalam 2,5 – 5 cm dengan penanaman 2 (dua) biji benih per lubang tanam. Lalu setelah 2 minggu dilakukan penjarangan, dengan melakukan pemilihan bibit perlubang dengan menyisakan 1 tanaman per lubang tanam.

4. Pemeliharaan dan Pengendalian Hama dan Penyakit

Penyiangan dan penyulaman dilakukan sebelum tanaman berumur 15 hari setelah tanam baik secara manual atau kimiawi dengan menggunakan herbisida Smart 480 AS dengan dosis 1 l/ha. Penyiraman dilakukan 2 kali sehari pada pagi dan Sore hari pada keadaan kering (tidak turun hujan). Pembumbunan dilakukan pada saat tanaman berumur 15 hari dan pembumbunan kedua dilakukan setelah tanaman berumur 40 hari. Pengendalian hama dan penyakit dilakukan dengan pencegahan. Untuk pengendalian hama diberikan Decis 2, 5 EC dengan dosis 2 ml/l air.

5. Pemupukan

Pupuk urea dan TSP digunakan sebagai pupuk dasar, masing-masing 300 Kg/ha dan 100 Kg/ha atau 120 g/plot dan 40 g/plot . Pemupukan Urea dilakukan 2 tahap


(35)

yaitu 1/3 bagian (40 g/plot) pada pemberian pupuk dasar, pemberian kedua 2/3 bagian (80 g/plot) diberikan 1 bulan setelah tanam. Sedangkan pemupukan KCl sebagai perlakuan diberikan bersamaan dengan Urea dan TSP diawal penanaman. 6. Pemanenan

Pemanenan dilakukan pada umur tanaman 90 – 112 hari atau 7 – 8 minggu setelah berbunga, daun telah menguning bahkan sebagian besar telah mulai kering kelobot atau pembungkus biji sudah kering atau kuning, apabila pembungkus dibuka maka terlihat biji mengkilat dan keras. Kalau digores dengan kuku tidak akan berbekas pada biji.

7. Sampling Tanah dan Tanaman

Sampling tanah diambil berdasarkan metode diagonal pada masing-masing plot penelitian. Contoh tanah diambil dari kedalaman 0 - 20 cm, lalu dicampur agar homogen dan diambil sebanyak 1 kg untuk di analisa. Pengambilan sample tanah sebanyak 2 kali yaitu pada saat tanaman berbunga dan pada saat panen untuk analisa K-dd tanah. Contoh tanaman yang diambil adalah daun, dilakukan pada saat tanaman berbunga dan daun yang ambil untuk sample adalah daun ke 5,6 dan 7 (Syafruddinet al, 007). Lalu daun diekstrak dan dinalisa di laboratorium.


(36)

Peubah Amatan

Tahap I

Analisis Kalium Tanah (K-dd)

Analisa tanah dilakukan dengan cara mengambil contoh tanah dari masing-masing polibeg sebanyak 1 kg, lalu masing-masing sample tanah tersebut dibawa ke laboratorium untuk dianalisa kadar kaliumnya (K-dd).

Tahap II

Analisis Kalium Tanah (K-dd)

Analisa K-dd dilakukan pada fase pembungaan dan akhir penelitian (setelah panen) dengan mengambil contoh tanah dari tiap-tiap petak perlakuan. Contoh tanah dari tiap-tiap petak perlakuan dianalisa ke laboratorium.

Analisa Kalium pada Daun

Daun diambil untuk analisa serapan Kalium dilakukan pada saat tanaman berbunga dan daun yang ambil untuk sample adalah daun ke 5,6 dan 7. Lalu daun diekstrak dan dinalisa di dilaboratorium

Bobot Kering Kelobot

Bobot kelobot di ukur pada saat panen, kelobot sudah menguning dan terlebih dahulu lalu dikeringkan selama 3 hari dan kelobot yang diambil berasal dari tanaman sample.

Bobot Kering Brangkasan

Bobot berangkasan diukur pada saat panen yaitu akar, batang dan daun, lalu dikering oven dalam keadaan suhu 60-700 C selama 24 jam atau pada kadaan bobot stabil. Setelah bobot stabil lalu ditimbang.


(37)

Bobot pipilan Kering

Bobot pipilan kering ditimbang setelah dikering ovenkan selama 24 jam atau setelah bobot pipilan kering stabil. Bobot pipilan kering diambil dari 3 (tiga) tanaman sampel lalu dirata-ratakan.

Bobot 100 Butir

Bobot 100 butir pipilan kering oven dilakukan selama 24 jam atau sampai keadaan bobot stabil. Lalu ditimbang sebanyak 100 butir. 100 butir pipilan diambil dari kelobot kering oven.

