dapat menurunkan kadar oksigen dalam air adalah kenaikan suhu air, respirasi dan masuknya limbah organik.
h. Nitrat
Dari Tabel 4.5. diperoleh nilai paling tinggi pada stasiun 2 dengan nilai 1,26 mgL yang merupakan daerah keramba, sedangkan nilai terrendah pada stasiun
0,86 mgL yang merupakan daerah kontrol. Hal ini disebabkan karena banyakan aktivitas yang menyebabkan limbah yang dibuang langsung ke badan perairan
sehingga ikan yang mengandung protein akan diuraikan oleh mikroba sehingga menjadi nitrat kemudian meningkatkan nilai nitrat pada daerah ini.
Menurut Barus 2004, nitrat merupakan produk akhir dari proses penguraian protein dan nitrit dan serta merupakan zat yang dibutuhkan tumbuhan
untuk dapat tumbuh dan berkembang dan Siregar 2009 juga menambahkan tinggi rendahnya nilai nitrit dipengaruhi oleh masukan bahan organik dan
anorganik pada suatu perairan. Nilai nitrit yang terdapat pada kawasan industri relatif lebih tinggi dibandingkan kawasan yang tidak ada hasil anthropogenik.
Sumber nitrit berasal dari pembusukan vegetasi dan juga hasil pembuangan limbah industri.
i. Posfat
Dari Tabel 4.5. diperoleh nilai phosfat tertinggi terdapat pada stasiun 2 dengan nilai 0,18 mgL yang merupakan daerah keramba, sedangkan yang terendah
terdapat pada stasiun 4 dengan nilai 0,11 mgL yang merupakan daerah kontrol. Tinggi rendahnya nilai phosfat dipengaruhi oleh konsentrasi senyawa organik
maupun anorganik pada suatu perair
Perbedaan ini disebabkan kuantitas yang dihasilkan lebih tinggi konsentrasinya dibanding limbah buangan PLTA sehingga konsentrasi fosfat di
perairan lebih tinggi. Sumber fosfat berasal dari perairan alami dan antropogenik seperti industri dan domestik. Fosfat pada perairan alami berasal dari pelapukan
batuan mineral dan antropogenik berasal dari aktivitas industri dan domestik Effendi, 2003.
4.6. Analisis Korelasi Pearson antara Faktor Fisik-Kimia dengan Indeks Keanekaragaman Plankton
Berdasarkan pengukuran faktor fisik-kimia perairan yang telah dilakukan pada stasiun penelitian dan dikorelasikan dengan indeks keanekaragaman Shannon-
Wiener maka diperoleh nilai korelasi seperti terlihat pada Tabel 4.6. berikut ini:
Tabel 4.6. Nilai Analisis Korelasi Pearson Antara Faktor Fisik Kimia dengan Indeks Keanekaragaman Plankton
Suhu Intensitas
Penetrasi DO
BOD5 pH
Kejenuhan Nitrat
Posfat H’
0,658 0,382
0,596 -0,132
0,055 0,009
0,025 0,011
0,186 Keterangan:
+ = Korelasi Positif Searah dan - = Korelasi Negatif Berlawanan
Dari Tabel 4.6. menunjukkan suhu berhubungan kuat terhadap indeks keanekaragaman fitoplankton. Hal ini karena suhu berpengaruh terhadap
keanekaragaman fitoplankton dimana semakin tinggi suhu maka keanekaragaman fitoplankton semakin rendah dan sebaliknya.
Menurut Barus 2004, kenaikan temperatur hanya pada kisaran temperatur yang masih ditolerir akan meningkatkan laju metabolisme sebesar 2-3
kali lipat. Akibat meningkatnya laju metabolisme, akan menyebabkan konsumsi oksigen meningkat, sementara dilain pihak dengan naiknya temperatur akan
menyebabkan kelarutan oksigen dalam air berkurang. Hal ini dapat menyebabkan organisme air kesulitan untuk melakukan respirasi yang selanjutnya akan
mempengaruhi keanekaragaman organisme. Brower et al. 1990 dalam Siregar 2009, kemampuan penetrasi cahaya sampai dengan kedalaman tertentu juga
akan mempengaruhi distribusi dan intensitas fotosintesis tumbuhan air di badan perairan.
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN