Strategi Peningkatan Produktivitas Kopi Arabika Desa Sitinjo Induk Kecamatan Sitinjo Kabupaten Dairi

(1)

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOPI

ARABIKA DESA SITINJO INDUK KECAMATAN SITINJO

KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Oleh:

M. ABD. HAKIM 070304013 AGRIBISNIS

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(2)

STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOPI

ARABIKA DESA SITINJO INDUK KECAMATAN SITINJO

KABUPATEN DAIRI

SKRIPSI

Oleh:

M. ABD. HAKIM 070304013 AGRIBISNIS

Diajukan Kepada Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat

Guna Memperoleh Derajat Sarjana Pertanian Disetujui oleh:

Ketua Komisi Pembimbing Anggota Komisi Pembimbing

(Ir. Iskandarini, MM, Ph.D) (Ir. Thomson Sebayang, MT) NIP : 196405051994032002 NIP : 195711151986011001

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS

FAKULTAS PERTANIAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN


(3)

ABSTRAK

M. ABD. HAKIM (070304013/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOPI ARABIKA DESA SITINJO INDUK KECAMATAN SITINJO KABUPATEN DAIRI. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D dan Ir. Thomson Sebayang, MT. Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan permintaan kopi Arabika di pasar internasional terus terjadi. Hal ini diikuti dengan harga yang cenderung terus meningkat. Peningkatan permintaan tidak diiringi dengan produksi nasional sebagai negara pengekspor kopi Arabika. Produksi yang rendah disebabkan beberapa faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu perlu kiranya untuk menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kopi Arabika. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) untuk menjelaskan tingkat produktivitas kopi Arabika di desa Sitinjo Induk, 2) untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani kopi Arabika di desa Sitinjo Induk, 3) menentukan strategi peningkatan produktivitas kopi Arabika di desa Sitinjo Induk.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas tanaman kopi Arabika adalah 1,94 ton/ha. Penggunaan faktor produksi luas lahan, bibit,pupuk urea, dan herbisida tergolong belum efisien, maka penggunaannya herus ditambah. Sedangkan faktor lain seperti tenaga kerja, pupuk kompos, dan pupuk NPK tergolong tidak efisien, maka penggunaannya harus dikurangi agar menghasilkan produksi yang optimal. Strategi yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas kopi Arabika adalah dengan menggunakan strategi WO (weaknesses-opportunities) dengan menanam bibit unggul, mengaktifkan kembali gapoktan, dan memanfaatkan peluang harga kopi Arabika yang tinggi dengan memaksimalkan potensi alam dan lahan yang ada.


(4)

RIWAYAT HIDUP

M. ABD. HAKIM, dilahirkan di Serbajadi pada tanggal 21 Nopember 1988, sebagai anak dari Ayahanda Burhanuddin, dan Ibunda Salbiah. Penulis merupakan anak keempat dari lima bersaudara.

Pendidikan formal yang pernah ditempuh penulis adalah sebagai berikut: pada tahun 1995 masuk sekolah dasar di SD Swasta Islamiyah SM. Diski tamat tahun 2001. Tahun 2001 masuk sekolah menengah pertama di SMPN 1 Binjai tamat tahun 2004. Tahun 2004 masuk sekolah menengah atas di SMAN 2 Binjai tamat tahun 2007.

Pada tahun 2007 penulis diterima di Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara melalui jalur PMP. Selama masa perkuliahan penulis aktif mengikuti berbagai organisasi kemahasiswaan, antara lain Ikatan Mahasiswa Sosial Ekonomi Pertanian (IMASEP) dan Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP).

Pada bulan April 2011 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa Sitinjo Induk, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi. Kemudian pada bulan Juni 2011 melaksanakan Praktik Kerja Lapangan (PKL) di Desa Tanah Itam Ulu, Kecamatan Lima Puluh, Kabupaten Batubara, Provinsi Sumatera Utara.


(5)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat, hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan baik.

Skripsi ini berjudul STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOPI ARABIKA. Lokasi penelitian di Desa Sitinjo Induk, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi. Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan.

