Peranan Emas Dalam Logam Campur Emas Kedokteran Gigi

(1)

PERANAN EMAS DALAM LOGAM CAMPUR EMAS KEDOKTERAN GIGI

SKRIPSI

Diajukan untuk memenuhi tugas dan melengkapi syarat guna memperolah gelar Sarjana Kedokteran Gigi

Oleh:

SATTHVA SIVAM A/L RATNAKRISHANAN NIM : 060600161

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN 2010


(2)

A) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI B) DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN

TEKNOLOGI C) TAHUN 2010 D) SATTHVA SIVAM A/L RATNAKRISHNAN.

E) PERANAN EMAS DALAM LOGAM CAMPUR EMAS KEDOKTERAN GIGI F) vi+31 Halaman

G) Emas murni adalah emas yang bersifat sangat lunak sehingga tidak dapat dipergunakan dalam bidang kedokteran gigi. Pengalloyan emas murni dilakukan dengan beberapa logam lain seperti tembaga, palladium, seng, platina dan perak untuk mendapatkan sifat mekanis yang baik. Menurut American Dental Association (ADA) specification No. 5 logam emas diklasifikasikan berdasarkan kekuatan dan kandungan emasnya ke dalam 4 tipe yaitu Tipe I (lunak), Tipe II (Sedang), Tipe III (keras), Tipe IV (sangat keras). Logam emas mempunyai sifat-sifat yang baik sehingga mendapat hasil yang baik apabila digunakan dalam bidang kedokteran gigi seperti, mempunyai biokompatibilitas yang baik dimana hanya menunjukkan sedikit atau tidak ada sama sekali efek yang membahayakan pada rongga mulut, selain itu mempunyai malleability dan ductility yang baik dibanding logam logam lain.

Dalam penggunaannya logam emas mempunyai kebaikan dan keburukan. Kebaikan logam emas yaitu mempunyai kekerasan dan kekuatan yang baik, mudah dimanipulasi, mudah di burnis, mempunyai daya tahan terhadap tarnis dan korosi, memiliki adaptasi klinis yang baik terhadap gigi dan dapat ditoleransi dengan baik oleh gusi dan jaringan intra oral, serta tidak memberikan efek beracun terhadap rongga mulut. Keburukan yaitu warna yang kurang menguntungkan bagi pasien, memerlukan banyak preparasi gigi sehingga dapat membahayakan pulpa, dan biaya yang sangat mahal.

Pengaruh emas terhadap logam campur emas adalah malleability dan ductility. Ductility adalah kesanggupan suatu bahan untuk mempertahankan suatu deformasi permanen oleh tensile stress atau load tanpa putus dan malleability adalah


(3)

kesanggupan suatu bahan untuk mempertahankan suatu deformasi permanen oleh suatu compressive stress. Di dalam pengunaan logam emas, kekerasan emas bertambah dari tipe I ke tipe IV sedangkan ductility dan malleability berkurang bila kandungan emas berkurang.


(4)

PERNYATAAN PERSETUJUAN

Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan tim penguji skripsi

Medan, Mei 2010 Pembimbing: Tanda Tangan

Drg. Sumadhi S.Ph.D ______________ NIP: 194603101971071001


(5)

TIM PENGUJI SKRIPSI

Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan tim penguji pada tanggal Mei 2010

TIM PENGUJI

KETUA : Sumadhi S drg Ph.D

ANGGOTA : 1. Lasminda Syafiar drg M.Kes 2. Rusfian drg M.Kes

3. Siti Chadidjah Az drg

4. Kholidina Imanda Harahap drg 5. Ika Dewi Adiana drg


(6)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan karuniaNya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi di Departemen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Gigi di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis ingin mengucapkan rasa hormat dan terima kasih yang tak terhingga kepada orang tua tercinta, Ayahanda Ratnakrishnan dan Ibunda Punya Kumari atas do’a cinta dan kasih sayang atas dukungan moral dan materil yang diberikan sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan sarjana di Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Sumatera Utara.

Selain itu, penulis juga ingin mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:.

1. Sumadhi S drg Ph.D selaku dosen pembimbing skripsi yang telah begitu sabar dan banyak meluangkan waktu, tenaga, memberikan pemikiran dan masukan kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini.

2. Lasminda Syafiar drg M.Kes selaku Ketua Departmen Ilmu Material dan Teknologi Kedokteran Gigi FKG USU yang memberikan saran dan masukan dalam skripsi ini.

3. Rusfian drg M.Kes, Siti Chadidjah Az drg dan Kholidina Imanda Harahap drg dan Ika Dewi Adiana drg yang sudi memberikan saran dan komentar sewaktu penulisan skripsi ini.


(7)

4. Teman-teman seperjuangan penulis yaitu Prem Latta, Amee Safia, Jana, Muniez atas kerjasamanya selama ini serta Muktar, Ika, Chankar dan teman-teman dari stambuk 2006, 2007, 2008, dan 2009 atas persahabatan, bantuan, dukungan dan semua hal yang diberikan kepada penulis selama menjalani perkuliahan.

Penulis mengharapkan semoga penulisan skripsi ini dapat memberikan sumbangan pikiran bagi fakultas, pengembangan ilmu pengetahuan dan masyarakat.

Medan, Mei 2010 Penulis,

Satthva Sivam NIM : 060600161


(8)

DAFTAR ISI

Halaman HALAMAN JUDUL

HALAMAN PERSETUJUAN

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

BAB 1 PENDAHULUAN ... 1

BAB 2 PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI LOGAM CAMPUR EMAS... 3

2.1 Pengertian Logam Campur Emas ... 3

2.2 Klasifikasi logam Campur Emas ... 4

2.2.1 Tipe 1 mengandungi 83% Au ... 4

2.2.2 Tipe 2 mengandungi 78% Au ... 4

2.2.3 Tipe 3 mengandungi 78% Au ... 5

2.2.4 Tipe 4 mengandungi 75% Au ... 5

BAB 3 KOMPOSISI DAN SIFAT SIFAT LOGAM CAMPUR EMAS ... 7

3.1 Komposisi Logam Campur Emas ... 7

3.2 Logam logam Campuran Emas ... 8

3.2.1 Emas ... 8

3.2.2 Tembaga ... 11

3.2.3 Perak ... 11

3.2.4 Seng ... 12

3.2.5 Platina ... 12

3.2.6 Palladium ... 12


(9)

3.3.1 Sifat Logam Campuran Emas ... 15

3.4 Wrought Logam Emas ... 19

3.5 Soldering Logam Emas ... 20

BAB 4 KEUNTUNGAN KERUGIAN DAN PENGARUH LOGAM CAMPUR EMAS ... 22

4.1 Keuntungan Logam Campur Emas ... 22

4.2 Kerugian Logam Campur Emas ... 23

4.3 Pengaruh Emas Dalam Logam Campur Emas ... 24

4.3.1 Permalleability dan Ductility ... 24

4.4 Kegunan Logam Campur Emas ... 25

4.4.1 Kegunaan Dental Casting Alloy ... 25

4.4.2 Kegunaan Wrougth Gold Alloy ... 28

4.4.3 Kegunaan Soldering ... 28

BAB 5 KESIMPULAN ... 29


(10)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Klasifikasi Dental Gold Alloy, ADA Specification No.5 ... 6

2. Sifat Fisis Emas ... 9

3. Komposisi (Persentase Berat) Logam Campur Dental Casting Gold Alloy Tipe I Sampai Tipe IV Menurut (ADA) ... 14

4. Komposisi Dari Dental Casting Gold Alloy Menurut Skinner ... 14

5. Sifat Fisis Logam Campur Emas ... 17

6. Sifat Mekanis Logam Campur Emas ... 18

7. Komposisi dari Wrought gold alloy ... 19


(11)

A) FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI B) DEPARTEMEN ILMU MATERIAL DAN

TEKNOLOGI C) TAHUN 2010 D) SATTHVA SIVAM A/L RATNAKRISHNAN.

