Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional

(1)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK

SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL

Oleh

RIA TUZI DAMAYANTI

H24070061

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(2)

ANALISIS PERBANDINGAN KINERJA KEUANGAN BANK

SYARIAH DAN BANK KONVENSIONAL

SKRIPSI

Sebagai salah satu syarat memperoleh gelar SARJANA EKONOMI

Pada Departemen Manajemen

Oleh

RIA TUZI DAMAYANTI

H24070061

DEPARTEMEN MANAJEMEN

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR


(3)

JudulSkripsi : Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional

Nama : Ria Tuzi Damayanti

NIM : H24070061

Menyetujui,

Pembimbing 1

Ir. Budi Purwanto, ME NIP :196307051994031003

Pembimbing 2

Farida Ratna Dewi, SE, MM. NIP : 197103072005012001

Mengetahui, Ketua Departemen

Dr. Ir. Jono M. Munandar, MSc NIP : 196101231986011002


(4)

RINGKASAN

Ria Tuzi Damayanti. H24070061. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional. Dibawah bimbingan Budi Purwanto, Farida Ratna Dewi

Kemajuan regulasi perbankan syariah di Indonesia diiringi dengan perkembangan bank syariah yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya beberapa bank umum syariah baik yang merupakan konversi penuh dari bank konvensional seperti Bank Syariah Mandiri (konversi dari Bank Susila Bakti), maupun bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah seperti Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank BNI, Bank BRI, dll. Perkembangan bank syariah cukup mengesankan yang dapat ditinjau tidak hanya dari sisi fisik pertambahan jumlah jaringan kantor bank melalui pembukaan bank syariah maupun Unit Usaha Syariah baru, namun dapat juga dilihat dari kinerjanya berdasarkan rasio keuangan bank.

Penelitian ini bertujuan untuk (1) Menganalisis kinerja BSM dan kinerja rasio 4 (empat) bank umum konvensional. (2) Menganalisis perbandingan kinerja BSM dengan masing-masing bank umum konvensional berdasarkan rasio keuangan untuk membuktikan adakah perbedaan yang signifikan antara kinerja kedua jenis bank tersebut. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei hingga Juli 2011, yang mencakup data tahun 2006-2009. Data yang digunakan selama penelitian ini adalah sekunder yang diperoleh dari laporan tahunan masing-masing bank yang dipublikasikan di media massa seperti surat kabar dan atau internet. Ukuran kinerja (performance measurement) bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio,

Non Performing Loan Ratio, Return on Asset Ratio, Loan to Deposit Ratio, Expenses and Income Operation Ratio. Alat analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah Microsoft Office Excel 2007 untuk menghitung semua rasio keuangan dan pembobotan nilai masing-masing variabel.

Berdasarkan hasil penelitian, dari tujuh rasio keuangan yang digunakan, BSM cenderung lebih unggul pada empat rasio, yaitu Cash Adequacy Ratio

(CAR), Return On Equity (ROE), Loan to Deposit Ratio (LDR), Net Interest Margin (NIM), dan BOPO, Sementara itu Bank Konvensional cenderung lebih baik dari sisi Non Performing Loan Ratio (NPL), Return On Asset (ROA), dan BOPO. Ada pun rasio BOPO dari kedua kelompok bank walaupun ada perbedaan namun perbedaannya tidak terlalu signifikan.


(5)

ABSTRAK

RIA TUZI DAMAYANTI. Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan bank Konvensional. Dibimbing oleh BUDI PURWANTO, FARIDA RATNA DEWI.

Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan kinerja Bank Syariah Mandiri (BSM) dengan 4 (empat) bank umum konvensional pada periode 2006-2009. Ukuran kinerja ditentukan berdasarkan rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, NIM/NOI, LDR/FDR, dan BOPO. Untuk membuktikan adakah perbedaan yang signifikan antara kinerja BSM dengan bank umum konvensional dan untuk mengetahui perbedaan antarkelompok bank. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan rata-rata (mean) rasio keuangan, BSM relatif lebih baik pada empat rasio CAR, ROE, LDR/FDR, NIM/NOI, dan BOPO, sementara itu rasio lainnya BSM relatif lebih rendah kualitasnya.

Kata Kunci: Perbandingan Kinerja Bank, Rasio Keuangan, Bank Syariah.

ABSTRACT

RIA TUZI DAMAYANTI.Comparative Analysis of Financial Performance of Sharia Bank and Conventional Banks. Guided by BUDI PURWANTO, FARIDA RATNA DEWI.

This study was aimed to compare banking performance between Bank Syariah Mandiri with 4 conventional banks for 2006-2009 period. Banking performance analysis based on financial ratio which depends on CAR, NPL/NPF, ROA, ROE, NIM/NOI, LDR/FDR, and BOPO. They was used to prove whether there is a significant difference between conventional banking performance and that of Islamic bank and to find difference inter banks performance. This study shows that BSM is relatively superior in CAR, ROE, LDR/FDR, NIM/NOI, and BOPO ratios with significant value.


(6)

iii

RIWAYATHIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara pasangan Ghozi Rowi dan Tutik Ilmiyati. Jakarta merupakan kota kelahiran penulis tepatnya pada tanggal 24 November 1989.

Penulis mengawali pendidikan formal di TK Kuncup Kencana Jakarta pada tahun 1994-1995. Pada tahun 1995- 1997 penulis melanjutkan pendidikan di SDI Nurul Iman dan lulus di SD Negeri 13 pada tahun 2001. Kemudian dilanjutkan pendidikan menengah pertama di tempuh dari tahun 2001-2004 di SMP Negeri 255 Jakarta. Penulis menempuh pendidikan menengah atas pada tahun 2004-2007 di SMA Negeri 53 Jakarta.

Penulis masuk Institut Pertanian Bogor melalui jalur Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI) pada tahun 2007, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Manajemen, Fakultas Ekonomi dan Manajemen dengan supporting course. Selama mengikuti perkuliahan, penulis mengikuti organisasi kemahasiswaan

Entrepreneur Centre Club, Shariah Economic Student Club dan Saman Traditional Dancing.

Selama kuliah, penulis aktif dalam berbagai kepanitiaan seperti kegiatan mahasiswa di Departemen Manajemen dan kegiatan di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Penulis pernah bekerja di PT Schneider Electric, lalu sampai sekarang bekerja PT Alstom Grid – Unindo.


(7)

iv

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsi tepat pada waktunya. Tak lupa penulis haturkan terima kasih dengan jalan bershalawat kepada Nabi Muhammad SAW yang tak hentinya membuat penulis bersemangat ketika mengingat dan membaca kisahnya. Penelitian tugas akhir dengan judul ―Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional‖ ini disusun sebagai syarat kelulusan pendidikan tahap S-1 di program studi Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Tak lupa pada kesempatan ini penulis juga mengucapkan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menjalani proses perkuliahan ataupun penyusunan tugas akhir ini, khususnya kepada :

1. Bapak Ir. Budi Purwanto, ME selaku dosen pembimbing pertama yang telah membimbing dan memberikan petunjuk penulis dalam menjalani perkuliahan di program studi Ekonomi dan Manajemen IPB, mulai dari tahun pertama kuliah di IPB sampai tahap penyusunan skripsi.

2. Ibu Farida Ratna Dewi, SE, MM selaku dosen pembimbing kedua yang telah membimbing penulis dalam proses penyusunan tugas akhir ini. 3. Bapak Ghozi Rowi dan Ibu Tutik Ilmiyati selaku orang tua penulis beserta

saudari-saudari penulis yang tak hentinya mendoakan, memotivasi serta memberikan dukungan dalam segala hal selama penulis menjalani proses perkuliahan.

4. Segenap rekan-rekan satu bimbingan; Dwi Ratih Mutiarasari, Faizaah, Tio Panta Sihombing, dan Trijaya Suharto yang telah membantu proses penyusunan tugas akhir ini.

5. Segenap rekan-rekan Departemen Manajemen 2007 yang telah menjadi obat pencair pikiran dengan canda dan tawa setiap kali berkumpul.

6. Sahabat-sahabat tercinta Arlena Dini, Izni Sorfina, Windi Widayanti Siregar, Ekasari Wijayanti, Nadia Willia, Widisya,

7. Teman-teman BoromeusSakti, Erwin Rosadi, danArgy Ardhiansyah yang sudah meluangkan waktu untuk membantu pengerjaan skripsi ini.


(8)

v

Penulis menyadari masih banyak kekurangan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu penulis mengharapkan adanya kritik dan saran yang membangun. Semoga tugas akhir ini dapat menjadi manfaat bagi setiap insan yang terkait.

Bogor, Agustus 2013


(9)

vi

DAFTAR ISI

Halaman

RINGKASAN i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... viii

DAFTAR LAMPIRAN ... ix

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1.Latar Belakang... 1

1.2.Perumusan Masalah ... 5

1.3.Tujuan Penelitian ... 6

1.4.Manfaat Penelitian ... 6

1.5.Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 8

2.1.Lembaga Intermediasi Bank ... 8

2.1.1. Bank Konvensional ... 9

2.1.2. Bank dengan Sistem Syariah ... 11

2.2.Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional ... 14

2.3.Analisis Kinerja Keuangan Bank ... 17

2.3.1. PengertianUmum ... 17

2.3.2. RasioKeuangan Bank ... 18

2.4.PenelitianTerdahulu ... 24

III. METODE PENELITIAN ... 26

3.1.Kerangka Pemikiran ... 26

3.2.Pengumpulan Data ... 28

3.3.Pengolahan Data ... 28

3.4.Analisis Data ... 32

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 33

4.1. Gambaran Umum ... 33

4.1.1. Bank SyariahMandiri ... 33

4.1.2. BPD Kalimantan Timur ... 34

4.1.3. Bank Mizuho ... 35

4.1.4. Bank Artha Graha Internasional ... 36

4.1.5. Deutsche Bank ... 37

4.2.Kinerja Keuangan Bank ... 38

4.2.1. Kinerja Keuangan Bank Konvensional ... 38

4.2.2. Kinerja Keuangan Bank Syariah ... 39


(10)

vii

4.3.1. Perbandingan Kinerja BSM dan BPD Kaltim ... 40

4.3.2. Perbandingan Kinerja BSM dan Deutsche Bank ... 41

4.3.3. Perbandingan Kinerja BSM dan Bank Mizuho ... 42

4.3.4. Perbandingan Kinerja BSM dan Bank AGI... 43

4.4. Implikasi Manajerial... 44

KESIMPULAN DAN SARAN ... 46

1.Kesimpulan ... 46

2. Saran ... 46

DAFTAR PUSTAKA ... 48


(11)

viii

DAFTAR TABEL

No. Halaman

1. Statistik triwulanan perkembangan perbankan ... 1

2. Perbandingan rasio bank syariah dan bank konvensional ... 2

3. Pertumbuhan jaringan kantor bank umum syariah... 4

4. Prinsip-prinsip bank syariah ... 11

5. Perbandingan bank syariah dengan bank konvensional ... 16

6. Perbandingan kinerja bank syariah dengan bank konvensional ... 38

7. Perbandingan kinerja BSM dan BPD Kaltim ... 40

8. Perbandingan kinerja BSM dan Deutsche Bank ... 41

9. Perbandingan kinerja BSM dan Bank Mizuho ... 42


(12)

ix

DAFTAR GAMBAR

No. Halaman

1. Bank sebagai lembaga intermediary ... 8 2. Diagram alir penelitian ... 27


(13)

