Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional Dan Bank Syariah Di Indonesia
SKRIPSI
PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN ANTARA BANK KONVENSIONAL DAN BANK SYARIAH DI INDONESIA
OLEH:
RAHMAT FADHLY M 060503042
PROGRAM STUDI STRATA I AKUNTANSI FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
(2)
PERNYATAAN
Dengan ini saya menyatakan skripsi yang berjudul “Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia” adalah benar hasil karya saya sendiri dan judul yang dimaksud belum pernah dimuat, dipublikasi atau diteliti oleh mahasiswa lain dalam konteks penulisan skripsi Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. Semua sumber data dan informasi yang diperoleh telah dinyatakan dengan jelas, benar apa adanya. Apabila dikemudian hari pernyataan ini tidak benar saya bersedia menerima sanksi yang ditetapkan oleh Universitas Sumatera Utara.
Medan, 15 Juni 2011 Yang membuat pernyataan,
Rahmat Fadhly M NIM: 060503042
(3)
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya, serta sholawat dan salam kita berikan kepada junjungan kita Nabi Rasulullah Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul “Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional Dan Perbankan Syariah Di Indonesia”
Penyusunan skripsi ini ditujukan untuk memenuhi syarat penyelesaian Studi Pendidikan Strata Satu, Fakultas Ekonomi jurusan Akuntansi, Universitas Sumatera Utara, penulis mengakui bahwa kesulitan selalu ada di setiap proses pembuatan skripsi ini, tetapi faktor kesulitan itu lebih banyak datang dari diri sendiri, kesulitan itu akan terasa mudah apabila kita yakin terhadap kemampuan yang kita miliki.
Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa pengarahan, bimbingan, bantuan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses menyelesaikan skripsi ini. Untuk itu, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada:
1. Bapak Drs. Jhon Thafbu Ritonga, M.Ec., selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. selaku Ketua Program Studi Strata-1 Akuntansi dan Dra. Mutia Ismail, M.M, Ak. selaku Sekretaris Program Studi Strata-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. H.Arifin Lubis, M.M, Ak. selaku dosen pembimbing yang telah banyak memberikan bimbingan dan pengarahan kepada peneliti dalam
(4)
4. Bapak Drs. Hotmal Ja’far, MM, Ak selaku dosen penguji I dan Bapak Drs. Chairul Nazwar, M.Si, Ak selaku dosen penguji II yang telah banyak memberikan arahan bagi peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Ayah saya, Bahrum Marpaung, dan ibu saya, Khadiah Sirait, yang senantiasa melimpahkan kasih sayang, didikan, perhatian, dukungan moral maupun materi, dan do’anya kepada saya.
Penulis menyadari masih banyak sekali kekurangan – kekurangan dalam penyusunan skripsi ini. Maka penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun. Terima kasih
Medan, 15 Juni 2011 Penulis,
Rahmat Fadhly M NIM : 060503042
(5)
ABSTRAK
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia. Beberapa badan usaha pembiayaan non-bank telah didirikan sebelum tahun 1992 yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah.
Perbandingan ini akan membandingkan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan BTPN, Sumatera Utara Bank, Bank Riau Hasil analisis didasarkan pada rasio Keuangan Perbankan dari Carel (Capital, Asset, Rentabilitas, Laba, Likuiditas) dimana ini Carel adalah perwakilan dari rasio Keuangan Indikator seperti CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Menggunakan metode uji t statistik Independent-sample t-test, tidak ada perbandingan signifikan kinerja keuangan antara Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional, kecuali rasio keuangan ROE tidak memiliki signifikan Perbandingan. Hasil analisis berdasarkan statistik Paired Sampel Test menyatakan bahwa hasil uji statistik menggunakan Bandingkan Means menjelaskan bahwa semua pertunjukan yang dinyatakan oleh variabel kinerja totalitas. Variabel ini merupakan rasio keuangan sebesar dengan menambahkan tentu nilai bobot.
Dari lima bank, hanya Sumatera Utara Bank memiliki dampak secara signifikan. Bank Muamalat Indonesia memiliki rasio NPL keuangan yang terbaik dan LDR. Kondisi ini akan timbul kepercayaan pelanggan untuk Perbankan Syariah dan pemerintah disarankan untuk melindungi dan mengembangkan dengan peraturan Perbankan Syariah.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional Dan Bank Syariah
(6)
ABSTRACT
The development of Islamic financial industry has begun an informal basis before issuing a formal legal framework as a basis for banking operations in Indonesia. Some business entities of non-bank financing has been established before 1992 which have applied the concept of profit sharing in its operational activities. This shows the community needs will the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with sharia.
This comparison will compare the performance between the Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, and BTPN, Bank of North Sumatra, Riau Bank. The analysis result is based on the ratio of Carel Finance Banking (Capital, Assets, Profitability, Earnings, Liquidity), which is representative of this Carel Financial ratio indicators such as CAR, NPLs, ROA, ROE, BOPO and LDR. Using a statistical t-test method of the Independent-sample t-test, no significant comparison between the financial performance of Islamic Banking and Conventional Banking, except financial ratios have no significant ROE Comparison. The result of statistical analysis based on Paired Samples Test states that the statistical test using Compare Means explained that all the performances are expressed by the totality of the performance variables. This variable is the financial ratio of the added weight of course value.
Of the five banks, only Bank of North Sumatra has a significant impact. Bank Muamalat Indonesia has the best financial NPL ratio and LDR. This condition will arise confidence customers for Islamic Banking and advised the government to protect and develop the rules of Islamic Banking.
Keywords: Bank Financial Performance Between Conventional And Islamic Banking
(7)
DAFTAR ISI
PERNYATAAN ... i
KATA PENGANTAR ... ii
ABSTRAK ... iv
ABSTRACT ... v
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
DAFTAR LAMPIRAN ...xiii
BAB I PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2.Rumusan Masalah dan Batasan Masalah ... 9
A. Rumusan Masalah ... 9
B. Batasan Masalah... 10
1.3.Tujuan Penelitian ... 10
(8)
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.1.Bank Konvensional ... 12
A. Sistem Penghimpunan Dana ... 13
B. Penyaluran Dana ... 15
2.2.Bank Syariah ... 17
A. Prinsip dasar Bank Syariah ... 18
B. Sistem Operasional Bank Syariah ... 19
C. Sistem Penghimpunan Dana ... 20
D. Sistem Penyaluran Dana ... 21
2.3.Perbedaan Bank Syariah dan Bank Konvensional ... 21
2.4.Kinerja Perbankan ... 25
2.5.Rasio Keuangan ... 25
A. Rasio Permodalan ... 26
B. Rasio Kualitas Aktiva Produktif ... 28
C. Rasio Rentasbilitas (Earning) ... 30
D. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional) ... 31
E. Rasio Likuiditas (Liquidity)... 31
2.6.Penelitian Terdahulu ... 33
2.7.Kerangka Konseptual dan Hipotesis ... 34
(9)
B. Hipotesis Penelitian ... 36
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian ... 37
3.2. Populasi dan Sampel ... 37
3.3. Prosedur Pengumpulan Data ... 38
3.4. Pengukuran Variabel ... 39
3.5. Jenis Data ... 43
3.6. Metode Analisis Data ... 44
3.7. Jadwal Penelitian ... 45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1.Data Penelitian ... 46
4.2.Analisis Data Penelitian ... 47
4.3.Analisis Rasio CAR ... 48
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 49
B. Pengujian Hipotesis ... 49
4.4.Analisis Rasio NPL ... 49
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 49
(10)
4.5.Analisis Rasio ROA ... 50
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 51
B. Pengujian Hipotesis ... 51
4.6.Analisis Rasio ROE ... 51
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 51
B. Pengujian Hipotesis ... 52
4.7.Analisis Rasio LDR ... 52
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 52
B. Pengujian Hipotesis ... 53
4.8.Analisis Rasio LDR ... 53
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 53
B. Pengujian Hipotesis ... 54
4.9.Analisis Kinerja Bank Secara Keseluruhan ... 54
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel ... 54
B. Pengujian Hipotesis ... 55
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 56
(11)
DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN ... 61
(12)
DAFTAR TABEL
Nama Judul Halaman
Tabel 2.1 Perbedaan Sistem Bunga dan Bagi Hasil ... 24
Tabel 2.6 Tinjauan Penelitian Terdahulu ... 33
Tabel 3.2 Jadwal Penelitian ... 45
(13)
DAFTAR GAMBAR
Nama Judul Halaman
(14)
DAFTAR LAMPIRAN
Nama Judul Halaman
Lampiran i Data Rasio Sampel Bank ... 61 Lampiran ii Statistik Group ... 62 Lampiran iii Hasil uji beda Dua Rata-rata ... 63
(15)
ABSTRAK
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia. Beberapa badan usaha pembiayaan non-bank telah didirikan sebelum tahun 1992 yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah.
Perbandingan ini akan membandingkan kinerja antara Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, dan BTPN, Sumatera Utara Bank, Bank Riau Hasil analisis didasarkan pada rasio Keuangan Perbankan dari Carel (Capital, Asset, Rentabilitas, Laba, Likuiditas) dimana ini Carel adalah perwakilan dari rasio Keuangan Indikator seperti CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO dan LDR. Menggunakan metode uji t statistik Independent-sample t-test, tidak ada perbandingan signifikan kinerja keuangan antara Perbankan Syariah dan Perbankan Konvensional, kecuali rasio keuangan ROE tidak memiliki signifikan Perbandingan. Hasil analisis berdasarkan statistik Paired Sampel Test menyatakan bahwa hasil uji statistik menggunakan Bandingkan Means menjelaskan bahwa semua pertunjukan yang dinyatakan oleh variabel kinerja totalitas. Variabel ini merupakan rasio keuangan sebesar dengan menambahkan tentu nilai bobot.
Dari lima bank, hanya Sumatera Utara Bank memiliki dampak secara signifikan. Bank Muamalat Indonesia memiliki rasio NPL keuangan yang terbaik dan LDR. Kondisi ini akan timbul kepercayaan pelanggan untuk Perbankan Syariah dan pemerintah disarankan untuk melindungi dan mengembangkan dengan peraturan Perbankan Syariah.
