xiii
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan dan Kerangka Teori
2.1.1 Landasan Teori
Hipertensi adalah keadaan tekanan darah sistolik lebih dari 139 mmHg dan tekanan diastolik lebih dari 89 mmHg. Hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya didefinisikan sebagai hipertensi esensial. Beberapa penulis lebih memilih istilah hipertensi primer untuk membedakannya dengan
hipertensi lain yang sekunder karena sebab-sebab yang diketahui. Menurut The
Seventh Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation and
Treatment of High Blood Pressure JNC VII, klasifikasi tekanan darah pada orang dewasa terbagi menjadi kelompok
normal, prahipertensi, hipertensi derajat 1 dan derajat 2 Yogiantoro, 2007.
Tekanan darah diklasifikasikan berdasarkan pada pengukuran rata-rata dua kali pengukuran pada masing-masing kunjungan.
Tabel.2.1.Klasifikasi tekanan darah menurut JNC VII
Sumber: Armilawaty, 2007
xiv Mekanisme terjadinya hipertensi adalah melalui terbentuknya angiotensin
II dari angiotensin I oleh angiotensin I converting enzyme ACE. ACE
memegang peran fisiologis penting dalam mengatur tekanan darah. Darah mengandung angiotensinogen yang diproduksi di hati. Selanjutnya oleh
hormon, renin diproduksi oleh ginjal akan diubah menjadi angiotensin I. Oleh ACE yang terdapat di paru-paru, angiotensin I diubah menjadi
angiotensin II . Angiotensin II inilah yang memiliki peranan kunci dalam
menaikkan tekanan darah melalui dua aksi utama. Aksi pertama adalah meningkatkan sekresi hormon antidiuretic hormone ADH dan rasa haus.
ADH diproduksi di hipotalamus kelenjar pituitari dan bekerja pada ginjal untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh antidiuresis, sehingga
menjadi pekat
dan tinggi
osmolalitasnya. Untuk
mengencerkannya, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara menarik cairan dari bagian intraseluler. Akibatnya, volume darah
meningkat yang pada akhirnya akan meningkatkan tekanan darah. Aksi kedua adalah menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal.
Aldosteron merupakan hormon steroid yang memiliki peranan penting pada ginjal. Untuk mengatur volume cairan ekstraseluler, aldosteron akan
mengurangi ekskresi NaCl garam dengan cara mereabsorpsinya dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi NaCl akan diencerkan kembali dengan
cara meningkatkan volume cairan ekstraseluler yang pada gilirannya akan meningkatkan volume dan tekanan darah Anonim, 2008.
xv Gambar 2.1.Patofisiologi hipertensi
Sumber : Sharma, 2008
Patofisiologi dari hipertensi esensial merupakan multifaktorial dan sangat komplek. Faktor-faktor tersebut merubah fungsi tekanan darah terhadap
xvi perfusi jaringan yang adekuat meliputi mediator hormon, aktivitas
vaskuler, volume sirkulasi darah, kaliber vaskuler, viskositas darah, curah jantung, elastisitas pembuluh darah dan stimulasi neural. Patogenesis
hipertensi esensial dapat dipicu oleh beberapa faktor meliputi faktor genetik, asupan garam
dalam diet, tingkat stress dapat berinteraksi untuk memunculkan gejala hipertensi. Perjalanan penyakit hipertensi esensial
berkembang dari hipertensi yang kadang-kadang muncul menjadi
hipertensi yang persisten. Setelah periode asimtomatik yang lama, hipertensi persisten berkembang menjadi hipertensi dengan komplikasi,
dimana kerusakan organ target di aorta dan arteri kecil, jantung, ginjal,
retina dan susunan saraf pusat. Progresivitas hipertensi dimulai dari
prehipertensi pada pasien umur 10-30 tahun dengan meningkatnya curah
jantung kemudian menjadi hipertensi dini pada pasien umur 20 sampai 40 tahun dimana tahanan perifer meningkat kemudian menjadi hipertensi
pada umur 30 sampai 50 tahun dan akhirnya menjadi hipertensi dengan komplikasi pada usia 40 sampai 60 tahun Sharma, 2008.