x

DAFTAR LAMPIRAN

No. Halaman

1. Hasil perhitungan rasio keuangan ... 51

2. Laporan keuangan BSM tahun 2006 ... 52

3. Laporan keuangan BPD Kaltim tahun 2006 ... 53

4. Laporan keuangan Bank Mizuho tahun 2006 ... 54

5. Laporan keuanganBank Artha Graha Internasional tahun 2006 ... 55

6. Laporan keuangan Deutsche Bank tahun 2006 ... 56

7. Laporan keuangan BSM tahun 2007 ... 57

8. Laporan keuanganBPD Kaltim tahun 2007 ... 58

9. Laporan keuangan Bank Mizuho tahun 2007 ... 59

10. Laporan keuangan Bank Artha Graha Internasional tahun 2007... 60

11. Laporan keuangan Deutsche Bank tahun 2007 ... 61

12. Laporan keuangan BSM tahun 2008 ... 62

13. Laporan keuangan BPD Kaltim tahun 2008 ... 63

14. Laporan keuangan Bank Mizuho tahun 2008 ... 64

15. Laporan keuangan Bank Artha Graha Internasional tahun 2008... 65

16. Laporan keuangan Deutsche Bank tahun 2008 ... 66

17. Laporan keuangan BSM tahun 2009 ... 67

18. Laporan keuangan BPD Kaltim tahun 2009 ... 68

19. Laporan keuangan Bank Mizuho tahun 2009 ... 69

20. Laporan keuangan Bank Artha Graha Internasional tahun 2009 ... 70


(14)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Perbankan Indonesiapada triwulan I-2013 tetap menunjukkan kinerja yang positif di tengah kondisi perekonomi global yang masih tumbuh lambat. Kinerja positif tercermin dari kondisi rasio permodalan perbankan yang tercatat jauh di atas ambang batas 8%, yang dicapai melalui perolehan profitabilitas perbankan yang cukup tinggi dan upaya peningkatan efisiensi yang dilakukan perbankan seperti ditunjukkan dalam table 1 (Bank Indonesia, 2013).

Tabel 1. Statistik Triwulanan Perkembangan Perbankan

Indikator Utama

2012 2013

Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Triwulan II Triwulan III Triwulan IV Triwulan I Total Aset (Triliun

Rp) 3.065,83 3.195,08 3.371,45 3.652,80 3.708,73 3.891,12 4.009,37 4.262,59 4.313,83 DPK

(Triliun

Rp) 2.351,36 2.438,01 2.544,86 2.784,91 2.826,00 2.955,77 3.050,00 3.225,20 3.243,14 Giro 540,79 577,00 580,56 652,65 656,06 718,27 726,22 767,07 754,23

Tabungan 722,73 753,68 797,01 898,30 888,92 939,20 981,50 1.076,83 1.047,43

Deposito 1.087,83 1.107,34 1.167,30 1.233,97 1.281.02 1.298,30 1.342,28 1.381,30 1.441,47

Kredit 1.814,80 1.950,70 2.079,30 2.200,10 2.266,20 2.452,90 2.555,90 2.707,90 2.768,37 Jumlah

NPLs (T

Rp) 50,97 53,46 55,51 47,69 51,81 53,38 52,91 50,64 54,42 CAR (%) 17,53% 16,99% 16,62% 16,07% 18,19% 17,45% 17,33% 17,32% 18,92% NPLs

Gross (%) 2,81% 2,74% 2,67% 2,17% 2,29% 2,18% 2,07% 1,87% 1,97% ROA (%) 3,03% 3,03% 3,08% 2,99% 3,01% 3,11% 3,06% 3,08% 2,99% BOPO (%) 77,83% 85,82% 87,01% 85,34% 76,74% 74,74% 75,20% 75,40% 75,46% LDR (%) 78,43% 81,20% 82,20% 79,20% 81,21% 83,93% 84,63% 84,70% 86,11% Jumlah

Bank 121 121 120 120 120 120 120 120 120

Jumlah

Kantor 14.202 14.454 14.604 14.797 14.84 15.372 15.899 16.625 17.089 Ket: Data triwulan I-2013 menggunakan posisi Maret 2013

Sumber :Laporan Pelaksanaan Tugas dan Wewenang Bank Indonesia 2013

Pemulihan ekonomi global semakin menguat di akhir tahun 2009 setelah terjadinya krisis keuangan global di tahun 2007-2008 memberikan optimisme perkembangan ekonomi di tahun-tahun berikutnya hingga sekarang. Krisis keuangan menyebabkan Bank Indonesia meningkatkan BI rate untuk meredam


(15)

2

inflasi yang diakibatkan oleh turunnya nilai rupiah terhadap dolar. Kenaikan BI

rate direspon dengan kenaikan tingkat bunga bank konvensional secara masif. Namun kenaikan tingkat bunga ini tidak mempengaruhi bank syariah secara langsung. Sistem jual beli di bank syariah, dimana pembayaran margin didasarkan fixed rate dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa berubah sewaktu-waktu seperti hanya dengan bunga. (Sudarsono, 2009).

Krisis keuangam 2008 menjadikan tingkat pendapatan yang diperoleh berkurang.Secara umum kenaikan pendapatan bank syariah lebih tinggi dibandingkan bank konvensional. Sebaliknya, nilai pendapatan dibandingkan asset menunjukkan bank konvensional lebih tinggi . Dalam Tabel 2, tingkat rasio bank syariah dan bank konvensional menunjukkan nilai yang berbeda, tingkat ROA, ROE, NPL/NPF, dan BOPO bank konvensional lebih tinggi dibanding bank syariah. Rata-rata rasio laba terhadap asset dan modal bank syariah lebih rendah dibanding dengan bank konvensional dari tahun 2006 – 2009. Di lain pihak, tingkat rasio pembiayaan terhadap deposit atau LDR/FDR kedua bank meningkat di akhir 2008. Tingkat FDR bank syariah lebih tinggi dibanding bank konvensional.Artinya ekspektasi keuntungan lebih tinggi bank syariah dibanding bank konvensional walaupun risiko likuiditas yang ditunjukkan dengan tingkat FDR bank syariah lebih tinggi walaupun masih dalam tingkat ideal antara 85% sampai 110%.

Tabel 2. Perbandingan Rasio Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional(%)

Rasio 2006 2007 2008 2009

BS BK BS BK BS BK BS BK

ROA 1.55 2.64 2.07 2.78 1.42 2.33 2.15 2.76

ROE 36.94 22.11 53.91 23.61 37.94 20.21 54.78 25.15

NPL/NPF 4.75 6.07 4.05 4.07 3.95 3.32 4.61 4.17

LDR/FDR 98.9 61.56 99.76 66.32 103.65 74.58 100.5 73.08

BOPO 76.54 86.98 76.54 84.05 81.75 88.59 74.61 90.68

Sumber : Bank Indonesia, 2009

Eksistensi bank syariah di Indonesia secara formal telah dimulai sejak tahun 1992 dengan diberlakukannya UU No. 7 tahun 1992 tentang Perbankan.Undang-undang ini menjadi dasar hukum keberadaan dual banking system di Indonesia, yaitu beroperasinya sistem perbankan konvensional yang didampingi oleh sistem perbankan syariah.Namun harus diakui bahwa UU


(16)

tersebut belum memberikan landasan hukum yang cukup kuat terhadap pengembangan bank syariah karena masih menggunakan istilah bagi hasil.Pengertian bank bagi hasil yang dimaksudkan dalam UU tersebut belum sesuai dengan cakupan pengertian bank syariah yang relatif lebih luas dari bank bagi hasil (Siregar, 2002).Bahkan menurut Antonio (2007), pembahasan perbankan dengan sistem bagi hasil diuraikan hanya sepintas lalu dan merupakan ―sisipan‖ belaka. Dengan tidak adanya pasal-pasal dalam UU tersebut yang mengatur bank syariah, maka hingga tahun 1998 belum terdapat ketentuan operasinal yang secara khusus mengatur kegiatan usaha bank syariah. Untuk itulah dirasakan pentingnya dasar hukum yang jelas dan mengikat tentang berbagai hal yang berkaitan dengan pengaturan perbankan syariah, sehingga pada tahun 2008 dikeluarkan UU No. 21 Tahun 2008 tentang perbankan syariah (Nasrulloh, 2009).

Kemajuan regulasi perbankan syariah di Indonesia diiringi dengan perkembangan bank syariah yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya beberapa bank umum syariah baik yang merupakan konversi penuh dari bank konvensional seperti Bank Syariah Mandiri (konversi dari Bank Susila Bakti), maupun bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah seperti Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank BNI, Bank BRI, dll.

Perkembangan bank syariah cukup mengesankan yang dapat ditinjau tidak hanya dari sisi fisik pertambahan jumlah jaringan kantor bank melalui pembukaan bank syariah maupun Unit Usaha Syariah baru, namun dapat juga dilihat dari kinerjanya berdasarkan rasio keuangan bank. Pertumbuhan jaringan kantor bank yang di tahun 2005 baru ada 3 bank umum syariah dengan total 301 kantor serta 19 Unit Usaha Syariah dengan total 133 kantor menjadi 11 bank umum syariah dengan total 1.215 kantor, 23 Unit Usaha Syariah denagn 262 kantor, serta 150 BPR Syariah yang tersebar dengan 286 kantor pada bulan Desember 2010 (lihat tabel 3).

Pertumbuhan tersebut diikuti peningkatan total asset secara signifikan, dari Rp. 48.014 juta pada akhir Desember 2009 menjadi Rp. 79.186 juta pada akhir Desember 2010. Dengan kata lain ada peningkatan sebesar Rp. 31.172 juta (64,92%) (Bank Indonesia, 2010).


(17)

4

Tabel 3. Pertumbuhan Jaringan Kantor Bank Umum Syariah

No. Indikator 2005 2006 2007 2008 2009 2010*

1.

Bank Umum Syariah (BUS) Jumlah Bank Jumlah Kantor 3 301 3 346 3 398 5 576 6 711 11 1215 2.

Unit Usaha Syariah

Jumlah Bank Jumlah Kantor 19 133 20 163 26 170 27 214 25 287 23 262 3. BPR Syariah Jumlah Bank Jumlah Kantor - - - - 114 185 131 202 139 223 150 286

TOTAL KANTOR 434 509 753 992 1221 1763

Sumber : Statistik Perbankan Syariah BI : *Data per Desember 2010

Kinerja pertumbuhan pembiayaan bank syariah tetap tinggi sampai posisi Februari 2009 dengan kinerja pembiayaan yang baik (NPF, Net Performing Financing di bawah 5%). Penyaluran pembiayaan oleh perbankan syariah per Februari 2009 secara konsisten terus mengalami peningkatan dengan pertumbuhan sebesar 33,3% pada Februari 2008 menjadi 47,3% pada Februari 2009. Sementara itu, nilai pembiayaan yang disalurkan oleh perbankan syariah mencapai Rp.40,2 triliun (Bank Indonesia, 2009). Dapat dilihat bahwa krisis keuangan global di akhir tahun 2008 menjadikan tingkat pengembalian pembiayaan meningkat pada bank syariah jika dibandingkan dengan bank konvensional.

Di Indonesia saat ini dikenal dua metode untuk menghitung tingkat imbalan (return), yaitu metode profit sharing dan revenue sharing, return sharing, dana investasi nasabah tidak akan berkurang atau minimal nasabah tidak mendapatkan profit. Hal ini banyak dilakukan oleh perbankan syariah saat ini dengan pertimbangan bahwa masyarakat belum siap untuk menerima konsep perbankan dengan metode PLS (Profit and Loss Sharing) yang dapat


(18)

mengakibatkan berkurangnya nilai dana investasi akibat kemungkinan kerugian yang diderita bank syariah (Zulkifli, 2003).

