4
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang penelitan ini, maka permasalahan yang ingin dibahas dapat dirumuskan sebagai berikut:
Apakah pengetahuan kewirausahaan, faktor keluarga dan faktor kepribadian berpengaruh positif dan signifikan terhadap minat
berwirausaha mahasiswa konsentrasi kewirausahaan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Untuk mengetahui dan menganalisis pengaruh
pengetahuan kewirausahaan, faktor keluarga dan faktor kepribadian terhadap minat
berwirausaha mahasiswa konsentrasi kewirausahaan S-1 Manajemen Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Sumatera Utara.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Bagi Mahasiswa
Memberi manfaat untuk memperluas gambaran atau menjadi studi pembanding maupun penunjang dalam penelitian selanjutnya.
2. Bagi Peneliti,
Dapat menjadi tambahan dan memperluas wawasan peneliti khususnya dalam bidang kewirausahaan dan mengenai pengaruh pengetahuan
5
kewirausahaan, faktor keluarga dan faktor kepribadian terhadap minat berwirausaha
3. Bagi Masyarakat Luas
Sebagai sumber informasi tentang pengaruh pengetahuan kewirausahaan, faktor keluarga dan faktor kepribadian terhadap minat berwirausaha.
.
6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Pengertian Wirausaha
Menurut Zimmerer 2005:3, seorang wirausaha adalah seseorang yang menciptakan sebuah bisnis baru dengan mengambil resiko dan ketidakpastian
demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya.
Menurut Kasmir 2006:16, wirausahawan adalah orang yang berjiwa berani mengambil resiko untuk membuka usaha dalam berbagai kesempatan.
Berjiwa berani mengambil resiko artinya bermental mandiri dan berani memulai usaha, tanpa diliputi rasa takut atau cemas sekalipun dalam kondisi tidak
pasti.Seorang wirausahawan dalam pikirannya selalu berusaha mencari, memanfaatkan, serta memanfaatkan peluang usaha yang dapat memberikan
keuntungan.Resiko kerugian merupakan hal yang biasa karena mereka memegang prinsip bahwa faktor kerugian pasti ada.Bahkan semakin besar resiko kerugian
yang kemungkinan dihadapi, semakin besar pula peluang keuntungan yang dapat diraih.Tidak ada istilah rugi selama seoang melakukan usaha dengan penuh
keberanian dan penuh perhitungan.Inilah yang disebut dengan jiwa wirausaha. Menurut Zimmerer dan Scarborough 2004:3 profil kewirausahaan
digambarkan sebagai berikut:
7
a. Menyukai tanggung jawab
Wirausahawan merasa bertanggung jawab secara pribadi atas hasil perusahaan tempat mereka terlibat. Mereka lebih menyukai dapat mengendalikan
sumber-sumber daya mereka sendiri dan menggunakan sumber-sumber daya tersebut untuk mencapai cita-cita yang telah ditetapkan sendiri.
b. Lebih menyukai resiko menengah
Wirausahawan bukanlah seorang pengambil resiko liar, melainkan selain seorang yang mengambil resiko yang diperhitungkan. Wirausahawan melihat
sebuah bisnis dengan tingkat pemahaman resiko pribadinya. Mereka biasanya melihat peluang di daerah yang sesuai dengan pengetahuan, latar belakang dan
pengalamannya yang akan meningkatkan kemungkinan keberhasilannya. c.
Keyakinan atas kemampuan mereka untuk berhasil Wirausahawan pada umumnya memilki banyak keyakinan atas kemapuan
untuk berhasil. Mereka cenderung optimis terhadap peluang keberhasilan dan optimisime mereka biasanya berdasarkan kenyataan. Salah satu penelitian dari
National Federation of Independent Business NFIB menyatakan bahwa sepertiga dari wirausahawan menilai peluang berhasil mereka mencapai 100
persen.Tingkat optimisme yang tinggi kiranya dapat menjelaskan mengapa kebanyakan wirausahawan yang berhasil juga pernah gagal dalam bisnis sebelum
akhirnya berhasil. d.
Hasrat untuk mendapatkan umpan balik langsung Wirausahawan ingin mengetahui sebaik apa mereka bekerja dan terus-
menerus mencari pengukuhan.
8
e. Tingkat energi yang tinggi
Wirausahawan lebih energetik dibandingkan orang kebanyakan. Energi ini merupakan faktor penentu mengingat luar biasanya bisnis yang diperlukan untuk
mendirikan suatu perusahaan. Kerja keras dalam waktu yang lama merupakan sesuatu yang biasa.
f. Orientasi ke depan
Wirausahawan memilki indera yang kuat dalam mencari peluang. Mereka melihat ke depan dan tidak mempersoalkan apa yang telah dikerjakan kemarin,
melainkan lebih mempersoalkan apa yang dikerjakan besok. Bila manajer tradisional memperhatikan pengelolaan sumber daya yang ada, wirausahawan
lebih tertarik mencari dan memanfaatkan peluang. g.