E) PERANAN EMAS DALAM LOGAM CAMPUR EMAS KEDOKTERAN GIGI F) vi+31 Halaman

G) Emas murni adalah emas yang bersifat sangat lunak sehingga tidak dapat dipergunakan dalam bidang kedokteran gigi. Pengalloyan emas murni dilakukan dengan beberapa logam lain seperti tembaga, palladium, seng, platina dan perak untuk mendapatkan sifat mekanis yang baik. Menurut American Dental Association (ADA) specification No. 5 logam emas diklasifikasikan berdasarkan kekuatan dan kandungan emasnya ke dalam 4 tipe yaitu Tipe I (lunak), Tipe II (Sedang), Tipe III (keras), Tipe IV (sangat keras). Logam emas mempunyai sifat-sifat yang baik sehingga mendapat hasil yang baik apabila digunakan dalam bidang kedokteran gigi seperti, mempunyai biokompatibilitas yang baik dimana hanya menunjukkan sedikit atau tidak ada sama sekali efek yang membahayakan pada rongga mulut, selain itu mempunyai malleability dan ductility yang baik dibanding logam logam lain.

Dalam penggunaannya logam emas mempunyai kebaikan dan keburukan. Kebaikan logam emas yaitu mempunyai kekerasan dan kekuatan yang baik, mudah dimanipulasi, mudah di burnis, mempunyai daya tahan terhadap tarnis dan korosi, memiliki adaptasi klinis yang baik terhadap gigi dan dapat ditoleransi dengan baik oleh gusi dan jaringan intra oral, serta tidak memberikan efek beracun terhadap rongga mulut. Keburukan yaitu warna yang kurang menguntungkan bagi pasien, memerlukan banyak preparasi gigi sehingga dapat membahayakan pulpa, dan biaya yang sangat mahal.

Pengaruh emas terhadap logam campur emas adalah malleability dan ductility. Ductility adalah kesanggupan suatu bahan untuk mempertahankan suatu deformasi permanen oleh tensile stress atau load tanpa putus dan malleability adalah


(12)

kesanggupan suatu bahan untuk mempertahankan suatu deformasi permanen oleh suatu compressive stress. Di dalam pengunaan logam emas, kekerasan emas bertambah dari tipe I ke tipe IV sedangkan ductility dan malleability berkurang bila kandungan emas berkurang.


(13)

BAB 1

PENDAHULUAN

Emas berasal dari kata Latin = aurum, dikenal sebagai logam yang bernilai sejak permulaan peradaban manusia. Sekitar 2/3 perolehan emas diseluruh dunia berasal dari Afrika Selatan dan sekitar 2/3 total produksi emas Amerika berasal dari Dakota Selatan dan Nevada. Emas juga dikenal sebagai logam yang memiliki konduktivitas panas dan listrik yang baik serta tidak bereaksi atau terkorosi oleh udara dan bahan lainnya. Oleh karena keunggulannya, maka emas dijadikan mata uang koin dan sebagai standar keuangan dibanyak negara. Selain itu emas juga digunakan sebagai perhiasan, dekorasi, untuk melapisi logam lain dan bahan dibidang kedokteran gigi. Charmichael pada tahun 1906 menemukan semacam mahkota emas sebagian yang disebut Partial Veneer Gold Crown dan juga sering disebut Charmicheal crown.1.

Bahan logam campur emas dalam kedokteran gigi juga banyak dipergunakan sebagai bahan tambalan gigi, untuk pembuatan inlay, mahkota dan jembatan atau dapat pula sebagai landasan gigitiruan. Logam-logam pada umumnya dijadikan alloy untuk mendapatkan beberapa sifat yang menguntungkan dalam pemakaiannya. Secara umum sifat-sifat yang perlu dan harus dimiliki dalam pemakaian di kedokteran gigi adalah derajat resistensi terhadap tarnish dan korosi di dalam mulut tinggi dan resistensi terhadap stress tanpa menimbulkan deformasi permanent atau fraktur.1,2,3.

Logam campur emas merupakan logam yang terdiri dari beberapa campuran dengan emas yaitu tembaga, perak, platina, palladium dan seng. Pada tahun 1932

ADA Specification No 5 menetapkan berbagai logam campur emas yang digunakan

dan secara umum mengelompokannya sebagai tipe 1 (lunak), tipe 2 (sedang), tipe 3 (keras) dan tipe 4 (sangat keras). Pada saat itu beberapa test karat menunjukan bahwa


(14)

logam campur yang mengandung emas lebih rendah dari 65% -75% terlalu mudah terkorosi untuk dapat digunakan sebagai tambalan gigi.

2,4.

Logam-logam harus menunjukan kecocokan biologis, mudah untuk dicairkan, dicor, dilas (disolder) dan dipolish mempunyai ketahanan abrasi yang baik, kekuatan tinggi dan tahan terhadap tekanan serta tahan terhadap karat dan korosi. Keuntungan pemakaian logam campur emas pada umumnya adalah mempunyai tensile strength, ductility yang baik, mudah disolder, mempunyai kekerasan yang cukup dan mudah dibentuk setipis mungkin, sedangkan kerugiannya adalah harganya mahal dan titik leburnya tinggi.3,5.

Dalam skripsi ini akan dijelaskan tentang pengertian logam campur emas, klasifikasi dan komposisi logam campur emas, sifat-sifat emas, pengaruh emas dalam logam campur emas serta kegunaannya.


(15)

BAB 2

PENGERTIAN DAN KLASIFIKASI LOGAM CAMPUR EMAS

2.1. Pengertian Logam Campur Emas

Emas adalah

univalen) yang lunak, mengkilap, kuning, berat, "malleable", dan "ductile". Emas tidak bereaksi dengan zat kimia lainnya kecuali oleh melebur dalam bentuk cair pada suhu sekitar 1000 derajat celcius.4,5,6.

Emas murni atau pure gold adalah suatu logam yang mengandung 99.5 % atau lebih Au (Aurum) di dalamnya. Logam campur emas adalah logam mulia yang dicampur dengan logam yang kurang mulia. Logam yang dipakai disini adalah emas (Au) 24 karat dan logam lainnya seperti perak (Ag), tembaga (Cu), platina (Pt), palladium (Pd) dan seng (Zn).

2,3,4.

Logam campur emas (gold alloy) yang digunakan dalam kedokteran gigi paling sedikit mengandung 2 macam logam maksimum 7-8 logam yang dicampur. Banyak sedikitnya logam emas yang dipergunakan akan menunjukkan tinggi rendahnya karat logam campur mulia tersebut. Misalnya makin banyak tembaga (Cu) yang dicampur makin rendah nilai karat logam campur emas tersebut dan logam campur emas 14 karat dapat menjadi lebih tinggi nilai karatnya dengan menambah sejumlah logam campur emas 22 karat.6,7.

Emas murni tidak dipergunakan untuk restorasi tuangan maupun untuk peralatan dikedokteran gigi karena bersifat lunak dan kenyal, serta harganya sangat


(16)

mahal. Untuk mengatasi hal ini gold dapat dialloykan dengan elemen-elemen tertentu yang dapat memberikan sifat-sifat mekanis yang lebih baik.6.

Logam mulia digunakan untuk inlay, mahkota dan jembatan karena daya tahannya terhadap karat dan korosi. Dari tujuh logam mulia yang dianggap mulia menurut standar kegunaannya di bidang kedokteran gigi, hanya emas, palladium dan platinum yang sekarang masih banyak digunakan didalam kedokteran gigi.6,7,8.