Kata Kunci : Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional Dan Bank Syariah
(16)
ABSTRACT
The development of Islamic financial industry has begun an informal basis before issuing a formal legal framework as a basis for banking operations in Indonesia. Some business entities of non-bank financing has been established before 1992 which have applied the concept of profit sharing in its operational activities. This shows the community needs will the presence of financial institutions that can provide financial services in accordance with sharia.
This comparison will compare the performance between the Bank Muamalat Indonesia, Bank Syariah Mandiri, and BTPN, Bank of North Sumatra, Riau Bank. The analysis result is based on the ratio of Carel Finance Banking (Capital, Assets, Profitability, Earnings, Liquidity), which is representative of this Carel Financial ratio indicators such as CAR, NPLs, ROA, ROE, BOPO and LDR. Using a statistical t-test method of the Independent-sample t-test, no significant comparison between the financial performance of Islamic Banking and Conventional Banking, except financial ratios have no significant ROE Comparison. The result of statistical analysis based on Paired Samples Test states that the statistical test using Compare Means explained that all the performances are expressed by the totality of the performance variables. This variable is the financial ratio of the added weight of course value.
Of the five banks, only Bank of North Sumatra has a significant impact. Bank Muamalat Indonesia has the best financial NPL ratio and LDR. This condition will arise confidence customers for Islamic Banking and advised the government to protect and develop the rules of Islamic Banking.
Keywords: Bank Financial Performance Between Conventional And Islamic Banking
(17)
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Masalah
Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan penting dalam menunjang keberhasilan perekonomian. Hal ini sesuai dengan tujuan dari perbankan Indonesia yang tercantum dalam UU perbankan No. 10 tahun 1998 pasal 4 yaitu perbankan Indonesia bertujuan untuk menunjang pelaksanaan pembangunan nasional dalam rangka meningkatkan pemerataan pertumbuhan ekonomi dan stabilitas nasional kearah peningkatan kesejahteraan rakyat banyak.
Sebagai lembaga intermediasi yakni menghimpun dana dari pihak ketiga dan menyalurkannya kembali dalam bentuk simpanan, dan kredit, menjadikan bank sebagai salah satu sumber pembangunan. Semakin besar suatu negara tersebut maka semakin besar pula peranan perbankan dalam mengendalikan negara tersebut. Artinya, keberadaan dunia perbankan semakin dibutuhkan pemerintah dan masyarakat. Oleh sebab itu pemerintah senantiasa memberi perhatian maksimum terhadap eksistensi perbankan nasional. Selain itu perbankan juga menghubungkan anatara pihak yang memerlukan dana dan pihak yang mengalami surplus dana. Pentingnya keberadaan bank tentu saja
(18)
muncul setelah uang sebagai alat tukar dalam perekonomian. Berdasarkan peranan tersebut, bank memiliki dua kegiatan utama, yaitu menghimpun dana dari unit surplus dan penyaluran dana kepada unit defisit.
Dari defenisi diatas akan dapat ditarik kesimpulan bahwa bank dalam melakukan usahanya terutama menghimpun dana dalam bentuk simpanan yang merupakan sumber dana bank. Demikian pula dari segi penyaluran dananya, hendaknya dalam dunia perbankan tidak hanya memerhatikan keuntungan semata melainkan meningkatkan taraf hidup rakyat banyak. Peranan perbankan sangat mempengaruhi kegiatan ekonomi suatu negara.
Jenis bank di Indonesia dibedakan menjadi dua jenis bank, yang dibedakan berdasarkan pembayaran bunga atau bagi hasil usaha:
1. Bank yang melakukan usaha secara konvensional (pembayaran dengan bunga).
2. Bank yang melakukan usaha secara syariah (pembayaran dengan sistem bagi hasil).
Secara tegas undang-undang perbankan diatas tersebut menjelaskan bahwa dalam perbankan Indonesia terdapat dua sistem (dual banking system) yaitu sistem perbankan konvensional dan sistem perbankan syariah. Pelaksanaan pengaturan dan pengembangan perbankan syariah oleh Bank Indonesia, juga diatur dalam UU No.23 tahun 1999 tentang Bank Indonesia
(19)
yang menegaskan bahwa Bank Indonesia selaku otoritas perbankan perlu mempersiapkan perangkat peraturan dan fasilitas selaku otoritas perbankan syariah nasional secara legal jelas dasar hukumnya.
Pada dual system bank, bank dapat melakukan dua kegiatan sekaligus yaitu kegiatan perbankan berbasis bunga dan kegiatan perbankan syariah, bagi yang mengkonversi banknya menjadi perbankan syariah, maka seluruh kinerjanya mengikuti mekanisme prinsip-prinsip syariah islam, sedangkan bagi yang melakukan kedua-dunya maka mekanisme kerjanya diatur sedemikian rupa, terutama yang menyangkut interaksi antara kegiatan-kegiatan yang berbasis bunga dengan kegiatan yang bebas bunga, sehingga keduanya dapat dipisahkan secara tegas.
Sistem operasional pada bank syariah menerapkan sistem free rate interest banking. Sistem ini diperkenalkan untuk pertama kali oleh umat islam. Dengan kata lain adalah sistem perbankan yang tata cara operasinya sesuai dengan prinsip-prinsip syariah islam. Dalam sistem operasional ini, pada hakekatnya nasabah yang mengadakan transaksi dengan bank yang bersangkutan sama dengan melakukan investasi dengan imbalan bagi hasil yang sesuai dengan keadaan yang benar-benar terjadi. Bank syariah tidak memberikan jaminan tingkat pengembalian yang pasti (peranatara bunga) dari nilai nominal simpanana nasabah, tapi simpanan tersebut akan diperlakukan
(20)
sebagai modal dan nasabah yang bersangkutan sebagai shareholder akan mendapat bagian keuntungan sebesar persentase yang telah disepakati bersama. Demikian pula perlakuan yang sama akan diterapkan pada kredit yang akan diberikan oleh bank.
Hal mendasar yang membedakan antara lembaga keuangan non Islami dengan Islam adalah terletak pada pengembalian dan pembagian keuntungan yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan dan/atau yang diberikan oleh nasabah kepada lembaga keuangan kepada nasabah. Sehingga terdapat istilah bunga dan bagi hasil. Hal ini lah yang membedakan yang sangat mendalam terhadap produk-produk yang dikembangkan oleh bank syariah, dimana untuk menghindari sistem bunga dikembangkan adalah jual beli serta kemitraan yang dilaksakan dalam bentuk bagi hasil. Pada dasarnya, semua jenis transaksi perniagaan melalui bank syariah yang diperbolehkan asalkan tidak mengandung unsur bunga (riba). Riba secara sederhana berarti sistem bunga berbunga atau coumpound interest yang dalam semua prosesnya bisa mengakibatkan membengkaknya kewajiban salah satu pihak.
Bank harus menetapkan stategi yang tepat untuk survive (bertahan hidup) di tengah kompetisi sengit antarbank. Agar masyarakat mau menyimpan uangnya di bank, maka pihak perbankan memberikan rangsangan berupa balas jasa yang akan diberikan kepada si penyimpan. Balas jasa tersebut dapat berupa
(21)
bunga, bagi hasil, hadiah, pelayanan atau balas jasa lainnya.” Strategi bersaing yang berusaha mengembangkan (membesarkan) bank sesuai dengan ukuran yang disepakati untuk mencapai tujuan jangka panjang disebut strategi pertumbuhan. Bank dapat menyalurkan dananya untuk tujuan modal kerja, investasi, konsumsi, dan berbagai kegiatan lain untuk tujuan invesatasi.
Pertumbuhan setiap bank sangat dipengaruhi oleh perkembangan kemampuannya menghimpun dana masyarakat, baik skala kecil maupun besar, dengan masa pengendapan yang memadai.
Perkembangan industri keuangan syariah secara informal telah dimulai sebelum dikeluarkannya kerangka hukum formal sebagai landasan operasional perbankan di Indonesia. Beberapa badan usaha pembiayaan non-bank telah didirikan sebelum tahun 1992 yang telah menerapkan konsep bagi hasil dalam kegiatan operasionalnya. Hal tersebut menunjukkan kebutuhan masyarakat akan hadirnya institusi-institusi keuangan yang dapat memberikan jasa keuangan yang sesuai dengan syariah.
Perbankan konvensional dan perbankan syariah merupakan instusi keuangan yang mempunyai beberapa perbedaan. Perbedaan mendasar diantara keduanya yaitu menyangkut aspek legal, stuktur organisasi, usaha yang dibiayai dan lingkungan kerja. Bank syariah beroperasi menggunakan prinsip bagi hasil untuk menghindari riba, sedangkan bank konvensional menggunakan bunga
(22)
dalam operasi dan berprinsip meraih untung yang sebesar-besarnya. Selain itu pada bank syariah terdapat Dewan Pengawas Syariah sedangkan pada bank konvensional tidak ada.
Untuk menghindari pengoperasian bank dengan sistem bunga, Islam memperkenalkan prinsip-prinsip muamalah islam. Dengan kata lain, Bank Islam hadir sebagai salah satu solusi alternatif terhadap persoalan pertentangan antara bunga bank dengan riba. Bank Islam lahir di Indonesia, yang gencarnya, pada sekitar tahun 90-an atau tepatnya setelah undang-undang No. 7 tahun 1992, yang direvisi dengan undang-undang perbankan No. 10 tahun 1998, dalam bentuk sebuah bank yang beroperasinya dengan sistem bagi hasil atau bank syariah.
Periode 1992 sampai 1998, hanya terdapat satu Bank Umum Syariah dan 78 Bank Perkreditan Rakyat Syariah (BPRS) yang telah beroperasi. Tahun 1998 muncul UU No. 10 tahun 1998 tentang perubahan UU No 7 Tahun 1992 tentang perbankan. Perubahan UU tersebut menimbulkan beberapa perubahan yang memberikan peluang yang lebih besar bagi pengembangan bank syariah. Undang-undang tesebut telah mengatur secara rinci landasan hukum serta jenis-jenis usaha yang dapat dioperasikan dan diimplementasikan oleh bank syariah. Undang-undang tersebut juga memberikan arahan bagi bank-bank konvensional untuk membuka cabang syariah atau bahkan mengkonversi diri secara total
(23)
menjadi bank syariah. Kondisi dunia perbankan di Indonesia telah mengalami banyak perubahan dari waktu ke waktu. Perubahan ini selain disebabkan oleh perkembangan internal dunia perbankan, juga tidak terlepas dari pengaruh perkembangan di luar dunia perbankan, seperti sektor riil dalam perekonomian, politik, hukum, dan sosial.