Keterampilan mengorganisasi Membangun sebuah perusahaan ”dari nol” dapat dibayangkan seperti
menghubungkan potongan-potongan sebuah gambar besar. Para wirausahawan mengetahui cara mengumpulkan orang-orang yang tetap untuk menyelesaikan
suatu tugas. Penggabungan orang dan pekerjaan secara efektif memungkinkan para wirausahawan untuk mengubah pandangan ke depan menjadi kenyataan.
Menurut Hendro 2011:61-63 ada beberapa faktor yang mempengaruhi keinginan seseorang untuk memilih jalur entrepreneurship sebagai jalan
hidupnya. Faktor-faktor itu adalah faktor individualpersonal, suasana kerja, tingkat pendidikan, personality kepribadian, prestasi pendidikan, dorongan
keluarga, lingkungan dan pergaulan, ingin lebih dihargai atau self-esteem, serta keterpaksaan dan keadaan.
9
2.1.2 Kewirausahaan
Pengertian kewirausahaan entrepreneurship adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat dan sumber daya untuk mencari peluang
menuju sukses. Suryana, 2006:2. Menurut Sukirno 2004:369, definisi dan pandangan terhadap
kewirausahaan banyak dipengaruhi oleh pertimbangan ekonomi, psikologi dan sosiologi. Seseorang yang bertekad untuk berkecimpung di bidang perusahaan
dapat didorong oleh keinginan sendiri psikologi yang didasarkan oleh bentuk dan cara berpikir. Keputusan seseorang untuk berdagang juga didasarkan oleh
kebutuhan ekonomi dan karena adanya masyarakat di sekelilingnya yang menjadi potensi langganannya. Berikut adalah pandangan-pandangan tentang
kewirausahaan mengikut perspektif yang berbeda yaitu menurut bidang ekonomi, psikologi, dan sosiologi.
1. Perspektif Kewirausahaan Bidang Ekonomi
Dari sudut pandang bidang ekonomi, kewirausahaan adalah sebagian dari input atau faktor produksi selain bahan mentah, tanah dan modal. Biaya untuk
bahan mentah ialah harga, biaya untuk tanah ialah sewa dan biaya untuk modal ialah bunga. Untuk seorang wirausaha ganjarannya nilai atau perolehan adalah
keuntungan. Keuntungan adalah ganti rugi yang dibayar karena resiko yang diambil oleh seorang wirausaha.
2. Perspektif Kewirausahaan Bidang Psikologi
Di dalam bidang psikologi, sifat kewirausahaan dikaitkan dengan perilaku diri yang lebih cenderung kepada fokus dari dalam diri di mana keberhasilan
10
dicapai dari hasil kekuatan dan usaha diri, bukannya karena faktor nasib.Ini termasuk sifat-sifat pribadi seperti tekun, rajin, inovatif, kreatif, dan semangat
yang terus menerus berkembang untuk bersikap independen. 3.
Perspektif Kewirausahaan Bidang Sosiologi Seorang wirausaha dari sudut pandang pengkaji sosial ialah seorang
oportunis yang pandai mengambil peluang dan kesempatan yang ada dalam lingkungannya. Seorang wirausaha adalah orang yang pandai bergaul,
mempengaruhi masyarakat untuk meyakinkan mereka bahwa apa yang ditawarkan olehnya sangat berguna untuk masyarakat
Menurut Zimmerer dan Scarborough 2002:13, jika diperhatikan entrepreneur yang ada di masyarakat sekarang ini maka dijumpai berbagai macam
profil, salah satunya yaitu Women Entrepreneur. Banyak wanita yang terjun ke dalam bidang bisnis. Alasan mereka menekuni bidang bisnis ini disorong oleh
faktor-faktor antara lain ingin memperlihatkan kemampuan prestasinya, membantu ekonomi rumah tangga, frustasi terhadap pekerjaan sebelumnya dan
sebagainya. Suryana 2006:30 menjelaskan seorang wirausaha selalu berprinsip
bahwa apa yang dilakukan merupakan usaha optimal untuk menghasilkan nilai maksimal. Ciri-ciri umum kewirausahaan sebagai berikut :
1. Memiliki perspektif ke depan, sukses adalah sebuah perjalanan bukan
tujuan, setiap saat mencapai target sasaran atau impian maka segeralah membuat impian-impian baru yang dapat memacu serta memberi
semangat dan antusiasme kepada kita untuk mencapainya.
11
2. Memiliki kreativitas tinggi, seorang wirausaha dibutuhkan daya kreasi
dan inovasi yang lebih. 3.
Memiliki sifat inovasi tinggi, seorang wirausaha harus dapat menerjemahkan mimpi-mimpinya menjadi inovasi untuk
mengembangkan bisnisnya. 4.
Memiliki keberanian menghadapi resiko, seorang wirausaha harus berani menghadapi resiko. Semakin besar resiko yang dihadapinya semakin
besar pula kesempatan untuk meraih keuntungan. 5.