1.2. Perumusan Masalah

Konsep yang ditawarkan bank syariah adalah penggunaan sistem bagi hasil, yaitu pembagian hasil usaha yang dapat berupa keuntungan atau kerugian sesusai dengan nisbah bagi hasil (persentase) yang telah disepakati di awal kontrak antara bank dan nasabah. Bank Syariah Mandiri, salah satu objek penelitian dalam skripsi ini menggunakan metode revenue sharing baik pada sisi pendanaan, (seperti tabungan mudharabah dan deposito mudharabah) maupun pada sisi pembiayaan yang menggunakan prinsip bagi hasil seperti musyarakah dan mudharabah.

Nasabah adalah pemilik modal (shahibul maal) yang menitipkan atau menginvestasikan dananya dalam bentuk giro, tabungan, deposito dan atau produk-produk bank syariah lainnya. Selanjutnya bank syariah sebagai pengelola modal (mudharib) menyalurkan dana kepada pihak yang membutuhkan dalam bentuk pembiayaan yang bersifat produktif, seperti investasi atau modal kerja. Pada kondisi ini bank syariah berkedudukan sebagai pemilik modal (shahibul maal) sedangkan pihak yang dibiayai berkedudukan sebagai mudharib. Pada penelitian ini penulis mengidentifikasi permasalahan utama diantara beberapa masalah yang ada dalam kaitannya dengan kinerja BSM dan bank umum konvensional, yaitu:

1. Bagaimana kinerja BSM dan 4 (empat) bank umum konvensional yang lebih dulu exist dalam tatanan industry perbankan di Indonesia?

2. Bagaimana perbandingan kinerja BSM dengan kinerja 4 (empat) bank umum konvensional?

1.3. Tujuan

1. Menganalisis kinerja BSM dan 4 (empat) bank umum konvensional berdasarkan rasio keuangan.

2. Menganalisis perbandingan kinerja BSM dengan masing-masing bank umum konvensional untuk masing-masing rasio keuangan.

1.4. Manfaat


(19)

6

1. Bagi perbankan, dapat dijadikan sebagai catatan untuk tetap mempertahankan dan meningkatkan kinerja perbankan yang sudah bagus, sekaligus memperbaiki kelemahan dan kekurangan yang ada.

2. Hasil penelitian ini dapat dijadikan rekomendasi bagi Bank Indonesia khususnya Direktorat Perbankan Syariah (DPbS) dalam rangka mensosialisasikan bank syariah berdasarkan kinerja perbankan pada periode dan variabel tertentu.

3. Bagi perkembangan ilmu ekonomi islam khususnya masalah perbankan syariah, studi kasus ini diharapkan dapat memberikan kontribusi yang bermanfaat.

1.5. Ruang Lingkup

Penelitian dilakukan terhadap BSM sebagai bank umum syariah dan empat bank umum konvensional yang sebanding dalam hal total asset. Pada periode penelitian ini dibuat total asset BSM sebesar Rp 15.385.707 juta. Agar mendapatkan hasil perbandingan yang fair dan ideal, maka dipilihlah empat bank umum konvensional yaitu Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur (Rp 13.915.830 juta), Bank Mizuho (Rp 13.120.953 juta), Bank Artha Graha Internasional (Rp 12.655.984), dan Deutsche Bank AG (Rp 16.612.625 juta). Selain total asset yang sebanding, alasan pemilihan empat bank tersebut adalah perbedaan kategori bank. Diantara bank umum konvensional tersebut ada yang masuk kategori bank pembangunan daerah, bank campuran, bank swasta nasional devisa, dan bank asing.

Adapun beberapa batasan dalam penelitian ini antara lain:

1. Pengukuran kinerja bank dilakukan berdasarkan Laporan Publikasi Keuangan Bank yang dikeluarkan oleh Bank Indonesia selama periode 2006 hingga 2009. Data yang diambil adalah laporan tahunan masing-masing bank yang dipublikasikan di media massa seperti surat kabar dan atau internet.

2. Ukuran kinerja (performance measurement) bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi Capital Adequacy Ratio, Non Performing Loan Ratio, Return on Asset Ratio, Return on Earning Ratio, Net Interest Margin, Loan to Deposit Ratio, Expenses and Income Operation Ratio.


(20)

3. Penelitian ini memilih hanya satu bank syariah, hal ini disebabkan karena BSM sudah berdiri lebih dari 10 tahun dan merupakan salah satu perbankan syariah yang memiliki perkembangan yang cukup pesat.


(21)

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Lembaga Intermediasi Bank

Bank pada hakikatnya adalah suatu lembaga yang lahir karena fungsinya sebagai agent of trust dan agent of development (Judisseno, 2002).Sebagai agent of trust, bank merupakan lembaga perantara (intermediary) yang dipercaya untuk melayani segala kebutuhan keuangan dari dan untuk masyarakat. Sedangkan sebagai agent of development, bank adalah suatu lembaga perantara yang dapat mendorong kemajuan pembangunan melalui fasilitas kredit dan kemudahan-kemudahan baik pembayaran maupun penarikan dalam proses transaksi yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi.

Sebagai lembaga perantara (financial intermediaries), kedudukan bank tampak seperti gambar berikut.

Tabungan

Pinjaman

Gambar 1. Bank Sebagai Lembaga Intermediary

Gambar 1 menjelaskan bahwa bank menerima simpanan (tabungan) dari kelompok masyarakat yang kelebihan dana (surplus of fund). Selanjutnya bank mengelola simpanan masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund). Perlu ditekankan di sini bahwa yang dimaksud kekurangan dapat berarti orang yang sama sekali tidak memiliki uang untuk keperluan konsumsi, atau kekurangan dalam arti untuk menambah modal usaha.

Berbeda dengan bank konvensional, fungsi intermediary pada bank syariah mempunyai dimensi lebih luas, khususnya kaitannya dengan kelompok masyarakat yang kekurangan dana (lack of fund). Bank menyalurkan dana tidak hanya semata-mata dalam bentuk kredit yang seringkali memberatkan pihak

Lembaga Bank Masyarakat

Surplus of fund


(22)

debitur, melainkan dapat berupa zakat, infaq, shadaqah, pinjaman kebajikan (qardhul hasan) dan atau kepentingan social lainnnya. Dengan kata lain bank syariah harus dapat berfungsi sebagai lembaga leasing, pegadaian dan lembaga-lembaga lain yang sesuai dengan syariat Islam khusunya di bidang muamalah. 2.1.1 Bank Konvensional

Pengertian bank dapat dijumpai dalam pasal 1 ayat 1, 2, dan 3 Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yaitu:

1. Perbankan adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang bank, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

2. Bank adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan atau bentuk-bentuk lainnya dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat banyak.

3. Bank umum adalah bank yang melaksanakan kegiatan usaha secara konvensional dan atau berdasarkan prinsip syariah yang dalam kegiatannya memberikan jasa dalam lalu lintas pembayaran.

Definisi bank konvensional sama dengan Pasal 1 ayat 3 pada undang-undang tersebut dengan menghilangkan kalimat ―dan atau berdasarkan prinsip syariah”.

Berdasarkan pasal 1 ayat 2 pada undang-undang tersebut, dapat ditekankan bahwa kegiatan usaha bank pada dasarnya hanya ada dua yaitu kegiatan menghimpun dan menyalurkan dana masyarakat. Kegiatan penghimpunan dana dapat berbentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito, sertifikat deposito dan kegiatan lain yang bersifat penghimpunan dana dari masyarakat. Kegiatan penghimpunan dana dapat berbentuk giro, tabungan, deposito, sertifikat deposito dan kegiatan lain yang berisi penghimpunan dana dari masyarakat kepada bank berdasarkan suatu perjanjian. Sedangkan kegiatan penyaluran dana dapat berbentuk kredit, pemberian jaminan dan penempatan investasi surat berharga.


(23)

10

Beberapa penulis lain memberikan pengertian bank antara lain (Dahlan Siamat,2004):

Howard D. Crosse dan George H. Hempel :

Bank adalah suatu organisasi yang menggabungkan usaha manusia dan sumber-sumber keuangan untuk melaksanakan funsi bank dalam rangka melayani kebutuhan masyarakat dan untuk memperoleh keuntungan bagi pemilik bank.

F.E. Perry :

Bank adalah suatu badan usaha yang transaksinya berkaitan dengan uang, menerima simpanan (deposit) dari nasabah, menyediakan dana atas setiap penarikan, melakukan penagihan cek-cek atas perintah nasabah, memberikan kredit dan atau menanamkan kelebihan simpanan tersebut sampai dibutuhkan untuk pembiayaan kembali.

Ada 6 faktor penting dalam perbankan:

1. Bank merupakan lembaga keuangan yang terbesar berdasarkan nilai asset. 2. Bank adalah lembaga keuangan yang paling terdiversifikasi dalam arti

menangani spectrum paling luas dari unit Surplus (masyarakat) dan unit Defisit (Dunia Usaha)

3. Bank mendominasi penerbitan giro yang memfasilitasi transaksi

4. Mekanisme kliring yang diciptakan perbankan serta fasilitas dari Bank Sentral merupakan mekanisme pembayaran nasional

5. Bank berperan penting dalam keuangan Internasional dan peran ini meningkat tajam seiring dengan semakin terintegrainya system keuangan dunia (globalisasi)

6. Bank merupakan wahana utama pelaksanaan kebijakan moneter.

Dalam menjalankan aktivitasnya sebagai lembaga intermediasi, bank konvensional menetapkan bungan naik bunga simpanan (giro, tabungan, deposito), maupun bunga pinjaman (kredit). Selisih antara bungan pinjaman dan bunga tabungan (sering disebut spread) itulah yang merupakan penghasilan pokok dari lembaga bank.


(24)

2.1.2 Bank dengan Sistem Syariah

1. Pengertian dan Konsep Dasar Bank Syariah

Bank Syariah adalah Bank yang menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan Prinsip Syariah dan menurut jenisnya terdiri atas Bank Umum Syariah dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah.

Pada umumnya yang dimaksud dengan bank syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah. Oleh karena itu, usaha bank akan selalu berkaitan dengan masalah uang sebagai dagangan utamanya (Sudarsono, 2008).

Adapun jenis-jenis akad yang menjadi landasan kegiatan operasional perbankan syariah antara lain:

Tabel 4. Prinsip-Prinsip Bank Syariah

Prinsip Keterangan

Wadi’ah Akad penitipan barang/uang antara pihak yang mempunyai barang/uang dengan pihak yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta keutuhan barang/uang.

Mudharabah Dalam menghimpun dana adalah Akad kerja sama antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau Nasabah) sebagai pemilik dana dan pihak kedua (‘amil, mudharib, atau Bank Syariah) yang bertindak sebagai pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai dengan kesepakatan yang dituangkan dalam Akad.

Dalam pembiayaan adalah Akad kerja sama suatu usaha antara pihak pertama (Bank Syariah) yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua (nasabah) yang bertindak selaku pengelola dana dengan membagi keuntungan usaha sesuai kesepakatan, sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jiks pihsk kedua melakukan kesalahan yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian.

