Memetakan Lahan yang berpotensi sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota

3 3. Terwujudnya perlindungan fungsi ruang dan pencegahan dampak negatif terhadap lingkungan akibat pemanfaatan ruang terbuka hijau. Dengan penurunan luas lahan hijau, maka sudah seharusnya pemerintah Kota Lubuk Pakam memperhatikan dan mengelola keberadaan lahan hijau agar terwujud hubungan yang baik antara alam dan manusia dan meningkatkan kembali kualitas lingkungan perkotaan. Undang-undang No. 26 Tahun 2007 menyebutkan bahwa luas ideal Ruang Terbuka Hijau kawasan perkotaan RTHKP minimal 30 dari luas kawasan kota. Evaluasi ini diharapkan membantu pemerintah kota dalam pengembangan, pengelolaan serta pemanfaatan lahan hijau agar kedepannya bertindak sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang berlaku. Tujuan Penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui Perubahan Tutupan Lahan antar tahun 2012 dengan 2015.

2. Memetakan Lahan yang berpotensi sebagai Ruang Terbuka Hijau di Kota

Lubuk Pakam. Manfaat Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi keadaan Tutupan Lahan dan perubahannya dari tahun 2012 sampai dengan tahun 2015 dan juga sebagai bahan pertimbangan dalam pengelolaan tata ruang Kota Lubuk Pakam bagi pihak-pihak yang terkait. 4 TINJAUAN PUSTAKA Tata Ruang Kota Kota adalah sebagai suatu wadah yang mempunyai batasan administrasi wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kota sebagai suatu lingkungan dengan rangkaian ekosistem yang kompleks, yang terdiri dari komponen-komponen fisik, biologis, sosial, budaya dan ekonomi selalu mengalami perkembangan dan perubahan yang akan berpengaruh pada tata kota Nurisjah, 1997. Tata ruang kota secara fisik dapat dipisahkan menjadi ruang terbangun dan ruang terbuka. Berdasarkan Depdagri 1998, ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah lebih luas, baik dalam area memanjangjalur yang dalam penggunaannya bersifat terbuka atau dasarnya tanpa bangunan. Tata ruang kota penting dalam efisiensi sumberdaya kota dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya. Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem transportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utama dalam menata ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruang kota selain dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan di cari solusinya juga di kaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya. 5 Tutupan Lahan Indonesia adalah salah satu negara mega biodiversity yang terletak dalam lintasan distribusi keanekaragaman hayati benua Asia Pulau Jawa, Sumatera dan Kalimantan dan Benua Astrulia Pulau Papua serta sebaran wilayah peralihan wallacea Pulau Sulawesi, Maluku dan Nusa Tenggara. Indonesia memiliki hutan tropis ketiga terluas di dunia setelah Brazil dan Zaire, Sehingga sangat penting peranannya sebagai bagian dari paru-paru dunia serta penyeimbang iklim global.Untuk mewujudkan pengelolaan hutan lestari melalui optimalisasi manfaat hutan, pemerintah telah menetapkan dan mempertahankan kecukupan luas kawasan hutan secara proporsional dan penutupan hutan untuk setiap daerah aliran sungai atau pulau, yaitu minimal 30 tiga puluh persen, seperti dituangkan pada pasal 18 UU No. 41 tahun 1999.Kawasan hutan dimaksud kemudian dideliniasi sesuai dengan fungsinya, yaitu sebagai hutan konservasi, lindung atau produksi Departemen Kehutanan, 