Selalu mencari peluang, seorang wirausaha sejati mampu melihat sesuatu dalam perspektif atau dimensi yang berlainan pada satu waktu. Bahkan ia
juga harus mampu melakukan beberapa hal sekaligus dalam satu waktu. 6.
Memiliki jiwa kepemimpinan, seorang wirausaha harus memiliki kemampun dan semangat untuk mengembangkan orang-orang
disekelilingnya. 7.
Memiliki kemampuan personal.
2.1.3 Pengetahuan Kewirausahaan
Kewirausahaan adalah usaha menciptakan nilai tambah dengan jalan mengkombinasikan sumber-sumber melalui cara-cara baru dan berbeda untuk
memenangkan persaingan. Nilai tambah tersebut dapat diciptakan dengan cara mengembangkan teknologi baru, menemukan pengetahuan baru, menemukan cara
baru untuk menghasilkan barang dan jasa yang baru yang lebih efisien, memperbaiki produk dan jasa yang sudah ada, dan menemukan cara baru untuk
memberikan kepuasan kepada konsumen Suryana 2003:13.
12
Menurut Hisrich 2008, pengetahuan kewirausahaan adalah dasar dari sumber daya kewirausahaan yang terdapat didalam diri individu. Terdapat
beberapa bentuk pengetahuan yang harus dimiliki oleh seorang wirausahawan Suryana, 2008, yaitu : pengetahuan mengenai usaha yang akan dirintis dan
pengetahuan akan lingkungan usaha di sekitarnya yang akan mempengaruhi kegiatan wirausaha; pengetahuan tentang peran dan tanggung jawab; pengetahuan
tentang kepribadian dan tanggung jawab; dan pengetahuan yang terkahir adalah pengetahuan tentang manajemen dan organisasi bisnis.
Machfoedz 2005:9 menyatakan bahwa seorang wirausahawan adalah pribadi yang mandiri dalam mengejar prestasi, ia berani mengambil risiko untuk
mulai mengelola bisnis demi mendapatkan laba. Karena itu, ia lebih memilih menjadi pemimpin daripada menjadi pengikut, untuk itu seorang wirausahawan
memiliki rasa percaya diri yang kuat dan mempertahankan diri ketika menghadapi tantangan pada saat merintis usaha bisnis. Dalam menghadapi berbagai
permasalahan, seorang wirausahawan senantiasa dituntut kreatif. Kewirausahaan merupakan sebuah alat dari pandangan hidup seseorang
yang menginginkan adanya kebebasan dalam ekonomi untuk menciptakan sesuatu yang baru dengan menggunakan sumber daya yang ada. Untuk mencapai tersebut
tentunya harus pandai memanfaatkan peluang-peluang melalui kesempatan bisnis, kemampuan manajemen pengambilan resiko yang tepat mencapai kesempatan,
dan melalui kemampuan komunikasi dan keahlian manajemen dalam menggerakkan manusia, keuangan dan sumber daya materi untuk menghasilkan
proyek dengan baik Ranto, 2007: 21 .
13
2.1.4 Faktor Keluarga
Keluarga merupakan kelompok sosial pertama-tama dalam kehidupan manusia tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia sosial di dalam
hubungan interaksi dengan kelompoknya. Dalam keluarganya, yang interaksi sosial keluarganya berdasarkan simpati, seorang anak pertama-tama belajar
memperhatikan keinginan-keinginan orang lain, belajar bekerja sama, bantu membantu, dengan kata lain, anak pertama-tama belajar memegang peranan
sebagai makhluk sosial yang mempunyai norma-norma dan kecakapan-kecakapan tertentu dalam pergaulannya dengan orang lain Sobur, 2003:248-249.
Adapun faktor-faktor yang terkandung dalam keluarga menurut Slamet 2003:60-64 lingkungan keluarga terdiri dari :
a. Relasi antar anggota keluarga
Relasi antar anggota keluarga yang terpenting adalah relasi orang tua dengan anak-anaknya. Demi kelancaran berwirausaha, perlu adanya relasi
yang baik didalam keluarga. Hubungan yang baik adalah hubungan yang penuh pengertian dan kasih sayang, disertai dengan bimbingan untuk
mensukseskan wirausaha b.