Musyarakah Akad kerja sama di antara dua pihak atau lebih untuk suatu usaha tertentu yang masing-masing pihak memberikan porsi dana dengan ketentuan bahwa keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan. Sedangkan kerugian ditanggung sesuai dengan porsi dana masing-masing.

Murabahah Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.


(25)

12

atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan kepemilikan barang itu sendiri.

Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik

Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.

Ta’jri Perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang membolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang tersebut dengan membayar sewa sesuai dengan persetujuan kedua belah pihak. Setelah berakhir masa sewa pemilik barang menjual barang tersebut kepada penyewa dengan harga yang disetujui kedua belah pihak.

Salam Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dari pembayaran harga yang dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati.

Istishna’ Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu dengan criteria dan persyaratan tertentu yang disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni’) dan penjual atau pembuat (shani’).

Qardh Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati.

Hawalah Akad pengalihan utang dari pihak yang berutang kepada pihak lain yang wajib menanggung atau membayar.

Kafalah Akad pemberian jaminan yang diberikan satu pihak kepada pihak lain, di mana pemberi jaminan (kafil) bertanggung jawab atas pembayaran kembali utang yang menjadi hak penerima jaminan (makful).

Wakalah Akad pemberian kuasa kepada penerima kuasa untuk melaksanakan suatu tugas atas nama pemberi kuasa.

Sumber :Booklet Perbankan Indonesia, 2008 2. Kegiatan Operasional Bank Syariah

Kegiatan operasional Bank syariah baik dalam penghimpunan dan penanaman dana maupun pemberian jasa-jasa perbankan menurut Pedoman Pembinaan dan Pengawasan Bank Bagi Hasil, Bank Indonesia adalah sebagai berikut:

1. Penghimpunan Dana

Dalam penghimpunan dana, bank syariah menerima simpanan dana dari pihak ketiga (nasabah) dalam bentuk giro, deposito berjangka, tabungan dan atau bentuk lainnya yang dipersamakan dengan itu.


(26)

a) Giro

Giro adalah simpanan pihak ketiga pada bank (perorangan atau badan hokum, dalam mata uang rupiah atau valuta asing) yang dapat digunakan sebagai alat pembayaran dan penarikannya dapat dilakukan sewaktu-waktu menggunakan cek, bilyet giro, surat perintah pemayaran lainnya atau dengan cara pemindahbukuan. Penerimaan dana dalam betuk giro menggunakan prinsip akad wadi’ah. Sesuai dengan prinsip wadi’ah, bank dapat menggunakan dana yang berasal dari giro dengan atau tanpa ijin dari nasabah untuk membiayai kegiatan operasi bank. Untuk itu bank memberikan buku cek kepada pemilik giro sebagai sarana untuk melakukan penarikan.Seluruh keuntungan atau manfaat yang diperoleh dari penggunaan giro tersebut menjadi hak milik bank.Atas dasar kebijaksanaan, bank dapat memberikan pembagian keuntungan kepada pemilik giro yang besarnya diserahkan kepada bank.

b) Tabungan

Tabungan adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan menurut syarat tertentu yang disepakati, tetapi tidak dapat ditarik dengan cek atau yang dapat dipersamakan dengan itu. Penerimaan dana dalam bentuk tabungan ini dapat menggunakan prinsip wadi’ah atau

mudharabah. Penerimaan tabungan berdasarkan prinsip wadi’ah digunakan untuk tabungan yang dapat ditarik sewaktu-waktu, sehingga secara teknis mirip giro.Tabungan berdasarkan prinsip mudharabah

digunakan untuk tabungan yang penarikannya tidak dapat dilakukan sewaktu-waktu.Sesuai dengan prinsip mudharabah, kepada pemilik tabungan diberikan imbalan atas dasar pembagian keuntungan (nisbah bagi hasil) yang telah ditetapkan/disetujui sebelumnya.Selain itu jika bank mengalami kerugian, maka pemilik tabungan ikut menanggung risiko kerugian tersebut.

c) Deposito Berjangka

Adalah simpanan yang penarikannya hanya dapat dilakukan pada waktu tertentu menurut perjanjian antara penyimpan dengan bank yang bersangkutan.Deposito tersebut dapat diperpanjang otomatis (automatic


(27)

14

rollover). Penerimaan dana dalam bentuk deposito berjangka pada umumnya berdasarkan prinsip mudharabah, dimana berdasarkan prinsip ini deposan diberikan imbalan bagi hasil sesuai dengan nisbah yang telah disepakati sebelumnya.

d) Penerimaan Dana Lainnya

Penerimaan jenis ini dapat berupa Zakat, Infaq, dan Shadaqah. Pengelolaan dana dapat menggunakan prinsip wadi’ah, mudharabah atau

qardh ul-hasan.

2. Penanaman Dana

Penanaman dana bank syariah dilakukan dengan menyediakan pembiayaan untuk berbagai usaha/kegiatan baik untuk keperluan investasi, modal kerja, maupun berbagai usaha/kegiatan baik untuk keperluan investasi, modal kerja, maupun keperluan yang bersifat konsumtif. Prinsip akad yang dapat digunakan antara lain; mudharabah, musyarakah, murabahah, salam, istishna’, ijarah muntahiya bittamlik, dan qardh.

3. Pemberian Jasa Perbankan Lainnya

Jasa perbankan yang dapat dilakukan antara lain: a) Bank Garansi dengan prinsip al-kafalah

b) Transfer Dana dengan prinsip al-hawalah

c) Penitipan Barang dan Surat Berharga dengan prinsip al-wadi’ah atau al-wakalah

d) Jual Beli Mata Uang Asing, menggunakan prinsip as-sharf

e) Pembukaan L/C untuk perdagangan dalam dan luar negeri dengan prinsip

al-wakalah, al-musyarakah atau al-murabahah. 2.2. Perbedaan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

Dalam beberapa hal, bank konvensional dan bank syariah memiliki persamaan, terutama dalam sisi teknis penerimaan uang, mekanisme transfer, teknologi computer yang digunakan, syarat-syarat umum memperoleh pembiayaan seperti KTP, NPWP, proposal, laporan keuangan, dan sebagainya. Tetapi, terdapat banyak perbedaan mendasar di antara keduanya.Perbedaan itu menyangkut aspek legal, struktur organisasi, usaha yang dibiayai, lingkungan kerja, dan dasar perhitungan keuntungan/kerugian (Antonio, 2007).


(28)

1. Akad dan Aspek Legalitas

Dalam bank syariah, akad yang dilakukan memiliki konsekuensi duniawi dan ukhrawi karena akad yang dilakukan berdasarkan hukum islam. Seringkali nasabah berani melanggar kesepakatan/perjanjian yang telah dilakukan bila hokum itu hanya berdasarkan hokum positif belaka, tapi tidak demikian bila perjanjian tersebut memiliki pertanggungjawaban hingga yaumil qiyamah

nanti (Rahman, 1990).

Setiap akad (transaksi) dalam perbankan syariah, baik dalam hal barang, pelaku transaksi, maupun ketentuan lainnya, harus memenuhi ketentuan akad, seperti hal-hal berikut.

a) Rukun, seperti : penjual, pembeli, barang, harga, dan akad/ijab-qabul. b) Syarat, seperti:

i. Barang atau jasa harus halal sehingga transaksi atas barang atau jasa yang haram menjadi batal demi hukum syariah.

ii. Harga barang dan jasa harus jelas.

iii. Tempat penyerahan (delivery) harus jelas karena akan berdampak pada biaya transportasi.

iv. Barang yang ditransaksikan harus sepenuhnya dalam kepemilikan. Tidak boleh menjual sesuatu yang belum dimiliki atau dikuasai seperti yang terjadi pada transaksi short sale dalam pasar modal.

2. Struktur Organisasi

Bank syariah dapat memiliki struktur yang sama dengan bank konvensional, misalnya dalam hal komisaris dan direksi, tetapi unsur yang amat membedakan antara bank syariah dan bank konvensional adalah keharusan adanya Dewan Pengawas Syariah yang bertugas mengawasi operasional bank dan produk-produknya agar sesuai dengan garis-garis syariah. Keanggotaan Dewan Pengawas Syariah (DPS) dilakukan oleh Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS), setelah para anggota DPS itu mendapat rekomendasi dari Dewan Syariah Nasional (DSN).

3. Bisnis dan Usaha yang Dibiayai

Bisnis dan usaha yang dilaksanakan bank syariah harus memenuhi ketentuan syari’at islam diantaranya, tidak mengandung unsur perjudian (maisir),


(29)

16

spekulasi yang tidak berdasar (gharar), tidak berkaitan dengan perbuatan asusila, haram dan riba.

4. Lingkungan Kerja

Sebuah bank syariah selayaknya memiliki lingkungan kerja yang sejalan dengan syariah.Dalam hal etika, misalnya sifat amanah dan shiddiq, harus melandasi setiap karyawan.Di samping itu, karyawan bank syariah harus skillful dan professional (fathanah), dan mampu melakukan tugas secara

team-work dimana informasi merata di seluruh fungsional organisasi (tabligh). Demikian pula dalam hal reward dan punishment, diperlukan prinsip keadilan yang sesuai dengan syariah (Rahman, 1990).

Selain itu, cara berpakaian dan tingkah laku karyawan merupakan cerminan bahwa mereka bekerja dalam sebuah lembaga keuangan yang membawa nama besar Islam, sehingga tidak ada aurat yang terbuka dan tingkah laku kasar. 5. Dasar Perhitungan Keuntungan/Kerugian

Bank syariah tidak menggunakan system bunga (interest) sebagai basis perhitungan dalam menjalankan aktivitasnya (transaksi/akad).Sebagai gantinya adalah system bagi hasil (profit-loss sharing), yaitu system pembagian keuntungan antara shahibul maal dan mudharib berdasarkan nisbah bagi hasil atau persentase yang telah disepakati diawal transaksi.

Secara garis besar, perbandingan bank syariah dengan bank konvensional disajikan dalam tabel berikut.

Tabel 5. Perbandingan Bank Syariah dengan Bank Konvensional

BANK SYARIAH BANK KONVENSIONAL

1. Melakukan investasi-investasi yang halal saja.

2. Berdasarkan prinsip bagi hasil, jual-beli, atau sewa.

3. Profit dan falah oriented (kemakmuran di dunia dan kebahagiaan di akhirat).

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan kemitraan.

5. Penghimpunan dan penyaluran dana harus sesuai dengan fatwa Dewan Pengawas Syariah

1. Investasi yang halal dan haram. 2. Memakai perangkat bunga. 3. Profit oriented.

4. Hubungan dengan nasabah dalam bentuk hubungan deitor-debitor. 5. Tidak terdapat dewan sejenis.


(30)

2.3. Analisis Kinerja Keuangan Bank 2.3.1 Pengertian Umum

Penilaian kinerja terhadap pengelolaan keuangan suatu usaha perbankan dapat diukur dengan beberapa cara, yang salah satunya adalah dengan menggunakan metode analisis laporan keuangan. Analisis laporan keuangan merupakan suatu studi terhadap saling hubungan dari rekening-rekening didalam laporan keuangan baik hubungan structural maupun kecenderungannya terhadap laporan keuangan bank (Harnanto, 1991).

Analisis Kinerja Keuangan Bank didasarkan pada data-data yang berasal dari laporan keuangan yang disusun dengan menggunakan alat analisa.Analisa rasio digunakan untuk mengetahui tingkat likuiditas, solvabilitas, rentabilitas, profitabilitas, dan efisiensi bank.

