KONSEP DIRI POSITIF DAN NEGATIF

V. KONSEP DIRI POSITIF DAN NEGATIF

Pandangan seorang individu terhadap dirinya sendiri, yang diperolehnya dari informasi melalui interaksinya dengan orang-orang lain, yang dikenal dengan konsep diri, kiranya akan jatuh di antara dua kutub. Kutub pertama adalah konsep diri positif dan kutub yang satunya lagi adalah konsep diri negatif. Dengan mengetahui kedua perbedaan dari pengertian konsep diri tersebut, kiranya akan lebih membantu dan memberi kemampuan dalam penilaian ke arah mana condongnya konsep diri seorang individu. Penempatan nilai yang tinggi pada sifat rendah hati yang dilakukan seorang individu, dapat diasumsikan bahwa suatu konsep diri yang benar-benar positif adalah suatu kuantitas yang agak berbahaya bagi dirinya. Bagaimanapun juga, jika seorang individu merasa bahwa segala sesuatu tentang dirinya sendiri sempurna, tidakkah individu ini mungkin akan menjadi angkuh ? Bagaimana pula jika seorang individu sangat mencintai dirinya sendiri, tidakkah individu ini mungkin akan memanfaatkan orang lain untuk memenuhi keinginannya sendiri ? Jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini adalah bahwa pada dasarnya, konsep diri yang positif bukanlah terletak pada kebanggaan yang besar tentang diri, tetapi lebih didasarkan kepada bentuk penerimaan diri. Dalam hal ini diyakini bahwa kualitas penerimaan diri ini lebih mungkin mengarah kepada kerendahan hati dan kedermawanan daripada kepada keangkuhan dan keegoisan. Wicklund dan Frey 1980 dalam Calhoun, 1990 : 73 menyatakan pendapatnya bahwa yang menjadikan penerimaan diri kepada bentuk konsep diri positif adalah dikarenakan seorang individu dengan konsep diri positif mengenal Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009 USU Repository © 2008 dirinya dengan baik sekali. Tidak seperti konsep diri yang terlalu kaku atau terlalu longgar, konsep diri yang positif lebih bersifat stabil dan bervariasi. Menurut Chodorkoff 1954 dalam Calhoun, 1990 : 73, konsep diri positif ini berisi berbagai kotak kepribadian, sehingga seorang individu dapat menyimpan informasi tentang dirinya sendiri, baik itu informasi yang negatif maupun yang positif. Jadi, seorang individu dengan konsep diri positif dapat memahami dan menerima sejumlah fakta yang sangat bermacam-macam tentang dirinya sendiri. Misalnya, seorang individu yang cacat tubuh masih kompeten sebagai seorang ahli hukum atau seorang politikus, tetapi tidak kompeten sebagai seorang perwira polisi; Sebagai seorang staf pengajar, saya mempunyai status sosial yang baik tapi tidak baik dalam penghasilan materi ekonomi; Saya sangat mencintai kedua orang tua saya, tapi kini mereka telah tiada. Contoh-contoh ini kiranya memberi pengertian dan menjelaskan bahwa secara mental seorang individu yang memiliki konsep diri positif dapat menyerap semua informasi, sehingga dengan demikian tidak satupun dari informasi tersebut merupakan ancaman bagi dirinya. Pengertian konsep diri positif yang dimiliki seorang individu adalah adanya kemampuan cakupan yang luas dari diri untuk dapat menampung seluruh pengalaman mentalnya, sehingga evaluasi tentang dirinya sendiri menjadi positif. Individu dapat menerima dirinya sendiri secara apa adanya. Dalam hal ini, tidak berarti bahwa seorang individu yang memiliki konsep diri positif tidak pernah kecewa terhadap dirinya sendiri atau bahwa dia gagal mengenali kesalahannya sebagai suatu kesalahan. Namun, dia merasa tidak perlu meminta maaf atau merasa bersalah untuk eksistensinya. Dengan menerima dirinya sendiri, seorang Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009 USU Repository © 2008 individu yang memiliki konsep diri positif juga dapat menerima orang lain. Hal ini kiranya senada dengan ungkapan dari para leluhur, cubitlah dirimu sendiri sebelum kamu mencubit orang lain, yang kiranya dapat diinterpretasikan sebagai cinta pada diri sendiri adalah prasyarat untuk dapat mencintai orang lain. Dalam dimensi pengharapan dari diri, seorang individu dengan konsep diri positif, merancang tujuan-tujuan yang sesuai dan realistis dalam penilaian dirinya. Seperti semua individu, secara berkala kadang-kadang seorang individu dengan konsep diri yang positif dapat saja