Suasana rumah Suasana rumah dimaksudkan sebagi situasi atau kejadian-kejadian yang
sering terjadi di dalam keluarga dimana seseorang berada dan belajar. Suasana rumah merupakan faktor yang penting yang tidak termasuk faktor
yang disengaja. Suasana rumah yang gaduhramai dan semrawut tidak akan memberi ketenangan pada anak yang belajar. Suasana rumah yang
14
tegang, ribut dan sering terjadi cekcok pertengkaran antar anggota keluarga atau dengan keluarga lain menyebabkan ank menjadi bosan di
rumah, suka keluar rumah dan akibatnya belajar kacau sehingga untuk memikirkan masa depannya pun tidaklah terkonsentrasi dengan baik.
c. Keadaan ekonomi keluarga
Pada keluarga yang kondisi ekonominya relatif kurang, menyebabkan orang tua tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok anak. Tak jarang
faktor kesulitan ekonomi justru menjadi motivator atau pendorong anak untuk lebih berhasil. Adapun pada keluarga yang ekonominya berlebihan,
orang tua cenderung mampu memenuhi segala kebutuhan anak termasuk masalah pendidikan anak termasuk bisa melanjutkan sampai ke jenjang
yang tinggi. Kadangkala kondisi serba berkecukupan tersebut membuat orang tua kurang perhatian pada anak karena sudah merasa memenuhi
semua kebutuhan anaknya, akibatnya anak menjadi malas untuk belajar dan prestasi yang diperoleh tidak akan baik.
d. Pengertian Orang Tua
Anak belajar perlu dorongan dan pengertian dari orang tua. Kadang- kadang anak mengalami lemah semangat, maka orang tua wajib memberi
pengertian dan mendorongnya, membantu sedapat mungkin kesulitan yang dialami anak baik di sekolah maupun di masyarakat. Hal ini penting untuk
tetap menumbuhkan rasa percaya dirinya.
15
e. Latar Belakang Kebudayaan
Kebiasaan di dalam keluarga mempengaruhi sikap anak dalam kehidupannya. Kepada anak perlu ditanamkan kebiasaan- kebiasan dan
diberi contoh figur yang baik, agar menndorong anak untuk menjadi semangat dalam meniti masa depan dan kariernya ke depan. Hal ini juga
dijelaskan oleh Soemanto dalam Supartono 2004:50 mengatakan bahwa cara orang tua dalam meraih suatu keberhasilan dalam pekerjaanya
merupakan modal yag baik untuk melatih minat, kecakapan dan kemampuan nilai-nilai tertentu yang berhubungan dengan pekerjaan yang
diingini anak.
2.1.5. Faktor Kepribadian
Fromm dalam Alma 2005 menyatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan kualitas psikis seseorang yang diwarisinya dan membuat orang
tersebut menjadi unik dan berbeda dengan yang lainnya. Kepribadian bersifat unik dan konsisten sehingga dapat digunakan untuk membedakan antara individu yang
satu dengan individu lainnya. Keunikan inilah yang menjadikan kepribadian sebagai variabel yang sering digunakan untuk menggambarkan diri individu yang
berbeda dengan individu lainnya.Alisyahbana dalam Alma 2005: 64 menyatakan bahwa kepribadian adalah keseluruhan karakteristik diri seseorang, bisa berbentuk
pikiran, perasaan, kata hati,temperamen dan watak. Seseorang yang memiliki minat berwirausaha memiliki karakteristik kepribadian yang khusus yang
membedakannya dari orang lain. Scarborough dan Zimmerer dalam Suryana
16
2006: 24 mengemukakan delapan karakteristik kepribadian dari seorang wirausaha sukses yakni:
1. Desire for responsibility yakni memiliki rasa tanggung jawab atas
usaha-usaha yang dilakukannya. 2.
Preference for moderate risk yakni memilih resiko yang moderat dan telah diperhitungkan dan tidak mengambil resiko yang terlalu rendah
atau terlalu tinggi. 3.
Confidence in their ability to succees yakni percaya bahwa dirinya bisa meraih kesuksesan yang diinginkannya.
4. Desire for immediate feedback yakni memiliki keinginan untuk segera
mendapatkan umpan balik. 5.
High level of energy yakni memiliki semangat dan energi yang tinggi untuk bekerja keras mencapai tujuannya.
6. Future orientation yakni berorientasi pada masa depan dan jangka
panjang. 7.
Skill of organizing yakni mempunyai ketrampilan mengorganisir sumber-sumber daya untuk mencapai tujuannya.
8. Value of achievement over money yakni lebih menghargai prestasi
dibandingkan uang, karena uang akan mengalir masuk dengan sendirinya jika seorang wirausaha mempunyai prestasi yang bagus.
Harris dalam Suryana 2006 menyatakan bahwa wirausaha yang sukses pada umumnya adalah mereka yang memiliki kompetensi yaitu memiliki ilmu
pengetahuan, ketrampilan dan kualitas individu yang meliputi sikap, motivasi,
17
nilai-nilai pribadi serta tingkah laku yang diperlukan untuk melaksanakan pekerjaan.
Cuningham dalam Riyanti 2003: 30 yang melakukan wawancara terhadap 178 wirausaha dan manajer profesional Singapura menyatakan bahwa kepribadian
merupakan salah satu faktor penyebab keberhasilan usaha. Pentingnya kepribadian bagi seorang wirausaha juga didukung oleh Miner dalam Riyanti
2003: 13 yang menyatakan bahwa tipe kepribadian sangat menentukan bidang usaha apa yang bakal mendatangkan kesuksesan dalam kewirausahaan.