Pada hakekatnya laporan keuangan menyediakan informasi yang dapat dijadikan sebagai dasar pengambilan keputusan ekonomis bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Agar dapat membantu proses pengambilan keputusan tersebut, laporan keuangan perlu dianalisis dan diinterpretasikan.

Pengertian analisis laporan keuangan menurut Leopold A. Bernstein (1989) adalah sebagai berikut:

Financial Statement Analysis is the judgement process which aims to evaluate the curven tan the past position and the results of operation of an Enterprise, with the primary objective of determining the best possible estimate and prediction about future conditions and performance.

Menurut pengertian ini, analisis laporan keuangan merupakan suatu proses untuk menilai posisi keuangan dan hasil operasi perusahaan pada masa sekarang dan masa lampau, dengan tujuan untuk menaksir dan meramalkan kondisi dan kinerja perusahaan di masa datang. Jadi, pada dasarnya analisis aporan keuangan adalah menghubungkan angka-angka yang terdapat dalam laporan keuangan dengan angka lain atau menjelaskan perubahan- perubahan/trend yang terjadi.

Berdasarkan pernyatan-pernyataan tersebut, dapat dikatakan bahwa analisis laporan keuangan bank merupakan penelaahan atas hubungan-hubungan angka-angka dalam laporan keuangan dengan angka lain dan perubahan-perubahannya untuk menentukan keadaan atau posisi keuangan dan hasil


(31)

18

perkembangan bank yang bersangkutan. Agar hasil analisis laporan keuangan dapat memberikan informasi yang optimal dan diperoleh prosedur kerja yang efisien dan terarah, amka sebelum melakukan analisis laporan keuangan terlebih dahulu harus ditentukan tujuan yang akan dicapai dari analisis tersebut.

2.3.2 Rasio Keuangan Bank 1. Rasio Permodalan

Bank dalam menjalankan usahanya tidak terlepas dari modal yang harus dimilikinya.Modal merupakan salah satu faktor penting bagi bank dalam rangka pengembangan usahanya.Pada bank konvensional modal juga berfungsi sebagai factor utama penampung risiko kerugian.Yang dimaksud dengan modal bank adalah modal inti dan modal pelengkap.

a. Modal Inti

Yang termasuk dalam modal inti adalah ekuitas secara umum yang terdiri dari:

1. Modal disetor

Adalah modal yang telah disetor secara efektif oleh pemiliknya.Bagi bank yang berbentuk hokum koperasi, modal disetor terdiri atas simpanan pokok, simpanan wajib dan modal penyertaan sebagaimana diatur dalam UU No.25 Tahun 1992 tentang Perkoperasian.

2. Agio saham

Yaitu selisih lebih setoran modal yang diterima oleh bank sebagai akibat harga saham yang melebihi nilai nominalnya.

3. Modal sumbangan

Yaitu modal yang diperoleh kembali dari sumbangan saham, termasuk selisih antara nilai yang tercatat dengan harga jual apabila saham tersebut terjual.Modal yang berasal dari donasi pihak luar yang diterima oleh bank juga termasuk dalam pengertian modal sumbangan.

4. Cadangan umum

Yaitu cadangan yang dibentuk dari penyisihan laba yang ditahan atau dari laba bersih setelah dikurangi pajak dan mendapat persetujuan rapat umum pemegang sahan atau rapat anggota sesuai dengan ketentuan pendirian atau anggaran dasar amsing-masing bank.


(32)

5. Cadangan tujuan

Yaitu bagian laba setelah dikurangi pajak yang disisihkan untuk tujuan tertentu dan telah mendapat persetujuan rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.

6. Laba yang ditahan

Yaitu saldo laba bersih setelah dikurangi pajak yang oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota diputuskan untuk tidak dibagikan.

7. Laba tahun lalu

Yaitu seluruh laba bersih tahun-tahun yang lalu setelah diperhitungkan pajak dan belum ditetapkan penggunaannya oleh rapat umum pemegang saham atau rapat anggota.Dalam hal bank mempunyai saldo rugi tahun-tahun lalu, maka seluruh kerugian tersebut menjadi factor pengurang modal inti.

8. Laba tahun berjalan

Yaitu laba yang diperoleh dalam tahun buku berjalan setelah dikurangi taksiran utang pajak.Jumlah laba tahun buku berjalan tersebut yang diperhitungkan sebagai modal inti sebesar 50%.Jika pada tahun berjalan bank mengalami kerugian, maka seluruh kerugian tersebut menjadi faktor pengurang modal inti.

b. Modal Pelengkap

1. Cadangan revaluasi aktiva tetap

Yaitu cadangan yang dibentuk dari selisih penilaian kembali aktiva tetap yang telah mendapat persetujuan Direktorat Jenderal Pajak.

2. Penyisihan Penghapusan Aktiva Produktif (PPAP)

Yaitu cadangan yang dibentuk dengan cara membebani laba rugi tahun berjalan, dengan maksud untuk menampung kerugian yang mungkin timbul sebagai akibat dari tidak diterimanya kembali sebagian atau seluruh aktiva produktif. PPAP yang dapat diperhitungkan sebagai komponen modal pelengkap adalah maksimal sebesar 1.25% dari jumlah Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR).

3. Modal pinjaman (modal kuasi)

Yaitu utang yang didukung oleh instrument atau warkat yang memiliki sifat seperti modal.


(33)

20

4. Pinjaman Subordinasi

Yaitu pinjaman dengan syarat-syarat sebagi berikut:

a. Ada perjanjian tertulis antara bank dengan pemberi pinjaman b. Terlebih dahulu mendapat persetujuan dari bank Indonesia

c. Tidak dijamin oleh bank yang bersangkutan dan telah disetor penuh d. Minimal berjangka waktu 5 tahun

e. Pelunasan sebelum jatuh tempo harus mendapat persetujuan BI

f. Hak tagihnya dalam hal terjadi likuidasi berlaku paling akhir dari segala pinjaman yang ada.

Aspek yang dinilai berkaitan dengan permodalan adalah perbandingan antara Modal terhadap Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Risiko terhadap aktiva dalam arti luas dapat timbul baik dalam bentuk risiko kredit maupun risiko yang terjadi karena fluktuasi harga/nilai dari surat berharga dan tingkat bunga serta nilai tukar valuta asing. Perbandingan ini disebut rasio Kecukupan Pemenuhan Modal Minimum (KPMM) atau sering dikenal dengan sebutan Capital Adequacy Ratio (CAR).

Langkah pertama pada perhitungan CAR adalah menghitung Risk Weighted Assets atau Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR). Dalam hal ini seluruh aktiva diberi timbangan bobot tertentu berdasarkan timbangan tertentu dari yang tidak berisiko (risiko=0%) hingga yang berisiko 100%. Untuk pembobotan risiko ini digunakan standar internasional yang ditetapkan oleh Bank for International Settlement.Untuk pembobotan ini, bank terlebih dahulu harus melakukan pengujian terhadap risiko kredit (credit assessment) berdasarkan kriteria tertentu.

Untuk mendapatkan nilai CAR langkah selanjutnya adalah membagi Modal Bank (Bank’s Equities) dengan Risk Weighted Assets (ATMR).Dari rumus tersebut dapat dilihat bahwa apabila suatu bank semakin agresif menyalurkan dananya ke dalam aktiva produktif yang berisiko (karena mengharapkan pendapatan bunga yang lebih besar), sudah seharusnya bank tersebut juga harus memiliki modal yuang semakin besar.

Bank Indonesia, sebagai regulator perbankan telah mengeluarkan peraturan No.3/21/PBI/2001 tanggal 13 Desember 2001 yang mewajibkan


(34)

bank-bank di Indonesia untuk mempertahankan rasio kecukupan modal serendah-rendahnya 8%.Bagi bank yang CAR-nya kurang dari 8%, harus menambah modalnya baik berupa penambahan modal disetor oleh pemilik atau merger

dengan bank yang memiliki kecukupan modal. 2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif

Berdasarkan Pasal 1 butir b Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No.31/147/KEP/DIR Tanggal 12 November 1998 tentang Kualitas Aktiva Produktif, yang dimaksud dengan kualitas aktiva produktif adalah penanaman dana bank baik dalam Rupiah maupun valuta asing dalam bentuk kredit, surat berharga, penempatan dana antarbank, penyertaan, komitmen dan kontijensi pada transaksi rekening administratif.

Dalam Pasal 14 ayat (1) disebutkan, ketentuan dalam Surat Keputusan tersebut berlaku juga bagi bank berdasarkan prinsip syariah. Demikian juga peniaian Kualitas Aktiva Produktif (KAP) bagi bank umum konvensional dan bank umum syariah, keduanya masih menggunakan acuan yang sama yantiu didasarkan atas (Pasal 3):

1. Prospek usaha

2. Kondisi keuangan dengan penekanan pada arus kas debitur 3. Kemampuan membayar

Berdasarkan ketiga faktor tersebut, kredit yang diberikan bank kepada nasabah dapat dibedakan menjadi lima kelompok kolektibilitas. Berikut ini kelompok kolektibilitas yang dinilai berdasarkan kemampuan membayar: (Siamat, 2004)

1. Lancar (pass), apabila memenuhi kriteria:

a) Pembayaran angsuran pokok dan bunga tepat waktu b) Memiliki mutasi rekening aktif

c) Bagian dari kredit yang dijamin dengan angsuran tunai 2. Dalam perhatian khusus (special mention)

a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bungan sampai dengan 90 hari


(35)

22

c) Hubungan debitur dengan bank baik dan debitur selalu menyampaikan informasi keuangan secara teratur dan masih akurat

d) Dokumentasi kredit lengkap dan pengikatan agunan kuat e) Pelanggaran perjanjian kredit yang tidak prinsipil 3. Kurang lancar (substandard)

a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 90 hari sampai dengan 180 hari

b) Terdapat cerukan yang berulang kali khusunya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas

c) Hubungan debitur dengan bank memburuk dan informasi keuangan tidak dapat dipercaya

d) Dokumentasi kredit kurang lengkap dan pengikatan agunan yang lemah e) Pelanggaran terhadap persyaratan pokok kredit

f) Perpanjangan kredit untuk menyembunyikan kesulitan keuangan 4. Diragukan (doubtful)

a) Terdapat tunggakan pembayaran pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 180 hari sampai dengan 270 hari, atau

b) Terjadi cerukan yang bersifat permanen khusunya untuk menutupi kerugian operasional dan kekurangan arus kas

c) Terjadi wanprestasi lebih dari 180 hari d) Terjadi kapitalisasi bunga

e) Dokumentasi hukum yang lemah, baik untuk perjanjian kredit maupun pengikat jaminan

5. Macet (loss)

a) Terdapat tunggakan pokok dan/atau bunga yang telah melampaui 270 hari b) Dokumentasi kredit dan/atau agunan tidak ada

c) Kerugian operasional ditutup dengan jaminan baru

Empat kelompok kolektibilitas yang terakhir merupakan kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL).Besaran NPL ditunjukkan dengan persentase perbandingan kredit bermasalah dengan seluruh kredit atau pembiayaan yang dikucurkan bank.


(36)

3. Rasio Rentabilitas

Rasio ini menunjukkan tingkat pengembalian keuntungan perusahaan terhadap modal yang dimiliki. Dengan kata lain rasio ini merupakan tingkat kemampuan perusahaan untuk mencapai tujuan komersialnya yaitu mencetak laba. Untuk para penegang saham (pemilik perusahaan) rasio ini menunjukkan tingkat penghasilan mereka dalam investasi (Yusuf, 1998). Rasio rentabilitas yang digunakan dalam penelitian ini adalah Return On Asset (ROA) dan Net Interest Margin (NIM)/ Net Operational Income (NOI).