Analisis Kandungan Glukosa

Analisa glukosa dilakukan dilaboratorium menggunakan metode Nelson Somogi untuk mengetahui kandungan glukosa yang terdapat pada biji jagung dengan cara dikeringkan terlebih dahulu. Setelah didapat titrasi gula reduksi secara kwalitatif, lalu dilakukan penghitungan glukosa secara kuantitatif dengan menggunakan spektrometer.

Indeks Panen

Indeks panen dihitung dengan cara :

Bobot biji pipilan x 100 % Bobot brangkasan + Bobot janggel + Bobot pipilan


(38)

Analisis Data

1. Data di Analisa Dengan Analisis Sidik Ragam (Anova) Penelitian I :

Menggunakan Rancangan Acak (RAK) Non Faktorial. Data analisa sidik ragam adalah data kandungan Kalium dapat dipertukarkan (K–dd) tanah, untuk menentukan status hara tanah sebagai dasar melakukan penelitian lanjutan (penelitian II).

Penelitian II :

Menggunakan Rancangan Petak Terpisah (RPT). Data analisa sidik ragam pada penelitian II yang dilakukan adalah data seluruh peubah amatan yaitu Analisa Kalium Tanah (K-dd), Analisa Kalium pada Daun, Bobot Basah Kelobot, Bobot Kering Kelobot,, Bobot Brangkasan, Bobot pipilan Kering, Bobot 100 Butir, Analisis Kandungan Glukosadan Indeks Panen

2. Penghitungan Batas Kritis Kalium Tanah

Batas kritis hara K tanah ditentukan dengan metode Cate-Nelson. Prosedurnya adalah dengan menyusun pasangan data menurut peningkatan nilai uji tanah pada sumbu x dengan persentase hasil pada sumbu Y (Dahnke and Olsen. 1990).

3. Rekomendasi pupuk Kalium tanaman jagung pada tanah Inceptisol

Penghitungan dosis pupuk menggunakan kurva respon umum dari setiap tingkat status hara dengan menggunakan analisis regresi. Persamaan garis regresinya adalah: Y = a + bx+ cx2, dimana: a, b, c = koefisien regresi, x = dosis pupuk K (g K/batang), dan Y = bobot pipilan kering (g/batang).


(39)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil

Penelitian ini dilakukan pada jenis tanah Inceptisol yang memiliki kandungan K-dd 0,29 me/100 g (rendah), Ca 10,58 me/100 g (sedang) dan Mg 5,86 me/100 g (tinggi).

I. Modifikasi Status Hara Kalium (dd) Tanah

Berdasarkan hasil penelitian modifikasi status hara kalium, melalui pemberian Pupuk kandang ayam menunjukkan bahwa adanya peningkatan kandungan kalium dapat dipertukarkan (K-dd) tanah sejalan dengan peningkatan dosis perlakuan Pupuk kandang ayam . Data K-dd tanah yang dimodifikasi serta hasil analisis statistik dapat dilihat pada lampiran 9 dan 10.

Berdasarkan analisis statistik tersebut bahwa perilaku pemberian pupuk kandang ayam meningkatkan status hara K-dd tanah sampai batas dosis 30 t/ha, sedangkan penambahan dosis sampai 40 t/ha tidak meningkatkan status hara K-dd tanah. Untuk lebih jelasnya dpat dilihat pada Tabel 1

Tabel 1. Pengaruh aplikasi pupuk kandang ayam terhadap status hara K-dd

Perlakuan Kandungan K-dd (me/100g ) Status Hara * A (0 ton Pukan/ha) 0,17 a Rendah B (50 Kg KCl/ha) 1,10 e Tinggi C ( 10 ton Pukan/ha) 0,36 b Agak Rendah D (20 ton Pukan/ha) 0,65 c Sedang

E (30 ton Pukan/ha) 0,84 d Agak Tinggi F (40 ton Pukan/ha) 0,84 d Agak Tinggi Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata

pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan


(40)

Kalium tanah dari aplikasi pupuk kandang ayam masih lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan B (Pupuk KCl 50 Kg /ha). Pemberian pupuk KCl tersebut diberikan untuk membandingkan dengan dosis tertinggi pada perlakuan Pupuk kandang ayam. Pemberian pupuk kandang ayam diatas 30 t/ha (perlakuan E dan F) menjadikan status hara agak tinggi, tidak lagi meningkatkan status K-dd tanah dan tidak setara dengan status hara pada perlakuan pemberian 50 Kg/ha pupuk KCl yang mempunyai status hara tinggi.