Stoltz dalam Riyanti 2003: 14 menyatakan ada tiga tipe kepribadian yakni the climber, the champer dan the quitter.
a. The climber adalah orang yang memiliki ketahanan tinggi dalam
menghadapi rintangan, ia tidak mudah menyerah dan terus bertahan meskipun gagal berkali-kali.
b. The champer adalah orang yang mendaki pada ketinggian tertentu dan
berhenti karena ia merasa sudah puas dengan apa yang dicapainya dan ia tidak mau berusaha lagi agar bisa lebih berhasil.
c. The quitter adalah orang yang mudah menyerah bila menghadapi
kegagalan, ia penakut dan tidak mau mengambil resiko untuk mulai berusaha lagi. Rintangan membuatnya tidak mau mencoba lagi.
2.1.5.1.Kebutuhan Akan Prestasi
Konsep kebutuhan akan prestasi pertama-tama dikemukan oleh McClelland dalam Alma 2006: 81. Kebutuhan akan prestasi merujuk pada
18
keinginan seseorang terhadap prestasi yang tinggi, penguasaan keahlian, pengendalian atau standar yang tinggi.
McClelland dalam Alma 2006: 81 menyatakan bahwa ada tiga motif sosial yang mempengaruhi tingkah laku seseorang jika ia berhubungan dengan
orang lain di dalam suatu lingkungan yakni: 1.
Motif afiliasi affiliation motive Keinginan untuk bergaul dengan orang lain secara harmonis, penuh
keakraban, dan disenangi. Orang ini akan berbahagia jika ia bisa diterima lingkungannya dan mampu membina hubungan yang harmonis dengan
lingkungannya. Orang seperti ini biasanya merupakan teman yang baik dan menyenangkan.
2. Motif kekuasaan power motive
Orang yang memiliki motivasi berkuasa tinggi suka menguasai dan mempengaruhi orang lain, ia mau orang lain melakukan apa yang diminta
diperintahkannya, ia cenderung tidak mempedulikan perasaan orang lain, baginya keharmonisan bukanlah hal yang utama, ia memberikan bantuan
kepada orang lain bukan atas dasar belas kasihan akan tetapi supaya orang yang dibantunya menghormati dan kagum kepadanya sehingga ia bisa
menunjukkan kelebihannya kepada orang lain dan agar orang lain mau terpengaruh oleh mereka sehingga bisa diperintah dan diaturnya.
3. Motif berprestasi achievement motive
Orang yang memiliki motif berprestasi fokus pada cara-cara untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi.
19
Oosterbeek 2008 menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki nilaiskor yang tinggi pada uji terhadap kebutuhan akan prestasi karena mereka
akan berjuang untuk memperoleh prestasi yang tinggi, mereka mendirikan perusahaannya secara profesional dan menentukan target yang tinggi dan berusaha
mencapai target tersebut. Oosterbeek juga menemukan bahwa wirausaha yang sukses memiliki kebutuhan akan kekuasaanthe need of power yang tinggi untuk
mengendalikan orang lain yang mengindikasikan bahwa mereka tahu apa yang mereka inginkan dan cara mempengaruhi orang lain untuk mencapai tujuannya.
McClelland dalam Zarkasyi 2006 menyatakan bahwa orang-orang yang memiliki kebutuhan berprestasi n-Ach yang tinggi mempunyai karakteristik
sebagai berikut: 1.
Memilih untuk menghindari tujuan prestasi yang terlalu mudah dan terlalu sulit,mereka memilih tujuan yang moderat yang mampu mereka capai.
2. Memilih dan menyukai umpan balik sehingga mereka dapat menggunakan
umpan balik itu untuk menemukan cara-cara yang kreatif dan inovatif agar dapat mencapai prestasi yang mereka inginkan.
3. Menyukai tanggung jawab untuk memecahkan permasalahan. Mereka
akan bertanggung jawab atas kegagalan dan kesuksesan yang mereka raih tanpa suka menyalahkan pihak lainnya.
Lebih lanjut McClelland menyatakan bahwa orang yang memiliki kebutuhan prestasi yang tinggi berbeda dengan para penjudigamblers atau pengambil resiko
risk takers. Orang-orang dengan kebutuhan prestasi yang tinggi menetapkan tujuan yang bisa dicapai yang dapat mereka pengaruhi dengan usahanya sendiri.
20
Faisol dalam Mudjiarto 2006: 28 menyatakan bahwa orang-orang yang berprestasi tinggi mempunyai ciri-ciri sebagai berikut:
1 Berani mengambil resiko. 2 Kreatif dan inovatif.
3 Mempunyai visi. 4 Mempunyai tujuan yang berkelanjutan.
5 Percaya diri. 6 Mandiri.
7 Aktif, enerjik dan menghargai waktu. 8 Memiliki konsep diri yang positif.
9 Berpikir positif. 10 Bertanggung jawab secara pribadi.
11 Selalu belajar dan menggunakan umpan balik. Penelitian Scapinello dalam Indarti et al. 2008 menunjukkan bahwa seseorang
dengan tingkat kebutuhan akan prestasi yang tinggi kurang dapat menerima kegagalan daripada mereka dengan kebutuhan akan prestasi yang rendah.