Penyelesaian skripsi ini tidak terlepas dari bantuan dan arahan berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Ibu Ir. Iskandarini, MM, Ph.D selaku Ketua Komisi Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk mengajar, dan membimbing serta memberi

masukan dan semangat yang sangat berharga dalam penyusunan skripsi ini

2. Bapak Ir. Thomson Sebayang, MT selaku Anggota Komisi Pembimbing

yang telah banyak memberikan ilmu dan wawasan ilmiah secara detail, yang

mengayomi dan memberikan masukan yang sangat berarti kepada penulis.

3. Ibu Dr. Ir. Salmiah, MS selaku Ketua Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

4. Bapak Dr. Ir. Satia Negara Lubis, M.Ec selaku Sekretaris Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.


(6)

5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.

6. Seluruh petani kopi Arabika yang menjadi sampel dalam penelitian di Desa Sitinjo Induk, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi.

Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada Ibunda tersayang Salbiah dan Ayahanda Burhanuddin dan keluarga besar atas motivasi, kasih sayang dan doa yang tiada hentinya yang diberikan kepada penulis selama menjalani kuliah, serta kakakku tersayang Nurdaliana, abang-abangku Zulkifli dan Afrizal, serta adikku Cut Mutia yang telah turut mendoakan dan menyemangati dalam penyelesaian skripsi ini.

Terima kasih setulusnya penulis ucapkan kepada teman – teman Agribisnis FP USU stambuk 2007, kakak-kakak senior (kak Rini, bang Arif, kak Icha, kak Isabela, bang Indra, kak Ria, dan kak Yeni). Teman – teman seperjuangan yang teristimewa Chicka, Maya, Rina, Evan, Jeffry, Elpa, Cici, Sabam, Ema, Tome, Arabika Dairi tim (Halim, Ganesha, Nailul, Gisca) geng sepanjang masa (Tya, Dony, Andri, Boy, Decy, Roy, Mega, Rina, dan Nanda) dan kawan-kawan di PJK USU (bang Rizal, kak Rina, dan Bang Titok) serta kak Anggi Sitanggang dan Mister Wu yang telah banyak membantu, memberi semangat dan memotivasi penulis dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita semua. Amin.

Medan Desember 2011


(7)

DAFTAR ISI

ABSTRAK ... i

RIWAYAT HIDUP ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

DAFTAR LAMPIRAN ... x

I. PENDAHULUAN... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 6

1.4 Kegunaan Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ... 7

2.1 Tinjauan Aspek Agronomi Kopi Arabika ... 7

2.2 Landasan Teori ... 9

Tingkat Efisiensi ... 11

Analisis SWOT ... 12

2.3 Kerangka Pemikiran ... 20

2.4 Hipotesis Penelitian ... 23

III.METODOLOGI PENELITIAN ... 24

3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 24

3.2 Metode Pengambilan Sampel ... 24

3.3 Metode Pengumpulan Data ... 25

3.4 Metode Analisa Data ... 25

3.5 Definisi dan Batasan Operasional ... 30

Definisi Operasional ... 30

Batasan Operasional ... 31

IV.DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN ... 32

4.1 Luas dan Letak Geografis ... 32

4.2 Keadaan Penduduk ... 32

4.3 Perekonomian Desa ... 33


(8)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 37

5.1 Jumlah Produksi dan Produktivitas Usahatani Kopi Arabika ... 37

5.2 Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Usahatani Kopi Arabika... 39