2.2 Klasifikasi Logam Campur Emas

Ada beberapa jenis logam campur untuk dipergunakan di kedokteran gigi yang sekarang ini tersedia dipasaran dunia. Sebagian logam campur ini dirancang untuk keperluan mahkota logam penuh, jembatan, onlay dan inlay.2.

Menurut American Dental Association (ADA) Specification No. 5 logam emas diklasifikasikan berdasarkan kekuatan dan kandungan emasnya ke dalam 4 tipe seperti ditunjukan ditabel 1:

2.2.1 Tipe I (Lunak)

Dental casting logam emas tipe I ini merupakan logam campur emas dengan 79-92.5 % emas. Komposisi dari logam ini terbatas dari emas, perak, tembaga, dan seng ditambah platinum. Titik cair logam emas tipe I ini relatif tinggi berkisar 9400C (12250 F). Logam emas tipe I memiliki kekerasan antara 40-75 Brinell Hard Number (BHN). Logam ini pada umumnya sedikit sedikit ductil, menunjukan proportional

limit yang rendah, dengan nilai elongasi yang berkisar 25% - 30%. Yield strength dari

logam emas ini berkisar antara 100-110 Mpa, yang menunjukan bahwa aloi tipe ini dapat langsung dibentuk dengan tekanan dari instrument kedokteran gigi.7,8,9.


(17)

2.2.2 Tipe II (Sedang)

Dental casting logam tipe II merupakan logam campur emas dengan kandungan emas 75-78% emas. Pada aloi ini mempunyai komposisi tembaga lebih banyak dari tipe I dengan titik cair yang berkisar antara 9000 C (16500F). Logam emas tipe II memiliki kekerasan berkisar antara 90 -140 BHN. Logam ini memiliki nilai elongasi hampir sama

dengan alloy tipe I, yang menunjukan bahwa logam ini mempunyai ductility yang cukup baik. Logam emas ini mempunyai yield strength yang lebih tinggi dari logam emas tipe I. Kemampuan dari aloi tipe II ini untuk dibentuk dan dimanipulasikan langsung dengan instrument kedokteran gigi tidak semudah tipe I.7,8,9.

2.2.3 Tipe III (Keras)

Dental casting logam emas tipe III merupakan logam campur emas dengan kandungan 62-78% emas. Komposisi dari logam emas ini memiliki persentasi yang tinggi dari elemen pengeras seperti platinum dan palladium, karena logam ini memerlukan kekuatan yang besar. Logam emas tipe III ini lebih keras dari kedua tipe di atas, sehingga dapat menggantikan penggunaan logam emas tipe I dan tipe II. Logam emas tipe III memiliki kekerasan 90-140 BHN. Logam emas ini memiliki titik lebur sama dengan tipe II yaitu berkisar antara 9000C (16500F). Dengan proportional

limit sebesar 290 Mpa.7,8,9.

2.2.4 Tipe IV

Dental casting logam emas tipe IV ini merupakan logam campur emas dengan kandungan 60 -71.5%. emas. Komposisi dari tipe IV ini mengandung jumlah logam


(18)

murni sedikit sekali. Logam campur emas ini mempunyai sifat yang sangat keras sekali dengan kekerasan diatas 130 BHN. Titik cair dari tipe IV ini dibawah dari tipe tipe lainnya 8700 C (16500F).7,8,9

Tabel 1 Klasifikasi Dental Gold Alloy, ADA specification No.5

Type Logam Emas (%) BHN

Min. Max.

I (Soft) 83 40 75

II(Medium) 78 70 100

III(Hard) 78 90 140

IV(Extra Hard) 75 130 -

Klasifikasi Dental Gold Alloy diatas pada umunnya kekerasannya akan bertambah tinggi dari type 1 hingga type 1V. Brinell Hardness Number (BHN) dari alloy-alloy ini berhubungan langsung dengan tensile strength. Pada umumnya gold alloy dengan BHN kurang dari 40 tidak boleh dipergunakan didalam mulut. Alloy tersebut sangat lunak, dan akan rusak oleh tekanan pengunyahan.


(19)

BAB 3

KOMPOSISI DAN SIFAT- SIFAT LOGAM CAMPUR EMAS

3.1 Komposisi Logam Campur Emas

Hanya sedikit logam yang digunakan dalam bentuk murni untuk tujuan kedokteran gigi. Emas merupakan merupakan pengecualian yang menonjol. Menurut ADA No 5, kandungan emas dari sebuah logam campur gigi dinyatakan berupa karat atau fineness. Karat mengacu pada bagian dari emas murni didalam 24 bagian logam campur. Misalnya emas 24 karat adalah emas murni, sedangkan emas 22 adalah logam campur yang 22 bagiannya adalah emas murni dan 2 bagian lainnya adalah logam lain. Selain daripada itu fineness mejelaskan logam campur emas menurut angka dari bagian-bagian per1000 bagian emas. Misalnya emas murni mempunyai angka fineness 1000, dan logam campur dengan angka fineness 650 memiliki kandungan emas sebesar 65%. Jadi angka fineness adalah 10 kali angka persentasi kandungan emas didalam sebuah logam campur. Adapun logam-logam yang digunakan sebagai campuran logam emas untuk mendapatkan kekerasan, kekuatan dan sebagainya seperti yang diinginkan maka diperlukan tambahan dengan logam-logam lain seperti:

1. Perak 2. Tembaga 3. Platina 4. Palladium 5. Seng


(20)

3.2.1 Emas

Emas murni adalah logam gigi yang paling murni, jarang berubah warna atau berkarat dirongga mulut. Emas adalah logam yang paling bisa ditarik memanjang (ductilitas tinggi) seperti yang ditunjukan oleh kemampuan dari bentuk silinder seberat (29g 91oz) untuk ditarik menjadi sebuah kawat sepanjang 100 km (62mil). Emas adalah logam yang paling bisa dibentuk, seperti ditunjukan oleh kemampuannya untuk ditempa sampai ketebalan 0,00013mm (0.13), yaitu sepertiga dari ketebalan lembaran emas yang digunakan dalam kedokteran gigi. Emas murni sangat lunak, tetapi setelah didinginkan, kekerasannya 52 sampai 75 angka kekerasan vickers VHN, setara dan bahkan melebihi logam campur emas tipe I dalam keadaan lunak yaitu 50 VHN, dan setelah pengerasan.7,8.

Sifat-Sifat Emas Murni

A. Sifat Fisis:

• Warna : Emas mempunyai massa yang padat dan berwarna kuning, tapi bila dibuat menjadi bagian yang lebih tipis, berwarna ungu, violet, delima, atau coklat.

• Berat Jenis : Mempunyai berat jenis yang tinggi yaitu 19,30-19,33, tergantung pada tuangan (cast) atau gumpalan (rolled), dan temperaturnya ditentukan oleh berat jenis seperti yang ditunjukan dalam tabel 2.8,9,10.


(21)

Sifat Besaran

Titik Lebur 1063

0

C(1945 F)

Titik Didih 2970

0 C

Berat Molekul 196,97

Density 19,32 gr/cc

Koefisien linear termal ekspansi 0,142/ 0C x 10 -4

B. Sifat Mekanis

Emas memiliki sifat mekanik seperti Tensile strength, Hardness, dan Elastic

Modulus. Emas memiliki yield strength yang rendah dan dapat ditipiskan dengan

setipis mungkin sehingga emas merupakan logam mulia yang paling ulet dan lunak sehingga mudah sekali dibentuk.