berkhayal menjadi bintang rock atau memenangkan kejuaraan tinju kelas berat atau menerima penghargaan nobel, dan sebagainya. Tetapi, tujuan yang benar-benar dirancang seorang individu dengan konsep diri yang positif untuk dirinya sendiri adalah realistis. Artinya, individu dengan konsep diri positif tersebut telah melakukan penilaian diri yang baik dan karena itu ia memiliki kemungkinan besar untuk dapat mencapai tujuannya tersebut. Di samping tujuan yang realistis tersebut berharga bagi dirinya, sehingga kalau individu tersebut berhasil mencapainya maka hal itu akan dapat dijadikannya sebagai alasan untuk memuji dirinya sendiri. Hal yang lebih penting dari dimensi pengharapan yang realistik tentang pencapaian dari seorang individu dengan konsep diri yang positif adalah pengharapannya tentang kehidupannya sebagai seorang individu, yaitu idenya tentang apa yang diberikan oleh kehidupan kepadanya dan bagaimana seharusnya dirinya mendekati dunia. Pada bidang inilah, konsep diri yang positif mungkin lebih banyak menjadi modal yang lebih berharga dibanding dengan dimensi diri yang lainnya. Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009 USU Repository © 2008 Titik pusat dari pengertian konsep diri yang positif adalah adanya cakupan yang luas dan cukup beragam dari diri seorang individu untuk mengasimilasikan seluruh pengalamannya. Dalam pengertian ini juga terkandung bahwa segala sesuatu informasi baru, bukanlah sesuatu yang merupakan ancaman bagi dirinya sehingga tidak menimbulkan kecemasan baginya. Dengan kata lain, seorang individu dengan konsep diri yang positif dapat menghadapi kehidupan di depannya. Hal ini membedakannya dengan seorang individu yang memiliki konsep diri negatif, dimana kehidupannya dijalani dalam suatu benteng pertahanan diri. Seorang individu dengan konsep diri yang positif, dapat tampil ke depan secara bebas. Baginya, hidup adalah suatu proses penemuan. Ia mengharapkan, kehidupannya dapat membuat dirinya tertarik, dapat memberinya kejutan, dan memberinya penghargaan. Dengan demikian, seorang individu dengan konsep diri yang positif akan bertindak dengan berani dan spontan serta memperlakukan individu lain dengan hangat dan hormat. Oleh karena seorang individu dengan konsep diri positif menghadapi kehidupannya dengan cara-cara yang telah dikemukakan, kehidupannya akan terasa menyenangkan, penuh kejutan, dan penuh penghargaan. Jadi, konsep diri yang positif adalah bagian dari hubungan yang melingkar antar bagian-bagian dari dalam diri seorang individu yang berdimensi konstruktif. Kutub lain dari konsep diri, selain yang positif adalah kutub konsep diri yang negatif. Pada konsep diri yang negatif, dimensi diri yang terdiri atas pengetahuan, evaluasi, dan pengharapan dari seorang individu tentang dirinya sendiri adalah sangat sedikit dan kurang realistis. Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009 USU Repository © 2008 Pada konsep diri negatif, dapat dibedakan dalam 2 dua jenis, yaitu 1 pandangan seorang individu tentang dirinya sendiri yang benar-benar tidak teratur dimana individu tersebut tidak memiliki perasaan kestabilan dan keutuhan diri. Dalam arti ini, individu dengan konsep diri yang negatif ini, benar-benar tidak tahu siapa dirinya, apa kekuatan dan kelemahannya, atau apa yang dia hargai dalam hidupnya. Menurut Erikson 1968 dalam Calhoun 1990 : 72, kondisi ini umum dan normal di antara banyak para remaja. Konsep diri para remaja kerapkali menjadi tidak teratur untuk sementara waktu dan ini terjadi pada saat transisi dari peran anak ke peran orang dewasa. Tetapi, pada orang dewasa hal ini mungkin dianggap sebagai suatu tanda ketidakmampuan penyesuaian diri. Jenis konsep diri negatif yang ke 2 dua hampir merupakan lawan dari pengertian konsep diri negatif yang pertama. Pada jenis konsep diri negatif yang ke 2 dua ini, malah konsep diri itu terlalu stabil dan terlalu teratur. Dengan kata lain, konsep diri negatif yang kedua ini bersifat kaku. Hal ini dimungkinkan, karena seorang individu dengan konsep diri yang negatif seperti ini, biasanya dididik dengan sangat keras. Akibatnya, individu ini menciptakan citra diri bagi dirinya, yang tidak mengijinkan adanya penyimpangan dari seperangkat