5.3 Analisis Faktor Internal dan Faktor Eksternal Peningkatan Produksi Kopi Arabika ... 43

5.4 Strategi Peningkatan Produktivitas Kopi Arabika ... 47

IV.KESIMPULAN DAN SARAN ... 57

6.1 Kesimpulan ... 57

6.2 Saran ... 58 DAFTAR PUSTAKA


(9)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

1. Luas dan Produksi, Tanaman Kopi Arabika Menurut

Kecamatan, Kabupaten Dairi 2010 ... 24

2. Strata Penentuan Petani Sampel Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011 ... 25

3. Persentase Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011 ... 33

4. Sarana dan Prasarana di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011 ... 34

5. Umur Petani Responden di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011 ... 34

6. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011 ... 35

7. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011 ... 36

8. Produksi dan Produktivitas Usahatani Kopi Arabika Berdasarkan Strata di Desa Sitinjo Induk Tahun 2011 ... 37

9. Produksi dan Produktivitas Usahatani Kopi Arabika di Desa Sitinjo Induk Tahun 2011 ... 38

10. Koefisien Regresi Fungsi Cobb-Douglass pada Usahatani Kopi Arabika ... 39

11. Analisis Efisiensi Usahatani Kopi Arabika ... 41

12. Matriks Faktor Strategi Internal ... 48

13. Matriks Faktor Strategi Eksternal ... 49

14. Gabungan Matriks Faktor Strategi Internal-Eksternal Usahatani Kopi Arabika ... 50


(10)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

1. Matriks Posisi SWOT ... 17 2. Skema Kerangka Pemikiran... 22 3. Matriks Posisi SWOT Usahatani Kopi Arabika ... 51


(11)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul

1. Karakteristik Petani Kopi Arabika di Desa Sitinjo Induk Tahun 2011 2. Jumlah Luas Lahan, Bibit, Umur Tanaman, Jarak Tanam, dan Jumlah

Produksi Tahun 2011

3. Penggunaan Faktor Produksi Per Petani Pertahun pada Usahatani Kopi Arabika

4. Skor Kekuatan Petani dalam Peningkatan Kopi Arabika 5. Skor Kelemahan Petani dalam Peningkatan Kopi Arabika 6. Skor Peluang dalam Peningkatan Produksi Kopi Arabika

7. Skor Ancaman Petani dalam Peningkatan Produksi kopi Arabika

8. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Faktor-faktor Produksi yang Mempengaruhi Produksi Kopi Arabika

9. Tabel R Square

10. Tabel Uji Multikolinieritas 11. Uji Heteroskedastisitas


(12)

ABSTRAK

M. ABD. HAKIM (070304013/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi STRATEGI PENINGKATAN PRODUKTIVITAS KOPI ARABIKA DESA SITINJO INDUK KECAMATAN SITINJO KABUPATEN DAIRI. Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Iskandarini, MM, Ph.D dan Ir. Thomson Sebayang, MT. Latar belakang penelitian ini adalah peningkatan permintaan kopi Arabika di pasar internasional terus terjadi. Hal ini diikuti dengan harga yang cenderung terus meningkat. Peningkatan permintaan tidak diiringi dengan produksi nasional sebagai negara pengekspor kopi Arabika. Produksi yang rendah disebabkan beberapa faktor internal dan eksternal. Oleh karena itu perlu kiranya untuk menentukan strategi yang tepat untuk meningkatkan produksi dan produktivitas kopi Arabika. Penelitian ini bertujuan untuk: 1) untuk menjelaskan tingkat produktivitas kopi Arabika di desa Sitinjo Induk, 2) untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada usahatani kopi Arabika di desa Sitinjo Induk, 3) menentukan strategi peningkatan produktivitas kopi Arabika di desa Sitinjo Induk.

Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa produktivitas tanaman kopi Arabika adalah 1,94 ton/ha. Penggunaan faktor produksi luas lahan, bibit,pupuk urea, dan herbisida tergolong belum efisien, maka penggunaannya herus ditambah. Sedangkan faktor lain seperti tenaga kerja, pupuk kompos, dan pupuk NPK tergolong tidak efisien, maka penggunaannya harus dikurangi agar menghasilkan produksi yang optimal. Strategi yang digunakan untuk meningkatkan produktivitas kopi Arabika adalah dengan menggunakan strategi WO (weaknesses-opportunities) dengan menanam bibit unggul, mengaktifkan kembali gapoktan, dan memanfaatkan peluang harga kopi Arabika yang tinggi dengan memaksimalkan potensi alam dan lahan yang ada.


(13)

I.