Faktor-Faktor Risiko Yang Mempengaruhi Hipertensi: usia, jenis kelamin, obesitas, kebiasaan merokok, faktor genetik, etnis, pola asupan garam
dalam diet. Namun yang dibahas lebih mendalam adalah faktor risiko usia. 1.
Usia Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif. Dengan
bertambahnya usia, maka tekanan darah juga akan meningkat yang disebabkan beberapa perubahan fisiologis. Setelah usia 45 tahun terjadi
peningkatan resistensi perifer dan aktivitas simpatik Kumar, 2005. Hal ini juga sesuai dengan penelitian sebelumnya Syukraini, 2009 yang
menyebutkan bahwa setelah usia 45 tahun terjadi perubahan degeneratif. Maka dari itu peneliti mengambil batas faktor risiko usia adalah yang
memiliki usia 45 tahun.
xvii Hipertensi bisa disebabkan oleh perubahan anatomik baik di jantung
maupun di pembuluh darah, yang secara keseluruhan adalah perubahan anatomik di sistem kardiovaskular.Perubahan anatomik pada sistem
kardiovaskuler :
A.Jantung Elastisitas dinding aorta menurun dengan bertambahnya usia. Disertai
dengan bertambahnya kaliber aorta. Perubahan ini terjadi akibat adanya perubahan pada dinding media aorta dan bukan merupakan akibat dari
perubahan intima karena aterosklerosis. Penambahan usia tidak menyebabkan jantung mengecil atrofi seperti organ tubuh lain, tetapi
terjadi hipertrofi.Pluim, 1999
B.Pembuluh Darah Perifer. Arterosklerosis yang berat akan menyebabkan penyumbatan arteri perifer
yang menyebabkan pasokan darah ke otot-otot tungkai bawah menurun hal ini menyebabkan iskemia jaringan otot. Aterosklerosis merupakan istilah
umum untuk beberapa penyakit, dimana dinding arteri menjadi lebih tebal dan kurang lentur, dimana jantung akan lebih kuat memompa darah
sehingga terjadilah hipertensi. Hal ini bertambah berat seiring dengan pertambahan usia.
Penyakit yang paling penting dan paling sering ditemukan adalah aterosklerosis, dimana bahan lemak terkumpul dibawah lapisan sebelah
dalam dari dinding arteri. Aterosklerosis bisa terjadi pada arteri di otak, jantung, ginjal, organ vital lainnya dan lengan serta tungkai. Jika
aterosklerosis terjadi di dalam arteri yang menuju ke otak arteri karotid, maka bisa terjadi stroke. Jika terjadi di dalam arteri yang menuju ke
jantung arteri koroner, bisa terjadi serangan jantung.
xviii C.Ginjal
Pada sel-sel ginjal, berkurangnya sel-sel ginjal nefron yang masih utuh yang
diperkirakan tinggal
setengahnya akibat
proses penuaan
menyebabkan kemampuan ginjal untuk menyaring zat-zat yang melewatinya akan berkurang sehingga kemampuan ginjal untuk
mengeluarkan natrium yang berlebihan di dalam tubuh telah berkurang yang merupakan salah satu factor yang berperan untuk terjadinya
hipertensi.
2. Jenis Kelamin
Survei dari badan kesehatan nasional dan penelitian nutrisi menemukan bahwa hipertensi lebih mempengaruhi wanita dibanding pria .Berdasarkan
wawancara dan penelitian pada 9901 remaja usia 18 tahun atau lebih, badan survei kesehatan nasional dan penelitian nutrisi menemukan bahwa
rata-rata tekanan arteri tinggi baik pada normotensi dan hipertensi pada pria dibanding wanita. Pada semua suku, pria mempunyai tekanan darah sistolik
dan diastolik
yang tinggi
dibanding wanita
dan juga
usia pertengahan,prevalensi terjadinya hipertensi lebih tinggi pada wanita
dibanding wanita setelah usia 59 tahun.