2008. Kenampakan tutupan lahan berubah berdasarkan waktu, yakni keadaan kenampakan tutupan lahan atau posisinya berubah pada kurun waktu tertentu.Perubahan tutupan lahan dapat terjadi secara sistematik dan non- sistematik. Perubahan sistematik terjadi dengan ditandai oleh fenomena yang berulang, yakni tipe perubahan tutupan lahan pada kondisi yang sama. Kecendrungan perubahan ini dapat ditunjukan dengan peta multi waktu.Fenomena yang ada dapat dipetakan berdasarkan seri waktu, sehingga perubahan tutupan lahan dapat diketahui.Perubahan non-sistematik terjadi karena kenampakan luasan lahan yang mungkin bertambah, berkurang, ataupun tetap.Perubahan ini pada 6 umumnya tidak linear karena kenampakanya berubah-ubah, baik penutupan lahan maupun lokasinya Murcharke, 1990. Penutupan lahan pada kawasan hutan terutama yang terkait dengan tutupan lahan berubah dengan cepat dan sangat dinamis. Kondisi hutan yang semakin menurun dan berkurang luasnya telah menyebabkan laju pengurangan hutan pada kawasan hutan mencapai angka kurang lebih 2,48 juta hatahun pada periode 1997-2000 atau kurang lebih 8,5 juta ha selama 3 tahun. Tingginya tekanan terhadap keberadaan hutan telah mendorong dilakukannya monitoring sumber daya hutan secara periodik dengan interval waktu 3 tahunan Purnama, 2005. Penggunaan Lahan Lahan land adalah lingkungan fisik yang terdiri dari iklim, relief, tanah, air dan vegetasi serta benda yang ada di atasnya sepanjang ada pengaruhnya terhadap penggunaan lahan Sitorus, 2003. Menurut Lillesand dan Kiefer 1987, penggunaan lahan land use merupakan perwujudan fisik obyek-obyek yang menutupi lahan dan terkait dengan kegiatan manusia pada sebidang lahan.Pendapat Townshend dan Justice 1981 dalam Hartanto, 2006 mengenai penutupan lahan, yaitu perwujudan secara fisik visual dari vegetasi, benda alam, dan unsur-unsur budaya yang ada di permukaan bumi tanpa memperhatikan kegiatan manusia terhadap obyek tersebut. Menurut Arsyad 1989 penggunaan lahan diartikan sebagai bentuk intervensi campur tangan manusia terhadap lahan dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya baik materil maupun spiritual.Penggunaan lahan dibagi kedalam dua kelompok utama yaitu penggunaan lahan pertanian dan non 7 pertanian.Penggunaan lahan pertanian dibedakan dalam tegalan, sawah, kebun karet, hutan produksi dan sebagainya. Sedangkan penggunaan lahan bukan pertanian dapat dibedakan kedalam penggunaan kota atau desa pemukiman, industri, rekreasi dan sebagainya. Karateristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu, misalnya kemiringan lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif, curah hujan dan sebagainya FAO, 1976. Lahan Lahan mempunyai pengertian yang berbeda dengan tanah soil, dimana lahan terdiri dari semua kondisi lingkungan fisik yang mempengaruhi potensi penggunaannya, sedangkan tanah hanya merupakan satu aspek dari lahan. Konsep lahan meliputi iklim, tanah, hidrologi, bentuk lahan, vegetasi dan fauna, termasuk di dalamnya akibat yang ditimbulkan oleh aktivitas-aktivitas manusia baik masa lampau maupun masa sekarang Dent dan Young, 1981. Karateristik lahan merupakan atribut dari lahan yang dapat diukur dan diduga secara langsung yang berhubungan dengan penggunaan lahan tertentu, misalnya kemiringan lereng, tekstur tanah, kedalaman efektif, curah hujan dan sebagainya FAO, 1976. Keberhasilan penanaman banyak ditentukan oleh kesesuaiann antara karateristik lahan dengan persyaratan tumbuh tanaman bersangkutan. Karateristik lahan tidak dapat berperan secara sendiri-sendiri, akan tetapi lebih sering merupakan gabungan antara karateristik secara berkaitan. 