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki areal perkebunan yang luas. Komoditas yang ditanami diantaranya kelapa sawit, karet, kopi, teh, kakao, dan komoditas lainnya. Sektor perkebunan ini memberikan devisa yang cukup besar terhadap pendapatan negara melalui kegiatan ekspor setiap tahunnya.

Kopi merupakan salah satu komoditi andalan perkebunan yang mempunyai peran sebagai penghasil devisa negara, sumber pendapatan bagi petani, penciptaan lapangan kerja, pendorong agribisnis dan agroindustri serta pengembangan wilayah. Devisa yang diperoleh dari ekspor kopi dapat mencapai ± US $ 824,02 juta (tahun 2009), dengan melibatkan ± 1,97 juta KK yang menghidupi 5 juta jiwa keluarga petani (Anonimousa, 2011)

Produksi kopi yang dihasilkan Indonesia cukup besar, bisa mencapai 640.365 ton per tahun dengan luas lahan perkebunan kopi dengan 1,3 juta hektar pada tahun 2005 (Ditjenbun, 2006).

Petani pada umumnya mengusahakan tanaman kopi secara bersamaan antara kopi Robusta dan kopi Arabika. Permasalahan yang dihadapi umumnya biaya produksi yang tinggi, dan pengolahan pasca panen yang belum baik. Tanaman kopi Robusta 40 persen mendominasi lahan-lahan yang cocok budidaya kopi Arabika (Rubiyo, dkk., 2003).


(14)

Jenis-jenis kopi komersial yang sekarang diusahakan di Indonesia yaitu Robusta dan Arabika. Pada tahun 2009, luas areal kopi di Indonesia seluas 1.266.235 ha terdiri dari areal kopi Robusta seluas 984.838 ha (77,78%) dan kopi Arabika seluas 281.397 ha (22,22%). Rendahnya luas areal kopi Arabika ini disebabkan karena adanya serangan penyakit karat daun yang masuk ke Indonesia sehingga kopi Arabika hanya bisa bertahan di dataran tinggi (1000 mdpl), dimana serangan penyakit ini tidak besar (Anonimousa, 2011).

Konsumsi kopi dunia dari tahun 2001 - 2008 mengalami kenaikan rata-rata sekitar 2%. Konsumsi kopi dunia tahun 2008 diperkirakan sebesar 7.680 ton, terdiri dari kopi Arabika sebesar 4.909 ton dan kopi Robusta sebesar 2.771 ribu ton. Kenaikan konsumsi kopi dunia dikarenakan konsumsi kopi di negara-negara konsumen kopi tumbuh sangat cepat, meskipun di negara-negara produsen juga mengalami kenaikan. Pertumbuhan konsumsi kopi yang terjadi di negara-negara produsen seiring dengan pertumbuhan ekonomi di negara-negara produsen tersebut yang kebanyakan adalah negara berkembang termasuk Indonesia dan Brazil (Departemen Perindustrian, 2009).

Permintaan kopi khususnya jenis Arabika terus meningkat di pasar internasional seiring dengan berkembangnya tradisi minum kopi di negara-negara Eropa, Amerika Serikat, dan Jepang. Permintaan kopi yang tinggi di pasar internasional menyebabkan harga kopi ini menjadi melonjak, namun produksi di Indonesia masih didominasi oleh kopi Robusta, meskipun bila ditinjau dari letak


(15)

geografisnya adalah merupakan daerah berpotensi untuk tanaman kopi Robusta dan Arabika (Anonimousb, 2010).

Berdasarkan data Kementerian Perdagangan Republik Indonesia, nilai ekspor kopi bulan Januari 2011 sebesar US$ 82,82 juta. Jumlah ini melesat sekitar 126,9% dari nilai ekspor Januari tahun 2010 yang sebesar US$ 36,50 juta. Peningkatan ekspor ini disebabkan peningkatan permintaan dari beberapa negara terutama di kawasan Eropa dan Amerika Serikat (AS). Di sisi lain, pasokan dari negara produsen seperti Brazil, Kolombia dan Vietnam menurun akibat cuaca buruk. (Anonimousc, 2011).