• Malleability : Malleability adalah kesanggupan suatu bahan untuk mempertahankan suatu deformasi permanen oleh suatu compressive stress. Ketebalannya dapat dikurangi sewaktu ditempa sampai seperduaratus limapuluh inchi. Emas dapat ditempa sedemikian tipisnya sehingga tumpukan dari 120000 lembar tidak lebih dari 1 cm tebalnya. Satu gram emas dapat menjadi kawat sepanjang 2,5 km.5,6,9.

• Ductility : Ductility adalah kesanggupan suatu bahan untuk mempertahankan suatu deformasi permanen oleh tensile stress atau load tanpa putus. Paling besar dari semua logam-logam. Satu grain (0,0648) dapat dibuat panjang kawat mendekati 500 kaki ( 1 kaki = 39,48 cm) 7.


(22)

• Kekerasan : Kekerasan adalah suatu sifat yang digunakan untuk memperkirakan ketahanan aus suatu bahan dan kemampuan untuk mengabrasi atau mengikis struktur gigi antagonisnya. Kekerasan permukaan suatu bahan biasanya merupakan interaksi beberapa sifat mekanis yang terdapat didalam bahan tersebut. Ada beberapa cara untuk mengukur kekerasan suatu bahan yaitu dengan

Brinell Hardness Test, Rockwell Test, Vickers Hardness Test. Kira-kira sepertiga

dari kekerasan intan. Kekerasan ini akan bertambah bila dicampur dan dipalu atau digiling. Brinell Hardnessnya 48 dalam perbandingan dengan tembaga 74 dan perak 59.5,6,7.

Tensile Strength : Tensile strength adalah stress maksimum yang dapat diterima oleh suatu bahan dalam bentuk comperession atau tegangan pada saat benda itu patah atau rusak total. Tensile strength sering ditulis dengan U.T.S atau Ultimate

Tensile Sterngth. Ultimated Tensile Strength sering terjadi bila memberikan stress

sebelum putus oleh karena sautu tension. Tensile strength dinyatakan dalam satuan Mega Pascal (Mpa). Menurut Hiorns emas sanggup menahan berat tujuh kali tiap inchi persegi. Emas dapat disolder dalam keadaan dingin sedangkan kebanyakan logam-logam lain disolder dalam keadaan panas.5,6,7.

• Modulus Elastisitas : Modulus Elastisitas adalah perbandingan yang konstan antara tenaga-tenaga pada atom yang menahan perpindahan (stress) dengan derajat perpindahan atom tersebut (Strain). Modulus elastisitas dinyatakan dalam satuan Giga newton / m2

(GN/m2)5,6,7.

Proportional Limit : Proportional limit atau batas keseimbangan merupakan stress maksimum yang masih dapat dihasilkan oleh suatu benda, dimana stress itu masih berbanding langsung dengan strain. Proportional limit dinyatakan dalam satuan Mpa.6,7.


(23)

C. Sifat Kimia

• Emas dalam keadaan murni tidak berubah bila digunakan di dalam mulut, tidak bereaksi dengan larutan-larutan asam maupun basa yang umumnya dapat melarutkan logam-logam yang lainnya. Emas hanya dapat dilarutkan Aqua-regia atau King Walter yaitu campuran asam klorida dan asam nitrat.

• Dalam kamus kimia emas dikenal Aurum atau Au.

• Memiliki sifat antikorosi yang baik selain stainless steel

3.2.2 Tembaga

• Tembaga adalah untuk menambah kekerasan dan kekuatan dari campuran.

Brinell hardness number (BHN) dari emas murni adalah 32, tapi dengan

menambah kira-kira 4 persen tembaga dapat memberi nilai BHN sampai setinggi 54.

• Dapat menurukan daya tahan terhadap tarnish dan oksidasi dari campuran, oleh karena itu penggunaannya harus dibatasi kurang dari 15%.

• Tembaga adalah konduktor yang baik untuk panas dan listrik

• Cenderung untuk menurunkan titik lebur dan menambah ductility dari campuran

• Tembaga memberikan warna kemerahan-merahan pada campuran

• Titik Leburnya 10830C.10,11,12,13.

3.3.3 Perak

• Titik lebur perak adalah 9610

• Mengurangi warna kuningan emas serta memutihkan logam campur emas. C dan dapat melebur dengan mudah.

• Mempengaruhi pemanasan.


(24)

• Mengurangi daya tahan terhadap tarnish.10,11,12,13

3.3.4 Seng

• Seng lebih banyak dikenal kuning atau brass dan memiliki simbol kimia Zincum atau Zn.

• Peranan Zn apabila dicampur dengan Cu dalam logam campuran emas untuk memberikan warna yang kekuning-kuningan.

• Selain itu dapat meningkatkan ductility pada logam campur emas.

• Zn memiliki titik lebur yang jauh lebih rendah daripada emas, yakni 419 0C, oleh karena itu memerlukan teknik tersendiri dalam mencampurkan Zn ke dalam emas.10,11,12,13.

3.3.5 Platina

• Berbanding dengan tembaga, platina memberikan kekerasan dan kekuatan yang lebih besar tetapi pemakaian terbatas karena harganya mahal.

• Mengurangi ductility dan menambah titik lebur lebih dari 10000

• Menambah daya tahan terhadap tarnish dan corrosi.

C.

• Memutihkan logam campur emas.

• 3-4 persen kandungannya dalam logam campur emas.10,11,12,13

3.3.6 Palladium

• Dapat memutihkan logam campur emas.

• Dapat menambah ketahanan terhadap tarnish dan korosi.

• Titik lebur dari palladium 15530C

• Kandungan 5-6 persen dalam logam campur emas. .


(25)

Menurut kegunaanya logam campur emas dibagi dalam tiga katagori yaitu dental casting gold alloy, wrought gold alloy dan soldering alloy.

3.3 Dental Casting Gold Alloy

Logam Campur Emas adalah emas murni yang dialloykan dengan tembaga, perak, platina, palladium, dan seng dalam komposisi tertentu. Komposisi suatu logam adalah sangat penting karena akan menunjukan sifat logam tersebut seperti gold alloy berkilat, penghantar panas dan penghantar listrik yang baik disebabkan sifat ikatan logam dan dapat dibentuk setipis mungkin.

Gold alloy yang tersedia di kedokteran gigi ialah dalam keadaan tempa atau lempegan metal atau kawat, juga dalam bentuk batang-batang kecil atau pelat kecil yang siap untuk dilebur dan dicasting.12,14,15.

Contoh : 24 karat emas adalah emas murni.

Perbandingan dental gold alloy adalah 24 bagian dari emas dalam alloynya.

22 karat emas adalah 22 bagiannya adalah emas murni dan yang 2 bagian lagi adalah dari logam-logam lain.

Finess dari suatu gold alloy adalah perseribu dari bagian emas murni Contoh : Emas murni adalah 1000 fine.

Tigaperempat dari alloy adalah emas murni, berarti : 750 fine.6,7,9 Hubungan antara karat dan finenes :

Karat/24 =Finenes/1000

Nilai karat dan fineness merupakan hal yang terpenting bagi dokter gigi, sebagai pertimbangan untuk harga, ketahanan terhadap tarnish dan untuk menunjukkan sifat mekanis dari campuran.15.


(26)

Tabel 3 Komposisi (Persentase Berat) Logam Campur Dental Casting Gold Alloy

2,4.ytu

Tipe Unsur Utama(Au) Au Cu Ag Pd Sn,In,Fe,Zn,Ga

1 Sangat Mulia 83 6 10 0,5 Seimbang 11 Sangat Mulia 78 7 14 1 Seimbang 111 Mulia 78 9 11 3,5 Seimbang 1V Mulia 75 8 39 6 Seimbang

Pada beberapa contoh platina diganti dengan palladium 5 %. Pada white gold alloy komposisinya dirubah hingga mengandung emas 25 % atau dibawahnya. Pada dasarnya white gold alloy terdiri dari palladium dan perak dengan persentase emas sedikit. Alloy ini sebenarnya tidak dianggap sebagai gold alloy karena emas hanya sebagian kecil.