8 Kombinasi berbagai karateristik lahan menentukan atau mempengaruhi perilaku lahan kualitas lahan, yakni bagaimana ketersediaan air, perkembangan akar, peredaran udara, kepekaan terhadap erosi, ketersediaan hara dan sebagainya Arsyad, 1989. Kualitas lahan merupakan sifat-sifat yang kompleks dari suatu lahan. Masin-masing kualitas lahan mempunyai keragaman tertentu yang berepengaruh terhadap kesesuaiannya untuk suatu penggunaan tertentu. Setiap kualitas lahan dapat terdiri dari satu atau lebih karateristik lahan FAO, 1976. Sistem Satelit Landsat Satelit Landsat merupakan salah satu satelit sumberdaya bumi yang dikembangkan NASA dan Departemen dalam Negeri Amerika Serikat. Satelit ini terbagi dalam dua generasi yakni generasi pertama dan generasi kedua. Generasi pertama adalah satelit Landsat 1 sampai 3. Satelit generasi kedua adalah satelit membawa dua jenis sensor yaitu sensor MMS dan sensor Thematic Mapper TM. Kelebihan sensor TM adalah menggunakan tujuh saluran, enam saluran terutama dititik beratkan untuk studi vegetasi dan satu saluran untuk studi geologi, sedangkan Landsat TM mempunyai 7 band. Untuk lebih singkatnya dapat dilihat pada tabel 1. Tabel 1. Saluran Citra Landsat TM Lillesand dan Kiefer, 1979. Saluran Kisaran Gelombang μm Kegunaan Utama 1 0,45 – 0,52 Penetrasi tubuh air, analisis penggunaan lahan, tanah, dan vegetasi. Pembedaan vegetasi dan lahan. 2 0,52 – 0,60 Pengamatan puncak pantulan vegetasi pada saluran hijau yang terletak diantara dua saluran penyerapan. Pengamatan ini dimaksudkan untuk membedakan jenis vegetasi dan untuk membedakan tanaman sehat terhadap tanaman yang tidak sehat 9 3 0,63 – 0,69 Saluran terpenting untuk membedakan jenis vegetasi. Saluran ini terletak pada salah satu daerah penyerapan klorofil 4 0,76 – 0,90 Saluran yang peka terhadap biomasa vegetasi. Juga untuk identifikasi jenis tanaman. Memudahkan pembedaan tanah dan tanaman serta lahan dan air. 5 1,55 – 1,75 Saluran penting untuk pembedaan jenis tanaman, kandungan air pada tanaman, kondisi kelembapan tanah. 6 2,08 – 2,35 Untuk membedakan formasi batuan dan untuk pemetaan hidrotermal. 7 10,40 – 12,50 Klasifikasi vegetasi, analisis gangguan vegetasi. Pembedaan kelembapan tanah, dan keperluan lain yang berhubungan dengan gejala termal. 8 Pankromatik Studi kota, penajaman batas linier, analisis tata ruang Citra penginderaan jauh ini sangat bermanfaat untuk pemetaan tutupan lahan karena selain mempermudah pengklasifikasian lahan juga mempermudah dalam menganalisis tutupan suatu lahan atau areal tertentu. Tepatnya tanggal 11 Februari 2013, NASA melakukan peluncuran satelit Landsat Data continuity Mission LDCM. Satelit ini mulai menyediakan produk citra open accesssejak tanggal 30 mei 2013, menandai perkembangan baru dunia antariksa. NASA lalu menyerahkan satelit LDCM kepada USGS tersebut. Satelit ini kemudian lebih di kenal sebagai landsat 8. Pengelolaan arsip data citra masih di tangani oleh Earth Resources Observation and Science EROS Center. Landsat 8 hanya memerlukan waktu 99 menit untuk mengorbit bumi dan melakukan liputan pada area yang sama setiap 16 hari sekali. Resolusi temporal ini tidak berbeda dengan