Pasar kopi dunia ke depan diperkirakan mengalami kelangkaan pasokan (shortage), karena terjadi lonjakan permintaan komoditas tersebut, sementara kenaikan produksi tidak seimbang. Hal ini disebabkan karena pasokan kopi dunia semakin ketat sementara konsumsi terus meningkat. Pada tahun 2009 konsumsi kopi dunia mencapai 7,8 juta ton. Padahal 15 tahun sebelumnya konsumsi kopi hanya 4,8 juta ton. Produksi kopi harus ditingkatkan di dalam negeri guna mengisi kekosongan stok yang diperkirakan akan terjadi beberapa tahun ke depan (Anonimousb, 2010).

Pada pasar kopi dunia, Indonesia memiliki posisi strategis. Menurut International Coffee Organization (ICO, 2006), Indonesia adalah negara nomor empat penghasil kopi terbesar di dunia setelah Brazil, Kolombia, dan Vietnam. Total impor kopi dunia pada tahun 2005 mencapai 5.587.695 ton. Importir terbesar kopi


(16)

dunia adalah Amerika Serikat (24,9%), Jerman (18,26%), Jepang (8,06%), Italia (7,85%), dan Perancis (6,46%). Bagi Indonesia sebagai eksportir kopi terbesar ke empat dunia pasar utamanya adalah Amerika Serikat (20,34%), Jepang (19,67%), dan Jerman (9,75%). Kondisi tersebut merupakan peluang bagi Indonesia untuk meningkatkan produksi dan ekspor kopinya.

Sebagian besar petani mengusahakan kopi dengan luas garapan rata-rata berkisar antara 0,5-1 ha. Pada tahun 2004 luas areal perkebunan kopi mencapai 1,3 juta ha dengan produksi sebesar 675 ribu ton (Ditjenbun, 2004). Sekitar 61 persen dari jumlah produksi tersebut diekspor sedangkan sisanya dikonsumsi di dalam negeri dan disimpan sebagai cadangan oleh pedagang dan eksportir, sebagai cadangan bila terjadi gagal panen. Konsekuensi dari besarnya jumlah kopi yang diekspor adalah ketergantungan Indonesia pada situasi dan kondisi pasar kopi dunia. Sementara itu, konsumsi kopi dalam negeri masih tergolong rendah dengan konsumsi per kapita sekitar 0,5-0,6 kg per tahun (Yahmadi, 2005).

Total produksi kopi Indonesia pada tahun 2009 mencapai 682,591 ton yang terdiri dari kopi Robusta sebesar 534,961 ton (78,37 %) dan kopi Arabika sebesar 147,630 ton (21,63%). Produksi tersebut dihasilkan oleh Perkebunan Rakyat (PR) sebesar 653,918 ton (95,79%), Perkebunan Besar Negara (PBN) sebesar 14,387 ton (2,11%) dan Perkebunan Besar Swasta (PBS) sebesar 14,286 ton (2,09%). Apabila dilihat dari produktivitasnya, tingkat produktivitas kopi masih rendah yaitu rata-rata sebesar 734 kg /ha/th atau baru mencapai 63% dari potensi produktivitasnya. Rendahnya produktivitas tersebut disebabkan karena 95.79 %


(17)

diusahakan oleh Perkebunan Rakyat (PR) belum menerapkan kultur teknis sesuai anjuran, kurangnya kesadaran petani untuk menerapkan benih unggul, sebagian tanaman kopi sudah tua/rusak dan meningkatnya serangan hama/penyakit tanaman (Anonimousa,2011).