Perkembangan bank syariah dan bank konvensional yang membuka cabang syariah juga didukung dengan tetap bertahannya bank syariah pada saat perbankan nasional mengalami krisis cukup parah pada tahun 1998. Sistem bagi hasil perbankan syariah yang diterapkan dalam produk-produk Bank Muamalat menyebabkan bank tersebut relatif mempertahankan kinerjanya dan tidak hanyut oleh tingkat suku bunga simpanan yang melonjak sehingga beban operasional lebih rendah dari bank konvensional.
Perkembangan peran perbankan syariah di Indonesia tidak terlepas dari sistem perbankan di Indonesia secara umum. Sistem perbankan syariah juga diatur dalam Undang-undang No. 10 tahun 1998 dimana Bank Umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional atau berdasarkan prinsip syariah yang kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran. Peran bank syariah dalam memacu pertumbuhan perekonomian daerah semakin strategis dalam rangka mewujudkan struktur perekonomian yang semakin berimbang. Dukungan terhadap pengembangan
(24)
perbankan syariah juga diperlihatkan dengan adanya “dual banking system”, dimana bank konvensional diperkenankan untuk membuka unit usaha syariah. Kemajuan yang dialami perbankan syariah saat ini cukup pesat, namun jika dibandingkan dengan perbankan konvensional, share perbankan syariah masih sangat kecil atau hanya sekitar 2,14%dari total perbankan nasional pada tahun 2008. Bank Muamalat berdiri pada tahun 1992 membuktikan bahwa disaat perbankan nasional kolaps sistem perbankan syariah dapat tetap eksis bahkan memperoleh keuntungan, hal inilah yang membuat perhatian pemerintah dan para pelaku ekonomi untuk mengembangkan sistem perbankan syariah.
Kedudukan atau status perbankan menunjukkan ukuran kemampuan bank dalam melayani masyarakat baik dari segi jumlah produk, modal maupun kualitas pelayanannya. Dalam memperoleh status tertentu maka diperlukan penilaian-penilaian dengan kriteria tertentu pula. Untuk mengetahui prestasi yang dicapai oleh suatu bank, baik perbankan konvensional dan bank syariah perlu dilakukan penilaian terhadap kinerja bank tersebut dalam kurun waktu tertentu.
Kinerja keuangan dalam dunia perbankan sangat penting untuk digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam pengambilan kebijakan manajerialnya di segala aspek. Hal ini berpengaruh pada kepercayaan pihak lain
(25)
diluar perbankan, misalnya investor. Dengan adanya kinerja keuangan yang baik, maka investor tidak akan ragu-ragu dalam menanamkan modalnya baik pada bank syariah maupun bank konvensional. Terlebih lagi bank syariah harus bersaing dengan bank konvensional yang dominan dan telah berkembang pesat di Indonesia. Persaingan yang semakin tajam ini harus dibarengi dengan manajemen yang baik untuk bisa bertahan di industri perbankan. Salah satu faktor yang harus diperhatikan oleh bank untuk bisa terus bartahan hidup adalah kinerja (kondisi keuangan) bank. Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judu “Perbandingan Kinerja Keuangan Antara Bank Konvensional dan Bank Syariah di Indonesia”.
1.2. Rumusan Masalah dan Batasan Masalah A. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, dapat dikemukakan perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan? 2. Adakah perbedaan yang signifikan atas kinerja keuangan perbankan
syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan?
(26)
B. Batasan Masalah
Batasan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Informasi yang digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah berdasar Laporan Publikasi Keuangan Bank selama periode 2007- 2009. Data yang diambil adalah laporan triwulanan masing-masing bank yang dipublikasikan di surat kabar atau internet.
2. Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas).
1.3. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian sebagai berikut :
1. Bagaimana kinerja keuangan perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional untuk masing-masing rasio keuangan.
2. Bagaimana kinerja perbankan syariah jika dibandingkan dengan perbankan konvensional secara keseluruhan.
(27)
1.4. Manfaat Penelitian
Dengan dilakukannya penelitian ini, diharapkan dapat memberikan manfaat antara lain :
1) Bagi penulis, dengan melakukan penelitian ini penulis memperoleh pengalaman dan ilmu pengetahuan baru mengenai perbankan syariah.
2) Bagi Bank syariah, dapat dijadikan sebagai catatan/koreksi untuk mempertahankan dan meningkatkan kinerjanya, sekaligus memperbaiki apabila ada kelemahan dan kekurangan.
3) Bagi bank konvensional, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan acuan atau pertimbangan untuk membentuk atau menambah Unit Usaha Syariah atau bahkan mengkonversi menjadi bank syariah.
(28)
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Bank Konvensional.
Pengertian bank menurut UU No.7 Tahun 1992 tentang perbankan sebagaimana telah diubah dengan UU No. 10 Tahun 1998 :
1. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyaraka dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak
2. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran
Bank dalam menjalankan usahanya menghimpun dana dari masyakat dan menyalurkannya kembali dalam berbagai alternatif investasi, dalam penghimpunan dan penyaluran dananya, bank memberikan atau mengenakan imbalan berupa bunga atau sejumlah imbalan dalam persentase tertentu dari dana untuk suatu suatu periode tertentu. Menurut Sigit Triandaru & Totok Budisantoso, “Persentase tertentu ini biasanya ditetapkan pertahun.”
Mayoritas bank yang berkembang di Indonesia saat ini adalah bank yang berorientasi pada prinsip konvensional. Hal ini tidak terlepas dari sejarah bangsa indonesia dimana asal mula bank di Indonesia dibawa oleh bangsa Belanda.
(29)
Sebagaimana telah dikemukakan oleh Kasmir, (2008: 20)
Dalam mencari keuntungan bank konvensional menggunakan dua metode yaitu :
a. Menetapkan bunga sebagai harga untuk produk simpanan seperti giro, tabungan, ataupun deposito. Demikian pula harga untuk produk pinjaman (kredit) juga ditentukan berdasarkan tingkat suku bunga tertentu. Penentuan harga ini dikenal dengan spread based
b. Untuk jasa-jasa bank lainnya pihak perbankan konvensional menggunakan atau menerapkan berbagai biaya-biaya dalam nominal atau persentase tertentu. Sistem pengenaan biaya ini dikenal dengan istilah fee based
A. Sistem Penghimpunan Dana
Aktifitas perbankan yang pertama adalah menghimpun dana dari masyarakat luas yang dikenal dengan istilah di dunia perbankan adalah kegiatan funding. Pengertian menghimpun dana maksudnya adalah mengumpulkan atau mencari dana dengan cara membeli dari masyarakat.
Pada dasarnya suatu bank mempunyai empat alternatif untuk menghimpun dana untuk kepentingan usahanya, yaitu :
• Dana sendiri • Dana dari deposan • Dana pinjaman • Sumber dana lain
(30)
dalam bentuk simpanan. Simpanan/ dana dari deposan yang sering disebut dengan nama rekening atau account. Jenis simpanan yang dapat dipilih oleh masyarkat adalah seperti :
1. Simpanan Giro (Demand Deposit),
Simpanan giro merupakan simpanan pada bank yang penarikannya dapat dilakukan dengan menggunakan cek atau bilyet giro. Kepada setiap pemegang rekening giro akan diberikan bunga yang dikenal dengan nama jasa giro. Besarnya jasa giro tergantung dari bank yang bersangkutan
2. Simpanan Tabungan (Saving Deposit)
Merupakan simpanan pada bank yang penarikannya sesuai dengan persyaratan yang ditetapkan oleh bank. Penarikan tabungan dapat dilakukan dengan menggunakan buku tabungan, slip penarikan, kuitansi atau kartu ATM. Kepada para pemegang rekening tabungan akan diberikan bunga tabungan yang merupakan jasa atas tabungannya. Sama seperti halnya dengan rekening giro, besarnya bunga tabungan tergantung dari bank yang bersangkutan.
3. Simpanan Deposito (Time Deposit)
Deposito merupakan simpanan yang memiliki jangka waktu tertentu (jatuh tempo). Penarikannya pun dilakukan sesuai jangka waktu
(31)
tersebut. Jenis deposito pun beragam sesuai dengan keinginan nasabah. Dalam prakteknya Deposito terdiri dari Deposito Berjangka, Sertifikat Deposito, dan Deposit on call.
Disamping itu, bank juga memberikan jasa-jasa Bank Lainnya sebagai kegiatan penunjang , kegiatan ini banyak memberikan keuntungan bagi bank dan nasabah.
Dalam praktiknya jasa-jasa perbankan yang ditawarkan antara lain adalah : pengiriman uang, kliring, inkaso, safe deposit box, Bank card, Bank Notes, Bank Garansi, Bank Draft, Letter of Credit (L/C), menerima setoran-setoran, serta melayani pembayaran-pembayaran.
B. Sistem Penyaluran Dana
Menyalurkan dana merupakan kegiatan menjual dana yang berhasil dihimpun dari masyarakat. Kegiatan ini dikenal dengan nama kegiatan lending. Penyaluran dana dilakukan oleh bank konvensional melalui pemberian pinjaman yang dalam masyarakat lebih dikenal dengan kredit. Kredit yang diberikan oleh bank terdiri dari beragam jenis, tergantung dari kemampuan bank dalam menyalurkan dananya. Sebelum kredit dikucurkan, bank terlebih dahulu menilai kelayakan kredit yang diajukan oleh nasabah.
(32)
Menurut Dahlan Siamat (1995 : 97) “Sistem penyaluran dana bank berdasarkan pada suatu proses yang disebut transformasi asset dengan mempertimbangkan faktor-faktor likuiditas, risiko, dan keuntungan.” Besar kecilnya bunga kredit sangat mempengaruhi keuntungan bank, mengingat keuntungan utama bank adalah selisih bunga kredit dengan bunga simpanan.
Secara umum jenis-jenis kredit yang ditawarkan meliputi : 1. Kredit Investasi
Merupakan kredit yang diberikan kepada pengusaha yang melakukan investasi atau penanaman modal. Biasanya kredit jenis ini memiliki jangka waktu yang relatif panjang.
2. Kredit Modal Kerja
Merupakan kerdit yang digunakan sebagai modal usaha. Biasa kredit jenis iniberjangka waktu pendek, yaitu tidak lebih dari satu tahun. 3. Kredit Perdagangan
Merupakan kredit yang diberikan kepada para pedagang dalam rangka memperlancar atau memperluas atau memperbesar kegiatan perdagangannya.