landsat versi sebelumnya. Sebenarnya landsat 8 lebih cocok sebagai satelit dengan misi melanjutkan landsat 7 dari pada disebut sebagai satelit baru dengan spesifikasi yang baru pula. Ini terlihat dari karakteristiknya yang mirip dengan landsat 7, baik resolusinya spasial, temporal, spektral, metode koreksi, ketinggian terbang maupun karakteristik sensor yang dibawa. Hanya saja ada beberapa tambahan yang 10 menjadi titik penyempurnaan dari landsat 7 seperti jumlah band, rentang spektrum gelombang elektromagnetik terendah yang dapat ditangkap sensor serta nilai bit rentang nilai digital number dari tiap piksel citra. Satelit landsat 8 memiliki sensor Onboard Operational Land Imager Oli dan Thermel Infrared Sensor TIRS dengan jumlah kanal sebanyak 11 buah. Diantara kanal-kanal tersebut, 9 kanal band 1-9 berada pada Oli dan 2 lainnya band 10 dan 11 pada TIRS. Sebagian besar kanal memiliki spesifikasi mirip dengan landsat 7. Jenis kanal, panjang gelombang dan resolusi spasial setiap band pada landsat 8 di bandingkan dengan landsat 7. Laju degradasideforestasi dapat diketahui dengan membandingkan penutupan lahan hutan pada tahun tertentu dengan tahun-tahun sebelumnya mencakup pula karakteristik indeks vegetasinya untuk keperluan tersebut, citra landsat masih menjadi andalan bagi para analisis bidang kehutanan Campell, 2013. Interpretasi Citra Interpretasi citra adalah tindakan mengkaji foto atau citra dengan maksud untuk mengenali objek dan gejala serta menilai arti pentingnya objek dan gejala tersebut. Dalam interpretasi citra, penafsir mengkaji citra dan berupaya mengenali objek melalui tahapan kegiatan, yaitu: 1. Deteksi 2. Identifikasi 3. Analisis Setelah melalui tahapan tersebut, citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup 11 dan sebagainya. Pada dasarnya kegiatan interpretasi citra terdiri dari 2 proses, yaitu: A. Pengenalan objek melalui proses deteksi, yaitu pengamatan atas adanya suatu objek. Berarti penentuan ada atau tidaknya sesuatu pada citra atau upaya untuk mengetahui benda dan gejala di sekitar kita dengan menggunakan alat pengindera sensor. Untuk mendeteksi benda dan gejala di sekitar kita, penginderaan tidak dilakukan secara langsung atas benda, melainkan dengan mengkaji hasil reklamasi dari foto udara atau satelit. Dalam identifikasi ada tiga ciri utama benda yang tergambar pada citra berdasarkan cirri yang terekam oleh sensor yaitu sebagai berikut: 1. Spektral, ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dan benda yang dinyatakan dengan rona dan warna. 2. Spatial, ciri yang terkait dengan ruang yang meliputi bentuk, ukuran, bayangan, pola, tekstur, situs dan asosiasi. 3. Temporal, ciri yang terkait dengan umur benda atau saat perekaman. B. Penilaian atas fungsi objek dan kaitanya antar objek dengan cara menginterpretasi dan menganalisis citra yang hasilnya berupa klasifikasi yang menuju kearah terorisasi dan akhirnya dapat ditarik kesimpulan dari penilaian tersebut. Pada tahapan ini interpretasi dilakukan oleh seorang yang sangat ahli pada bidangnya, karena hasilnya sangat tergantung pada kemampuan penafsir citra. Citra dapat diterjemahkan dan digunakan ke dalam berbagai kepentingan seperti dalam: geografi, geologi, lingkungan hidup, dan sebagainya. Interpretasi citra berlandaskan 9 metode kunci interpretasi yang dijelaskan 12 oleh Sutanto; 1986 sebagai berikut ini: a Rona Merupakan tingkat