Banjar Sistem Sosial dan Lembaga-Lembaga Sosial Masyarakat Kintamani

mereka terpaksa menyewa atau memperkerjakan tenaga kerja tambahan meski adakalanya tidak dapat menutupi nilai produksi petanipekebun. Seperti contoh yang dikatakan oleh Made Karbin 57 , lahan kopinya sendiri seluas kurang lebih 2 ha, harga kopi basahgelondong merah rata-rata berkisar Rp 5.000,- sampai Rp 6.000,- sedangkan upah pemetik dalam sehari Rp 50.000,-. Dari segi harga kopi dibandingkan dengan upah pemetik tidak dapat menutupi nilai produksi kopi, akibatnya petani kopi terus merugi. Akibatnya sebagian petani kopi mengkonversinya menjadi tanaman jeruk karena dianggap lebih menguntungkan, dalam setahun jeruk dapat dipanen tiga kali sedangkan tanaman kopi hanya setahun sekali, dari segi harga jeruk berkisar Rp 7.000,- sampai Rp 8.000,- per kilogramnya. Menurut Made Karbin alternatifnya adalah dengan meningkatkan nilai jual kopi gelondong merah sehingga para petani kopi Kintamani tetap menanam kopi dan tanaman jeruk hanya sebagai pelengkap kebun.

2.3 Sistem Sosial dan Lembaga-Lembaga Sosial Masyarakat Kintamani

Sistem Sosial dan Lembaga-lembaga Sosial Masyarakat Kintamani diantaranya terdiri dari:

2.3.1 Banjar

Banjar dapat dikatakan sebagai unit pemukiman terkecil di Bali. Kalau sebuah Desa Pakraman biasa memiliki sekitar 500 lebih kepala keluarga, maka sebuah Banjar memiliki anggota 20-100 kepala keluarga saja. Seperti halnya sebuah Desa Pakraman yang memiliki awig-awig, maka sebuah banjar juga demikian. Sebuah banjar memiliki Kliang Banjar atau pemimpin banjar yang ditunjuk atau dipilih langsung berdasarkan konsep senioritas atau keturunan. 58 Tugas-tugas dalam aparatur banjar adalah sebagai berikut: 1. Kliang Banjar atau pemimpin banjar atau sangkepan banjar, mengawasi pelaksanaan awig-awig, bertanggung jawab akan properti milik banjar dan 57 Wawancara Dwi Lestari dengan Made Karbin, pada tanggal 1 April 2015 di Desa Belantih, Kintamani. 58 Mukhlis Paeni ed, Sejarah Kebudayaan Indonesia: Sistem Sosial Jakarta: Balai Pustaka, 2009, hlm. 84-85. menentukan tata cara penggunaan peralatan tersebut apabila diperlukan oleh krama banjar. Pembimbing krama banjar, menyaksikan dan mengesahkan setiap upacara yang dilakukan krama banjar terutama yang terkait dengan upacara perkawinan, menjadi juru bicara apabila ada pertemuan pada tingkat lebih tinggi tingkat desa dan mengumumkan atau membacakan segala keputusan yang diputuskan melalui sangkepan banjar rapat banjar. 2. Patajuh, wakil pangelingsir, wakil kliang yang bertugas menggantikan tugas Kliang sehari-hari apabila kliang berhalangan. 3. Panyarikan, juru tulis atau sekretaris, yang bertugas mencatat keputusan- keputusan dalam tiap sangkepan banjar. Sangkepan biasanya dilakukan sebulan sekali. Tugasnya meliputi, memungut iuran, evaluasi keadaan banjar, membuat keputusan pararem tambahan bagi awig-awig, membuat kesepakatan apabila ada kerjasama dengan pihak ketiga pasukertan. Semua keputusan biasanya dibacakan pada sangkepan bulan berikutnya. 4. Sedahan atau pangaraksaan, yakni jabatan bendahara. Pada sangkepan di beberapa banjar disediakan honor sekadarnya yang diambil dari kas milik banjar atau bunga dari kas tadi yang diperoleh dari bank karena uang disimpan di bank. 5. Petegen, pembantu umum, tugasnya yaitu bersih-bersih, menyiapkan sangkepan, dan lain-lain. 6. Saya adalah petugas yang ditunjuk bergilir oleh banjar untuk penyelenggaraan sangkepan. 7. Sinoman, yakni krama banjar yang dipilih dan bertugas mengingatkan akan diadakannya sangkepan. Banjar merupakan organisasi atau lembaga sosial yang independen dan mengikat krama banjar yang menjadi anggota suatu ikatan dengan wilayah tertentu. Seluruh peraturan pemerintah masa kini bisa disosialisasikan melalui sangkepan banjar yang terselenggara secara rutin.

2.3.2 Pura