(33)
Merupakan kredit yang bisa berupa investasi, modal kerja, atau perdagangan. Dalam arti kredit ini diberikan untuk diusahakan kembali sehingga pengembalian kredit diharapkan dari hasil usaha yang dibiayai.
Agar penyaluran dana tersebut dapat menghasilkan keuntungan bagi bank, maka biaya yang dikeluarkan dalam penghimpunan dana harus lebih kecil daripada penerimaan yang diperoleh dari penyaluran dana. Menurut Sigit Triandaru & Totok Budisantoso (2006 : 106), “penghimpunan dan penyaluran dana inilah yang akan melandasi penerapan tingkat bunga pinjaman yang akan dikenakan antara tingkat bunga simpanan dan tingkat bunga kredit.”
Selisih antara tingkat bunga pinjaman dan tingkat bunga simpanan disebut dengan spread. Semakin efisien kinerja suatu bank, akan semakin kecil komponen-komponen yang ditambahkan pada tingkat bunga simpanan untuk membentuk tingkat bunga pinjaman. Dengan kata lain, besar kecilnya spread pada suatu bank dapat dijadikan indikator tingkat efisiensi atas kinerja suatu bank.
(34)
Bank syariah adalah bank yang beroperasi dengan tidak mengandalkan pada bunga. Bank islam atau biasa dengan Bank Tanpa Bunga, adalah lembaga keuangan/ perbankan yang operasionalnya dan produknya dikembangkan berlandaskan pada Al-Qur’an dan Hadist Nabi SAW. Dengan kata lain, Bank Islam adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan pembiayaan dan jasa-jasa lainnya dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang perngoperasiannya disesuaikan dengan prinsip syariat islam
Bank syariah dalam mengelola atau mengatur posisi dana yang diterima dari aktifitas funding untuk disalurkan kepada aktifitas financing, dengan harapan bank yang bersangkutan tetap mampu memenuhi kriteria-kriteria likuiditas, rentabilitas dan solvabilitasnya. Sebagaimana halnya bank konvensional, bank syariah juga mempunyai peran sebagai lembaga perantara (intermediary) antara satuan-satuan kelompok masyarakat atau unit-unit ekonomi yang mengalami kelebihan dana (surplus unit) dengan unit-unit yang mengalami kekurangan dana (deficit unit).
Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa bank syari’ah adalah bank yang dalam melaksanakan aktivitasnya dalam pemberian jasa dan lainnya berdasarkan prinsip Syari’ah Islam, seperti menghindari penggunaan instrumen bunga (riba) dan beroperasi dengan prinsip bagi hasil (profit anf loss sharing).
(35)
A. Prinsip dasar perbankan syariah
Bank berdasarkan prinsip syariah belum lama berkembang di Indonesia, namun sudah menunjukkan tanda-tanda yang menggembirakan sejak hadirnya bank syariah saat ini. Menurut Kasmir, “saat ini bank syariah sudah berjumlah sekitar empat ratusan lebih kantornya.” Keluarnya fatwa MUI yang mengharamkan bunga bank Konvensional tahun 2003 lalu memperkuat kedudukan bank syariah di Indonesia. Jumlah keuntungan bank syariah semakin besar maka semakin besar pula bagi hasil yang diterima nasabah, demikian juga sebaliknya.
Dalam menjalankan fungsi dan perannya bank syari’ah secara garis besar, sistem operasional bank syari’ah ditentukan aqad yang terdiri dari lima dasar aqad. Dalam menentukan harga atau mencari keuntungan bagi bank berdasarkan prinsip syariah adalah sebagai berikut :
a. Pembiayaan berdarasarkan prinsip bagi hasil (mudharabah) b. Pembiayaan berdasarkan prinsip penyertaan modal (musyarakah) c. Prinsip jual beli barang dengan memperoleh keuntungan (murabahah) d. Pembiayaan barang modal berdasarkan sewa murni tanpa pilihan
(ijarah); atau
e. Dengan adanya pilihan pemindahan kepemilikan atas barang yang disewa dari pihak bank oleh pihak lain (ijarah wa itina)
(36)
Selanjutnya, penentuan biaya-biaya jasa bank lainnya bagi bank yang berdasarkan prinsip syariah juga sesuai dengan syariah islam. Sumber penetuan harga atau pelaksanaan kegiatan prinsip syariah dasar hukumnya adalah Al-Quran dan Sunnah Rasul.
B. Sistem Operasional Bank Syariah
Menurut Novita Wulandari 2004, “Pada sistem operasi bank syariah, pemilik dana menanamkan uangnya di bank tidak dengan motif mendapatkan bunga, tapi dalam rangka mendapatkan keuntungan bagi hasil.” Dana nasabah tersebut kemudian disalurkan kepada mereka yang membutuhkan (misalnya modal usaha), dengan perjanjian pembagian keuntungan sesuai kesepakatan.
C. Sistem Penghimpunan Dana
Penghimpunan dana dari masyarakat yang dilakukan oleh bank konvensional adalah dalam bentuk Tabungan, Deposito, dan Giro yang lazim disebut dengan Dana Pihak Ketiga. Dalam bank syariah penghimpunan dana dari masyarakat dilakukan tidak membedakan nama produk tetapi melihat pada prinsip yaitu prinsip wadiah dan prinsip mudharabah. Apapun nama produknya, yang diperhatikan adalah prinsip
(37)
yang digunakan atas produk tersebut, hal ini sangat terkait dengan porsi pembagian hasil usaha yang akan dilakukan antara pemilik dana/deposan (shahibul maal) dengan bank syariah sebagai mudharib.
Menurut Muhammad (2004 : 50),
Berdasarkan prinsip tersebut diatas bank syariah dapat menghimpun dana dari pihak ketiga dalam bentuk :
a) Titipan (Wadiah) simpanan yang dijamin keamanan dan pengembaliannya tetapi tanpa memperoleh imbalan atau keuntungan.
b) Partisipasi modal berbagi hasil dan berbagi risiko untuk investasi umum dimana bank akan membayar pembagian keuntungan secara proporsional
c) Investasi khusus/mudharabah muqayyadah dimana bank bertindak sebagai manajer investasi untuk memperoleh fee. Jadi bank tidak ikut berinvestasi sedangkan investor sepenuhnya mengambil risiko atas investas itu.
D. Sistem Penyaluran Dana
Setelah Dana Pihak Ketiga terkumpul, maka sesuai dengan fungsi intermediary-nya maka bank berkewajiban menyalurkan dana tersebut untuk pembiayaan. Dalam hal ini, bank harus mempersiapkan strategi penggunaan dana-dana yang dihimpunnya sesuai dengan rencana alokasi berdasarkan kebijakan yang telah digariskan. Berikut ini beberapa bentuk pembiayaan yang dilakukan oleh bank syariah dalam sistem penyaluran dananya antara lain :
a) Pembiayaan dalam prinsip bagi hasil (Mudharabah) b) Pembiayaan dalam prinsip penyertaan (Musyarakah)
(38)
c) Pembiayaan dalam prinsip jual beli (Al Bai’)
d) Pembiayaan berdasarkan prinsip sewa (Iajarah dan Ijarah wa Iqtina) e) Surat-surat berharga syariah dan investasi lainnya.
2.3. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional
Perbedaan antara bank konvensional dan bank syariah menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, dan lingkungan kerja. 1. Akad dan Aspek Legalitas Akad yang dilakukan dalam bank syariah
memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum Islam. Nasabah seringkali berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hukum itu hanya berdasarkan hukum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah nanti. Setiap akad dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya harus memenuhi ketentuan akad.
2. Lembaga Penyelesaian Sengketa Penyelesaian perbedaan atau perselisihan antara bank dan nasabah pada perbankan syariah berbeda dengan perbankan konvensional. Kedua belah pihak pada perbankan syariah tidak menyelesaikannya di peradilan negeri, tetapi menyelesaikannya sesuai tata cara dan hukum materi syariah. Lembaga yang mengatur hukum materi dan
(39)
atau berdasarkan prinsip syariah di Indonesia dikenal dengan nama Badan Arbitrase Muamalah Indonesia atau BAMUI yang didirikan secara bersama oleh Kejaksaan Agung Republik Indonesia dan Majelis Ulama Indonesia. 3. Struktur Organisasi Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan
bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang berfungsi mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah.
Dewan Pengawas Syariah biasanya diletakkan pada posisi setingkat Dewan Komisaris pada setiap bank. Hal ini untuk menjamin efektivitas dari setiap opini yang diberikan oleh Dewan Pengawas Syariah. Karena itu biasanya penetapan anggota Dewan Pengawas Syariah dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham, setelah para anggota Dewan Pengawas Syariah itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional.
4. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah, tidak terlepas dari kriteria syariah. Hal tersebut menyebabkan bank syariah tidak akan mungkin membiayai usaha yang mengandung unsur-unsur yang diharamkan. Terdapat sejumlah batasan dalam hal pembiayaan.
(40)
Tidak semua proyek atau objek pembiayaan dapat didanai melalui dana bank syariah, namun harus sesuai dengan kaidah-kaidah syariah.
5. Lingkungan dan Budaya Kerja Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sesuai dengan syariah. Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan sehingga tercermin integritas eksekutif muslim yang baik, selain itu karyawan bank syariah harus profesional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara team-work dimana informasi merata diseluruh fungsional organisasi (tabligh). Dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah.
(41)
Tabel 2.3. Perbedaan sistem bunga dengan syariah No Pokok-pokok
perbedaan
Sistem bunga Prinsip syariah 1. Dasar perjanjian
penentuan bunga/imbalan
Perjanjian pengenaan bunga tidak berdasarkan keuntungan/kerugian.