kehitaman atau tingkat kegelapan obyek pada citra foto, rona merupakan tingkatan dari hitam ke putih atau sebaliknya, dengan mata biasa rona dapat dibedakan menjadi 5 tingkatan putih, kelabu-putih, kelabu, kelabu hitam dan hitam. b Warna Merupakan wujud yang tampak oleh mata dengan menggunakan spectrum sempit, lebih sempit dari spectrum tampak, contohnya warna atap pabrik adalah putih dan warna taman adalah hijau. c Bentuk Merupakan atribut yang jelas sehingga banyak obyek yang dapat dikenali berdasarkan bentuknya saja, contoh pengenalan obyek berdasarkan bentuk; Bangunan Gedung: berbentuk I, L, U, tajuk pohon palma : berbentuk bintang dan Gunung berapi : berbentuk kerucut. d Ukuran Atribut obyek yang berupa panjang sungai,jalan, luas lahan, volume, ukuran ini merupakan fungsi skala. Misalnya ukuran rumah berbeda dengan ukuran perkantoran, biasanya rumah berukuran lebih kecil dibandingkan dengan bangunan perkantoran. e Tekstur Frekuensi perubahan rona pada citra foto atau pengulangan rona pada kelompok objek permukiman tekstur dinyatakan dengan kasar hutan sedang belukar halus tanaman padi, permukaan air. 13 f Pola Merupakan ciri yang menandai bagi banyak objek bentukan manusia dan bagi beberapa objek bentukan alamiah, contoh : pola teratur tanaman perkebunan. Permukiman transmigrasi, pola tidak teratur : tanaman di hutan, jalan berpola teratur dan lurus berbeda dengan sungai yang berpola tidak teratur atau perumahan dibangun oleh pengembang berpola lebih teratur jika dibandingkan dengan perumahan diperkampungan. g Bayangan Merupakan kunci pengenalan objek yang penting untuk beberapa jenis objek, misalnya, untuk membedakan antara pabrik dan pergudangan, dimana pabrik akan terlihat adanya bayangan cerobong asap sedangkan gudang tidak ada. h Situs Menjelaskan letak objek terhadap objek lain disekitarnya, contoh pohon kopi di tanah miring, pohon nipah di daerah payau, sekolah dekat lapangan olahraga, pemukiman akan memanjang di sekitar jalan utama. i Assosiasi Diartikan sebagai keterkaitan antara objek yang satu dengan objek yang lain. Sehingga asosiasi ini dapat dikenali 2 objek atau lebih secara langsung, Contohnya stasiun kereta api KA. 14 j Konvergensi Bukti Penggunaan beberapa unsur interpretasi citra sehingga lingkupnya menjadi semakin menyempit kearah satu kesimpulan tertentu . Contoh : Tumbuhan dengan tajuk seperti bintang pada citra, menunjukkan pohon palem. Bila ditambah unsur interpretasi lain, seperti situsnya di tanah becek dan berair payau, maka tumbuhan palma tersebut adalah sagu Andimanwno, 2013. Bentang alam dan bentang budaya merupakan objek dari penginderaan jauh. Contoh pengenalan unsur bentang alam dan bentang budaya dari citra penginderaan jauh yaitu : 1. Unsur Bentang Alam a. Sungai, memiliki tekstur permukaan air yang seragam dengan rona yang gelap jika airnya jernih atau cerah jika keruh. Arah aliran sungai ditandai oleh bentuk sungai yang lebar pada bagian muara, pertemuan sungai memiliki sudut lancip sesuai dengan arah aliran, perpindahan meander ke arah samping dan ke arah bawah muara. b. Dataran banjir, memiliki permukaan yang rata dengan posisi lebih rendah dari daerah sekitar. Dataran banjir memiliki rona yang seragam atau kadang-kadang tidak seragam, dan terdapat sungai yang posisinya kadang-kadang agak jauh. c. Guguk pasir, berbentuk sempit dan memanjang, lurus atau melengkung, irigasi rendah dengan permukaan air yang datar, sejajar sama lain dan sejajar pantai. Tak terdapat aliran permukaan dan erosi. Pada kawasan terbukti bentuknya sesuai garis tinggi. 