Return On Assets (ROA)

ROA yang terkadang disebut juga sebagai Return On Investment (ROI) adalah rasio yang menunjukkan tingkat pengembalian dari bisnis atas seluruh investasi yang telah dilakukan. Dengan kata yang lebih sederhana, ROA menunjukkan beberapa laba yang diperoleh atas setiap Rp. 1,- investasi yang dilakukan.

Rumus perhitungan ROA:

ROA = Laba Bersih/Total Aset x 100%

Perusahaan dapat meningkatkan ROA dengan cara meningkatkan profit margin atau perputaran aktiva (asset turn over). Rasio ini seringkali berguna untuk menjelaskan strategi keuangan dari suatu perusahaan.Hal ini dapat dimengerti karena perputaran aktiva menunjukkan kemampuan manajemen dalam mengelola seluruh investasi (aktiva) guna menghasilkan penjualan.Kenaikan dalam rasio ini berarti terjadi kenaikan laba bersih dari bank yang bersangkutan. Net Interest Margin (NIM)/ Net Operating Income (NOI)

NIM/NOI adalah rasio yang digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen bank dalam mengelola aktiva produktifnya untuk menghasilkan pendapatan bunga bersih.Pendapatan bungan bersih diperoleh dari pendapatan bunga dikurangi beban bunga. Rasio ini menunjukkan kemampuan bank dalam memperoleh pendapatan operasionalnya dari dana yang ditempatkan dalam bentuk pinjaman (kredit). Semakin tinggi NIM/NOI menujukkan semakin efektif bank dalam penempatan aktiva produktif dalam bentuk kredit. Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM/NOI adalah 6% keatas. Semakin besar rasio ini maka meningkatnya pendapatan bunga atas aktiva produktif yang


(37)

24

dikelola bank sehingga kemungkinan suatu bank dalam kondisi bermasalah semakin kecil atau dengan kata lain kinerja bank semakin membaik.

Rumus Perhitungan NIM/NOI:

NIM = Pendapatan Bunga Bersih/Aktiva Produktif x 100% Pendapatan Bunga Bersih = Pendapatn Bunga- Beban Bunga

NOI = (Pendapatan Opr – DBH)- Beban Oprl/Aktiva Produktif x 100% 4. Rasio Likuiditas

Rasio likuiditas adalah rasio yang menunjukkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajiban jangka pendeknya, termasuk kewajiban jangka panjang yang telah berubah menjadi kewajiban jangka pendek.Salah satu rasio yang digunakan dalam studi ini adalah Loan to Deposit Ratio (LDR). Rasio ini memberikan indikasi mengenai jumlah dana pihak ketiga yang disalurkan dalam bentuk kredit (pada bank Syariah dikenal dengan istilah pembiayaan). Rasio yang terlalu tinggi menggambarkan kurang baiknya posisi likuiditas bank.

LDR merupakan perbandingan antara kredit yang disalurkan dengan dana masyarakat yang dikumpulkan bank baik berupa giro, tabungan maupun deposito. Kenaikan LDR berarti meningkatnya ekspansi kredit bank tidak diimbangi dengan pengumpulan dana pihak ketiga, atau dari sisi lain berarti dana pihak ketiga yang dikumpulkan bank menurun. Sementara itu bank yang memiliki LDR sangat kecil berarti bank tersebut tidak menjalankan fungsi intermediasi dengan baik. Bank-bank seperti ini pada umumnya hanya menampung dana pihak ketiga, kemudian melakukan placing di pasar uang untuk mencari profit tanpa menyalurkan kredit kepada masyarakat. Menurut Bank Indonesia, standar terbaik LDR adalah 90% sampai 110% sedangkan LDR rata-rata industri sebesar 40%.

5. Rasio Efisiensi

Rasio efisiensi yang dimaksud adalah perbandingan antara Beban Operasional dengan Pendapatan Operasional atau sering disingkat BOPO, Rasio BOPO yang lazim dipakai BI adalah sebesar 92%.

2.4. Penelitian Terdahulu

Rosyadi (2004), membandingkan kinerja Bank Muamalat Indonesia dengan 7 (tujuh) bank umum konvensional pada periode 1994-2003. Ukuran kinerja ditentukan berdasarkan rasio keuangan yang terdiri dari CAR, NPL, ROA,


(38)

ROE, LDR, dan BOPO.Untuk membuktikan hipotesis awal (H0) yang menyatakan bahwa tidak ada perbedaan signifikan antara kinerja BMI dengan bank umum konvensional. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasrakan rata-rata rasio keuangan, BMI relative lebih baik pada tiga rasio, yaitu NPL, ROE, dan LDR, sementara itu rasio lainnya BMI relatif lebih rendah kualitasnya.

Marcella (2009), membandingkan kinerja Bank Konvensional dan Bank Syariah dengan menggunakan metode rasio keuangan periode 2005-2008.Rasio yang digunakan adalah CAR, NPL, ROA, LDR, dan BOPO. Hasil analisis menunjukkan pada tahun 2005 dan 2008 kinerja Bank Konvensional lebih baik dibandingkan Bank Syariah, sedangkan pada tahun 2006 dan 2007 kinerja Bank Syariah lebih baik dibanding Bank Konvensional.

Aribowo (2011), membandingkan kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional terhadap Dana Pihak Ketiga pada periode triwulan I 2004 – triwulan II 2010 dengan menggunakan rasio keuangan.Rasio keuangan yang digunakan terdiri dari CAR, NPL, ROA, ROE, BOPO, dan LDR. Berdasarkan dari kriteria sampel yang telah ditentukan, diperoleh dua kelompok sampel penelitian, yaitu bank umum syariah yang diwakili oleh Bank Syariah Mandiri dan Bank Umun Konvensional diwakili oleh Bank Mandiri. Alat analisis yang digunakan untuk membuktikan hipotesis dalam penelitian ini adalah paired sample t-test. Analisis kinerja keuangan perbankan syariah dengan perbankan konvensional menggunakan metode CAMEL terhadap dana pihak ketiga adalah tidakmada perbedaan yang signifikan. CAR BSM – CAR BM -2,722 < -2,008 (tidak ada perbedaan), NPL BSM – NPL BM -2,424 < -2,008 (tidak ada perbedaan), ROA BSM – ROA BM -1,893 > -2,008 (ada perbedaan), ROE BSM – ROE BM 4,353 > 2,008 (ada perbedaan), BOPO BSM – BOPO BM 1,338 < 2,008 (tidak ada perbedaan), LDR BSM – LDR BM 23,497 > 2,008 (ada perbedaan), DPK BSM – DPK BM -25,997 < -2,008 (tidak ada perbedaan).


(39)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Pemikiran

Kemajuan regulasi perbankan syariah di Indonesia diiringi dengan perkembangan bank syariah yang sangat pesat. Hal ini dapat dilihat dengan berdirinya beberapa bank umum syariah baik yang merupakan konversi penuh dari bank konvensional seperti Bank Syariah Mandiri (konversi dari Bank Susila Bakti), maupun bank umum konvensional yang memiliki Unit Usaha Syariah seperti Bank Bukopin, Bank Danamon, Bank BNI, Bank BRI, dll.

Perkembangan bank syariah cukup mengesankan yang dapat ditinjau tidak hanya dari sisi fisik pertambahan jumlah jaringan kantor bank melalui pembukaan bank syariah maupun Unit Usaha Syariah baru, namun dapat juga dilihat dari kinerjanya berdasarkan rasio keuangan bank.

Ukuran kinerja bank yang digunakan dalam penelitian ini adalah rasio keuangan bank yang meliputi (1) Capital Adequacy Ratio (mewakili rasio permodalan), (2) Non Performing Loan (mewakili rasio kualitas aktiva produktif), (3) Return On Asset, (4) Return On Earnings, (5) Net Interest Margin

(mewakili rasio rentabilitas), (6) Loan to Deposit Ratio (memakili rasio likuiditas) dan (7) Rasio Beban Operasional dibagi Pendapatan Operasional (mewakili rasio efisiensi).

Analisis perbandingan dimulai dengan tahap menghitung rasio keuangan (financial ratio) masing-masing bank dalam objek penelitian dengan bantuan

Microsoft Excel 2010. Setelah itu akan didapatkan kinerja keseluruhan dari masing-masing bank untuk dibandingkan. Kerangka Analisis Perbandingan Kinerja Keuangan Bank Syariah dan Bank Konvensional dapat dilihat pada Gambar 2.


(40)

Gambar 2 Diagram Alir pemikiran

BANK KONVENSIONAL

KINERJA

Bunga Bagi hasil

Hubungan debitur-kreditur melaui DPS Hubungan langsung debitur-kreditur

RASIO KEUANGAN Bank Umum Syariah

Bank Umum Konvensional

BANK SYARIAH

Rasio Kualitas Aktiva Produktif :

NPL

Rasio Permodalan: CAR

Rasio Rentabilitas : ROA, ROE, NIM

Rasio Likuiditas: LDR Rasio Efisiensi: BO/PO Kinerja Keseluruhan Profit Oriented Profit and Falah Oriented Perbandingan Bank Syariah dan


(41)

28

3.2. Pengumpulan Data

Tahapan ini dilakukan dengan cara mengumpulkan data Laporan Keuangan Publikasi Bank yang diterbitkan Bank Indonesia dan masing-masing bank dalam objek penelitian selama periode tahun 2006-2009. Data diperoleh melalui Perpustakaan bank Indonesia dan beberapa situs di internet (website) dari bank yang bersangkutan.Adapun jenis laporan yang digunakan antara lain Neraca Keuangan, Laporan Laba-Rugi, Laporan Kualitas Aktiva Produktif, Ikhtisar Keuangan dan Catatan Atas Laporan Keuangan.

3.3. Pengolahan Data

Setelah semua data terkumpul, langkah selanjutnya adalah pengolahan data yang diawali dengan menghitung rasio keuangan (financial ratio) masing-masing bank dalam objek penelitian. Rasio keuangan yang digunakan dibagi ke dalam lima kategori yaitu Rasio Permodalan, Kualitas Aktiva Produktif, Rentabilitas, Likuiditas dan Efisiensi dengan perincian sebagai berikut:

1. Rasio Permodalan

Dari kelompok permodalan rasio yang dipilih adalah Capital Adequaccy Ratio

(CAR), dengan rumus:

Modal Bank CAR =

Aktiva Tertimbang Menurut Risiko (ATMR) 2. Rasio Kualitas Aktiva Produktif

Dari kelompok Aktiva Produktif rasio yang dipilih adalah Non Performing Loans (NPL) dengan rumus:

Total Kredit Bermasalah NPL =

Total Seluruh Kredit 3. Rasio Rentabilitas

Dari kelompok Rentabilitas rasio yang dipilih adalah Return On Asset (ROA) ,Return On Equity (ROE), Net Interest Margin (NIM). Rumus ketiga rasio tersebut adalah :


(42)

Laba Bersih

ROA = x 100%

Total Aset

Laba Bersih

ROE = x 100%

Modal Sendiri

Pendapatan Bunga Bersih NIM =

Aktiva Produktif 4. Rasio Likuiditas

Dari kelompok Likuiditas rasio yang dipilih adalah Loan to Ddeposit Ratio

(LDR) dengan rumus:

Total Kredit yang Diberikan

LDR = x 100%

Dana Pihak Ketiga 5. Rasio Efisiensi

Rasio yang digunakan adalah Beban Operasional Pendapatan Operasional (BOPO) dengan rumus:

Biaya Operasional BOPO =

Pendapatan Operasional 6. Kinerja Bank Secara Keseluruhan

Untuk mengetahui kinerja atau kesehatan bank secara keseluruhan penulis mendefinisikan variable PERFORMA sebagi satuan pengukur. Variable tersebut didapat dengan cara menjumlahkan seluruh rasio keuangan, yaitu rasio CAR, NPL, ROA, ROE, NIM, LDR, dan BOPO yang sebelumnya telah diberi bobot nilai tertentu. Perhitungan presentase dan bobot rasio-rasio tersebut adalah (Lukmam Dendawijaya, 2001):


(43)

30

a) CAR

Menurut ketentuan Bank Indonesia suatu bank umum sekurang-kurangnya harus memiliki CAR 8%.CAR merupakan salah satu komponen utama dalam perhitungan kesehatan bank, oleh karena itu penulis memberikan persentase sebesar 20%. Skor nilai CAR ditentukan sebagai berikut, Jika CAR bernilai:

a) Kurang dari 8%, skor nilai = 0 b) Antara 8% - 12%, skor nilai = 80 c) Antara 12% - 20%, skor nilai = 90 d) Lebih dari 20%, skor nilai = 100

Misalnya, suatu bank memiliki nilai CAR 33,84% maka skor akhir CAR adalah 20%*100 = 20

b) NPL

NPL juga merupakan faktor yang sangat berpengaruh terhadap kesehatan Bank.Bahkan hampir semua rasio nilainya dipengaruhi oleh NPL.Oleh karena itu penulis memberikan boobt nilai sebesar 20%.Dengan mempertimbangkan ketentuan BI yang mengharuskan NPL berada dibawah 5%. Skor nilai NPL ditentukan sebagai berikut, Jika NPL bernilai:

a) Lebih dari 8%, skor nilai = 0 b) Antara 5% - 8%, skor nilai = 80 c) Antara 3% - 5%, skor nilai = 90 d) Kurang dari 3%, skor nilai = 100

Misalnya, suatu bank memiliki NPL 6%, maka skor akhir NPL adalah 20%*80 = 16

c) ROA

Standar terbaik ROA menurut Bank Indonesia adalah 1,5%. Variable ini mempunyai bobot nilai 10%. Skor nilai ROA ditentukan sebagai berikut, Jika ROA bernilai:

a) Kurang dari 0%, skor nilai = 0 b) Antara 0% - 1%, skor nilai = 80 c) Antara 1% - 2%, skor nilai =100


(44)

d) Lebih dari 2% , skor nilai = 90

Misalnya, suatu bank memiliki ROA 2,87%, maka skor akhir ROA adalah 10%*90 = 9

d) ROE

Variable ini mempunyai bobot nilai 10%. Skor nilai ROE ditentukan sebagai berikut, Jika ROE bernilai:

a) Kurang dari 8%, skor nilai = 0 b) Antara 8% - 10%, skor nilai = 80 c) Antara 10% - 13%, skor nilai = 90 d) Lebih dari 13% , skor nilai = 100

Misalnya, suatu bank memiliki ROE 16,23%, maka skor akhir ROA adalah 10%*100 = 10

e) NIM

Standar yang ditetapkan Bank Indonesia untuk rasio NIM adalah 6% keatas.Variable ini mempunyai bobotnilai 10%. Skor nilai NIM ditentukan sebagai berikut, Jika NIM bernilai:

a) Kurang dari 1,5%, skor nilai = 0 b) Antara 1,5% - 3%, skor nilai = 80 c) Antara 3% - 6%, skor nilai = 90 d) Lebih dari 6 %, skor nilai =100

Misalnya, suatu bank memiliki NIM 5,54%, maka skor akhir NIM adalah 10%*90 = 9

f) LDR

Standar terbaik LDR menurut Bank Indonesia adalah 85% - 110%.Variable ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai LDR ditentukan sebagai berikut, Jika LDR bernilai:

a) Kurang dari 50%, skor nilai = 0 b) Antara 50% - 85%, akor nilai = 80 c) Antara 85% - 110%, skor nilai = 100 d) Lebih dari 110%, skor nilai = 90

Misalnya, suatu bank memiliki LDR 74,93%, maka skor akhir LDR adalah 15%*80 = 12


(45)

32

g) BOPO

Standar terbaik BOPO menurut Bank Indonesia adalah 85% - 92%.Variable ini mempunyai bobot nilai 15%. Skor nilai BOPO ditentukan sebagai berikut, Jika BOPO bernilai:

a) Lebih dari 125%, skor nilai = 0 b) Antara 92% - 125%, skor nilai = 80 c) Antara 85% - 92%, skor nilai = 100 d) Kurang dari 85%, skor nilai = 90

Misalnya, suatu bank memiliki bank memiliki BOPO 130%, maka skor akhir BOPO adalah 15%*0 = 0

Selanjutnya skor masing-masing variable dijumlahkan ke dalam variable PERFORMA. Berdasarkan contoh diatas maka PERFORMA bernilai : 20 + 16 + 9 + 10 + 9 + 12 + 0 = 76

3.4. Analisis Data

Jenis perbandingan kinerja yang digunakan adalah inter-bank analysis, yakni dengan cara membandingkan kinerja BSM dengan empat bank konvensional sebagaimana disebutkan dalam batasan penelitian. Selanjutnya, pengolahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan piranti lunak Microsoft Excel 2010 untuk menghitung semua rasio keuangan dan pembobotan nilai masing-masing variabel. Kemudian hasilnya akan dianalisis lebih lanjut dengan menggunakan bobot standard dari Bank Indonesia untuk mengetahui kesehatan bank tersebut.


(46)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Gambaran Umum 4.1.1 Bank Syariah Mandiri

Kehadiran BSM sejak tahun 1999, sesungguhnya merupakan hikmah sekaligus berkah pasca krisis ekonomi dan moneter 1997-1998. Sebagaimana diketahui, krisis ekonomi dan moneter sejak Juli 1997, yang disusul dengan krisis multi-dimensi termasuk di panggung politik nasional, telah menimbulkan beragam dampak negatif yang sangat hebat terhadap seluruh sendi kehidupan masyarakat, tidak terkecuali dunia usaha. Dalam kondisi tersebut, industri perbankan nasional yang didominasi oleh bank-bank konvensional mengalami krisis luar biasa. Pemerintah akhirnya mengambil tindakan dengan merestrukturisasi dan merekapitalisasi sebagian bank-bank di Indonesia.

Salah satu bank konvensional, PT Bank Susila Bakti (BSB) yang dimiliki oleh Yayasan Kesejahteraan Pegawai (YKP) PT Bank Dagang Negara dan PT Mahkota Prestasi juga terkena dampak krisis. BSB berusaha keluar dari situasi tersebut dengan melakukan upaya merger dengan beberapa bank lain serta mengundang investor asing.

Pada saat bersamaan, pemerintah melakukan penggabungan

(merger) empat bank (Bank Dagang Negara, Bank Bumi Daya, Bank Exim, dan Bapindo) menjadi satu bank baru bernama PT Bank Mandiri (Persero) pada tanggal 31 Juli 1999. Kebijakan penggabungan tersebut juga menempatkan dan menetapkan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. sebagai pemilik mayoritas baru BSB.

Sebagai tindak lanjut dari keputusan merger, Bank Mandiri melakukan konsolidasi serta membentuk Tim Pengembangan Perbankan Syariah. Pembentukan tim ini bertujuan untuk mengembangkan layanan perbankan syariah di kelompok perusahaan Bank Mandiri, sebagai respon atas diberlakukannya UU No. 10 tahun 1998, yang memberi peluang bank umum untuk melayani transaksi syariah (dual banking system).

Tim Pengembangan Perbankan Syariah memandang bahwa pemberlakuan UU tersebut merupakan momentum yang tepat untuk melakukan konversi PT


(47)

34

Bank Susila Bakti dari bank konvensional menjadi bank syariah. Oleh karenanya, Tim Pengembangan Perbankan Syariah segera mempersiapkan sistem dan infrastrukturnya, sehingga kegiatan usaha BSB berubah dari bank konvensional menjadi bank yang beroperasi berdasarkan prinsip syariah dengan nama PT Bank Syariah Mandiri sebagaimana tercantum dalam Akta Notaris: Sutjipto, SH, No. 23 tanggal 8 September 1999.

Perubahan kegiatan usaha BSB menjadi bank umum syariah dikukuhkan oleh Gubernur Bank Indonesia melalui SK Gubernur BI No. 1/24/ KEP.BI/1999, 25 Oktober 1999. Selanjutnya, melalui Surat Keputusan Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia No. 1/1/KEP.DGS/ 1999, BI menyetujui perubahan nama menjadi PT Bank Syariah Mandiri. Menyusul pengukuhan dan pengakuan legal tersebut, PT Bank Syariah Mandiri secara resmi mulai beroperasi sejak Senin tanggal 25 Rajab 1420 H atau tanggal 1 November 1999.

Visi PT Bank Syariah Mandiri adalah menjadi bank syariah terpercaya pilihan mitra usaha dan dengan misi sebagai berikut:

1. Mewujudkan pertumbuhan dan keuntunggan yang berkesinambungan 2. Mengutamakan penghimpunan dana konsumen dan penyaluran

pembiayaan pada segmen UMKM

3. Merekrut dan mengembangkan pegawai professional dalam lingkungan kerja yang sehat.

4. Mengembangkan nilai-nilai syariah universal.

5. Menyelenggarakan operasional bank sesuai standar perbankan yang sehat. 4.1.2 BPD Kalimantan Timur

BPD Kaltim adalah salah satu Perusahaan Daerah (BUMD) milik Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Kaltim sebagal hasil buah pikiran Gubernur KDH Tingkat I Kaltim Bapak A. Moeis Hasan yang didirikan tanggal 14 Oktober 1965 berdasarkan Perda. Tingkat I Kalimantari Timur Nomor: 03/PD164 tanggal 19 September 1964 yang telah mendapat persetujuan Menteri Dalam Negeri No.9/I 0/8-45 tanggal 01 April 1965. Kemudian Perda. tersebut mengalami perubahan dalam Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2002 tanggai I I Pebruari 2002 tentang Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur, Peraturan Daerah Nomor 02 Tahun


(48)

2006 tanggal 26 April 2006 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Namor 02 Tahun 2002.

BPD Kaltim sebagai Bank Umum, setelah usianya mencapai 41 tahun

telah beroperasi sebagai bank Devisa dengan ijin BI

No.5/48/KERDGS/2003tanggal 13 Nopember 2003, dan juga telah memiliki kegiatan Usaha secara Syariah berdasarkan Ijin Prinsip dan Ijin Operasional dan Bank Indonesia No.8/5/DS/Smr Tanggal 27 November 2006 dan No.8/7/DS/Smr Tanggal 22 Desember 2006.