Sengupta dan Debnath dalam Indarti et al. 2008 dalam penelitiannya di India menemukan bahwa kebutuhan akan prestasi berpengaruh besar terhadap tingkat
kesuksesan seorang wirausaha.
2.1.5.2. Efikasi Diri
Bandura dalam Chowdhury 2009 menyatakan bahwa efikasi diri adalah keyakinan seseorang terhadap kemampuan dirinya untuk melakukan sesuatu
pekerjaan dan mendapatkan prestasi tertentu. Lebih lanjut Bandura menyatakan
21
bahwa efikasi diri akan menentukan cara seseorang untuk berpikir, bertindak dan memotivasi diri mereka menghadapi kesulitan dan permasalahan. Sukses atau
gagalnya seseorang ketika melakukan tugas tertentu ditentukan oleh efikasi dirinya. Orang yang memiliki efikasi diri yang tinggi akan bisa menghadapi
kegagalan dan hambatan yang mereka hadapi, stabil emosinya, bersikap dan memiliki internal locus of control yang tinggi. Cromie dalam Indarti et al. 2008
menjelaskan bahwa efikasi diri mempengaruhi kepercayaan seseorang pada tercapai atau tidaknya tujuan yang sudah ditetapkan. Lebih lanjut Cromie
menyatakan bahwa efikasi diri yang positif adalah keyakinan seseorang bahwa ia mampu mencapai pekerjaan atau prestasi yang diinginkannya. Tanpa adanya
efikasi diri seseorang tidak akan memiliki keinginan untuk melakukan perilaku tertentu. Penelitian yang dilakukan Boyd dan Vozikis dalam Chowdhury 2009
menemukan adanya hubungan antara efikasi diri wirausaha dengan kegiatan menjalankan usaha.
Betz dan Hacket dalam Indarti et al. 2008 menyatakan bahwa efikasi diri akan karir seseorang dapat menjadi faktor penting dalam penentuan apakah minat
kewirausahaan seseorang sudah terbentuk pada tahapan awal seseorang memulai karirnya. Lebih lanjut Betz dan Hacket menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat
efikasi diri seseorang pada kewirausahaan di masa-masa awal seseorang dalam berkarir, semakin kuat minat kewirausahaan yang dimilikinya.
Oosterbeek 2008 menyatakan bahwa efikasi diri merupakan keyakinan seseorang akan kemampuan dirinya. Wirausaha sukses selalu yakin bahwa mereka
22
mampu membuat semua kegiatannya menjadi berhasil. Mereka juga merasa mampu mengendalikan kesuksesan mereka yang tidak tergantung kepada orang
lain. Wirausaha sukses memiliki ketahanan yang tinggi, kemampuan mengambil resiko dan menanggung kerugian dan menangani ketidakpastian.
Bandura dalam Oosterbeek 2008 menjelaskan bahwa ada empat cara untuk mencapai efikasi diri yakni:
1. Pengalaman sukses atau kegagalan yang terjadi berulang kali.
Pengalaman sukses akan memperkuat kepercayaan seseorang bahwa dirinya memang mempunyai kemampuan untuk mencapai prestasi yang
baik, sebaliknya pengalaman gagal berulang kali dapat membuat seseorang meragukan kemampuan dirinya sehingga menurunkan kepercayaan pada
dirinya sendiri. 2.
Melihat orang lain melakukan perilaku tersebut dan kemudian mencontoh atau belajar dari pengalaman tersebut. Jadi ada suatu model yang menjadi
panutan seseorang, model ini memiliki kemampuan yang mirip dengan dirinya. Melihat model bisa sukses dengan melakukan usaha tertentu,
maka seseorang menjadi yakin ia juga bisa berhasil sama seperti model tersebut.
3. Persuasi verbal yakni memberikan semangat atau menjatuhkan performa
seseorang agar seseorang berperilaku tertentu. 4.
Apa perasaan seseorang tentang perilaku yang dimaksud reaksi emosional.
23
2.1.6. Minat Berwirausaha
Tarmudji 2006 menyatakan bahwa minat adalah perasaan tertarik atau berkaitan pada sesuatu hal atau aktivitas tanpa ada yang memintamenyuruh.
Lebih lanjut Tarmudji menyatakan bahwa minat seseorang dapat diekspresikan melalui pernyataan yang menunjukkan seorang lebih tertarik pada suatu obyek
lain dan melalui partisipasi dalam suatu aktivitas. Hurlock dalam Riyanti 2003 menjelaskan bahwa minat adalah sumber
motivasi yang mendorong seseorang untuk melakukan apa yang ingin dilakukan bila seseorang bebas memilih. Ketika seseorang menilai bahwa sesuatu akan
bermanfaat, maka akan terbentuk minat yang kemudian hal tersebut akan mendatangkan kepuasan. Ketika kepuasan menurun maka minatnya juga akan
menurun sehingga minat tidak bersifat permanen, tetapi bersifat sementara atau dapat berubah-ubah.