Perjanjian imbalan berdasarkan pada keuntungan/kerugian 2. Dasar perhitungan bunga/
imbalan
Persentase tertentu dari total dana yang
dipinjamkan kepada nasabah
Besarnya misbah bagi hasil didasarkan atas jumlah keuntungan yang diperoleh nasabah 3. Kewajiban pembayaran
bunga/ imbalan
a. Pembayaran bunga tetap harus dibayar, meskipun usaha nasabah
mengalami kerugian
b. besarnya pembayaran bunga oleh nasabah jumlahnya tetap meskipun keuntungan nasabah lebih besar dari jumlah yang diperkirakan a. Pembayaran imbalan dilakukan apabila nasabah memperoleh keuntungan. Sebaiknya bila rugi, jumlah kerugian atau risiko ditanggung kedua belah pihak b. Besarnya imbalan
berubah sesuai dengan besar-kecilnya
keuntungan yang didapat nasabah 4. Persyaratan jaminan
pembiayaan
Pembiayaan umumnya memerlukan penyerahan jaminan berupa barang atau harta nasabah
Persyaratan jaminan tidak mutlak
diperlukan
5. Obyek pembiayaan Jenis usaha yang dibiayai tidak dibedakan, sepanjang memenuhi persyaratan
Jenis usaha yang dibiayai harus sesuai dengan ketentuan syariah
(42)
2.4. Kinerja Keuangan bank
Menurut Farid dan Siswanto, (1998). Kinerja keuangan pada dasarnya merupakan hasil yang dicapai suatu bank dengan mengelola sumber daya yang ada dalam manajemen bank seefektif dan seefisien mungkin guna mencapai tujuan yang telah ditetapkan manajemen. Penilaian terhadap kinerja keuangan perusahaan merupakan suatu kegiatan yang sangat penting, karena berdasarkan penilaian tersebut dapat dijadikan sebagai ukuran keberhasilan suatu perusahaan selama periode waktu tertentu. Disamping itu penilaian kinerja juga dapat dijadikan pedoman bagi usaha perbaikan atau peningkatan kinerja keuangan perusahaan tersebut. Untuk melaksanakan analisis kinerja keuangan yang dinyatakan dalam persentase.
2.5. Rasio Keuangan
Rasio keuangan merupakan alat ukur yang digunakan bank untuk menganalisis laporan keuangan. Rasio menggambarkan suatu hubungan atau pertimbangan antara suatu jumlah tertentu dengan jumlah yang lain. Dengan menggunakan alat analisa berupa rasio keuangan dapat menjelaskan dan memberikan gambaran kepada penganalisa tentang baik atau buruknya keadaan atau posisi keuangan suatu perusahaan dari suatu periode ke periode berikutnya. Rasio keuangan adalah proses penentuan operasi yang penting dan karakteristik keuangan dari sebuah perusahaan dari data akuntansi dan laporan
(43)
keuangan. Tujuan dari rasio ini adalah untuk menentukan efisiensi kinerja dari bank yang diwujudkan dalam catatan keuangan dan laporan keuangan. Dalam menggunakan rasio keuangan pada dasarnya dapat melakukannya dengan dua macam perbandingan, yaitu:
I. Membandingkan rasio sekarang (present ratio) dengan rasio-rasio dari waktu yang telah lalu (histories ratio) atau dengan rasio-rasio yang diperkirakan untuk waktu yang akan datang dari perusahaan yang sama.
II. Membandingkan rasio-rasio dari suatu perusahaan dengan rasio-rasio sejenis dari perusahaan yang lain yang sejenis.
Rasio keuangan tersebut. menurut Robert Ang (1997) dapat dikelompokkan menjadi :
A. Rasio Permodalan
Menurut Manullang, (2002) bahwa rasio permodalan yang lazim digunakan untuk mengukur kinerja bank adalah Capital Adequacy Ratio (CAR). Besarnya CAR diukur dari rasio antara modal sendiri terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Sesuai dengan SE BI No. 26/5/BPPP tanggal 29 Mei 1993 besarnya CAR yang harus dicapai oleh suatu bank minimal 8% sejak akhir tahun 1995.
(44)
Perhitungan penyediaan modal minimum atau kecukupan modal bank (capital adequacy) didasarkan kepada rasio atau perbandingan antara modal yang dimiliki bank dan jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Aktiva dalam perhitungan ini mencakup aktiva yang tercantum dalam neraca maupun aktiva yang bersifat administratif sebagaimana tercermin dalam kewajiban yang masih bersifat kontingen dan atau komitmen yang disediakan bagi pihak ketiga.
Langkah-langkah perhitungan penyediaan modal minimum bank adalah sebagai berikut:
1. ATMR aktiva neraca dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal masing-masing aktiva yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos aktiva neraca tersebut.
2. ATMR aktiva administratif dihitung dengan cara mengalikan nilai nominal rekening administratif yang bersangkutan dengan bobot risiko dari masing-masing pos rekening tersebut.
3. Total ATMR = ATMR aktiva neraca + ATMR aktiva administrat if. 4. Rasio modal bank dihitung dengan cara membandingkan antara modal
bank (modal inti + modal pelengkap) dan total ATMR. Rasio tersebut dapat dirumuskan sebagai berikut:
(45)
5. Hasil perhitungan rasio diatas, kemudian dibandingkan dengan kewajiban penyediaan modal minimum (yakni sebesar 8%). Berdasarkan hasil perbandingan tersebut, dapatlah diketahui apakah bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal) atau tidak. Jika hasil perbandingan anta ra perhitungan rasio modal dan kewajiban penyediaan modal minimum sama dengan 100% atau lebih, modal bank yang bersangkutan telah memenuhi ketentuan CAR (kecukupan modal). Sebaliknya, bila hasilnya kurang dari 100%, modal bank tersebut tidak memenuhi ketentuan CAR.
B. Rasio Kualitas Aktiva Produktif (KAP)
Pengertian aktiva produktif dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antar bank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif.
(46)
1. Prospek usaha
2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur 3. Kemampuan membayar
Berdasarkan analisis dan penilaian terhadap faktor penilaian mengenai usaha, kinerja debitur, kemampuan membayar dengan mempertimbangkan komponen-komponen yang tidak disebutkan, kualitas kredit ditetapkan menjadi:
o Lancar (Pass)
o Dalam perhatian khusus (special mention)
o Kurang lancar (sub standard)
o Diragukan (doubtful)
o Macet (loss)
Rasio Non Performing Loan menunjukan bahwa kemampuan manajemen bank dalam mengelola kredit bermasalah yang diberikan oleh bank. Sehingga semakin tinggi rasio ini maka akan semakin buruk kualitas kredit bank, yang menyebabkan jumlah kredit bermasalah semakin besar. Menurut Naser, (2003). “Kemungkinan suatu bank dalam kondsi bermasalah semakin besar dan kemungkinan menghasilkan laba semakin rendah Kredit dalam hal ini adalah kredit yang diberikan kepada pihak ketiga tidak termasuk kredit kepada bank lain.”
(47)
Aktiva produktif bermasalah (NPL) merupakan aktiva produktif dengan kualitas aktiva kurang lancar, diragukan, dan macet. Besarnya NPL dapat dirumuskan sebagai berikut:
C. Rasio Rentabilitas (Earning)
Analisis rasio rentabilitas bank adalah alat untuk menganalisis atau mengukur tingkat efisiensi usaha dan profitabilitas yang dicapai oleh bank yang bersangkutan. Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return on Asset (ROA) dan Return on Equity (ROE).
1. Return on Assets (ROA)
Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Semakin besar ROA suatu bank, semakin besar pula tingkat keuntungan yang dicapai bank tersebut dan semakin baik pula posisi bank tersebut dari segi penggunaan aset. Rumus yang digunakan adalah:
(48)
2. Return on Equity (ROE)
ROE adalah perbandingan antara laba bersih bank dengan modal sendiri. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
D. Rasio Efisiensi (Rasio Biaya Operasional)
Rasio biaya operasional adalah perbandingan antara biaya operasional dan pendapatan operasional. Rasio ini digunakan untuk mengukur tingkat efisiensi dan kemampuan bank dalam melakukan kegiatan operasinya. Semakin kecil rasio ini berarti semakin efisien biaya operasional yang dikeluarkan bank yang bersangkutan sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil. Biaya operasional dihitung berdasarkan penjumlahan dari total beban bunga dan total beban operasional lainnya.
Pendapatan operasional adalah penjumlahan dari total pendapatan bunga dan total pendapatan operasional lainnya.
Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(49)
E. Rasio Likuiditas (Liquidity)
Suatu bank dikatakan likuid apabila bank bersangkutan dapat memenuhi kewajiban hutang-hutangnya, dapat membayar kembali semua depositonya, serta dapat memenuhi permintaan kredit yang diajukan tanpa terjadi penangguhan. Rasio likuiditas ini dilakukan untuk menganalisis kemampuan bank dalam memenuhi kewajiban-kewajiban tersebut. Dalam penelitian ini, rasio likuiditas yang digunakan adalah Loan to Deposit Ratio (LDR).
Loan to Deposit Ratio (LDR) adalah rasio antara seluruh jumlah kredit yang diberikan bank dengan dana yang diterima oleh bank. Rasio ini digunakan untuk mengetahui kemampuan bank dalam membayar kembali kewajiban kepada para nasabah yang telah menanamkan dananya dengan kredit-kredit yang telah diberikan kepada para debiturnya. Semakin tinggi rasionya semakin tinggi tingkat likuiditasnya. Rasio ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
(50)
2.6. Penelitian Terdahulu
Penelitian tentang perbandingan kinerja bank sudah dilakukan oleh beberapa orang peneliti, antara lain:
Nama peneliti
Sabi (1996), Samad dan Hasan (2000) melengkapi penelitian Sabi (1996)
Mustafa Edwin Nasution dan Surya Deni, (2006)
Judul Perbandingan kinerja bank antara bank domestik dengan bank asing pada masa transisi menuju ekonomi yang berorientasi pasar (market-oriented
economy) di Hungaria periode 1992-1993
Membandingkan kinerja Bank Islam Malaysia Berhad (BIMB) pada awal dan akhir pendiriannya.
Analisis Perbandingan Keuangan Bank syariah dan Bank Konvensional sebelum dan sesudah deregulasi finansial dan krisis moneter studi kasus pada BMI dan 4
(empat) Bank umum konvensional.
Data yang digunakan
Rasio keuangan yang dibagi kedalam tiga kelompok, yaitu profitabilitas, likuiditas
dan komitmen terhadap ekonomi domestik.
ROA dan ROE akhir periode lebih baik dibandingkan awal periode. Metode
inter-bank digunakan untuk membandingkan kinerja BIMB dengan 8 bank konvensional di Malaysia selama periode 1984-1997.
Rasio keuangan yang dihitung CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, LDR.