Keberadaan BPD Kaltim didirikan adalah dengan maksud dan tujuan untuk membantu dan mendorong pertumbuhan perekonomian & pembangunan daerah di segala bidang serta sebagai salah satu sumber pendapatan asli daerah dalam rangka meningkatkan taraf hidup rakyat sehingga terwujudnya masyarakat Kalimantan Timur yang sejahtera. Sejalan waktu, BPD Kaltim makin berkembang. Sejumlah sektor usaha mulai dilirik untuk digarap. Namun payung hukum yang ada, membatasi ruang gerak BPD Kaltim untuk berkembang dinamis. Antisipasi pun dilakukan pemilik, yakni Pemerintah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota se-Kaltim, yang mengusulkan kembali perubahan Perda No 02 Tahun 2002 tentang Bank Pembangunan Daerah Kaltim. Tanggal 26 April 2006 lahirlah Perda Nomor 02 Tahun 2006 tentang Perubahan Pertama Peraturan Daerah Provinsi Kalimantan Timur Nomor 02 Tahun 2002 tentang Bank Pembangunan Daerah Kalimantan Timur.

4.1.3 Bank Mizuho

Bank Mizuho Indonesia adalah sebuah PerusahaanPerbankan di Indonesia yang berdiri sejak 1989 dan berkantor pusat di Jakarta. Bank ini berstatus Bank Devisa dengan Surat Keputusan (SK) pendirian bank C2-4563.HT0101.TH89.

PT BANK MIZUHO INDONESIA pada awalnya didirikan dengan nama PT Fuji Bank International Indonesia. Perubahan Anggaran Dasar Bank menyangkut antara lain, perubahan nama dari PT Bank Fuji International Indonesia menjadi PT Bank Mizuho Indonesia dan perubahan modal Bank serta susunan Dewan Komisaris dan Direksi, sehubungan dengan penggabungan PT Bank Dai-Ichi Kangyo Indonesia (BDKI) dan PT Bank IBJ Indonesia (IBJ)


(49)

36

dengan PT Fuji Bank International Indonesia yang berlaku efektif sejak tanggal 1 Oktober 2001.

Mizuho Corporate Bank, Ltd., Jepang, memegangkepemilikan 99% saham Bank, sementara kepemilikan 1% dimiliki oleh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. Pemegang saham pengendali terakhir (ultimate shareholder) Bank adalah Mizuho Financial Group, Inc. Jepang.

4.1.4. Bank Artha Graha Internasional

PT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk., berkedudukan di Jakarta Selatan, semula didirikan dengan nama PT. Inter-Pacific Financial Corporation berdasarkan Akta Nomor 12 tanggal 7 September 1973, dibuat dihadapan Bagijo, S.H., pengganti dari Eliza Pondaag, S.H., Notaris di Jakarta, dengan ruang lingkup usaha sebagai lembaga keuangan bukan bank, dan Akta tersebut telah disahkan oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia dengan Surat Keputusan Nomor Y.A.5/2/12 tanggal 3 Januari 1975, serta telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 6 tanggal 21 Januari 1975 Tambahan Nomor 47.

Pada tanggal 10 Juli 1990, PT. Inter-Pacific Financial Corporation mencatatkan sahamnya pada Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya.Berdasarkan Akta Nomor 67 tanggal 19 Mei 1992, dibuat dihadapan Adam Kasdarmadji, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 10 tanggal 2 Februari 1993 Tambahan Nomor 591, PT. Pacific Financial Corporation berubah nama menjadi PT. Inter-Pacific Bank. Pada tanggal 24 Februari 1993, PT. Inter-Inter-Pacific Bank mendapatkan izin usaha sebagai bank umum dengan Surat Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor 176/KMK.017/1993.

Berdasarkan Akta Nomor 44 tanggal 13 Juni 1997 juncto Akta Nomor 8 tanggal 15 Januari 1998, keduanya dibuat dihadapan Sri Nanning, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 70 tanggal 1 September 1998 Tambahan Nomor 5056, PT. Inter-Pacific Bank berubah nama menjadi PT. Bank Inter-Pacific, Tbk.

Pada tanggal 9 April 1999, PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. Mengajukan permohonan pembatalan pencatatan (delisting) saham di Bursa Efek Surabaya,


(50)

dan pada tanggal 19 April 1999, Bursa Efek Surabaya memberikan persetujuan atas permohonan pembatalan pencatatan tersebut.

Pada tanggal 14 April 2005, PT . Bank Inter-Pacific, Tbk. Telah menandatangani Akta Penggabungan Nomor 17, dibuat dihadapanImas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dimana PT. Bank Artha Graha menggabungkan diri kedalam PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. Penggabungan tersebut telah mendapat izin dari Bank Indonesia dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/32/KEP.GBI/2005 tanggal 15 Juni 2005, dan berlaku efektif pada tanggal 11 Juli 2005.

Berdasarkan Akta Nomor 27 tanggal 12 Juli 2005, dibuat dihadapan Imas Fatimah, S.H., Notaris di Jakarta, dan telah mendapatkan izin dari Bank Indonesia dengan Keputusan Gubernur Bank Indonesia Nomor 7/49/KEP.GBI/2005 tanggal 16 Agustus 2005, PT. Bank Inter-Pacific, Tbk. berganti nama menjadiPT. Bank Artha Graha Internasional, Tbk. Perubahan tersebut telah diumumkan dalam Berita Negara Republik Indonesia Nomor 101 tangal 19 Desember 2006 Tambahan Nomor 13128.

4.1.5. Deutsche Bank

Deutsche Bank AG (secara harafiah berarti "Bank Jerman") adalah sebuah perusahaan perbankan dan jasa keuangan global asal Jerman yang berkantor pusat di Deutsche Bank Twin Towers di Frankfurt, Hesse, Jerman. Bank ini mempekerjakan lebih dari 100.000 orang di lebih dari 70 negara, dan memiliki banyak cabang di Eropa, Amerika, Asia-Pasifik, dan pasar-pasar berkembang.Pada tahun 2009, Deutsche Bank merupakan pedagang valuta asing terbesar di dunia dengan pangsa pasar 21 persen.

Deutsche Bank memiliki kantor di sejumlah pusat keuangan dunia, termasuk London, Madrid, Frankfurt, New York, Paris, Moskwa, Amsterdam, Warsawa, Istanbul, Dublin, George Town, Kepulauan Cayman, Toronto, Kuala Lumpur, São Paulo, Singapore, Jakarta, Hongkong, Tokyo, Sydney, Dubai, Riyadh, Manila, Mumbai, Bangkok, dan Belgrade.

Bank ini menawarkan produk dan jasa keuangan untuk perusahaan dan institusi, serta pihak swasta dan bisnis. Jasa yang ditawarkan meliputi penjualan,


(51)

38

perdagangan, penelitian dan penurunan utang dan ekuitas, merger dan akuisisi (M&A), produk manajemen risiko, dan perbankan transaksi.

Deutsche Bank pertama kali hadir di Indonesia pada tahun 1969 dan memiliki 300 staf profesional di dua cabang Jakarta dan Surabaya. Deutsche Bank sebagai bank asing telah beroperasi sebagai bank Devisa dengan ijin BI SK DIREKSI BI No. 1/7/KEP/DIR tanggal 20 Maret 1969.

4.2. Kinerja Keuangan Bank

Dengan menggunakan Microsoft Excel 2010, diperoleh hasil perbandingan rata-rata kinerja bank syariah dengan rata-rata kinerja 4 (empat) bank umum konvensional, periode 2006 – 2009, seperti tampak pada tabel 6.

.Tabel 6. Perbandingan Kinerja Bank Syariah dan Bank Konvensional (persen)

Rasio 2006 2007 2008 2009

BK BS BK BS BK BS BK BS

CAR 13.19 18.12 12.20 24.87 9.39 22.70 8.96 24.08

NPL/NPF 2.29 1.37 0.86 4.33 1.62 2.34 2.29 1.89

ROA 3.52 2.16 2.46 1.72 3.42 1.93 3.12 2.11

ROE 26.42 16.00 16.23 35.37 21.48 44.49 15.11 40.34

LDR/FDR 68.28 92.71 80.58 92.66 98.46 92.12 85.58 86.22

NIM/NOI 4.01 5.63 3.76 6.31 4.38 6.73 4.14 6.62

BOPO 69.41 84.91 72.82 79.60 67.83 78.19 67.43 73.44

Sumber : Perpustakaan Bank Indonesia, Statistik Perbankan Indonesia & Statistik Perbankan Syariah, data diolah, 2011

4.2.1. Kinerja Keuangan Bank Konvensional

Krisis keuangan di tahun 2007 – 2008 menyebabkan Bank Indonesia meningkatkan BI rate untuk meredam inflasi yang diakibatkan oleh turunnya nilai rupiah terhadap dolar. Kenaikan tingkat bunga menyebabkan daya tarik menyimpan dana di bank konvensional meningkat, namun kenaikan tingkat bunga ini tidak akan menarik bagi investor yang akan mendapatkan beban bunga yang lebih tinggi. Keadaan ini menyebabkan meningkatnya dana pihak ketiga (DPK) yang masuk yang tidak diimbangi dengan penyaluran dana ke masyarakat dalam bentuk kredit dan investasi lainnya.Hal ini dapat dilihat dengan nilai LDR di akhir tahun 2007 sebesar 80.58% (tabel 6) dibawah tingkat ideal antara 90% sampai 110%.


(52)

Di akhir tahun 2007, krisis keuangan menyebabkan ekspor menurun dan daya beli masyarakat menurun sehingga pendapatan pengusaha turun.Turunnya pendapatan pengusaha menyebabkan turunnya kemampuan dalam membayar kewajiban kepada bank.Keadaan ini bisa dilihat dari turunnya prosentase ROA, ROE, dan NIM serta meningkatnya nilai NPL pada tahun 2008 dibanding tahun sebelumnya. Penurunan ROA berpengaruh terhadap rasio permodalan, dapat dilihat rasio CAR juga mengalami penurunan di tahun 2007 dan 2008 jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya. Penurunan kecukupan modal terutama dikarenakan kerugian yang berasal dari pencadangan atas penurunan kualitas aktiva produktif dan gagal bayar bunga kredit.

Sementara itu, tingkat efisiensi bank yang ditunjukkan oleh rasio operasional biaya dengan pendapatan operasional (BOPO) mengalami peningkatan di akhir tahun 2007 dibanding dengan tahun sebelumnya meskipun masih dalam tingkat ideal antara 60% - 80%. Tingginya biaya pada bank konvensional menunjukkan target pendapatan bank konvensional yang belum terpenuhi. Apalagi pada saat krisis keuangan berlangsung, beban cost of fund

semakin tinggi dan menurunnya kemampuan peminjam untuk mengembalikan pinjamannya.

4.2.2 Kinerja Keuangan Bank Syariah

Kenaikan tingkat bunga di tahun 2007 – 2008 tidak mempengaruhi bank syariah secara langsung. Sistem jual beli di bank syariah, dimana pembayaran margin didasarkan fixed rate dimana ketetapan didasarkan kontrak tidak bisa berubah sewaktu-waktu seperti halnya dengan bunga. Namun, bagi produk bagi hasil dimungkinkan krisis keuangan ini akan mempengaruhi return bank syariah karena krisis keuangan akan mempengaruhi hasil bagi hasil pengusaha untuk mendapatkan laba optimal.

Dalam menjaga likuiditas, tingkat bunga masih menjadi benchmark bagi bank syariah dalam penentuan tingkat margin dan nisbah bagi hasil bank syariah. Dengan tingkat margin pembiayaan yang lebih rendah dibanding dengan tingkat

fee/bagi hasil pada tabungan dan deposito, membuat pembiayaan bank syariah lebih menarik bagi investor dibanding bank konvensional. Keadaan ini akan menyebabkan meningkatnya dana yang keluar untuk pembiayaan dari dana pihak


(1)

65


(2)

66


(3)

67


(4)

68


(5)

69


(6)