Crow Crow dalam Yuwono dkk 2008 menyebutkan ada tiga aspek minat pada diri seseorang, yaitu:
a. Dorongan dari dalam untuk memenuhi kebutuhan diri sebagai sumber
penggerak untuk melakukan sesuatu. b.
Kebutuhan untuk berhubungan dengan lingkungan sosialnya yang akan menentukan posisi individu dalam lingkungannya.
c. Perasaan individu terhadap suatu pekerjaan yang dilakukannya.
Kartono dalam Yuwono et al. 2008 menyatakan bahwa minat merupakan momen kecenderungan yang terarah secara intensif kepada sesuatu objek yang
dianggap penting. Fryer dalam Yuwono 2008 menyatakan bahwa minat adalah
24
gejala psikis yang berkaitan dengan objek atau aktivitas yang menstimulir perasaan senang pada individu.
Yuwono 2008 menyatakan bahwa minat kewirausahaan adalah rasa ketertarikan seseorang untuk melakukan kegiatan usaha yang mandiri dengan
keberanian mengambil resiko. Steinhoff dan Burgess dalam Suryana 2006: 55 menyatakan bahwa ada tujuh alasan mengapa seseorang berminat terhadap
kegiatan kewirausahaan, yakni: 1. Ingin memiliki penghasilan yang tinggi.
2. Ingin memiliki karier yang memuaskan. 3. Ingin bisa mengarahkan diri sendiritidak diatur oleh orang lain.
4. Ingin meningkatkan prestise diri sebagai pemilik bisnis. 5. Ingin menjalankan ide atau konsep yang dimiliki secara bebas.
6. Ingin memiliki kesejahteraan hidup dalam jangka panjang. 7. Ingin menyumbangkan sesuatu yang bermanfaat bagi kemanusiaan.
Dalam Enterpreneur.s Handbook seperti yang dikutip oleh Wirasasmita dalam Suryana 2006: 55 dikemukakan beberapa alasan yang menumbuhkan
minat seseorang menjadi wirausaha yakni: 1. Alasan keuangan
Untuk mencari nafkah, menjadi kaya, mencari pendapatan tambahan dan sebagai jaminan stabilitas keuangan.
2. Alasan sosial Memperoleh gengsistatus agar dikenal dan dihormati banyak orang, menjadi
teladan untuk ditiru orang lain dan agar dapat bertemu banyak orang.
25
3. Alasan pelayanan. Agar bisa membuka lapangan pekerjaan dan membantu meningkatkan
perekonomian masyarakat. 4. Alasan pemenuhan diri.
Untuk bisa menjadi seorang atasan, mencapai sesuatu yang diinginkan, menghindari ketergantungan kepada orang lain, menjadi lebih produktif dan
menggunakan potensi pribadi secara maksimum. Mudjiarto et al. 2005: 42 menyatakan bahwa bahwa umumnya orang
berminat membuka usaha sendiri karena beberapa alasan berikut ini: 1 Mempunyai kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
2 Memenuhi minat dan keinginan pribadi. 3 Membuka diri untuk berkesempatan menjadi bos bagi diri sendiri.
4 Adanya kebebasan dalam manajemen. Megginson dan Byrd dalam Yohnson 2003 menyatakan alasan seseorang
memulai kewirausahaan kecil adalah sebagai berikut: 1. Memuaskan Tujuan Pribadi
a. Kemandirian dalam hidup. b. Menerima pendapatan yang lebih besar.
c. Membantu keluarga. d. Menemukan produk baru.
2. Mencapai Tujuan Bisnis a. Melayani kebutuhan masyarakat baik produk maupun jasa.
b. Mendapatkan keuntungan.
26
c. Peduli terhadap kehidupan sosial masyarakat. d. Mendapatkan pertumbuhan.
e. Tujuan bisnis dihubungkan dengan tujuan pribadi. Zimmerer 2004 menyatakan bahwa ada 8 faktor yang menjadi pendorong
pertumbuhan minat kewirausahaan, yakni: 1 Pendapat bahwa wirausaha adalah seorang pahlawan.
2 Pendidikan kewirausahaan. 3 Faktor ekonomi dan kependudukan.
4 Pergeseran dari ekonomi industri ke ekonomi jasa. 5 Kemajuan teknologi.
6 Gaya hidup bebas. 7 E-Commerce dan The World Wide Web.
8 Terbukanya peluang bisnis internasional.
2.2. Penelitian Terdahulu
Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu
Nama Peneliti
dan Tahun Penelitian
Judul Penelitian
Variabel Penelitian
Teknik Analisis Hasil Penelitian
Suranto 2006
Analisis Faktor Tingkat
Pendidikan, Lingkungan
Keluarga dan Pengalaman
Kerja Terhadap
Berwirausaha Variabel Bebas:
1. Tingkat
Pendidikan 2.
