Perumusan Masalah Manfaat Penelitian Epidemiologi

Membedakan keduanya merupakan hal yang penting untuk mengetahui diagnosis penyakit yang mendasarinya. Pada penderita limfadenopati yang tidak diketahui penyebabnya, 3 dari 4 penderita limfadenopati adalah lokalisata dan 1 dari 4 penderita merupakan limfadenopati generalisata. 1-3 Tindakan biopsi aspirasi jarum halus pada KGB merupakan teknik yang sudah lama dilakukan dan masih baik digunakan untuk mendiagnosis kelainan limfadenopati servikalis. Tindakan ini sebaiknya dilakukan hanya terbatas pada limfadenopati permukaan superficial saja atau bila dilakukan yang lebih dalam deep, harus dipandu dengan teknik radiologi seperti Ultrasonografi USG. 4,5 Indikasi klinis yang penting dari biopsi aspirasi jarum halus pada limfadenopati adalah untuk mengetahui apakah lesi tersebut disebabkan infeksi, metastasis atau suatu keganasan primer. Biopsi aspirasi jarum halus mudah dilakukan pada sebagian penderita. Meskipunpun demikian tindakan ini tidak boleh dilakukan pada penderita dengan gangguan koagulasi yang parah. 4,5

1.2. Perumusan Masalah

Dari latar belakang yang telah diuraikan di atas, dimana peranan biopsi aspirasi jarum halus memiliki peranan yang besar dalam membantu menegakkan diagnosis, maka dibutuhkan data statistik mengenai karakteristik dari penderita limfadenopati servikalis yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus. Universitas Sumatera Utara

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Mengetahui profil penderita limfadenopati servikalis yang dilakukan tindakan biopsi asirasi jarun halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan. 1.3.2. Tujuan Khusus 1. Untuk memperoleh gambaran hasil biopsi aspirasi jarum halus dari penderita limfadenopati servikalis di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik Medan. 2. Sebagai acuan untuk penelitian selanjutnya.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Dapat memberikan informasi atau data ilmiah tentang profil penderita yang dilakukan tindakan biopsi aspirasi jarum halus di Instalasi Patologi Anatomi RSUP H. Adam Malik, sehingga data ini dapat dipergunakan untuk membantu dalam menegakkan diagnosis serta terapi pada penderita limfadenopati servikalis. 2. Data yang diperoleh juga dapat digunakan sebagai data awal untuk penelitian selanjutnya, khususnya penelitian limfadenitis tuberkulosis dan kaitannya dengan penderita HIVAIDS. Universitas Sumatera Utara BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Kelenjar Getah Bening Normal 2.1.1. Anatomi dan Fisiologi Pembesaran KGB dapat dibedakan menjadi pembesaran KGB lokal limfadenopati lokalisata dan pembesaran KGB umum limfadenopati generalisata. Limfadenopati lokalisata didefinisikan sebagai pembesaran KGB hanya pada satu daerah saja, sedangkan limfadenopati generalisata apabila pembesaran KGB pada dua atau lebih daerah yang berjauhan dan simetris. Ada sekitar 300 KGB di daerah kepala dan leher, gambaran lokasi terdapatnya KGB pada daerah kepala dan leher adalah sebagai berikut: 1,2,6 Gambar 1 . Lokasi kelenjar getah bening KGB di daerah kepala dan leher. 6 Universitas Sumatera Utara Secara anatomi aliran getah bening aferen masuk ke dalam KGB melalui simpai kapsul dan membawa cairan getah bening dari jaringan sekitarnya dan aliran getah bening eferen keluar dari KGB melalui hilus. Cairan getah bening masuk kedalam kelenjar melalui lobang-lobang di simpai. Di dalam kelenjar, cairan getah bening mengalir dibawah simpai di dalam ruangan yang disebut sinus perifer yang dilapisi oleh sel endotel. 4,6-12 Jaringan ikat trabekula terentang melalui sinus-sinus yang menghubung- kan simpai dengan kerangka retikuler dari bagian dalam kelenjar dan merupakan alur untuk pembuluh darah dan syaraf. 4,6-12 Dari bagian pinggir cairan getah bening menyusup kedalam sinus penetrating yang juga dilapisi sel endotel. Pada waktu cairan getah bening di dalam sinus penetrating melalui hilus, sinus ini menempati ruangan yang lebih luas dan disebut sinus meduleri. Dari hilus cairan ini selanjutnya menuju aliran getah bening eferen. 4,6-12 Gambar 2 . Skema kelenjar getah bening KGB. 13 Universitas Sumatera Utara Pada dasarnya limfosit mempunyai dua bentuk, yang berasal dari sel T thymus dan sel B bursa atau sumsum tulang. Fungsi dari limfosit B dan sel-sel turunanya seperti sel plasma, imunoglobulin, yang berhubungan dengan humoral immunity, sedangkan T limfosit berperan terutama pada cell-mediated immunity. 4,6-12,14 Terdapat tiga daerah pada KGB yang berbeda: korteks, medula, parakorteks, ketiganya berlokasinya antara kapsul dan hilus. Korteks dan medula merupakan daerah yang mengandung sel B, sedangkan daerah parakorteks mengandung sel T. 4,6-12 Dalam korteks banyak mengandung nodul limfatik folikel, pada masa postnatal, biasanya berisi germinal center. Akibatnya terjadi stimulasi antigen, sel B didalam germinal centers berubah menjadi sel yang besar, inti bulat dan anak inti menonjol. Yang sebelumnya dikenal sebagai sel retikulum, sel-selnya besar yang ditunjukan oleh Lukes dan Collins 1974 sebagai sel noncleaved besar, dan sel noncleaved kecil. Sel noncleaved yang besar berperan pada limphopoiesis atau berubah menjadi immunoblas, diluar germinal center, dan berkembang didalam sel plasma. 4,6

2.1.2. Fungsi Kelenjar Getah Bening

Fungsi utama KGB adalah sebagai penyaring filtrasi dari berbagai mikroorganisme asing dan partikel-partikel akibat hasil dari degradasi sel-sel atau metabolisme. 7-11 Universitas Sumatera Utara

2.2. Epidemiologi

Insiden limfadenopati belum diketahui dengan pasti. Sekitar 38 sampai 45 pada anak normal memiliki KGB daerah servikal yang teraba. Limfadenopati adalah salah satu masalah klinis pada anak-anak. Pada umumnya limfadenopati pada anak dapat hilang dengan sendirinya apabila disebabkan infeksi virus. 1,15 Studi yang dilakukan di Amerika Serikat, pada umumnya infeksi virus ataupun bakteri merupakan penyebab utama limfadenopati. Infeksi mononukeosis dan cytomegalovirus CMV merupakan etiologi yang penting, tetapi kebanyakan disebabkan infeksi saluran pernafasan bagian atas. Limfadenitis lokalisata lebih banyak disebabkan infeksi Staphilococcus dan Streptococcus beta-hemoliticus. 16 Dari studi yang dilakukan di Belanda, ditemukan 2.556 kasus limadenopati yang tidak diketahui penyebabnya. Sekitar 10 kasus diantaranya dirujuk ke subspesialis, 3,2 kasus membutuhkan biopsi dan 1.1 merupakan suatu keganasan. Penderita limfadenopati usia 40 tahun memiliki risiko keganasan sekitar 4 dibandingkan dengan penderita limfadenopati usia 40 tahun yang memiliki risiko keganasan hanya sekitar 0,4. 1-3,15,16

2.3. Etiologi