hukum besi yang ada dalam pikirannya. Cara hidup seperti ini adalah merupakan cara hidup yang dianggapnya tepat. Pada kedua jenis konsep diri negatif, informasi baru tentang diri yang dialami seorang individu hampir pasti menjadi penyebab kecemasan dan rasa ancaman terhadap dirinya. Tidak satupun dari kedua konsep diri negatif cukup bervariasi untuk menyerap berbagai macam informasi tentang diri. Setiap hari, Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009 USU Repository © 2008 pikiran individu mengalami proses pemilihan yang ketat tentang berbagai macam dorongan, ingatan, dan tanggapan yang semuanya itu merefleksi pada dirinya. Jadi, supaya individu memahami dan menerima dirinya sendiri, konsep diri seorang individu harus dilengkapi dengan kotak kepribadian yang cukup luas, yang dapat menyimpan bermacam-macam fakta yang berbeda tentang dirinya sendiri. Dengan kata lain, suatu konstruk konsep diri, idealnya adalah harus luas dan tersusun dengan teratur. Individu dengan konsep diri yang tidak teratur atau konsep diri yang sempit, benar-benar tidak memiliki kategori mental yang dapat dikaitkannya dengan informasi yang bertentangan mengenai dirinya Sullivan, 1953 dalam Calhoun, 1990 : 72. Oleh karena itu, individu dengan konsep diri negatif, selalu mengubah terus menerus konsep dirinya atau individu tersebut melindungi konsep dirinya yang kaku, dengan cara mengubah ataupun menolak semua informasi baru yang bertentangan dengan citra dirinya yang telah ditetapkannya. Dalam kaitannya dengan dimensi evaluasi diri, seorang individu dengan konsep diri yang negatif menurut definisinya meliputi penilaian negatif terhadap dirinya sendiri. Apapun pribadi itu, individu dengan konsep diri negatif ini tidak pernah cukup baik. Apapun yang diperolehnya, tampaknya tidak berharga bila dibandingkan dengan apa yang diperoleh oleh orang lain - seperti yang dikatakan dengan tegas oleh Ralph Waldo Emerson, pada saat kehilangan semangat, setiap pekerjaan tampaknya mengagumkan bagiku, kecuali pekerjaan yang dapat saya kerjakan dalam Calhoun, 1990 : 72. Hal ini merupakan penuntun ke arah kelemahan emosional. Menurut Dobson dan Shaw 1987 dalam Calhoun, 1990 : Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009 USU Repository © 2008 72, melalui hasil penelitiannya menunjukkan bahwa konsep diri negatif yang dimiliki seorang individu, seringkali berhubungan dengan depresi klinis. Dalam hal ini menurut mereka, individu dengan konsep diri negatif mungkin akan mengalami kecemasan secara ajeg, dikarenakan menghadapi informasi tentang dirinya sendiri yang tidak dapat diterimanya dengan baik dan yang mengancam konsep dirinya. Dalam kasus ini, depresi atau kecemasan dan kekecewaan emosional akan mengikis harga diri yang menyebabkan munculnya sebuah kekecewaan emosional yang lebih parah dan seterusnya bak sebuah lingkaran setan. Untuk dapat menjelaskan dimensi dari seorang individu yang memiliki konsep diri negatif, Rotter 1954 dalam Calhoun, 1990 : 73 memaparkan contoh sebagai berikut. Seorang siswa dengan konsep diri negatif dapat memasuki dan lulus dengan pas-pasan kursus yang terkenal muda, atau dia dapat menentukan beberapa tujuan yang sangat tinggi misalnya semua bernilai A, dan tentu saja dia gagal untuk mencapainya. Dalam kedua hal tersebut, sebenarnya individu tersebut telah menjebak dirinya sendiri dan menghantam harga dirinya, baik dengan jalan mencapai suatu tujuan yang tak seorang pun, termasuk dirinya, menganggapnya sebagai suatu keberhasilan, atau dengan gagalnya untuk mencapai cita-citanya. Dalam kedua kejadian tersebut, mungkin yang sedang terjadi adalah pembenaran ramalannya sendiri bahwa ia percaya dirinya tidak dapat mencapai suatu apapun yang berharga. Individu ini merancang pengharapannya sedemikian rupa, sehingga dalam kenyataannya ia tidak mencapai suatu apapun yang berharga. Kegagalan ini, sebaliknya merusak harga dirinya yang sudah rapuh, Raras Sutataminingsih : Konsep Diri, 2009 USU Repository © 2008 yang kemudian membuat kekakuan atau ketidakteraturan citra dirinya lebih parah. Dengan kata lain, suatu lingkaran setan mengenai penghancuran diri akan terus memperparah konsep dirinya menjadi negatif.

VI. KONSEP DIRI DAN KEPRIBADIAN