Lingkungan Keluarga
3. Pengalama
n Kerja Variabel
Terikat: Berwirausaha
1. Penelitian
Ekstlamasi 2.
Penelitian Deskriptif
1. Tingkat pendidikan,
lingkungan keluarga, dan pengalaman kerja
secara simultan berpengaruh positif
dan signifikan terhadap
berwirausaha pada YPPPSU.
2. Tingkat pendidikan,
27
lingkungan keluarga, secara parsial
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap berwirausaha pada
YPPPSU, sedangkan pengalaman kerja
tidak berpengaruh positif dan yang
paling dominan adalah variabel
tingkat pendidikan.
Ardiana
Dongoran
2009 Pengaruh
Faktor Keluarga
Terhadap Pilihan
Menjadi Seorang
Wirausaha Studi Kasus
Pada Pedagang di Pajak Pasar
Bengkel Jalan Medan –
Tebing Tinggi Km. 45
Serdang Bedagai
Variabel Bebas: Faktor Keluarga
Variabel Terikat:
Pilihan Menjadi Seorang
Wirausaha 1.
Penelitian Asosiatif
Kausal 1.
Faktor keluarga berpengaruh
siginifikan terhadap pilihan
menjadi seorang wirausaha.
Diana Tayras
2006 Pengaruh
Faktor Demografi,
Faktor Kepribadian
dan Faktor Ketersediaan
Informasi Terhadap
keinginan Berwirausaha
Studi Kasus Pada Toko
Grosir Di Jln. Bandung
Variabel Bebas: 1.
Faktor Demografi
2. Faktor
Kepribadian 3.
Faktor Ketersediaan
Informasi
Variabel Terikat:
Keinginan Berwirausaha
1. Analisis
Statistik Deskriptif
Faktor kepribadian yaitu sumber kendali dan
keyakinan diri mempengaruhi keinginan
berwirausaha para pedagang grosir di jalan
Bandung tetapi pengaruhnya lemah
dengan arah hubugan positif sedangkan
kebutuhan akan prestasi tidak mempengaruhi
keinginan berwirausaha para pedagang grosir
dijalan Bandung.
28
RUDY 2008
Analisis Pengaruh
Faktor Kepribadian ,
Lingkungan dan
Demografis Terhadap
Minat Kewirausahaan
Mahasiswa Strata Satu
Universitas Sumatera
Utara Variabel Bebas:
1. Faktor
Kepribadian 2.
Faktor Lingkungan
3. Faktor
Demografi Variabel terikat:
Minat Kewirausahaan
1. Penelitian
Survey 1.
Secara simultan variabel kepribadian,
lingkungan dan demografis
berpengaruh secara signifikan terhadap
variabel minat kewirausahaan.
2. Secara parsial Variabel
kepribadian dan lingkungan
berpengaruh secara signifikan terhadap
minat kewirausahaan mahasiswa strata satu
Universitas Sumatera Utara, tetapi variabel
demografis tidak berpengaruh secara
parsial terhadap minat kewirausahaan
mahasiswa Universitas Sumatera Utara.
Samuel Toyin
Akanbi 2013
Familial Factors,
Personality Traits and
Self-Efficacy as
Determinants of
Entrepreneuria l Intention
Among Vocational
Based College of Education
Students in Oyo State,
Nigeria Independent
Variabels: 1.
Familial Factors
2. Personality
Traits 3.
Self-Efficacy Dependent
Variabels: Entrepreneurial
Intention Multiple
regression analysis
Familial factors, personality trait and
self-efficacy on entrepreneurial
intention both at the composite and linear
levels. The fact that parental
occupation individually and
significantly contributed to the
prediction of entrepreneurship
Lalit Sharma dan
Pankaj Madan
2014 Effect of
Individual Factors on
Youth Entrepreneurs
hip – A Study 1.
Intelligence 2.
Past self employment
3. Experience
4. Past work
experience Cross
tabulation and Chi square test
.
Research indicated that the course of a student
which he is studying also has an influence on his
decision to become an entrepreneur.
29
of Uttarakhand State, Indiaa
5. Educational
course
Abir S. Al- Harrasi, Eyad
B. Al-Zadjali, dan Zahran S.
Al-Salti 2014
Factors Impacting
Entrepreneuria l Intention: A
Literature Review
1. Personality-
traits Factors
2. Contextual
Factors 3.
Motivational Factors
4. Personal
Background Factors
Systematic Literature
Review According to the
literature, personality traits is the highest
determinant in business start-up intentions. The
students personality does, in fact,
matter in peoples career choices.
The most obvious finding emerge
from this study is that the personality traits factors
selfconfidence, risk-taking propensity,
needs for achievements, internal locus of control,
innovativeness, and autonomy are
the most examined factors in the literature
2.3. Kerangka Konseptual