II. Penentuan Batas Kritis dan Kurva Respon Pada Keadaan Status Hara Tanah dan Dosis Pupuk Kalium yang Berbeda.

A. Kadar Kalium Tanah dapat dipertukarkan (K-dd) Pada Saat Tanaman Berbunga

Data K-dd tanah setelah tanaman berbunga dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 11 dan 12. Diperoleh hasil sidik ragam perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (A) berpengaruh tidak nyata terhadap K-dd tanah, K-dd tertinggi terdapat pada perlakuan status hara rendah (A1) dengan K-dd rata-rata 1,12 me/100 g dan terendah pada perlakuan status hara sedang (A3) dengan K-dd rata-rata 1,03 m/100 g. Pada perlakuan pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap K-dd tanah, diperoleh K-dd tanah tertinggi adalah perlakuan K5 (125 Kg K2O/ha) dengan K-dd rata-rata 1,75 me/100 g dan terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan K-dd rata-rata 0,13 me/100 g. Sedangkan kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap K-dd tanah , dengan nilai K-dd tertinggi terdapat pada perlakuan A1K5 yaitu 1,90 me/100 g dan terendah pada perlakuan A1K0 yaitu 0,12 me/100 g. Kadar kalium (K-dd) tanah saat tanaman berbunga terdapat pada Tabel 2.


(41)

Tabel 2. Kadar kalium (K-dd) tanah saat tanaman berbunga pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium.

Perlakuan Pupuk Kalium (Kg K2O/ha) Rataan

Status Hara 0 25 50 75 100 125 K0 K1 K2 K3 K4 K5 --- me/100 g ---

Rendah (A1) 0.12 a 0.88 b 0.86 b 1.35 d 1.62 fgh 1.90 i 1.12 Agak Rendah (A2) 0.14 a 0.73 b 1.24 cd 1.26 cd 1.47 def 1.77 hi 1.10 Sedang (A3) 0.13 a 0.72 b 1.12 c 1.26 cd 1.38 de 1.59 efg 1.03 Rataan 0.13 a 0.78 b 1.07 c 1.29 d 1.49 e 1.75 f

Keterangan : - Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

- A1 = 0 t/ha pupuk kandang ayam, A2 = 10 t/ha pupuk kandang ayam dan A3 = 20 t/ha pupuk kandang ayam

Dari Tabel 2 secara umum dapat dilihat, tidak ada perbedaan K-dd tanah pada berbagai status hara, sedangkan perlakuan pupuk kalium, semakin tinggi pupuk kalium yang diberikan, akan meningkatkan nilai K-dd tanah. Pada kombinasi perlakuan, nilai K-dd tanah tertinggi pada status hara rendah dan 125 Kg K2O/ha (A1K5). Pada setiap status hara, K-dd meningkat dengan semakin besarnya pemberian pupuk K. Hubungan kadar K-dd tanah dengan kombinasi perlakuan berbagai status hara tanah dan pupuk kalium dapat dilihat pada Gambar 1.


(42)

Sedang AgakRendah Rendah

Gambar 1. Hubungan kadar K-dd tanah pada saat tanaman berbunga dengan

kombinasi perlakuan berbagai status hara tanah dan pupuk kalium Dari Gambar 1 diatas secara umum dapat dilihat bahwa hubungan kombinasi perlakuan pemberian pupuk kalium diperoleh kurva linear positif. K-dd meningkat seiring bertambahnya dosis pemupukan. Hal ini dikarenakan hara kalium tanah belum berpengaruh oleh serapan tanaman .

B. Kadar Kalium pada daun

Data kalium pada daun dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 13 dan 14. Berdasarkan hasil analisa kadar kalium pada daun, melalui pemberian pupuk kandang ayam (A) menunjukkan bahwa adanya pengaruh yang tidak nyata terhadap kalium daun, dan diperoleh nilai kalium daun tertinggi pada status hara rendah (A1) dengan nilai rata-rata sebesar 2,21 % dan terendah dengan nilai rata-rata sebesar 1,99 % pada status hara agak rendah (A2) . Pada perlakuan pemberian pupuk kalium (K), diperoleh pengaruh yang nyata terhadap kalium daun dengan nilai tertinggi rata-rata masing-masing sebesar 2,48% pada perlakuan K3 (75 Kg K2O/ha) dan K4 (100 Kg K2O/ha) dan terendah terdapat pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan kadar Kalium daun rata-rata sebesar 1,33 % . Sedangkan kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap kalium daun dengan nilai tertinggi terdapat pada


(43)

perlakuan A1K3 yaitu 2,63 % dan terendah pada perlakuan A2K0 yaitu 1,12 %. Kadar kalium daun jagung pada beberapa status hara tanah dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada Tabel 3.

Tabel 3. Kadar kalium daun jagung pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium.

