lebih bagi gambar berwarna. Format bmp menggunakan kompresi tipe lossless, berarti tidak ada data yang dibuang selama proses kompresi Hajar, 2007.
2. gif Graphics Interchange Format
Merupakan format gambar yang mampu menayangkan maksimum 256 warna dan mendukung warna transparan dan animasi sederhana. Format ini
mengkompresi gambar dengan sifat lossless, berarti terdapat data yang hilang selama proses kompresi Hajar, 2007.
3. jpg jpeg Joint Photographic Experts Group
Format ini mampu menayangkan warna dengan kedalaman 24 bit true color dan menggunakan kompresi tipe lossy. Kompresi jpeg berbasis DCT Discrete
Cosine Transform. Kualitas jpeg bisa bervariasi tergantung setting kompresi yang digunakan Hajar, 2007.
4. png Portable Network Graphics
Merupakan salah satu format penyimpanan citra dengan kompresi tipe lossless. Format png diperkenalkan untuk menggantikan format gif dan umumnya
dipakai untuk citra web Hajar, 2007.
5. tiff Tagged Image File Format
Merupakan format yang sering digunakan, mendukung citra compressed berbagai metode dan uncompressed Paryono et al, 2008.
2.2 Digital Watermarking
Masalah kepemilikan memang suatu masalah yang sangat pelik, bahkan lebih parah dari masalah pembajakan. Jika suatu pihak membajak suatu software misalnya, maka
pihak tersebut hanya akan merugikan dari sisi keuangan saja. Tetapi jika pihak itu mengganti string pada suatu program sehingga seakan akan menjadi miliknya dan
memasarkannya, maka pembuat aslinya akan mengalami kerugian dua kali. Kesulitan pemberian hak cipta akan jauh lebih sulit jika kita berurusan dengan benda-benda
Universitas Sumatera Utara
digital seperti file, gambar, suara atau semacamnya. Benda-benda semacam ini tidak dapat dengan mudahnya diberi stempel atau diberi tanda lainnya.
Salah satu cara yang banyak digunakan saat ini adalah dengan memberikan suatu tanda kepemilikan yang dapat dengan mudah dilihat oleh semua orang. Tapi
bagi yang sedikit mengerti tentang penggunaan program pengolah citra digital seperti Adobe Photosop, Paint Shop Pro, ataupun program lainnya, maka penghilangkan
label tersebut dapat dilakukan dengan mudah. Bahkan tidak hanya menghilangkan, karena label yang telah diberikan juga dapat diganti dengan mudah. Penggunaan data
digital selain dikarenakan kemudahannya dalam penyebaran menggunakan jaringan Internet, juga dikarenakan kemudahan dan kemurahannya dalam penggandaan
peng-copy-an serta penyimpanan untuk digunakan dikemudian hari.
2.2.1 Asal usul watermarking
Metode watermarking sudah dikenal ribuan tahun yang lalu, dimana yang cukup
dikenal adalah sejarah di jaman Herodotus. Pada saat tersebut, Histiaeus membuat pesan rahasia dengan mentato kepala ajudannya, kemudian membiarkan rambutnya
tumbuh sebelum diutus ke Aristagoras, yang harus mencukur kepala ajudan tersebut sebelum mengetahui pesan yang dikirim. Sampai saat ini
watermarking digunakan
Adanya permintaan akan jaminan hak cipta dalam bentuk perangkat lunak ataupun perangkat keras menyebabkan teknologi
digital watermarking sangat diperlukan. Dalam bentuk
digital, penyebaran dokumen secara tidak sah dapat dilakukan lebih mudah. Karena dengan kemajuan komunikasi data yang semakin baik,
penduplikasian dan penyebaran dokumen akan menjadi lebih cepat dan murah dibandingkan dengan dokumen berupa kertas. Berbeda dengan hasil duplikasi
sebagai metode untuk melindungi hak cipta suatu karya yang dipublikasikan dalam bentuk
digital, mengingat proses duplikasi sebuah digital copy yang hasilnya sangat identik dengan aslinya dan menyebarkan hasil
copy-an tersebut dengan sangat mudah, untuk kemudian digunakan kembali ataupun dimanipulasi datanya Rodiah, 2004.
Universitas Sumatera Utara
pada dokumen kertas, hasil duplikasi pada dokumen digital tidak akan berbeda dengan
dokumen aslinya.
2.2.2 Watermark dan watermarking
Watermark didefinisikan sebagai data tersembunyi yang ditambahkan pada sinyal pelindung cover signal sedemikian rupa sehingga penambahan tersebut tidak terlihat
Watermarking World, 2002. Lebih jauh lagi, watermark juga berupa kode yang membawa informasi mengenai pemilik hak cipta, pencipta, pembeli yang sah, dan
segala sesuatu yang diperlukan untuk menangani hak kepemilikan digital. Watermark sengaja ditanamkan secara permanen pada data digital sedemikian hingga pengguna
yang berwenang dapat dengan mudah membacanya, di sisi lain watermark tersebut haruslah tidak mengubah isi media kecuali sedikit atau perubahan tersebut tidaklah
tampak atau kurang begitu tampak bagi indera manusia Barni et al, 1998.
Watermark tanda air ini agak berbeda dengan tanda air pada uang kertas. Tanda air pada uang kertas masih dapat kelihatan oleh mata telanjang manusia
mungkin dalam posisi kertas yang tertentu, tetapi watermarking pada media digital disini dimaksudkan tak akan dirasakan kehadirannya oleh manusia tanpa alat bantu
mesin pengolah digital seperti komputer, dan sejenisnya.