Hasil penelitian
Hasil penelitian menyimpulkan bahwa, dibanding dengan bank lokal, profitabilitas bank asing lebih tinggi, tingkat likuiditas dan penyaluran kredit berisiko lebih kecil.
Hasilnya menunjukkan bahwa BIMB mempunyai likuiditas relatif lebih baik dan risiko kecil dibandingkan 8 bank konvensional.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa bank asing mempunyai tingkat profitabilitas lebih tinggi dibandingkan bank domestik.. Studi tersebut juga membuktikan bahwa
perbedaan bank asing dan bank domestik dimasa setelah krisis
(51)
2.7. Konseptual dan Hipotesis A. Kerangka konseptual
Bank harus memiliki kinerja keuangan yang baik untuk dapat menjalankan fungsinya sebagai lembaga intermediasi. Kinerja keuangan bank menunjukkan kondisi keuangan bank pada suatu periode tertentu yang umumnya diukur dengan indikator kecukupan modal (solvabilitas), likuiditas, dan profabilitas bank.
Berdasarkan kemampuan melakukan transkasi sesuai syariah islam dan melakukan transaksi berdasarkan sistem bunga, Dengan demikian, kedua jenis bank tersebut memiliki ruang lingkup opersional yang berbeda.
Beberapa penelitian terdahulu menguji apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara bank syariah dan bank konvensional, sehubungan dengan adanya perbedaan ruanglingkup operasional. Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa terdapat kinerja keuangan yang signifikan antara bank syariah dan bank konvensional. Namun, perbedaan ruang lingkup opersional tersebut menghasilkan perbedaan kinerja keuangan sehingga bagi para yang berkepentingan dapat mengambil keputusan. Berdasarkan uraian tersebut, penulis membuat kerangka konseptual seperti di bawah ini.
(52)
Gambar : Kerangka Konseptual
BANK
BANK KONVENSIONAL
BANK SYARIAH
Kinerja keuangan bank : • CAR
• NPL
• ROA dan ROI • BOPO • LDR
Kinerja keuangan bank : • CAR
• NPL
• ROA dan ROI • BOPO • LDR
(53)
B. Hipotesis Penelitian
Hipotesis yang akan diuji untuk mencapai tujuan penelitian adalah sebagai berikut:
H1 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio permodalan. H2 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio kualitas aktiva produktif.
H3 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio rentabilitas. H4 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio efisiensi bank. H5 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
dengan perbankan konvensional, jika dilihat dari rasio likuiditas. H6 : Ada perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah
(54)
BAB III
METODE PENELITIAN 3.1. Jenis Penelitian
Penelitian yang dilakukan berbentuk komparatif yakni penelitian yang bersifat menguraikan tentang sifat-sifat dan keadaan sebenarnya dari dua atau lebih objek penelitian, yang kemudian di bandingkan guna mencari perbedaan antara kedua atau lebih objek yang diteliti.
3.2. Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi penelitian sekelompok orang atau objek kejadian yang mempunyai karakteristik tertentu, dan Sampel penelitian adalah bagian yang populasi yang digunakan untuk memperkirakan karakteristik populasi (Erlina dan Sri Mulyani, 2007). Populasi penelitian disini adalah bank konvensional dan bank syariah yang terdaftar di Bank Indonesia dan telah mempublikasikan laporan keuangannya dimulai dari tahun 2005.
Penulis menggunakan teknik purposive sampling untuk menentukan sampel penelitian. Pertimbangan yang ditentukan penulis adalah sebagai berikut:
(55)
1. Bank umum konvensional dan Bank umum serta unit usaha syariah yang terdaftar di Bank Indonesia, dan telah mempublikasikan laporan keuangan bank.
2. Bank konvensional dengan total asset sebanding dengan bank umum syariah.
3. Diantara Bank umum konvensional merupakan Bank pemerintah Daerah, dan Bank umum milik negara, Bank Pensiun tabungan negara, dan bank devisa yang di miliki pemerintah serta Bank nondevisa swasta nasional.
Diantara pertimbangan diatas tersebut maka penulis mengambil sampel adalah : 2 bank umum syariah dan 3 bank umum konvensional.
o Bank Muamalat Indonesia.
o Bank Syariah Mandiri
o Bank Negara Indonesia
o Bank Tabungan Pensiun Negara
o Bank Sumut
3.3. Prosedur pengumpulan data
Tahap ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data-data sekunder berupa Laporan Keuangan Publikasi Bank selama periode 2007 hingga 2009.
(56)
Data yang diperoleh diambil melalui beberapa website dari bank yang bersangkutan dan Bank Indonesia. Jenis laporan yang digunakan penulis menggunakan data eksternal, antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi, Laporan Kualitas Aktiva produktif, Perhitungan Kewajiban Penyediaan Modal Minimum dan Ikhtisar keuangan.
3.4. Pengukuran Variabel
Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang diawali dengan menghitung variabel-variabel yang digunakan. Variabel-variabel tersebut yaitu rasio keuangan yang meliputi Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), Return on Asset dan Return on Equity (mewakili rasio rentabilitas), Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi), dan Loan to Deposit Ratio (mewakili rasio likuiditas). Setelah itu, untuk mengetahui kinerja bank secara keseluruhan dilakukan dengan cara menjumlahkan seluruh rasio yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu.
a. Rasio permodalan, yang diwakili oleh variabel rasio CAR (Capital Adequacy Ratio)
(57)
b. Rasio kualitas aktiva produktif, yang diwakili oleh NPL (Non Performing Loan).
c. Rasio Rentabilitas, yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return on Asset) dan ROE (Return on Equity)
d. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO.
e. Rasio biaya/efisiensi bank, yang diwakili oleh variabel rasio BOPO.
(58)
ROA, ROE, BOPO, dan LDR yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu. Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah: I. CAR
Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang kurangnya harus memiliki CAR 8%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%. Skor nilai CAR ditentukan sebagai berikut;
Jika CAR bernilai :
•Kurang dari 8%, skor nilai = 0 •Antara 8% - 12%, skor nilai = 80 •Antara 12%- 20%, skor nilai = 90 •Lebih dari 20%, skor nilai = 100 II. NPL
Standar terbaik NPL menurut Bank Indonesia adalah bila NPL berada dibawah 5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 20%. Skor nilai NPL ditentukan sebagai berikut;
Jika NPL bernilai :
• Lebih dari 8%, skor nilai = 0 • Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 • Antara 3% - 5%, skor nilai = 90
(59)
III. ROA
Standar ROA menurut Bank Indonesia adalah 1,5%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai ROE ditentukan sebagai berikut;
Jika ROE bernilai :
• Kurang dari 8%, sor nilai = 0 • Antara 8% - 10%, skor nilai = 80 • Antara 10% - 12%, skor nilai = 90 • Lebih dari 12%, skor nilai = 100 IV. ROE
Standar ROE menurut Bank Indonesia adalah 12%. Variabel ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai ROE ditentukan sebagai berikut;
Jika ROE bernilai :
• Kurang dari 8%, sor nilai = 0 • Antara 8% - 10%, skor nilai = 80 • Antara 10% - 12%, skor nilai = 90 • Lebih dari 12%, skor nilai = 100 V. BOPO
Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 92%. Variabel ini mempunyai bobot nilai sebesar 15%. Skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut; Jika BOPO bernilai :
(60)
• Lebih dari 125%, skor nilai = 0 • Antara 92% - 125%, skor nilai = 80 • Antara 85% - 92%, skor nilai = 100 • Kurang dari 85%, skor nilai = 90 VI. LDR
Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85%-110%. Variabel ini diberi bobot nilai 15%. Skor nilai LDR ditentukan sebagai berikut;
Jika LDR bernilai :
• Kurang dari 50%, skor nilai = 0 • Antara 50% - 85%, skor nilai = 80 • Antara 85% - 110%, skor nilai = 100 • dLebih dari 110%, skor nilai = 90
3.5. Jenis data
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder mengenai laporan keuangan dari lima perusahaan perbankan dan diperoleh dari berbagai literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian. Bank Umum Syariah dalam hal ini diwakili oleh Bank Muamalat Indoneisia, Bank Syariah Mandiri. Bank Umum Konvensional yang dipilih untuk dibandingkan dengan bank umum syariah
(61)
adalah bank konvensional dengan total asset sebanding dengan bank umum syariah. Dengan demikian terdapat lima perusahaan perbankan yang dibandingkan mengenai kinerja keuangannya. Dalam penelitian ini analisis kinerja hanya dibatasi pada aspek kuantitatif yakni mengenai rasio keuangannya saja.
Data sekunder ini diperoleh dalam bentuk dokumentasi laporan keuangan yang rutin diterbitkan oleh Bank Indonesia pada situs literatur seperti buku, majalah, jurnal, koran, internet dan lain-lain yang berhubungan dengan aspek penelitian.
3.6. Metode Analisis Data
Pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uji beda dua rata-rata (independent sample t-test). Tujuan dari uji hipotesis yang berupa uji beda dua rata-rata pada penelitian ini adalah untuk menentukan menerima atau menolak hipotesis yang telah dibuat.
(62)
3.7. Jadwal penelitian
Penelitian ini direncanakan dari bulan Juni 2010 sampai dengan Mei 2011. Jadwal penelitian yang direncanakan adalah sebagai berikut:
Tahap Penelitian (2010)
Juni Juli Agst Sept Okt Nop Des Jan Feb Mar Apr Mei Juni
Pencarian data awal dan penyelesaian proposal Pengajuan proposal Bimbingan proposal Seminar proposal Bimbingan dan
penyelesaian skripsi
(63)
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Data Penelitian
Objek penelitian ini adalah dua jenis perbankan yang ada di Indonesia yaitu, perbankan syariah dan perbankan konvensional. Perbankan syariah diwakili oleh Bank Syariah Mandiri (BSM) dan Bank Muammalat, sedangkan bank konvensional diwakili oleh Bank Riau, Bank Sumut dan BTPN. Dari masing-masing bank tersebut dilihat rasio CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR. Selain itu juga dihitung kinerja keuangannya berdasarkan bobot rasio yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Berikut data rasio-rasio (dalam persen) Bank Syariah dan Bank Konvensional yang dianalisis dalam penelitian ini.