Perlakuan Pupuk Kalium (Kg K2O/ha) Rataan

0 25 50 75 100 125 Status Hara K0 K1 K2 K3 K4 K5 --- % ---

Rendah (A1) 1.44 ab 2.13 cd 2.61 f 2.63 f 2.47 def 2.01 c 2.21 Agak Rendah (A2) 1.12 a 2.37 cdef 2.22 cde 2.36 cdef 2.40 def 1.44 ab 1.99 Sedang (A3) 1.42 ab 1.40 ab 2.59 ef 2.46 df 2.57 ef 1.54 b 2.00 Rataan 1.33 a 1.97 c 2.47 d 2.48 d 2.48 d 1.67 b

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 3 diatas secara umum dapat dilihat, tidak ada perbedaan K-dd tanah pada berbagai status hara, tetapi pada status hara rendah (A1) kandungan Kalium pada daun lebih tinggi dibanding pada status hara Kalium agak rendah (A2) dan sedang (A3). Hal ini disebabkan Kalium terlibat langsung dalam sistem energi tanaman, pada status hara Kalium rendah tanaman tidak mampu mengaktifkan Kalium untuk bergerak bebas dalam menembus suatu membran sehingga kepekatan Kalium dalam tubuh tanaman lebih tinggi dibandingkan dalam larutan tanah (Mas’ud, 1992). Sementara kadar hara kalium daun meningkat dengan penambahan dosis pupuk Kalium sampai batas perlakuan K3 dan K4, tetapi menurun kembali setelah penambahan dosis pupuk kalium pada perlakuan K5. Pada setiap status hara, penambahan pupuk K sampai batas tertentu meningkatkan K-dd tanah dan selanjutnya mengalami penurunan. Hubungan K daun dengan kombinasi perlakuan berbagai status hara tanah dan pupuk kalium dapat dilihat pada Gambar 2.


(44)

Sedang Agak Rendah Rendah

Gambar 2. Hubungan pemupukan kalium dan kadar kalium daun jagung pada berbagai status hara tanah.

Dari Gambar 2 secara umum dapat dilihat bahwa hubungan perlakuan pemberian pupuk kalium dengan kadar hara K pada daun diperoleh kurva kuadratik, penambahan dosis pupuk kalium menyebabkan kadar kalium pada daun meningkat dan penambahan sampai dosis maksimal tidak menunjukan kadar K daun ikut meningkat. Pada status hara K rendah diperoleh nilai maksimal 2,63 %, status hara agak rendah 2,40 % dan status hara sedang 2,59 %

C. Kadar Kalium Tanah dapat dipertukarkan (K-dd) Pada Waktu Panen

Data kalium pada tanah dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 15 dan 16. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (A) berpengaruh nyata terhadap K-dd tanah, diperoleh K-dd tertinggi pada status hara agak rendah (A2) dan terendah pada status hara sedang (A3). Pada perlakuan pemberian pupuk kalium (K) berpengaruh nyata terhadap K-dd tanah, dan kadar kalium tanah tertinggi diperoleh pada perlakuan K5 (125 Kg K2O/ha) dengan kandungan K-dd rata-rata sebesar 1,09 me/100 g dan yang terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan kandungan K-dd rata-rata sebesar 0,10 me/100 g . Sedangkan kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap K-dd tanah dan diperoleh kandungan K-dd tanah tertinggi pada perlakuan A2K5 yaitu 1,24


(45)

me/100 g dan terendah pada perlakuan A2K0 yaitu 0,07 me/100 g. Kadar K-dd pada beberapa status hara tanah dan dosis pupuk kalium terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Kadar kalium (K-dd) tanah pada waktu panen pada berbagai status hara Tanah dan pupuk kalium

Perlakuan Pupuk Kalium (Kg K2O/ha) Rataan

0 25 50 75 100 125 Status Hara K0 K1 K2 K3 K4 K5 --- me/100 g ---

Rendah (A1) 0.10 0.40 0.50 0.89 0.91 1.04 0.64 a Agak Rendah (A2) 0.07 0.56 0.85 1.00 1.12 1.24 0.81 b Sedang (A3) 0.14 0.44 0.71 0.64 0.85 1.00 0.63 a Rataan 0.10 a 0.46 b 0.69 c 0.84 d 0.96 e 1.09 f

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 4 secara umum dapat dilihat bahwa nilai K-dd tanah meningkat dengan adanya peningkatan status hara tanah, dan selanjutnya mengalami penurunan . Sementara pada perlakuan pupuk kalium, semakin tinggi pupuk kalium yang diberikan, akan meningkatkan nilai K-dd tanah. Pada perlakuan kombinasi tidak ada perbedaan K-dd tanah pada setiap peningkatan pemberian pupuk K. Hubungan K-dd tanah setelah panen terhadap perlakuan status hara tanah dan pupuk kalium dapat dilihat pada Gambar 3 dan 4.


(46)

Gambar 3. Perbandingan K-dd tanah pada akhir panen dengan perlakuan status hara tanah

Dari Gambar 3 secara umum dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian status hara tanah dengan kadar hara K-dd tanah pada akhir panen diperoleh diagram yang meningkat akibat peningkatan status hara dan kemudian K-dd menurun walaupun status hara meningkat yang berarti penambahan pemberian dosis pupuk kandang ayam meningkatkan kadar K-dd tanah sampai kepada status hara agak rendah (10 t/ha). Penambahan pupuk kandang ayam sampai batas status hara sedang tidak meningkatkan kadar K-dd tanah, bahkan cenderung menurun.

 


(47)

Dari Gambar 4 secara umum dapat dilihat bahwa hubungan perlakuan pemberian pupuk kalium dengan kadar hara K-dd tanah diperoleh kurva linier positif. Penambahan pemberian dosis pupuk kalium meningkatkan kadar K-dd tanah.

D. Bobot kering kelobot

Data bobot kering klobot dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 17 dan 18. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (A) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering kelobot dimana diperoleh bobot kering kelobot tertinggi pada status hara agak rendah (A2) yaitu rata-rata sebesar 217,94 g dan yang terendah pada status hara sedang (A3) yaitu rata-rata sebesar 205,53 g. Sementara pada perlakuan pemberian pupuk kalium (K) berpengaruh nyata terhadap bobot kering klobot dimana bobot kering kelobot tertinggi terdapat pada perlakuan K3 (75 Kg K2O/ha) dengan bobot kering rata-rata 299.42 g dan yang terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan bobot kering rata-rata 166.84 g . Sedangkan kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering klobot . Diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan A2K3 yaitu 237,59 g dan terendah pada perlakuan A3K0 yaitu 160,04 g. Bobot kering kelobot pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Data bobot kering kelobot pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk Kalium.

Perlakuan Pupuk Kalium (Kg K2O/ha) Rataan

0 25 50 75 100 125 Status Hara K0 K1 K2 K3 K4 K5 --- gram ---

Rendah (A1) 174.00 210.90 216.05 231.10 212.00 218.52 210.43 Agak Rendah (A2) 166.47 219.46 222.50 237.59 235.41 226.23 217.94 Sedang (A3) 160.04 195.04 218.02 219.57 232.26 208.25 205.53 Rataan 166.84 a 208.47 b 218.86 c 299.42 d 226.56 cd 217.67 bc

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.


(48)

Dari Tabel 5 diatas secara umum dapat dilihat, tidak ada perbedaan bobot kering kelobot pada berbagai status hara.. Sementara perlakuan pupuk kalium, penambahan pupuk K sampai batas tertentu meningkatkan bobot kering kelobot dan selanjutnya mengalami penurunan. Pada kombinasi perlakuan tidak ada perbedaan bobot kering kelobot akibat penambahan pupuk kalium.. Hubungan bobot kering kelobot dengan perlakuan pupuk kalium dapat dilihat pada Gambar 5.

Gambar 5. Hubungan bobot kering kelobot dengan perlakuan pupuk kalium.

Dari Gambar 5 di atas secara umum dapat dilihat bahwa diperoleh kurva kuadratik. Pemberian perlakuan pupuk kalium meningkatkan bobot kering kelobot sampai batas maksimum . Penambahan pemberian dosis pupuk kalium sampai perlakuan K4 (100 Kg K2O/ha) dan K5 (125 Kg K2O/ha) tidak meningkatkan bobot kering kelobot.

E. Bobot kering brangkasan

Data bobot kering brangkasan dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 19 dan 20. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (A) tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan dimana bobot kering brangkasan rata-rata tertinggi diperoleh pada status hara agak rendah (A2) yaitu 309,77 g dan terendah pada status hara sedang dengan bobot rata-rata sebesar 276,68 g . Sedangkan pada perlakuan


(49)

pemberian pupuk kalium berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan dimana diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan K0 ( 0 Kg K2O/ha) dengan bobot kering brangkasan rata-rata sebesar 330.10 g dan yang terendah pada perlakuan K3 ( 75 Kg K2O/ha) dengan bobot kering rata-rata 260.30 g. Untuk kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk kalium tidak berpengaruh nyata terhadap bobot kering brangkasan dan diperoleh nilai tertinggi adalah perlakuan A2K0 yaitu sebesar 368,44 g dan terendah adalah pada perlakuan A3K3 yaitu sebesar 239,37 g. Bobot kering brangkasan pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada Tabel 6.

Tabel 6. Data bobot kering brangkasan pada berbagai status hara tanah dan dosis Pupuk kalium .

Perlakuan Pupuk Kalium (Kg K2O/ha) Rataan

0 25 50 75 100 125 Status Hara K0 K1 K2 K3 K4 K5 --- gram ---

0 t/ha Pukan A1 322.97 301.84 255.42 248.26 287.73 325.74 290.33 10 t/ha Pukan A2 368.44 290.96 250.71 293.27 329.64 325.57 309.77 20 t/ha Pukan A3 298.90 260.70 299.96 239.37 288.98 272.21 276.68 Rataan 330.10 c 284.50 ab 268.70 a 260.30 a 302.12 bc 307.84 bc

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 6 diatas secara umum dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan bobot kering brangkasan pada berbagai status hara. Sedangkan pada perlakuan pupuk kalium , penambahan pupuk kalium sampai batas tertentu menurunkan bobot brangkasan sampai batas tertentu dan selanjutnya mengalami peningkatan. Pada kombinasi perlakuan tidak ada perbedaan bobot brangkasan. Hubungan bobot kering brangkasan dengan perlakuan pupuk kalium dapat dilihat pada Gambar 6.