Jika watermark merupakan sesuatu yang ditanamkan, maka watermarking merupakan proses penanaman watermark tersebut. Oleh karena itu, dapat disimpulkan
bahwa watermarking adalah suatu cara penyembunyian atau penanaman data atau informasi ke dalam suatu data digital lainnya, tetapi tidak diketahui
kehadirannya oleh indera manusia indera penglihatan atau pendengaran dan mampu menghadapi proses-proses pengolahan sinyal digital sampai pada tahap tertentu
Supangkat et al, 2000.
Universitas Sumatera Utara
2.2.3 Tujuan watermarking
Menurut Rodiah 2004, hal:4, beberapa tujuan watermarking adalah :
1. Menjaga sedemikian rupa agar dokumen-dokumen elektronik yang berisi
transaksi elektronik yang otentik tetap terjaga kualitas legal dan bobot buktinya.
2. Untuk aplikasi perlindungan hak cipta, tanda yang disisipkan pada dokumen
gambar, teks, atau audio digunakan sebagai identifier yang menunjukkan hak kepemilikan. Jenis tanda air mempengaruhi keefektifan tanda air itu sendiri
dalam setiap aplikasinya, apakah bersifat tampak oleh mata ataupun tidak.
3. Dapat mencegah terjadinya penyalahgunaan, namun dengan cara yang berbeda. Tanda air digital digunakan untuk memberikan identifikasi sebuah
dokumen atas informasi sumber daya, penulis, kreator, pemilik, distributor, dan konsumer yang berhak atas dokumen tersebut.
2.2.4 Karakteristik watermarking
Menurut Sirait 2006, hal:43, mutu dari metode watermarking meliputi beberapa parameter-parameter utama berikut ini :
1. Fidelity Perubahan yang disebabkan oleh tanda watermark seharusnya tidak
mempengaruhi nilai isi, idealnya tanda harusnya tidak dapat dilihat sehingga tidak dapat dibedakan antara data yang ter-watermark dan data yang asli. Salah
satu trade-off antara karakteristik watermarking yang sangat kelihatan adalah antara robustness dengan fidelity. Dalam beberapa literatur, fidelity kadang
disebut dengan invisibility untuk jenis data citra dan video. Yang dimaksud dengan fidelity di sini adalah derajat degradasi host data sesudah diberi
watermark dibandingkan dengan sebelum diberi watermark. Biasanya bila
Universitas Sumatera Utara
robustness dari watermark tinggi, maka memiliki fidelity yang rendah, sebaliknya robustness yang rendah dapat membuat fidelity yang tinggi. Jadi
sebaiknya dipilih trade-off yang sesuai sehingga keduanya dapat tercapai sesuai dengan tujuan aplikasi. Untuk host data yang berkualitas tinggi, maka
fidelity dituntut setinggi mungkin sehingga tidak merusak data aslinya. Sedangkan untuk host data yang memiliki noise kualitas kurang, maka
fidelity-nya dapat rendah seperti pada siaran radio, suara pada telepon, ataupun broadcast acara televisi.
2. Robustness Watermark di dalam host data harus tahan terhadap beberapa operasi
pemrosesan digital yang umum seperti pengkonversian dari digital ke analog dan dari analog ke digital, dan manipulasi data. Pada robust watermark, data
disisipkan dengan sangat kuat sehingga jika ada yang berusaha menghapusnya maka gambar atau suara yang disisipi akan ikut rusak dan tidak punya nilai
komersil lagi.
3. Security Watermarking harus tahan terhadap segala usaha sengaja memindahkan atau
men-copy watermark dari satu multimedia data ke multimedia data lainnya. Dari ketiga kriteria ini, fidelity merupakan kriteria paling tinggi.
2.2.5 Attack serangan
Menurut Ferdian 2006, hal:5, beberapa attack serangan dasar terhadap citra ter- watermark yaitu :
1. Horizontal Flip Serangan ini dilakukan hanya dengan membalikkan gambar secara horizontal.
Metode ini tampak sangat sederhana, namun beberapa skema watermarking tidak lolos dari serangan ini
Universitas Sumatera Utara
2. Rotasi Rotasi dilakukan biasanya dengan derajat perputaran yang sangat kecil,
sehingga citra tampak tidak berubah. Namun karena perputaran yang kecil tersebut, watermark tidak dapat terdeteksi lagi.
3. Cropping Yaitu pemotongan citra menjadi bagian-bagian kecil. Hal ini mengakibatkan
watermark tidak utuh dan kemudian menjadi tidak terdeteksi lagi.
4. Scaling Penskalaan dapat dibedakan menjadi 2 jenis, uniform dan non-uniform.
Penskalaan uniform mengubah ukuran citra dengan faktor skala yang sama, baik vertikal maupun horizontal. Sedangkan pada non-uniform scaling, faktor
skala vertikal dan horizontal berbeda.
5. Penghapusan garis atau kolom pada citra Cara ini dilakukan dengan menghapus satu kolom atau satu baris pada citra.
Cara ini sangat efektif dilakukan untuk melawan teknik spread-spectrum.
6. Random geometric distortions
Melakukan distorsi geometris secara acak. Biasanya merupakan gabungan dari teknik-teknik dasar.
Attack serangan ini akan menyebabkan terjadinya perubahan bit pada citra ter-watermark, sehingga apabila dilakukan ekstraksi, maka watermark yang telah
dipisahkan akan tampak sangat berbeda dibandingkan dengan watermark yang disisipkan pada awalnya.
2.3. Proses Watermarking