Tabel 4 Komposisi Dari Dental Casting Gold Alloy Menurut Skinner.1

Type Emas Tembaga Perak Palladium Platina Seng

(%) (%) (%) (%) (%) (%)

1 80,2-95,8 1,6-6,2 2,4-12,0 0,0-3,6 0,0-1,0 0,0-1,2 11 73,0-83,0 5,8-10,5 6,9-14,6 0,0-5,6 0,0-4,2 0,0-1,4 111 71,0-79,8 7,1-12,6 5,2-13,4 0,0-6,5 0,0-7,5 0,0-2,0 1V 62,4-71,9 8,6-15,4 8,0-17,4 0,0-10,1 0,2-8,2 0,0-2,7

Klasifikasi yang terlihat pada tabel 3 dan 4 relatif sama akan tetapi untuk mendapatkan hasil casting yang paling baik dokter gigi harus memilih aloi emas yang memenuhi persyaratan menurut spesifikasi No .5 dari American Dental Association.

Menurut pemakaiannya gold alloy dibagi kepada tiga bagian yaitu, casting


(27)

3.3.1 Sifat Logam Campur Emas (Gold Alloy)

A.Sifat Fisis

Bahan- bahan yang dipergunakan keperluan didokteran gigi haruslah cukup kuat, kaku serta tahan terhadap abrasi. Oleh karena itu penting untuk mengetahui sifat-sifat fisis dari bahan-bahan tersebut agar baik dalam penggunannya. Sifat-sifat dari logam emas antara lain:

• Ukuran kepadatan (Density)

Kepadatan adalah suatu hal penting untuk sifat dari logam, karena kepadatan mempengaruhi kandungan klinis lainnya. Kepadatan yang rendah menambah perpanjangan dan tensile strength dari logam tuang emas tetapi tidak mempengaruhi kekerasan ataupun yield strength. 13,15,17.

• Warna

Warna merupakan sifat fisis dari logam. Berdasarkan warna dan unsur unsur yang terdapat maka gold alloy dibagi dua yaitu yellow logam emas dan white gold alloy. Warna dari campuran dapat dibuat putih atau warna perak dengan penambahan platina, palladium atau perak dan dapat juga dengan seng dalam jumlah yang kecil. Warna sering kali menjadi fokus utama bagi dokter gigi dan pasien. Logam emas mempunyai warna yang kuning hal ini dikarenakan kandungan emas yang tinggi. 15,17.

• Resistensi korosi

Salah satu persyaratan utama bagi logam yang dipergunakan didalam rongga mulut adalah harus tidak menghasilkan produk-produk korosi yang merusak struktur logam. Korosi bukan merupakan hanya satu deposit pada permukaan logam, tetapi


(28)

merupakan suatu perusakan sebenarnya melalui reaksi lingkungan. Korosi dapat menyebabkan kehilangan kualitas estetis dan merubah sifat-sifat dari logam.15,17.

• Konduktivitas termal

Kondukitivitas termal dari suatu logam adalah kemampuan suatu benda untuk meneruskan atau menghantar panas melalui senyawa padat biasanya terjadi dengan bantuan konduksi. Di dalam pemilihan bahan restorasi gigi seharusnya dicari suatu bahan yang sifat konduktivitasnya serendah mungkin. Di Sistem Internasional yang biasa digunakan untuk konduktivitas termal adalah watt / meter / 0K.15,17.

• Koefisien termal ekspansi

Termal ini penting bagi dokter gigi. Termal ekspansi merupakan kemampuan suatu bahan akan memuai (ekspansi) bila dipanaskan dan menyusut (kontraksi) bila didinginkan. Ekspansi dan kontraksi ini diukur dan dinyatakan sebagai Koefisien Linier Termal Ekspansi yaitu penambahan panjang suatu benda dibanding dengan unit panjang semula bila temperatur dinaikkan 10C.15,17.

• Titik Lebur

Titik lebur dari suatu emas juga termasuk kedalam sifat fisis dari logam emas. Titik lebur dari logam emas tergantung pada komposisi dari logam tersebut, namum jarang berbeda dengan emas murni yaitu 10630C. Biasanya tingginya titik lebur tergantung kepada kandungan platinum yang terdapat dalam logam. Pada tabel berikut ini dapat kita lihat titik lebur dari logam emas.15,17.


(29)

Tabel 5 Sifat Fisis Logam Campur Emas 2,3,5.

Dari tabel 5 dapat disimpulkan bahwa hardness, proportional limit, strength, logam campur emas meningkat dari tipe I ke tipe IV, tetapi ductility, kepadatan dan titik lebur menurun dari tipe I ke tipe IV.

B. Sifat Mekanis

Kebanyakan bahan kedokteran gigi harus mampu menahan adanya tekanan pada penggunaan maupun pembuatannya. Oleh karena itu penting untuk mengetahui sifat – sifat mekanis yang terdapat pada suatu bahan agar baik di dalam penggunannya. Pada tabel berikut ini dapat dilihat sifat – sifat mekanis logam emas.

Logam campur emas memiliki sifat mekanis seperti hardness, modulus of

elasticity, tensile strength, proptional limit. Yield stress tinggi apabila hasil restorasi

akan memberikan beban yang besar didalam mulut. Bila alloy tidak cukup ductility maka dapat patah selama pekerjaan pemolesan. Hardness atau kekerasan suatu alloy merupakan petunjuk apakah alloy tersebut sukar diasah dan dihaluskan.

Tipe UnsurUtama(Au) TitikCair Kepadatan (Persentasi Perpanjangan) (%) (0C) (g/cm3) (%)

1 83 1100 – 1180 16,6 36

11 78 920 – 970 15,9 38

111 78 900 – 960 15,5 39


(30)

Tabel 6 Sifat Mekanis Logam Campur Emas

Sifat Mekanis

Tipe Logam Campur Emas

I II III IV

Hardness(VHN) 50 -90 90 - 120 120 - 160 150 -230 Modulus of

elasticity (Gpa) 80 80 85 95

Tensile Strength

(Mpa) 250 340 360 500

Proportional

Limit (Mpa) 100 150 290 350

C. Sifat Kimia

Logam emas yang digunakan di kedokteran gigi tidak bereaksi dengan hydrochlorit dan asam sulfur, walaupun digunakan untuk membersihkan restorasi yang telah dicasting atau disolder. Logam emas mengalami tarnish dan corrosi didalam mulut pada keadaan tertentu, contohnya seperti logam-logam yang mengandung emas, platina, dan palladium komposisinya harus tepat untuk mencegah pudar.13,14.

Biokompatibilitas

Logam emas dalam kedokteran gigi menunjukan sedikit atau tidak ada sama sekali efek yang membahayakan pada jaringan mulut, tetapi dengan adanya tembaga dan sedikit perak dapat mengurangi biokompatibilitas dari logam emas.

Dari logam-logam murni emas dan paladium adalah yang paling tidak toxic diikuti oleh perak, nikel, tembaga. Logam dengan kandungan emas yang rendah dan


(31)

kandungan tembaga yang tinggi memperlihatkan toxisitas sel yang lebih besar. Dengan penambahan palladium dalam logam emas dapat mengurangi toxisitas tembaga dengan lebih efektif dari pada emas. Logam nikel memiliki masalah khusus karena sering menjadi alergen, dimana 6% populasi wanita dan 2% populasi pria sensitif terhadap logam ini.11,12.

3.4 Wrought Gold Alloy

Setiap bentuk struktur logam yang dikerjakan secara mekanis disebut wrought metal.