(50)

Gambar 6. Hubungan bobot kering brangkasan dengan perlakuan pupuk kalium Dari Gambar 6 di atas secara umum dapat dilihat bahwa diperoleh kurva kuadratik terbalik. Pemberian pupuk kalium menurunkan bobot kering brangkasan sampai batas minimum. Penambahan kalium sampai batas perlakuan K4 (100 Kg K2O/ha) dan K5 (125 Kg K2O/ha) meningkatkan bobot kering brangkasan.

F. Bobot pipilan kering

Data bobot pipilan kering dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 21 dan 22. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian Pupuk kandang ayam (A) berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering dimana diperoleh nilai tertinggi adalah pada status hara agak rendah (A2) dengan bobot rata-rata sebesar 172.82 g dan terendah pada status hara rendah ( A1) dengan bobot pipilan kering rata-rata sebesar 150.84 g. Pada perlakuan pemberian pupuk kalium (K) berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering dan diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan K2 (50 Kg K2O/ha) dengan bobot pipilan kering rata-rata sebesar 170.18g dan yang terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan bobot pipilan kering rata-rata sebesar 149.41 g . Sedangkan kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk Kalium tidak berpengaruh nyata terhadap bobot pipilan kering dan diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan A2K2 yaitu 185,21 g dan terendah pada perlakuan A1K5 yaitu 138,35 g. Bobot pipilan kering pada berbagai status hara tanah dan pupuk kalium terdapat pada Tabel 7.


(51)

Tabel 7. Data bobot pipilan kering pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium.

Perlakuan Pupuk Kalium (Kg K2O/ha) Rataan

0 25 50 75 100 125 Status Hara K0 K1 K2 K3 K4 K5 --- gram ---

Rendah (A1) 140.43 154.53 166.06 162.00 143.69 138.35 150.84 a Agak Rendah (A2) 153.33 174.44 185.21 180.31 175.13 168.53 172.82 b Sedang (A3) 154.46 152.78 159.27 163.35 162.35 153.19 157.57 a Rataan 149.41 a 160.58 bc 170.18 d 168.55 cd 160.39 bc 153.36 ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

Pada Tabel 7 secara umum dapat dilihat bahwa pada berbagai status hara, pemberian pupuk kalium sampai batas tertentu meningkatkan bobot pipilan kering dan selanjutnya mengalami penurunan. Sedangkan pada perlakuan pemupukan kalium, penambahan pupuk kalium sampai batas tertentu meningkatkan bobot pipilan kering dan selanjutnya mengalami penurunan. Pada kombinasi perlakuan, tidak berpengaruh terhadap bobot pipilan kering. Hubungn bobot pipilan kering terhadap perlakuan berbagai status hara dan pupuk kalium dapat dilihat pada Gambar 7 dan 8.


(52)

Dari Gambar 7 di atas secara umum dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian status hara tanah dengan bobot pipilan kering diperoleh diagram yang meningkat akibat peningkatan status hara dan kemudian bobot pipilan kering menurun walaupun status hara meningkat, yang berarti pemberian pupuk kandang ayam 10 t/ha meningkatkan bobot pipilan kering sampai batas maksimum (status hara agak rendah). Penambahan status hara tanah sampai status hara sedang tidak meningkatkan bobot pipilan kering jagung.

Gambar 8. Hubungan bobot pipilan kering dengan perlakuan pupuk kalium

Dari Gambar 8 di atas secara umum dapat dilihat bahwa diperoleh kurva kuadratik. Pemberian pupuk kalium akan meningkatkan bobot pipilan kering sampai batas maksimum K2. Penambahan pupuk kalium sampai K5 tidak meningkatkan bobot pipilan kering.

G. Bobot 100 butir pipilan kering

Data bobot 100 butir pipilan kering dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 23 dan 24. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian Pupuk kandang ayam (A) berpengaruh tidak nyata terhadap bobot 100 butir pipilan kering dan diperoleh nilai rata-rata tertinggi pada status hara agak rendah (A2) yaitu sebesar 26,47 g dan rata-rata terendah sebesar 24,88 g pada status hara rendah (A1). Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk Kalium (K)


(53)

berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir pipilan kering dan diperoleh nilai tertinggi pada K2 (50 Kg K2O/ha) dengan bobot 100 butir pipilan kering rata-rata sebesar 27.79 g dan yang terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan rata-rata sebesar 24.35 g . Sedangkan kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk Kalium tidak berpengaruh nyata terhadap bobot 100 butir pipilan kering dan diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan A2K2 dengan bobot 100 butir pipilan kering rata-rata sebesar 28,65 g dan terendah pada perlakuan A3K5 yaitu rata-rata sebesar 23,67 g. Bobot pipilan 100 butir pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium dapat dilihat pada Tabel 8.