Tabel 4.1
Bank Tahun CAR NPL ROA ROE BOPO LDR Kinerja Bank Riau 2009 22,29 0,44 2,68 23,75 73,83 88,24 97,00
2008 24,03 0,15 2,92 28,82 71,93 43,24 82,00 2007 31,81 0,27 2,46 32,88 69,30 30,00 82,00 Bank Sumut 2009 12,24 1,27 5,47 51,49 62,62 97,87 95,00 2008 16,48 0,59 4,11 35,15 74,02 84,13 92,00 2007 20,95 1,23 3,39 31,14 76,09 56,46 94,00 BTPN 2009 18,50 0,07 3,42 25,89 84,06 84,92 92,00 2008 23,67 0,09 4,48 28,44 77,53 91,61 97,00 2007 24,00 0,16 6,14 36,27 73,44 89,18 97,00 Bank
Syariah Mandiri
2009 12,39 1,34 2,23 44,20 73,76 83,07 92,00 2008 12,66 2,37 1,83 46,21 78,71 89,12 96,50 2007 12,44 3,39 1,53 32,22 81,34 92,96 94,50 Bank
Muammalat
2009 11,10 4,10 0,45 8,03 95,50 85,82 85,00 2008 10,81 3,85 2,60 33,14 78,94 104,41 91,00
(64)
Tabel 4.1 Statistik Grup
Group Statistics
Bank N Mean Std. Deviation Std. Error Mean
CAR Bank Syariah 6 11.6383 .96824 .39528
Bank Konvensional 9 21.5522 5.52840 1.84280
NPL Bank Syariah 6 2.7300 1.23196 .50294
Bank Konvensional 9 .4744 .47112 .15704
ROA Bank Syariah 6 1.8033 .75704 .30906
Bank Konvensional 9 3.8967 1.26865 .42288
ROE Bank Syariah 6 31.0250 14.24143 5.81404
Bank Konvensional 9 32.6478 8.16956 2.72319
BOPO Bank Syariah 6 81.8333 7.36433 3.00648
Bank Konvensional 9 73.6467 5.84306 1.94769
LDR Bank Syariah 6 92.4233 8.14066 3.32341
Bank Konvensional 9 73.9611 24.30221 8.10074
Kinerja Bank Syariah 6 92.0000 3.93700 1.60728
Bank Konvensional 9 92.0000 6.00000 2.00000
Sumber: Output SPSS
4.2. Analisis Data Penelitian
Data penelitian dianalisis dengan bantuan software SPSS Ver 17.0. Uji statistik data yang dipakai dalam penelitian ini dengan menggunakan teknik statistik yang berupa uij beda dua rata-rata (independent sample t-test). Hasil olah data yang dilakukan terhadap data penelitian dengan menggunakan independent sample t-test memperlihatkan dua tabel output. Tabel pertama
(65)
menunjukkan statistik deskriptif data penelitian, sedangkan tabel kedua menunjukkan hasil uji beda dua rata-rata. Berikut output yang dihasilkan. Tabel 4.2
Hasil Uji Beda Dua Rata-Rata
Independent Samples Test
Levene's Test for
Equality of Variances t-test for Equality of Means
F Sig. T df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
CAR 4.638 .051 -4.296 13 .001 -9.91389 2.30752
-5.260 8.724 .001 -9.91389 1.88472
NPL 14.272 .002 5.042 13 .000 2.25556 .44731
4.281 5.987 .005 2.25556 .52689
ROA 2.416 .144 -3.609 13 .003 -2.09333 .57996
-3.997 12.927 .002 -2.09333 .52378
ROE 1.926 .189 -.282 13 .782 -1.62278 5.75130
-.253 7.217 .808 -1.62278 6.42019
BOPO .180 .679 2.401 13 .032 8.18666 3.41032
2.285 9.078 .048 8.18666 3.58223
LDR 8.971 .010 1.776 13 .099 18.46222 10.39408
2.109 10.446 .060 18.46222 8.75597
Kinerja 1.020 .331 .000 13 1.000 .00000 2.79461
.000 12.997 1.000 .00000 2.56580
(66)
4.3. Analisis Rasio CAR
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio CAR sebesar 11,6383%, lebih kecil dibandingkan mean rasio CAR Bank Konvensional yang sebesar 21,5522%. Hal ini berarti bahwa selama periode penelitian perbankan konvensional memiliki CAR lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah, karena semakin tinggi nilai CAR maka semakin bagus kualitasnya. Akan tetapi, jika mengaju pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik CAR adalah 8%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal karena memiliki nilai CAR diatas ketentuan BI.
B. Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai F-hitung untuk CAR adalah 4,638 dengan nilai signifikansi sebesar 0,051. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama). Nilai t-hitung untuk CAR dengan Equal variance assumed (pada baris pertama CAR) adalah -4,296 dengan nilai signifikansi sebesar 0,001. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau
(67)
dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio CAR maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan nasional terdapat perbedaan yang signifikan.
4.4. Analisis Rasio NPL
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio NPL sebesar 2,7300%, lebih besar dibandingkan dari mean rasio NPL Bank Konvensional yang sebesar 0,4744%. Hal ini berarti bahwa selama periode penelitian perbankan konvensional memiliki NPL lebih baik dibandingkan dengan perbankan syariah, karena semakin tinggi nilai NPL maka semakin buruk kualitasnya. Walaupun begitu, kualitas NPL bank syariah masih berada pada kondisi ideal jika dilihat dari ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik NPL adalah dibawah 5%.
B. Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa nilai F-hitung untuk NPL adalah 14,272 dengan nilai signifikansi sebesar 0,002. Oleh karena nilai kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance not assumed (diasumsikan kedua varian tidak sama). Nilai t-hitung untuk NPL dengan Equal variance not assumed (pada baris kedua NPL)
(68)
adalah 4,281, dengan nilai signifikansi sebesar 0,005. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio NPL maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
4.5. Analisis Rasio ROA
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio ROA sebesar 1,8033%, lebih besar dibanginkan dari mean rasio ROA Bank Konvensional yang sebesar 3,8967%. Hal ini berarti bahwa selama periode penelitian perbankan syariah memiliki kualitas ROA lebih rendah dibandingkan dengan perbankan konvensional, karena semakin tinggi nilai ROA maka semakin bagus kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik ROA adalah 1,5% maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal.
B. Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa F-hitung untuk ROA adalah 2,416 dengan nilai signifikansi 0,144. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan
(69)
dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama). Terlihat bahwa nilai t-hitung untuk ROA dengan Equal variance assumed (pada baris pertama ROA) adalah -3,609, dengan nilai signifikansi 0,003. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional jika dilihat dari rasio ROA
4.6. Analisis Rasio ROE
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio ROE sebesar 31,0250%, lebih kecil dibanding dari mean rasio ROE Bank Konvensional yang sebesar 32,6478%. Hal ini berarti bahwa selama periode penelitian perbankan syariah memiliki ROE lebih rendah kualitasinya disbanding dengan perbankan konvensional, karena semakin tinggi nilai ROE maka semakin bagus kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik ROE adalah 12%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal.
B. Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa F-hitung untuk ROE adalah 0,1926 dengan nilai signifikansi sebesar 0,189. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05 maka
(70)
Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsikan kdua varian sama). Nilai t-hitung untuk ROE dengan Equal variance assumed (pada baris pertama ROE) adalah -0,282 dengan nilai signifikansi sebesar 0,782. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio ROE maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
4.7. Analisis Rasio BOPO
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah memiliki rata-rata (mean) rasio BOPO sebesar 81,8333%, lebih besar dibanding dari mean rasio BOPO Bank Konvensional yang sebesar 73,6467%. Hal ini berarti bahwa selama periode penelitian perbankan syariah memiliki BOPO yang lebih rendah kualitasnya dibanding dengan perbankan konvensional, karena semakin tinggi nilai BOPO maka semakin buruk kualitasnya. Akan tetapi, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik BOPO adalah 92%, maka perbankan syariah masih berada pada kondisi ideal.
(71)
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa F-hitung untuk BOPO adalah 0,180 dengan nilai signifikansi 0,679. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varian sama). Terlihat bahwa t-hitung untuk BOPO dengan Equal variance assumed (pada baris pertama BOPO) adalah 2,401 dengan nilai signifikasi sebesar 0,032. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau dapat dikatakan bahwa jika dilihat dari rasio BOPO maka kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan.
4.8. Analisis Rasio LDR
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) rasio LDR sebesar 92,4233%, lebih besar dibanding dari mean rasio LDR Bank Konvensional yang sebesar 73,9611%. Hal ini berarti bahwa selama penelitian perbankan syariah memiliki LDR lebih baik dibanding dengan perbankan konvensional. Selain itu, jika mengacu pada ketentuan BI yang menyatakan bahwa standar terbaik LDR adalah 85%-110%, maka perbankan syariah berada pada
(72)
kondisi ideal, sedangkan perbankan konvensional berada pada kondisi yang buruk selama periode penelitian.
B. Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa F-hitung untuk LDR adalah 8,971 dengan nilai signifikansi sebesar 0,010. Oleh karena nilai signifikansi lebih kecil dari 0,05, maka Ho ditolak atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians berbeda. Bila kedua varians berbeda, maka untuk membandingkan populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance not assumed (diasumsi kedua varians tidak sama) terlihat bahwa t-hitung untuk LDR dengan Equal variance not assumed (pada baris kedua LDR) adalah 2,109 dengan nilai signifikansi sebesar 0,060. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau dapat dikatakan bahwa kinerja perbankan syariah dan kinerja perbankan konvensional jika dilihat dari rasio LDR tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
4.9. Analisis Kinerja Bank Secara Keseluruhan
Setelah diperoleh hasi dari rasio masing-masing bank, tahap selanjutnya adalah menganalisa kinerja bank secara keseluruhan dengan menjumlahkan rasio masing-masing bank yang sebelumnya telah diberi bobot niali yang sudah ditentukan. Variable tersebut diberi nama “kinerja”. Hasil penjumlahan variabel
(73)
“kinerja” tersebut kemudian diolah dengan SPSS menggunakan independent sampel t-test.
A. Analisis Deskripsi Kedua Sampel
Pada Tabel 4.1 dapat terlihat bahwa Bank Syariah mempunyai rata-rata (mean) “kinerja” sebesar 92,0000%, sama besar nilanya dengan mean “kinerja” Bank Konvensional yang juga sebesar 92,0000%. Hal ini berarti bahwa selama periode penelitian secara keseluruhan perbankan syariah memiliki kinerja (CAR, NPL, ROA, ROE BOPO, dan LDR) yang sama dengan kinerja perbankan konvensional.