15 d. Hutan bakau, memiliki rona sangat hitam karena daya pantul terhadap cahaya rendah, ketinggian pohon seragam dan tumbuh pada pantai yang becek, tepi sungai atau peralihan air payau. e. Hutan rawa, memiliki rona dan tekstur tidak seragam. Hal ini disebabkan karena ketinggian pohonnya berbeda. Terletak antara hutan bakau dengan hutan rimba di kawasan pedalaman. 2. Unsur bentang budaya a. Jalan raya dan jalan kereta api Jalan raya dan jalan kereta api memiliki bentuk memanjang, lebarnya seragam dan relative lurus. Tekstur halus serta rona yang kontras dengan daerah sekitar dan pada umumnya cerah. b. Terowongan dan jembatan 1. Pada terowongan Nampak seperti jalan atau jalan kereta api yang tiba-tiba hilang pada satu titik dan timbul lagi pada titik lain. 2. Pada jembatan Nampak adanya sungai atau saluran irigasi yang menyilang jalan, terdapat bayangan karena perbedaan tinggi antara jembatan dengan sungai Sutanto, 1986. Sistem Informasi Geografis Sistem Informasi Geografis SIG merupakan suatu sistem yang berorientasi operasi berkaitan dengan pengumpulan, penyimpanan, dan manipulasi data yang bereferensi geografis secara konvensional. Operasi ini melibatkan a perangkat komputer perangkat keras dan perangkat lunak yang mampu menangani data mencakup input, b manajemen data 16 penyimpanan dan pemanggilan data c manipulasi dan analisis, d pengembangan produk dan pencetakan Aronoff, 1989. Salah satu prosedur kerja yang umum dilakukan dalam SIG adalah penumpang tindihan beberapa peta untuk mencari suatu wilayah tertentu. Dalam pekerjaan perencanaan keruangan dimana data-data disajikan dalam bentuk peta, pendekatan ini sangat biasa dilakukan. Tumpang tindih bukan hanya menggabungkan garis yang terdapat pada dua atau tiga peta tersebut menjadi gabungan, karena hal ini hanya bagian kegiatan fisiknya, akan tetapi yang lebih penting menggali makna yang diakibatkan oleh kegiatan tersebut Barus dan Wiradisastra, 2000. Pemanfaatan Sistem Informasi Geografis SIG menjanjikan pengelolaan sumber daya dan pembuatan model terutama model kuantitatif menjadi lebih mudah dan sederhana. SIG merupakan suatu cara yang efesien dan efektif untuk mengetahui karateristik lahan suatu wilayah dan potensi pengembangannya. Sistem Informasi Geografis dapat dibagi menjadi empat komponen, yaitu : 1. Sistem Komputer Sistem komputer berupa komputer dan sistem operasi yang digunakan untuk mengoperasikan SIG. 2. Perangkat Lunak Perangkat Lunak SIG berupa program dan antarmuka pengguna untuk menjalankan perangkat keras 3. Perangkat Pikir Perangkat pikir menunjuk pada tujuan, sasaran, dan alasan penggunaan SIG 17 4. Infrastruktur Infrastruktur menunjuk pada kebutuhan fisik yang berhubungan dengan ketatausahaan organisasi, dan lingkungan penggunaan SIG. Perencanaan Tata Ruang Kota Kota adalah sebagai suatu wadah yang mempunyai batasan administrasi wilayah yang jelas, sebagaimana yang telah diatur dalam undang-undang. Kota sebagai suatu lingkungan dengan rangkaian ekosistem yang kompleks, yang terdiri dari komponen-komponen fisik, biologis, sosial, budaya dan ekonomi selalu mengalami perkembangan dan perubahan yang akan berpengaruh pada tata kota Nurisjah, 1997. Tata ruang kota secara fisik dapat dipisahkan