Tabel 8. Data bobot 100 butir pipilan kering pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium.

Perlakuan Pupuk Kalium (Kg K2O/ha) Rataan

0 25 50 75 100 125 Status Hara K0 K1 K2 K3 K4 K5 --- gram ---

Rendah (A1) 23.82 24.55 26.78 24.07 25.10 24.94 24.88 Agak Rendah (A2) 24.15 27.78 28.65 27.26 25.80 25.16 26.47 Sedang (A3) 25.07 24.10 27.93 27.94 26.06 23.67 25.79 Rataan 24.35 a 25.48ab 27.79c 26.42 bc 25.65ab 24.59 a

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 8 diatas secara umum dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan bobot 100 butir pipilan kering pada berbagai status hara. Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk kalium, penambahan pupuk kalium sampai batas tertentu meningkatkan bobot 100 butir pipilan kering dan selanjutnya mengalami penurunan. Pada kombinasi perlakuan tidak ada perbedaan bobot 100 butir pipilan kering. Hubungan bobot 100 butir pipilan kering dengan perlakuan pupuk kalium dapat dilihat pada Gambar 9.


(54)

Gambar 9. Hubungan bobot 100 butir pipilan kering dengan perlakuan pupuk kalium Dari Gambar 9 di atas secara umum dapat dilihat bahwa diperoleh kurva kuadratik. Pemberian pupuk kalium meningkatkan bobot 100 pipilan kering sampai batas K2. Penambahan pupuk kalium sampai batas K5 tidak meningkatkan bobot 100 butir jagung.

H. Indeks Panen

Data Indeks panen dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 25 dan 26. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian Pupuk kandang ayam (A) berpengaruh tidak nyata terhadap Indeks panen dimana diperoleh Indeks panen tertinggi terdapat pada keadaan status hara sedang (A3) diperoleh nilai Indeks panen rata-rata sebesar 0,37 (37%) dan terendah pada keadaan status hara rendah (A1) dengan nilai rata-rata sebesar 0,34 (34%). Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk Kalium (K) berpengaruh nyata terhadap Indeks panen dimana diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan K3 (75 Kg K2O/ha) dengan nilai indeks rata-rata sebesar 0.40 (40%) dan yang terendah pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan nilai Indeks rata-rata sebesar 0.31 (31 %). Sedangkan kombinasi perlakuan pupuk kandang ayam dan perlakuan pemberian pupuk Kalium tidak berpengaruh nyata terhadap Indeks Panen dan diperoleh nilai tertinggi pada perlakuan A3K3 dengan nilai Indeks panen 0,41 (41 %) dan terendah pada


(55)

masing-masing perlakuan A1K0, A1K5 dan A2K0 dengan nilai 0,30 (30 %). Indeks Panen pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium terdapat pada Tabel 9.

Tabel 9. Data Indeks Panen pada berbagai status hara tanah dan dosis pupuk kalium.

Perlakuan Pupuk Kalium (Kg K2O/ha) Rataan

0 25 50 75 100 125 Status Hara K0 K1 K2 K3 K4 K5 --- % ---

Rendah (A1) 0.30 0.34 0.39 0.40 0.33 0.30 0.34 Agak Rendah (A2) 0.30 0.38 0.43 0.39 0.35 0.34 0.36 Sedang (A3) 0.34 0.37 0.35 0.41 0.36 0.36 0.37 Rataan 0.31 a 0.36 ab 0.39 de 0.40 e 0.35 bc 0.33 ab

Keterangan : Angka yang diikuti oleh huruf sama pada kolom sama berbeda tidak nyata pada taraf 5% berdasarkan uji jarak Duncan.

Dari Tabel 9 diatas secara umum dapat dilihat bahwa tidak ada perbedaan Indeks panen pada berbagai status hara. Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk kalium, penambahan pupuk kalium meningkatkan nilai Indeks panen sampai batas tertentu dan selanjutnya mengalami penurunan. Pada kombinasi perlakuan tidak ada perbedaan nilai Indeks panen. Hubungan nilai Indeks panen dengan perlakuan pupuk kalium dapat dilihat pada Gambar 10.


(56)

Gambar 10. Hubungan Indeks panen dengan perlakuan pupuk kalium

Dari Gambar 10 di atas secara umum dapat dilihat bahwa diperoleh kurva kuadratik. Dengan meningkatnya pemberian pupuk kalium, akan meningkatkan Indeks Panen sampai batas K3. Penambahan pupuk kalium sampai dosis K5 tidak meningkatkan Indeks panen. Produksi jagung (bobot pipilan kering) yang mempunyai korelasi positif dengan Indeks panen, yaitu dengan meningkatnya produksi maka akan meningkat pula Indeks panen. Indeks panen berbanding lurus dengan hasil ekonomi (economy yield), tetapi berbanding terbalik dengan hasil biologis tanaman (biological yield) dalam hal ini adalah bobot kering brangkasan ditambah dengan bobot kering panen.