B. Pengujian Hipotesis
Pada Tabel 4.2 terlihat bahwa F-hitung untuk “kinerja” adalah 1,020 dengan nilai signifikansi 0,331. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho ditolak atau dapat dinyatakan bahwa kedua varians sama. Bila kedua varians sama, maka untuk membandingkan kedua populasi dengan t-test sebaiknya menggunakan dasar Equal variance assumed (diasumsi kedua varians sama). Setelah uji kesamaan varians selesai dilanjutkan dengan analisis menggunakan t-test untuk mengetahui apakah rata-rata “kinerja” perbankan syariah dengan perbankan konvensional berbeda secara signfikan. Terlihat bahwa t-hitung untuk “kinerja” dengan Equal variance assumed (pada baris pertama kinerja) adalah 0,000 dengan
(74)
nilai signifikansi 1,000. Oleh karena nilai signifikansi lebih besar dari 0,05, maka Ho diterima atau dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan kinerja perbanakan syariah dan perbankan konvensional tidak terdapat perbedaan yang signifikan.
(75)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini membandingkan apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Penelitian ini menggunakan dua Bank Syariah dan tiga Bank Konvensional yang termasuk dalam direktori Bank Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.
a. Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan bahwa rasio CAR perbankan syariah berbeda secara signifikan dengan perbankan konvensional. Perbankan syariah memiliki kualitas CAR dibawah perbankan konvensional. b. Rasio NPL perbankan syariah berbeda signifikan dengan perbankan
konvensional. Rasio NPL perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini berarti kualitas NPL perbankan syariah lebih buruk dari perbankan konvensional.
c. Rasio rentabilitas yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return on Asset) antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional terdapat perbedaan yang signifikan. Namun rentabilitas yang diwakili oleh variabel rasio ROE
(76)
(Return on Equity) tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kualitas ROA dan ROE perbankan syariah lebih rendah dibandingkan dengan perbankan konvensional, yang artinya kemampuan perbankan syariah dalam memperoleh laba berdasarkan aset dan modal yang dimiliki masih dibawah perbankan konvensional.
d. Dilihat dari rasio efisiensi operasional perbankan yang diwakili oleh variabel BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Dalam hal ini, kinerja perbankan syariah lebih buruk dibandingkan dengan kinerja perbankan konvensional.
e. Tida terdapat perbedaan yang signifikan terhadap raiso likuiditas yang diwakili oleh variabel rasio LDR (Loan Deposit Ratio). Perbankan syariah memiliki rasio LDR yang secara signifikan lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan perbankan konvensional.
f. Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel “kinerja” tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Secara umum, jika dilakukan pemeringkatan terhadap 5 (lima) bank berdasarkan rata-rata kinerja, maka diperoleh rating sebagai berikut:
(77)
I. Bank Tabungan Pensiun Negara (BTPN), II. Bank Syariah Mandiri (BSM),
III. Bank Sumut,
IV. Bank Muammalat, dan V. Bank Riau.
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini bagi perbankan syariah, perbankan konvensional maupun bagi peneliti selanjutnya.
A. Bagi Perbankan Syariah
Secara umum, kinerja perbankan syariah hampir sama dibandingkan dengan perbankan konvensional. Akan tetapi, ada beberapa rasio yang lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio pemodalan (CAR), rasio kualitas aktiva produktif (NPL), rasio rentabilitas (ROA dan ROE), dan rasio efisiensi (BOPO).
i. Rasio pemodalan perbankan syariah dapat ditingkatkan dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit. Usahakan setiap aset yang berisiko tersebut menghasilkan pendapatan, sehingga tidak perlu menekan permodalan.
(1)
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan
Penelitian ini membandingkan apakah terdapat perbedaan kinerja keuangan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Penelitian ini menggunakan dua Bank Syariah dan tiga Bank Konvensional yang termasuk dalam direktori Bank Indonesia.
Berdasarkan hasil analisis data yang telah dikemukakan dalam bab empat, maka dapat ditarik beberapa kesimpulan.
a. Hasil uji statistik independent sample t-test menunjukkan bahwa rasio CAR perbankan syariah berbeda secara signifikan dengan perbankan konvensional. Perbankan syariah memiliki kualitas CAR dibawah perbankan konvensional. b. Rasio NPL perbankan syariah berbeda signifikan dengan perbankan
konvensional. Rasio NPL perbankan syariah lebih tinggi dibandingkan dengan perbankan konvensional. Hal ini berarti kualitas NPL perbankan syariah lebih buruk dari perbankan konvensional.
c. Rasio rentabilitas yang diwakili oleh variabel rasio ROA (Return on Asset) antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional terdapat perbedaan
(2)
(Return on Equity) tidak terdapat perbedaan yang signifikan. Kualitas ROA dan ROE perbankan syariah lebih rendah dibandingkan dengan perbankan konvensional, yang artinya kemampuan perbankan syariah dalam memperoleh laba berdasarkan aset dan modal yang dimiliki masih dibawah perbankan konvensional.
d. Dilihat dari rasio efisiensi operasional perbankan yang diwakili oleh variabel BOPO (Beban Operasional/Pendapatan Operasional) terdapat perbedaan yang signifikan antara perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Dalam hal ini, kinerja perbankan syariah lebih buruk dibandingkan dengan kinerja perbankan konvensional.
e. Tida terdapat perbedaan yang signifikan terhadap raiso likuiditas yang diwakili oleh variabel rasio LDR (Loan Deposit Ratio). Perbankan syariah memiliki rasio LDR yang secara signifikan lebih baik kualitasnya dibandingkan dengan perbankan konvensional.
f. Dilihat dari kinerja bank secara keseluruhan yang diwakili oleh variabel “kinerja” tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kinerja perbankan syariah dengan perbankan konvensional. Secara umum, jika dilakukan pemeringkatan terhadap 5 (lima) bank berdasarkan rata-rata kinerja, maka diperoleh rating sebagai berikut:
(3)
I. Bank Tabungan Pensiun Negara (BTPN), II. Bank Syariah Mandiri (BSM),
III. Bank Sumut,
IV. Bank Muammalat, dan V. Bank Riau.
5.2. Saran
Beberapa saran yang dapat diberikan berkaitan dengan hasil penelitian ini bagi perbankan syariah, perbankan konvensional maupun bagi peneliti selanjutnya.
A. Bagi Perbankan Syariah
Secara umum, kinerja perbankan syariah hampir sama dibandingkan dengan perbankan konvensional. Akan tetapi, ada beberapa rasio yang lebih rendah dari perbankan konvensional, yaitu rasio pemodalan (CAR), rasio kualitas aktiva produktif (NPL), rasio rentabilitas (ROA dan ROE), dan rasio efisiensi (BOPO).
i. Rasio pemodalan perbankan syariah dapat ditingkatkan dengan penambahan modal. Hal ini dapat dilakukan dengan lebih memperhatikan kebutuhan modal pada setiap ekspansi kredit. Usahakan setiap aset yang berisiko tersebut menghasilkan pendapatan, sehingga tidak perlu menekan
(4)
ii. Rasio kualitas aktiva produktif dapat diturunkan dengan selektif dalam memilih debitur, yaitu tidak mengambil risiko dari debitur apabila ada indikasi arus kas debitur tersebut termasuk kedalam kredit bermasalah. iii. Rasio rentabilitas dapat ditingkatkan dengan lebih berhati-hati dalam
melakukan ekspansi. Usaha setiap ekspansi senantiasa menghasilkan laba. Selain itu jangan biarkan aset berkembang tanpa menghasilkan produktifitas.
iv. Rasio efisiensi dapat ditingkatkan dengan menekan biaya operasional dan meningkatkan pendapatan operasional. Hal ini dapat dilakukan dengan menutup berbagai cabang yang tidak produktif dan melakukan
outsourcing pekerjaan yang bukan pokok pekerjaan bank.
B. Bagi Perbankan Konvensional
Penelitian ini menyimpulkan bahwa kinerja perbankan syariah secara umum sama dibandingkan dengan perbankan konvensional. Oleh karena itu, perbankan konvensional bisa mempertimbangkan untuk membuka atau menambah unit usaha syariah atau mengkonversi menjadi bank umum syariah.
(5)
C. Bagi peneliti selanjutnya
i. Bagi peneliti selanjutnya disarankan untuk menambah rasio dalam mengukur kinerja perbankan, maka sebaiknya peneliti yang akan datang menggunakan lebih banyak rasio untuk mengukur kinerjanya.
ii. Bagi peneliti selanjutnya juga sebaiknya menambah sampel bank agar hasilnya lebih tergeneralisasi.
(6)
DAFTAR PUSTAKA
Dahlan Siamat, 2004. Manajemen Lembaga Keuangan, Edisi Keempat, Lembaga Penerbit Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia
Erlina dan Sri Mulyani, 2007. Metodologi Penelitian Bisnis untuk Akuntansi dan Manajemen, Edisi Pertama, USU press, Medan
Kasmir, SE., MM. 2008. Pemassan Bank, Edisi Revisi
Muhammad, 2005. Manajemen Bank Syariah, UPP AMP YKPN, Yogyakarta.
Novita Wulandari, 2004. Keunggulan Komparatif Bank Syariah, Suara Merdeka, Senin 22 Nopember.
Singgih Santoso, 1999. SPSS Mengolah Data Statistik Secara Profesional, PT. Elexmedia Komputindo, Jakarta.
Suhaji Lestiadi, Praktek Pembiayaan Bagi Hasil Di Perbankan Syariah, Proceedings Seminar Nasional : Mencari Solusi Pembiayaan Bagi Hasil Perbankan Syariah, 2004.
Surifah, Kinerja Keuangan Perbankan Swasta Nasional Indonesia Dan Setelah Krisis Ekonomi, Jurnal ekonomi dan bisnis Indonesia, Vol.6, No. 2, 2002.
Syafi’i Antonio, Bank Syariah Dari Teori ke Praktik , Gema Insani Press, Jakarta, 2001.
Sigit Triandanu, & Totok Budisantoso, Bank dan Lembaga Keuangan Lain, Edisi 2, Penerbit Salemba Empat, 2006
Sofyan S. Harahap dkk. Akuntansi Perbankan Syariah, LPFE-Usakti, 2005
Undang-Undang No.7 Tahun 1992 tentang Perbankan sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang No. 10 Tahun 1998