3. Obesitas
Hubungan obesitas dan hipertensi telah diketahui sejak lama dan kedua keadaan ini sering dikaitkan dengan peningkatan risiko penyakit
kardiovaskular. Telah banyak penelitian yang mempelajari mekanisme yang mendasari hipertensi pada obesitas ini. Dahulu hal ini dihubungkan
dengan hiperinsulinemia, resistensi insulin dan sleep apnea syndrome, akan tetapi akhir-akhir ini terjadi pergeseran konsep, dimana diduga terjadinya
resistensi leptin merupakan penyebab yang mendasari beberapa perubahan hormonal, metabolik, neurologi dan hemodinamik pada hipertensi dengan
xix obesitas. Mekanisme terjadinya hal tersebut belum sepenuhnya dipahami,
tetapi pada obesitas didapatkan adanya peningkatan volume plasma dan curah jantung yang akan meningkatkan tekanan darah.
4. Kebiasaan merokok
Merokok merupakan masalah kesehatan masyarakat karena dapat menimbulkan berbagai penyakit salah satunya adalah hipertensi. Dalam
penelitian kohort prospektif oleh dr. Thomas S Bowman dari Brigmans and Women’s Hospital, Massachussetts terhadap 28.236 subjek yang awalnya
tidak ada riwayat hipertensi, 51 subjek tidak merokok, 36 merupakan perokok pemula, 5 subjek merokok 1 sampai 14 batang rokok perhari
dan 8 subjek yang merokok lebih dari 15 batang perhari. Subjek terus diteliti dan dalam median waktu 9,8 tahun. Kesimpulan dalam penelitian
ini yaitu kejadian hipertensi terbanyak pada kelompok subjek dengan kebiasaan merokok lebih dari 15 batang perhari. Mekanisme bagaimana
merokok mempengaruhi hipertensi masih belum jelas. Perokok cenderung memiliki kadar HDL kolestrol yang lebih rendah. Satu mekanisme yang
mungkin berhubungan adalah hipotesis injuri oleh Ross. Pada hipotesis ini diterangkan bahwa bahan kimia terutama radikal bebas yang ada pada asap
rokok menyebabkan kerusakan endotel. Merokok juga meningkatkan risiko thrombosis menjadi aterosklerosis Bowman, 2007.
5. Faktor genetik
Adanya faktor genetik pada keluarga tertentu akan menyebabkan keluarga itu mempunyai risiko menderita hipertensi. Hal ini berhubungan dengan
peningkatan kadar sodium intraseluler dan rendahnya rasio antara potasium terhadap sodium Individu dengan orang tua dengan hipertensi mempunyai
risiko dua kali lebih besar untuk menderita hipertensi dari pada orang yang tidak mempunyai keluarga dengan riwayat hipertensi. Selain itu
xx didapatkan 70 sampai 80 kasus hipertensi esensial dengan riwayat
hipertensi dalam keluarga Wade, 2003.
6. Etnis
Hipertensi lebih banyak terjadi pada orang berkulit hitam dari pada yang berkulit putih. Sampai saat ini, belum diketahui secara pasti penyebabnya.
Namun pada orang kulit hitam ditemukan kadar renin yang lebih rendah dan sensitifitas terhadap vasopressin lebih besar Armilawaty, 2007.
7. Pola asupan garam dalam diet
Konsumsi natrium yang berlebih menyebabkan konsentrasi natrium di dalam cairan ekstraseluler meningkat. Untuk menormalkannya cairan
intraseluler ditarik ke luar, sehingga volume cairan ekstraseluler meningkat.
Meningkatnya volume
cairan ekstraseluler
tersebut menyebabkan meningkatnya volume darah, sehingga berdampak kepada
timbulnya hipertensi. Karena itu disarankan untuk mengurangi konsumsi natriumsodium. Sumber natriumsodium yang utama adalah natrium
klorida garam dapur, penyedap masakan monosodium glutamate MSG, dan sodium karbonat. Konsumsi garam dapur mengandung iodium yang
dianjurkan tidak lebih dari 6 gram per hari, setara dengan satu sendok teh. Dalam kenyataannya, konsumsi berlebih karena budaya masak-memasak
masyarakat kita yang umumnya boros menggunakan garam dan MSG Adrogue, 2007.
xxi
2.1.2 Kerangka Teori