I. Kandungan Glukosa

Data kandungan Glukosa dan hasil analisis statistik sidik ragam dapat dilihat pada lampiran 27 dan 28. Dari hasil sidik ragam tersebut dapat dilihat bahwa perlakuan pemberian pupuk kandang ayam (A) berpengaruh tidak nyata terhadap kandungan glukosa dan diperoleh nilai kandungan glukosa tertinggi pada kadaan status hara sedang (A3) yaitu rata-rata sebesar 0,82 µgr/ml dan terendah pada keadaan status hara rendah (A1) yaitu rata-rata sebesar 0,72 µgr/ml. Sedangkan pada perlakuan pemberian pupuk kalium (K) berpengaruh nyata terhadap kandungan glukosa dan diperoleh hasil tertinggi pada perlakuan K0 (0 Kg K2O/ha) dengan nilai kandungan


(1)

Persamaan Regresi : y = 0,008 x + 0,258 8

0,258

x = 62,75 (K2O)

ekomendasi Pemupukan Pupuk Kalium (KCl) Berdasarkan Kebutuhan K2O adalah :

Cl (60 % K2O)

2,75/60 x 100 = 104,58 Kg KCl/ha

Perhitun Regresi

pada Kurva Respon Status Hara Agak Rendah (A2)

92 + 147,8 = 184,239 atau 184,24 g/batang

m x 2 m diperoleh 8 tanaman dalam barisan dan 3 tanaman antar barisan :

= 4.421,76 g/plot

alam 1 ha : 10.000 m2 /4 m2 = 2.500 plot

= 11.054,4 Kg/ha atau 11,05 ton/ha

0,76 = 0,008 x + 0,25 0,008 x = 0,76 –

0,008 x = 0,502 x = 0,502/0,008

R K 6

gan Produksi Pipilan Kering Berdasarkan Persamaan

y = - 63,78 x2 + 96,42 x + 147,8

= - 63,78 (0,76)2 + 96,42 (0,76) + 147,8 = - 63,78 (0,5776) + 73,27

= - 36,839328 + 221,0792

Untuk mencari produksi pipilan kering pr hektar : 2

8 x 3 x 155,34 g = 24 x 184,24 g

D

Produksi/ha = 4.421,76 g x 2.500 plot = 11.054.400 g


(2)

Lampiran 32. Perhitungan Titik Maksimum dan Hasil Maksimum Berdasarkan Kurva Respon dari Persamaan Regresi pada Status Hara Sedang (A3)

ersamaan : y = - 4,644 x2 + 9,58 x + 153,7

4)

x = 1,03 atau 1,03 me/100 g (K-dd)

7 + 153,7 = 158,64 atau 158,64 g/batang P

Dy/dx = 0 : 2x (-4,644 x) + 9,58 = 0 2 (-4,644) x = - 9,58

x = - 9,58/ - 2 (4,64 x = - 9,58/ - 9,288

y = - 4,644 x2 + 9,58 x + 153,7

= - 4,644 (1,03)2 + 96,42 (1,03) + 153, = - 4,644 (1,0609) + 9,8674

= - (4,9268196) + 163,5674


(3)

Persamaan Regresi : y = 0,006 x + 0,24 4

0,24

x = 131,67 (K2O)

ekomendasi Pemupukan Pupuk Kalium (KCl) Berdasarkan Kebutuhan K2O adalah :

Cl (60 % K2O)

31,67/60 x 100 = 219,45 Kg KCl/ha

Perhitungan

pada Kurva Respon Status Hara Sedang (A3)

7 + 153,7 = 158,64 atau 158,64 g/batang

m x 2 m diperoleh 8 tanaman dalam barisan dan 3 tanaman antar barisan :

= 3.807,36 g/plot

alam 1 ha : 10.000 m2 /4 m2 = 2.500 plot

= 9.518,4 Kg/ha atau 9.52 ton/ha

1,03 = 0,006 x + 0,2 0,006 x = 1,03 –

0,006 x = 0,79 x = 0,79/0,006

R K 1

Produksi Pipilan Kering Berdasarkan Persamaan Regresi

y = - 4,644 x2 + 9,58 x + 153,7

= - 4,644 (1,03)2 + 96,42 (1,03) + 153, = - 4,644 (1,0609) + 9,8674

= - (4,9268196) + 163,5674

Untuk mencari produksi pipilan kering per hektar : 2

8 x 3 x 158,64 g = 24 x 158,64 g

D

Produksi/ha = 3.807,36 g x 2.500 plot = 9.518.400 g


(4)

(5)

(6)