menjadi ruang terbangun dan ruang terbuka. Berdasarkan Depdagri 1998, ruang terbuka adalah ruang-ruang dalam kota atau wilayah lebih luas, baik dalam area memanjangjalur yang dalam penggunaannya bersifat terbuka atau dasarnya tanpa bangunan. Perencanaan tata kota Urban Design bertujuan untuk mewujudkan proses ruang kota yang berkualitas tinggi dilihat dari kemampuan tata ruang tersebut, di dalam membentuk pola hidup masyarakat urban yang sehat. Untuk itu maka elemen tata ruang kota yang berpengaruh terhadap proses pembentukan ruang yang dimaksud harus diarahkan serta di kendalikan perancanganya sesuai dengan skenario pembangunan yang telah digariskan. Menurut Shurvani 1985, mengklasifikasikan 8 elemen urban design, sebagai berikut : Tata guna lahan, bentuk dan masa bangunan, sirkulasi parkir, ruang terbuka, area peindustrian, pendukung aktivitas dan konservasi. Lebih lanjut di jelaskan bahwa secara umum 18 ruang terbuka di perkotaan, terbagi menjadi ruang terbuka hijau dan ruang terbuka non hijau.Ruang terbuka hijau RTH perkotaan adalah bagian dari ruang-ruang terbuka suatu wilayah perkotaan yang di isi tanaman guna mendukung manfaat ekologis, sosial budaya, dan arsitektural yang dapat memberikan manfaat ekonomi bagi masyarakatnya. Ruang terbuka non hijau dapat berupa ruang yang diperkeras paved maupun ruang terbuka biru yang berupa permukaan sungai, danau maupun areal-areal yang di peruntuhkan sebagai genangan retensi. Tata ruang kota penting dalam efisiensi sumberdaya kota dan juga efektifitas penggunaannya, baik sumberdaya alam maupun sumberdaya lainnya. Ruang-ruang kota yang ditata terkait dan saling berkesinambungan ini mempunyai pendekatan dalam perencanaan dan pembangunannya. Tata guna lahan, sistem tranportasi, dan sistem jaringan utilitas merupakan tiga faktor utamadalam menata ruang kota. Dalam perkembangan selanjutnya, konsep ruangkota selain dikaitkan dengan permasalahan utama perkotaan yang akan dicari solusinya juga dikaitkan dengan pencapaian tujuan akhir dari suatu penataan ruang yaitu untuk kesejahteraan, kenyamanan, serta kesehatan warga dan kotanya. 19 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitianini dilaksanakan di Kota Lubuk Pakam, Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara. Pada bulan Maret 2015 sampai dengan Mei 2015. Analisis data dilakukan di Laboratorium Manajemen Hutan Terpadu, Program Studi Kehutanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara. Gambaran Umum Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di kota Lubuk Pakam, Propinsi Sumatera Utara, yang secara geografis kota Lubuk Pakam berada diposisi 0257 - 0316 Lintang Utara dan 9833 - 9927 Bujur Timur, berada di wilayah Kabupaten Deli Serdang. Luas kota Lubuk Pakam adalah 7.655,35 Ha dengan batas wilayah sebagai berikut, sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Beringin, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau, sebelah timur Berbatasan dengan Pagar Merbau dan sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa.Kota Lubuk Pakam terdiri atas 7 kelurahan dan 6 desa serta 105 dusun dengan ibukota Kecamatan terletak di jalan Tengku Raja Muda Lubuk Pakam. Topografi Kecamatan Lubuk Pakam merupakan dataran dengan ketinggian 0 sd 8 meter dari Permukaan laut. Kota Lubuk Pakam terletak pada ketinggian 400 m dari permukaan laut, beriklim sedang dengan suhu maksimum rata rata 30 C dan suhu minimum 21 C, curah hujan rata-rata 257 mm, dan kelembaban udara rata-rata 84, dengan kecepatan angin 0,05 meterdetik dan penguapan 3,18 mm BPS, 2010. 