Komposisi sedikit berbeda dibandingkan dengan casting gold alloy seperti terlihat pada tabel 7.9.

Tabel 7 Komposisi dari wrought gold alloy

Unsur Utama Persentase

(%)

Emas 60

Perak 15

Tembaga 12

Platina 8

Palladium 4

Seng 1

Nikel kadang kadang dimasukkan juga dalam jumlah kecil dan mempunyai pengaruh yang sama seperti pada casting gold alloy. Nikel dalam jumlah yang berlebihan mengurangi ductility dan ketahanan dari alloy terhadap tarnish.


(32)

3.5 Soldering Gold Alloy

Soldering adalah proses penyambungan dua logam dengan peleburan logam solder diantaranya, biasanya peleburan diantara alloy harus di bawah temperatur titik lebur disebut solder. Dalam bidang kedokteran gigi soldering sangat berperan penting sebagai penyambung bagian dari suatu restorasi, seperti pada restorasi bridge, dan menyambung kawat (clasp) dalam perawatan ortodonti. Komposisi dasar dari logam emas adalah sama dengan casting gold alloy dengan penambahan timah untuk mengurangi temperatur lebur (fusion temperatur), seperi terlihat pada tabel 8.9,11.

Tabel 8 Komposisi solder emas

Unsur Utama Persentase

(%)

Emas 65

Perak 16

Tembaga 13

Seng 4

Timah 2

Temperatur lebur bahan solder harus lebih rendah daripada temperatur logam yang disolder, sehingga bagian logam tersebut tidak melebur selama proses penyolderan. Logam solder tersedia dalam beberapa jenis dari yang lunak sampai yang keras. Yang biasa digunakan dalam kedokteran gigi adalah solder keras atau ”High


(33)

Sifat-sifat yang dimiliki oleh logam solder yang keras adalah : 1. Titik lebur harus dibawah dari alloy yang akan disolder.

2. Harus mempunyai daya gabung yang baik untuk alloy akan disolder.

3. Harus bebas mengalir ketika melebur dan harus mempunyai tegangan permukaan yang rendah ketika melebur.

4. Warna harus sesuai dengan alloy yang akan disolder. 5. Harus tidak tarnish dan corrosi didalam mulut.


(34)

BAB 4

KEUNTUNGANDANKERUGIANDANPENGARUHLOGAM CAMPUREMAS

4.1 Keuntungan Dari Logam Campur Emas2,3,4,5, 6,8, 15,16,17.

1. Tidak larut dalam cairan mulut.

2. Dapat menyesuaikan diri dengan dengan dinding kavitas, jika dikerjakan dengan baik.

3. Sangat padat, tahan terhadap perusakan dan pinggiran kuat. 4. Dapat dipolish dan mampu bertahan supaya tetap berkilat.

5. Kecenderungan untuk merubah molekulnya rendah, bebas dari penyusutan atau ekspansi.

6. Tidak membutuhkan bahan lain diantara cement dengan logam campur emas. 7. Tensile strength baik:

• Karena logam tersebut dapat menahan dan melawan daya kunyah yang besar.

• Misalnya pada emas (Au) ditambah dengan perak (Ag) akan menambah

tensile strength.

8. Ductility yang baik karena :

• Logam dapat ditarik menjadi panjang membentuk kawat dengan ukuran 1 grain emas dapat dibuat kawat sepanjang kawat 550 feet dengan diameter 1/5000 inchi.

9. Mudah disolder karena bahan logam yang disolder akan sesuai dengan bahan solder. Bahan solder yang digunakan adalah solder emas dan solder perak.


(35)

10. Kekerasan cukup :

• Misalnya emas bila makin rendah nilai karatnya maka kekerasan makin bertambah.

• Contoh-contoh logam yang dimasukkan untuk menambah kekuatan adalah tembaga, platina, palladium.

11. Malleability tinggi:

Yaitu mudah dibentuk dan dibuat tipis contohnya,1grain emas dapat dibuat lempengan tipis seluas 75 sq inchi dengan tebal 1/370,000 inchi.

12. Logam emas merupakan logam yang paling tidak memberikan pengaruh atau tidak beracun sama sekali terhadap rongga mulut.

4.2 Kerugian Logam Campur Emas2,3,4,5, 6,8, 15,16,17.

1. Dari segi pertimbangan warna kurang menguntungkan bagi pasien karena tidak sama dengan warna gigi aslinya.

2. Conductivity tinggi.

3. Pada saat preparasi memerlukan banyak pengurangan gigi sehingga dapat membahayakan pulpa.

4. Biaya yang sangat mahal juga merupakan salah satu masalah yang utama bagi pasien.

5. Umumnya logam-logam murni lunak dan ductility tidak sesuai digunakan dalam kedokteran gigi.

6. Titik lebur masih termasuk tinggi terutama jenis yang sangat keras.


(36)

4.3 Pengaruh Emas Terhadap Logam Campur Emas

Pengaruh emas terhadap logam campur emas adalah seperti berikut: 1. Malleability

2. Ductility

4.3.1 Ductility Dan Malleability

Ductility adalah kesanggupan suatu bahan untuk mempertahankan suatu deformasi permanen oleh tensile stress atau load tanpa putus, contohnya metal atau logam dapat ditarik menjadi panjang kawat. Malleability sangat berkaitan erat dengan ductility, malleability adalah kesanggupan suatu bahan untuk mempertahankan suatu deformasi permanen oleh suatu compressive stress, contohnya emas dapat digulung dan digilas menjadi lembaran yang demikian tipisnya sehingga tembus cahaya2,3. Pada umumnya ductility berkurang dengan naiknya temperatur sedang malleability bertambah dengan kenaikan temperature. Ductility dan malleability akan berkurang bila kandungan emas berkurang.16,17.

Sifat-sifat mekanis logam emas seperti kekerasan dan ductility dapat diperbaiki dengan pemanasan (Heat treatment), meliputi softening heat treatment (pelunakan dengan pemanasan).6,7,12. Softening heat treatment yang baik adalah menurut Spesifikasi No.5 dari American Dental Association. Logam emas dipanaskan dalam tungku elektrik selama 10 menit pada temperatur 700 0C (1292 0F) kemudian logam emas ini mendadak di dinginkan (dimasukkan dalam air) pada temperatur kamar. Proses pendinginan yang cepat dapat mempertahankan logam dalam keadaan lunak. Cara ini menambah ductility tetapi mengurangi kekerasan, tensile strength dan


(37)

4.4 Kegunaan Dental Logam Campur Emas

Emas merupakan pilihan yang tepat untuk restorasi pada kedokteran gigi karena nobility dan warnanya. Emas dapat digunakan pada semua kavitas klas I, ideal untuk klas V karena mudah dicapai dan tidak terlihat. Pada Klas II yang kecil dan sedang, sedangkan pada klas III yang sering digunakan dengan mengorbankan estetis. Berdasarkan Spesifikasi ADA No. 5 yang direvisi tahun 1989, empat jenis logam campur berikut ini klasifikasikan berdasarkan sifat-sifat dan fungsinya.1,2,5,6.

Menurut kegunaannya logam campur emas dibagi dalam tiga katagori

1. Casting gold alloy 2. Wrought gold alloy 3. Soldering gold alloy

4.4.1 Kegunaan Dental Casting Gold Alloy

Sejak diterapkan teknik pengecoran logam di kedokteran gigi, maka dipilih logam yang mengandung emas yang dipergunakan untuk membuat restorasi-restorasi tuangan seperti logam campur emas. Emas memiliki banyak sifat-sifat baik yang diperlukan oleh suatu bahan dental.

