Analisis Watermarking Analisis Transformasi DCT

BAB 3 ANALISIS DAN PERANCANGAN

3.1 Analisis Watermarking

Watermarking sebagai salah satu teknik perlindungan hak cipta pada suatu citra digital dapat dibagi menjadi dua kategori yaitu visible dan invisible. Pembagian kategori ini didasarkan pada penandaan watermark. Visible watermarking adalah jenis watermarking dimana tanda watermark yang disisipkan dapat dilihat langsung oleh mata. Penggunaan visible watermarking ini dapat dilihat pada siaran televisi yang menampilkan logo perusahaan siarannya pada sudut gambar televisi. Sedangkan invisible watermarking bersifat lebih kompleks karena tanda watermark yang disisipkan tidak dapat dilihat oleh mata. Penggunaan invisible watermarking ini umumnya dilakukan pada data data, suara, citra, dan video untuk menyisipkan hak cipta seperti informasi pencipta, distributor, ataupun pemilik yang sah. Dalam penelitian ini, invisible watermarking adalah kategori yang digunakan karena informasi yang disisipkan adalah citra digital. Oleh karena itu, dibuatlah suatu demonstrasi sistem yang dapat melakukan penyisipan dan ekstraksi watermark dengan menggunakan metode Discrete Cosine Transform DCT. Melalui sistem ini, maka dapat dilakukan analisis terhadap proses penyisipan, ekstraksi, perubahan hasil ekstraksi, dan ketahanan citra ter-watermark sehingga dapat diambil kesimpulan bagaimana kualitas pemanfaatan metode DCT dalam watermarking. Gambaran watermarking, termasuk penyisipan dan ekstraksi secara umum dapat dilihat pada gambar 3.1. Universitas Sumatera Utara Watermark Citra Asli Penyisipan Citra Terwatermark Ekstraksi Watermark Hasil Ekstraksi Gambar 3.1 Model Penyisipan Dan Ekstraksi Watermark

3.2 Analisis Transformasi DCT

Transformasi DCT dua dimensi sering digunakan dalam pemrosesan citra digital. Keuntungan utama transformasi ini adalah dapat menghilangkan redundancy antara pixel yang bersebelahan. Hal ini memungkinkan koefisien dengan frekuensi rendah dapat diabaikan tanpa menyebabkan distorsi visual pada citra rekonstruksi. DCT menampilkan pemadatan energi frekuensi dengan sangat baik pada citra. Transformasi DCT digunakan dalam kompresi JPEG yang bersifat loseless, dimana ukuran citra dapat menjadi semakin kecil dengan perubahan warna yang sulit dilihat oleh indera penglihatan. Faktor yang harus diperhatikan dalam watermarking adalah bagaimana menyisipkan watermark pada spektrum citra yang secara perseptual cukup penting, sedemikian hingga tidak menurunkan kualitas citra. Hal ini dapat dilakukan jika pengubahan nilai koefisien cukup kecil dan koefisien yang diubah memang cukup penting. Untuk mengatasi masalah ini, maka domain frekuensi dapat dilihat sebagai sebuah kanal dan watermark dapat diibaratkan bagaikan sebuah kanal yang melewatinya. Oleh karena itu, transformasi DCT dapat diimplementasikan dalam proses watermarking, dimana watermark disebarkan ke dalam banyak satuan frekuensi sehingga energi watermark yang telah disisipkan tidak tampak oleh mata. Ukuran blok yang digunakan pada transformasi DCT umumnya adalah ukuran blok 8 x 8. Pemilihan ukuran blok ini dikarenakan karena apabila dilihat dari Universitas Sumatera Utara rumus DCT 2 dimensi, meningkatnya jumlah N dapat meningkatkan kompleksitas perhitungan trigonometri. Sedangkan apabila pemilihan blok dibuat terlalu rendah, maka dapat menyebabkan ketelitian komponen frekuensi menjadi lebih rendah. Dengan berbagai pertimbangan tersebut, JPEG menetapkan ukuran blok dalam transformasi DCT adalah 8 x 8 sebagai ukuran standar Rodiah, 2004. Sebagai contoh, diketahui sebuah blok pixel 8 x 8 dari sebuah citra digital dengan nilai sebagai berikut : 26 -5 -5 -5 -5 -5 -5 8 64 52 8 26 26 26 8 -18 126 70 26 26 52 26 -5 -5 A = 111 52 8 52 52 38 -5 -5 52 26 8 39 38 21 8 8 8 -5 8 26 52 70 26 -5 -23 -18 21 8 8 52 38 -18 8 -5 -5 -5 8 26 8 Apabila dilakukan transformasi DCT, hasilnya adalah matriks dalam domain frekuensi yang dapat dilihat seperti berikut : 162.250 40.599 20.002 72.329 30.250 12.484 -19.650 -11.497 30.479 108.416 10.473 32.292 27.699 -15.504 18.407 -1.995 -94.144 -60.051 12.298 -43.418 -31.287 6.066 -3.330 7.144 A’ = -38.567 -83.357 -5.412 -22.169 -13.519 15.491 -1.331 3.534 -31.250 17.934 -5.524 -12.355 14.250 -5.962 11.488 -6.023 -0.864 -11.763 12.776 0.181 28.071 12.573 8.352 2.935 4.630 -2.421 12.169 6.561 -18.700 -12.753 7.701 12.031 -9.953 11.193 7.811 -16.288 21.464 0.021 5.906 10.680 Universitas Sumatera Utara

3.3 Analisis Penyisipan

Dokumen yang terkait

Watermarking Menggunakan Algoritma Discrete Cosine Transform (DCT) pada Penyisipan ke dalam Citra

4 57 70

PERBANDINGAN WATERMARKING CITRA DENGAN ALIHRAGAM WAVELET DAN DISCRETE COSINE TRANSFORM

0 3 8

Watermarking Citra Digital Menggunakan GHM Multiwavelet Transform dan Discrete Cosine Transform (DCT).

0 9 16

Watermarking Citra Digital Berwarna pada Ruang Warna YIQ Menggunakan Contourlet Transform dan Discrete Cosine Transform - Digital Color Image Watermarking in YIQ Colour Space Using Contourlet Transform and Discrete Cosine Transform.

1 2 16

Blind Watermarking Citra Digital pada Komponen Luminansi Berbasis DCT (Discrete Cosine Transform).

0 0 13

IMPLEMENTASI TEKNIK WATERMARKING DIGITAL PADA CITRA BERWARNA DALAM DOMAIN DISCRETE COSINE TRANSFORM.

0 0 7

Adaptive Watermarking Citra Digital dengan Teknik Discrete Wavelet Transform-Discrete Cosine Transform dan Noise Visibility Function - Discrete Wavelet Transform-Discrete Cosine Transform and Noise Visibility Function Based Digital Image Adaptive Watermar

0 0 14

Blind Watermarking pada Citra Digital Menggunakan Discrete Wavelet Transform (DWT) dan Discrete Cosine Transform (DCT) - Blind Watermarking on Digital Image Using Discrete Wavelet Transorm (DWT) dan Discrete Cosine Transform (DCT).

0 1 16

Digital Watermarking Menggunakan Teknik Penggabungan DWT (Discrete Wavelet Transform) dan DCT (Discrete Cosine Transform).

0 0 58

RANCANG BANGUN APLIKASI WATERMARKING PADA CITRA DIGITAL MENGGUNAKAN DISCRETE COSINE TRANSFORM (DCT)

0 0 11