20 Gambar 1. Peta Lokasi Penelitian Kota Lubuk Pakam 25 Alat dan Data Alat yang digunakan dalam penelitian ini antara lain: 1. GPS Global Positioning System 2. Perangkat keras personal computer netbook 3. Perangkat lunak ArcgisArcMap 10.0dan Erdas Imagine 8,5 4. Kamera digital 5. Perangkat lunak Microsoft Excel dan Microsoft Word 6. Manual Monogram Sumatera Utara. Data yang dibutuhkan dalam penelitian inidapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Jenis Data Primer dan Sekunder yang Diperlukan dalam Penelitian No Nama Data Jenis Data Sumber Tahun 1. Data Lapangan ground check Primer GPS dan Kamera digital 2015 2. Citra Landsat 8 OLI pathrow 12957 Sekunder www.glovis.usgs.gov 2012 3. Citra Landsat 8 OLI pathrow 12957 Sekunder www.earthexplorer.usgs .gov 2015 4. Peta Administrasi Kecamatan Lubuk Pakam Sekunder Balai Pemantapan Kawasan Hutan 2014 5. Peta Administrasi Sumatera Utara Sekunder Balai Pemantapan Kawasan Hutan 2014 Prosedur Penelitian Prosedur kerja untuk klasifikasi citra dengan metode klasifikasi terbimbing supervised classification dan untuk mengklasifikasikan kelas tutupan lahan digunakan submenudari klasifikasi citraimage cassification dengan metode peluang maksimum klasifikasiMaximum Likelihood Classification MLC pada perangkat lunaksoftware ArcMap 10.Data primer berupa citra landsat8 tahun 2012 pada bulan Februari dan citra landsat 8 tahun 2015 dari USGS bulan Juni. 26 Menurut Sukojo dan Susilowati 2003 pengelolaan citra Landsat bertujuan untuk mengekstrak informasi-informasi yang terdapat pada citra baik yang bersifat informasi spasial maupun informasi deskriptik, dimana semua proses pengelolaan dilakukan secara digital dengan bantuan komputer. Kegiatan dalam menganalisis penutupan lahan masing-masing citra 2012 dan 2015 dapat dilakukan dalam enam tahap yang digambarkan dalam diagram alir seperti Gambar 3. Peta Penutupan LahanTahun 2012 Gambar 3.Skema Analisis Perubahan Penutupan Lahan Citra Terkoreksi Tahun 2012 Image Classification Klasifikasi Terbimbing Citra Landsat8tahu Data Ground checkPengecekan Lapangan Koreksi citra Citra Landsat8 Peta Penutupan LahanTahun 2015 Peta Perubahan Lahanantara tahun 2012 dengan 2015 Citra Terkoreksi Tahun 2015 27 Analisis data 1. Koreksi citra Citra Landsat yang diperlukan diperoleh dari situs resmi landsat melalui http:usgs.glovis.gov. Sebelum diolah lebih lanjut citra landsat yang diperoleh pada tahun rekaman 2012 dan 2015 terlebih dahulu diperbaiki karena citra landsat pada tahun 2003 hingga sekarang mengalami gangguan akibat rusaknya Scan Line Corrector SLC-OFF yang mengakibatkan adanya garis-garisstripping. Perbaikan citra dilakukan dengan memanfaatkan softwareFrame and Fill Win 32. Software ini akan membantu memulihkan citra landsat yang memiliki garis-garisstripping agar memiliki tampilan serupa dengan citra tanpa garis- garisistripping. Secara sederhana citra diperbaiki dengan cara mengisi citra yang dijadikan master dengan citra pengisi yang bisa saja keduanya memiliki garis- garisstripping namun pada lokasi yang berbeda, sehingga dapat saling mengisi. Citra pengisi merupakan citra pada tahun yang sama namun berbeda bulan. Sedangkan citra master memiliki persentase awan paling rendah.

2. Komposit Citra