Syarat syarat logam untuk pembuatan mahkota dan jembatan yaitu dapat bertahan terhadap keadaan di dalam mulut, cukup kuat untuk menahan daya kunyah, dan mudah dikerjakan di laboratorium, tidak berubah warna, tidak mempunyai rasa dan tidak beracun, tidak kehilangan sifat sifatnya selama dikerjakan atau diolah menjadi restorasi gigi.


(38)

1. Tipe I (Lunak).

Penggunaan dari logam emas tipe I untuk inlay yang simple seperti klas III dan IV dimana tidak menerima beban pengunyahan yang besar. Akan tetapi logam emas tipe I ini suah jarang digunakan karena sudah banyak bahan tambalan langsung yang mempunyai kegunaan yang sama dengan logam emas ini.

2. Tipe II (Sedang)

Penggunaan dari logam campur emas tipe II ini dapat digunakan untuk segala tipe inlay pada penambalan yang tidak mendapatkan stress yang besar sehingga penggunaan logam campur tipe ini tidak begitu luas.

3. Tipe III (Keras)

Logam campur ini dapat digunakan untuk keperluan mahkota, jembatan, dan dapat digunakan sebagai inlay pada dearah yang dapat menerima beban yang sangat besar selama pengunyahan.

4. Tipe IV (Sangat Keras)

Penggunaan dari logam ini umumnya untuk tuangan yang besar seperti jembatan yang panjang, gigitiruan sebagaian tuangan dan cangkolan.

Dari semua tipe ini tipe III merupakan logam emas yang paling tepat untuk pembuatan mahkota, jembatan, dan inlay klas II, dimana jenis aloi ini memiliki nilai modulus elastisitas yang rendah dan nilai ductility yang tinggi yang memungkinkan adaptasi klinik yang baik antara mahkota dan gigi.


(39)

Mahkota.

Mahkota adalah suatu restorasi berupa mahkota penuh atau sebagian dari suatu gigi geraham yang dibuat dari logam porselen, resin atau kombinasi dari kedua bahan tersebut. Kandungan utama dari tuangan logam murni yang digunakan pada teknik mahkota logam adalah emas, platinum dan palladium dan palladium ditambahkan untuk menaikkan temperatur lebur, menurunkan koefisien muai panas dan untuk menguatan logam tuang tersebut. Mahkota emas digunakan ketika pasien tidak peduli akan penampilan emas atau ketika gigi tidak terlihat selama pergerakan normal mulut.8,9,12,17.

Jembatan

Jembatan adalah fixed partial denture merupakan suatu protesa sebagian yang diletakan secara tetap pada satu atau lebih dari satu gigi penyangga dan mengganti satu atau lebih dari satu gigi atau geraham yang hilang. Suatu jembatan harus memiliki persyaratan mekanis, persyaratan fisiologis, persyaratan hygiene, persyaratan estetik, dan persyaratan fonetik. 8,9,12,17.

Inlay Klas II

Inlay merupakan tambalan yang dibentuk diluar mulut dengan jalan membuat model malam terlebih dahulu atau tidak, dapat bersifat logam atau non logam dan disemen pada kavitas.

Inlay yang menggunakan logam campur emas tipe III adalah tambalan inlay klas II. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat mempertimbangan klas I dan klas II adalah faktor usia, tingkat akitivitas karies, biaya perawatan.


(40)

4.4.2 Kegunaan Wrought Gold Alloy :

• Untuk membentuk clasp.

• Untuk membentuk lingual bar.

• Untuk membentuk saddle dari gigi palsu.

4.4.3 Kegunaan Soldering Gold Alloy:

• Untuk menyatukan bagian dari restorasi

• Untuk membangun contour pada restorasi.

• Untuk menyatukan bagian-bagian dari logam tempa, seperti clasp atau kawat-kawat.


(41)

BAB 5

KESIMPULAN

1. Emas merupakan salah satu logam murni yang dipergunakan di kedokteran gigi, tapi terbatas karena sangat lunak. Untuk mendapatkan kekuatan, kekerasan dan warna yang di inginkan digunakan logam campur emas seperti perak, tembaga, platina, palladium dan seng.

2. Berdasarkan penggunaannya logam campur emas ini digunakan sebagai casting gold alloy, wrought gold alloy dan soldering gold alloy untuk pembuatan inlay, crown dan bridge, full dan partial veneer crown, saddle, clasp, lingual bar dan bingkai dari gigi palsu.

3. Keuntungan pemakaian logam campuran emas yaitu tidak larut dalam cairan mulut, dapat menyesuaikan diri dengan dinding kavitas, sangat padat, mempunyai sifat ductility dan permalleability yang baik dapat dipolish.

4. Kerugian pemakaian logam campuran emas yaitu warnanya tidak harmonis dengan gigi, conductivity tinggi, pemanipulasian sukar, dan harganya mahal.


(42)

DAFTAR PUSTAKA

1. Philips RW. Science of Dental Material, 8th

2. John F, McCabe. Applied Dental Materials, 9

ed. Philadelphia : WB Saunders Company 1999 ; 343 – 55.

th

3. Kenneth J, Anusavice. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, 10

ed. British : Blackwell Pub Ltd 2008 ; 53 – 84.

th

4. Anderson JN. Applied Dental Material, 4

ed. Philadelphia : WB Saunders Company 2004 ; 273 – 355.

th

5. O'Brien W.

ed.Oxford: Blackwell Scient Pub 1998:13

Evolution of Dental Casting. In: Valega T, editor. Alternatives to Gold Alloys in Dentistry. Conf. Proc. DHEW Pub. Washington DC, U.S. Government Printing Office 1977;

6. Craig G, O'Brien W, Powers J.

No. [NIH]77-1227.

Dental Materials Properties and Manipulation.

7. Cohen S, Kakar A, Vaidyanathan T, Viswanadhan T.

St Louis, Mosby,1983: 236–250.

Castability Optimization of Palladium Based Alloys. J Prosthet Dent 1996

8. Kansu G, Aydin A.

; 125–131.

Evaluation of the Biocompatibility of Various Dental Alloys: Part II - Allergenical Potentials. Eur J Prosthodont Rest Dent, 1996; 4

9. Mulders C, Darwish M, Holze R.

: 155–161. Corrosion Behaviour of Dental Alloys - An in-vitro study. J Oral Rehabil 1996; 23

10.Frykholm K, Frithiof L, Fernström A, Moberger G, Blohm S, Björn E. : 825–831.

Allergy to Copper derived from Dental Alloys as a possible cause of Oral Lesions of Lichen Planus. Acta Dermato-Venereologica 1969; 49

11.Smart E, Macleod R, Lawrence C.

: 268–281.

Resolution of Lichen Planus following removal of Amalgam Restorations in patients with proven allergy to Mercury Salts: a pilot study. Br Dent J 1995; 178: 108–112.


(43)

12.Pierce L, Goodkind R A. Status report of the possible risks of Base Metal Alloys and their components. J Prosthet Dent 1989; 62

13.Northeast SE, Van Noort R, Johnson A, Winstanley RB, White GE. : 234–237.

Metal-Ceramic Bridges From Commercial Dental Laboratories: Alloy composition, Cost and Quality of fit. Br Dent J 1992; 172

14.Nery S, McCabe JF, Wassell RW. : 198–204.

A Comparative Study of Three Dental Adhesives. J Dent 1994; 23

15.Weiss P.

: 55–61.

New design parameters: Utilising the Properties of Ni-Cr Super Alloys. Dent Clin N Am 1990; 21

16.Ewing JC. Fixed Partial Prosthesis, 2 : 749.

th

17.Marzouk M, Saleh L, Emanuel R, Malone W.

ed. Philadelpia Lea & Febiger 1998 ; 231-233

Clinical behaviour of Silver-Palladium Alloy Castings: a Five Year Comparative Clinical Study. J Prosthet Dent 1991; 65: 19–26.


(1)

1. Tipe I (Lunak).

Penggunaan dari logam emas tipe I untuk inlay yang simple seperti klas III dan IV dimana tidak menerima beban pengunyahan yang besar. Akan tetapi logam emas tipe I ini suah jarang digunakan karena sudah banyak bahan tambalan langsung yang mempunyai kegunaan yang sama dengan logam emas ini.

2. Tipe II (Sedang)

Penggunaan dari logam campur emas tipe II ini dapat digunakan untuk segala tipe inlay pada penambalan yang tidak mendapatkan stress yang besar sehingga penggunaan logam campur tipe ini tidak begitu luas.

3. Tipe III (Keras)

Logam campur ini dapat digunakan untuk keperluan mahkota, jembatan, dan dapat digunakan sebagai inlay pada dearah yang dapat menerima beban yang sangat besar selama pengunyahan.

4. Tipe IV (Sangat Keras)

Penggunaan dari logam ini umumnya untuk tuangan yang besar seperti jembatan yang panjang, gigitiruan sebagaian tuangan dan cangkolan.

Dari semua tipe ini tipe III merupakan logam emas yang paling tepat untuk pembuatan mahkota, jembatan, dan inlay klas II, dimana jenis aloi ini memiliki nilai modulus elastisitas yang rendah dan nilai ductility yang tinggi yang memungkinkan adaptasi klinik yang baik antara mahkota dan gigi.


(2)

Mahkota.

Mahkota adalah suatu restorasi berupa mahkota penuh atau sebagian dari suatu gigi geraham yang dibuat dari logam porselen, resin atau kombinasi dari kedua bahan tersebut. Kandungan utama dari tuangan logam murni yang digunakan pada teknik mahkota logam adalah emas, platinum dan palladium dan palladium ditambahkan untuk menaikkan temperatur lebur, menurunkan koefisien muai panas dan untuk menguatan logam tuang tersebut. Mahkota emas digunakan ketika pasien tidak peduli akan penampilan emas atau ketika gigi tidak terlihat selama pergerakan normal mulut.8,9,12,17.

Jembatan

Jembatan adalah fixed partial denture merupakan suatu protesa sebagian yang diletakan secara tetap pada satu atau lebih dari satu gigi penyangga dan mengganti satu atau lebih dari satu gigi atau geraham yang hilang. Suatu jembatan harus memiliki persyaratan mekanis, persyaratan fisiologis, persyaratan hygiene, persyaratan estetik, dan persyaratan fonetik. 8,9,12,17.

Inlay Klas II

Inlay merupakan tambalan yang dibentuk diluar mulut dengan jalan membuat model malam terlebih dahulu atau tidak, dapat bersifat logam atau non logam dan disemen pada kavitas.

Inlay yang menggunakan logam campur emas tipe III adalah tambalan inlay klas II. Faktor-faktor yang mempengaruhi saat mempertimbangan klas I dan klas II adalah faktor usia, tingkat akitivitas karies, biaya perawatan.8,9,12,17.


(3)

4.4.2 Kegunaan Wrought Gold Alloy :

• Untuk membentuk clasp. • Untuk membentuk lingual bar.

• Untuk membentuk saddle dari gigi palsu. 4.4.3 Kegunaan Soldering Gold Alloy:

• Untuk menyatukan bagian dari restorasi • Untuk membangun contour pada restorasi.

• Untuk menyatukan bagian-bagian dari logam tempa, seperti clasp atau kawat-kawat.


(4)

BAB 5 KESIMPULAN

1. Emas merupakan salah satu logam murni yang dipergunakan di kedokteran gigi, tapi terbatas karena sangat lunak. Untuk mendapatkan kekuatan, kekerasan dan warna yang di inginkan digunakan logam campur emas seperti perak, tembaga, platina, palladium dan seng.

2. Berdasarkan penggunaannya logam campur emas ini digunakan sebagai casting gold alloy, wrought gold alloy dan soldering gold alloy untuk pembuatan inlay, crown dan bridge, full dan partial veneer crown, saddle, clasp, lingual bar dan bingkai dari gigi palsu.

3. Keuntungan pemakaian logam campuran emas yaitu tidak larut dalam cairan mulut, dapat menyesuaikan diri dengan dinding kavitas, sangat padat, mempunyai sifat ductility dan permalleability yang baik dapat dipolish.

4. Kerugian pemakaian logam campuran emas yaitu warnanya tidak harmonis dengan gigi, conductivity tinggi, pemanipulasian sukar, dan harganya mahal.


(5)

DAFTAR PUSTAKA

1. Philips RW. Science of Dental Material, 8th

2. John F, McCabe. Applied Dental Materials, 9

ed. Philadelphia : WB Saunders Company 1999 ; 343 – 55.

th

3. Kenneth J, Anusavice. Ilmu Bahan Kedokteran Gigi, 10

ed. British : Blackwell Pub Ltd 2008 ; 53 – 84.

th

4. Anderson JN. Applied Dental Material, 4

ed. Philadelphia : WB Saunders Company 2004 ; 273 – 355.

th

5. O'Brien W.

ed.Oxford: Blackwell Scient Pub 1998:13

Evolution of Dental Casting. In: Valega T, editor. Alternatives to Gold Alloys in Dentistry. Conf. Proc. DHEW Pub. Washington DC, U.S. Government Printing Office 1977;

6. Craig G, O'Brien W, Powers J.

No. [NIH]77-1227.

Dental Materials Properties and Manipulation.

7. Cohen S, Kakar A, Vaidyanathan T, Viswanadhan T.

St Louis, Mosby,1983: 236–250.

Castability Optimization of Palladium Based Alloys. J Prosthet Dent 1996

8. Kansu G, Aydin A.

; 125–131.

Evaluation of the Biocompatibility of Various Dental Alloys: Part II - Allergenical Potentials. Eur J Prosthodont Rest Dent, 1996; 4

9. Mulders C, Darwish M, Holze R.

: 155–161. Corrosion Behaviour of Dental Alloys - An in-vitro study. J Oral Rehabil 1996; 23

10.Frykholm K, Frithiof L, Fernström A, Moberger G, Blohm S, Björn E. : 825–831.

Allergy to Copper derived from Dental Alloys as a possible cause of Oral Lesions of Lichen Planus. Acta Dermato-Venereologica 1969; 49

11.Smart E, Macleod R, Lawrence C.

: 268–281.

Resolution of Lichen Planus following removal of Amalgam Restorations in patients with proven allergy to Mercury Salts: a pilot study. Br Dent J 1995; 178: 108–112.


(6)

12.Pierce L, Goodkind R A. Status report of the possible risks of Base Metal Alloys and their components. J Prosthet Dent 1989; 62

13.Northeast SE, Van Noort R, Johnson A, Winstanley RB, White GE. : 234–237.

Metal-Ceramic Bridges From Commercial Dental Laboratories: Alloy composition, Cost and Quality of fit. Br Dent J 1992; 172

14.Nery S, McCabe JF, Wassell RW. : 198–204.

A Comparative Study of Three Dental Adhesives. J Dent 1994; 23

15.Weiss P.

: 55–61.

New design parameters: Utilising the Properties of Ni-Cr Super Alloys. Dent Clin N Am 1990; 21

16.Ewing JC. Fixed Partial Prosthesis, 2 : 749.

th

17.Marzouk M, Saleh L, Emanuel R, Malone W.

ed. Philadelpia Lea & Febiger 1998 ; 231-233

Clinical behaviour of Silver-Palladium Alloy Castings: a Five Year Comparative Clinical Study. J Prosthet Dent 1991; 65: 19–26.