Agar kopi Arabika dapat berproduksi secara maksimal maka perlu kiranya dikaji strategi yang tepat di dalam pengembangan kopi arabika tersebut, mengingat tanaman kopi Arabika memiliki permintaan dan harga yang tinggi di pasar dunia, sementara produksinya masih rendah. Untuk itu strategi pengembangannya harus dirumuskan secara cermat agar tujuan peningkatan produktivitas kopi Arabika dapat tercapai. Selain itu tersedianya sarana atau faktor produksi belum berarti produktivitas yang diperoleh petani akan tinggi, namun bagaimana petani melakukan usahanya secara efisien. Karena pentingnya komoditas kopi Arabika, maka perlu juga dilakukan pengkajian mengenai analisis efisiensi penggunaan faktor-faktor produksi untuk mengetahui apakah usahatani kopi Arabika di daerah penelitian sudah tergolong efisien, belum efisien, atau tidak efisien.

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang, maka masalah penelitian ini dapat diidentifikasikan sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat produktivitas kopi Arabika di daerah penelitian? 2. Bagaimana tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada


(18)

3. Bagaimana strategi untuk meningkatkan produksi buah kopi Arabika di daerah penelitian?

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan dari penellitian ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk menjelaskan tingkat produksi kopi Arabika di daerah penelitian. 2. Untuk menganalisis tingkat efisiensi penggunaan faktor produksi pada

usahatani kopi Arabika di daerah penelitian.

3. Menentukan strategi peningkatan produksi kopi Arabika di daerah penelitian.

1.4. Kegunaan Penelitian

Adapun kegunaan penelitian ini adalah:

1. Sebagai masukan bagi petani dan pihak-pihak yang berkepentingan. 2. Sebagai bahan informasi ilmiah bagi pihak-pihak yang membutuhkan. 3. Bagi peneliti sebagai salah satu syarat untuk mengikuti ujian sarjana di


(19)

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN

KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Tinjauan Aspek Agronomi Kopi Arabika

Tanaman kopi adalah pohon kecil yang bernama Perpugenus coffea dari familia Rubiaceae. Tanaman kopi, yang umumnya berasal dari benua Afrika, termasuk famili Rubiaceae dan genus Coffea. Kopi bukan produk homogen, ada banyak varietas dan beberapa cara pengolahannya. Di seluruh dunia kini terdapat sekitar 4.500 jenis kopi, yang dapat dibagi dalam empat kelompok besar, yakni :

a. Coffea Canephora, yang salah satu jenis varietasnya menghasilkan kopi dagang Robusta;

b. Coffea Arabica menghasilkan kopi dagang Arabika; c. Coffea Excelsia menghasilkan kopi dagang Exselsia; d. Coffea Liberica menghasilkan kopi dagang Liberika. (Bahri, 1996).

Kopi Arabika tumbuh maksimal pada ketinggian 1.000 meter sampai 1.500 meter di atas permukaan laut. Kopi Arabika memiliki jenis 9 jenis yang berbeda pula, antara lain Brazilian Arabica yang tumbuh maksimal pada ketinggian 2.000 meter sampai 2.500 meter di atas permukaan laut, dan Colombian Mild Arabica tumbuh maksimal pada ketinggian lebih dari 2.500 meter di atas permukaan laut. Kopi Robusta akan tumbuh maksimal pada ketinggian 400 meter sampai 700 meter di atas permukaan laut. Tanaman kopi sangat sensitif terhadap kelembaban udara. Kelembaban udara yang ideal yaitu antara 70 persen sampai 89 persen. Selain itu


(20)

tanaman kopi juga sensitif terhadap curah hujan. Ada saat dimana tanaman kopi membutuhkan hujan yang cukup banyak yaitu pada saat perkembangan biji, dan ada pula saat dimana curah hujan tidak terlalu banyak dibutuhkan yaitu pada saat berbunga dan perkembangan buah, karena hujan yang deras akan menyebabkan bunga rontok dari tanaman (AEKI, 2006).

Beberapa sifat penting kopi Arabika:

• Menghendaki daerah dengan ketinggian antara 700-1700 mdpl dengan suhu sekitar 16-20 derajat Celsius.

• Menghendaki daerah beriklim kering atau bulan kering 3 bulan/tahun secara berturut-turut, tetapi sesekali mendapat hujan.

• Terutama peka terhadap penyakit karat daun terutama bila ditanam di dataran rendah atau kurang dari 500 mdpl.

• Rata-rata produksi sedang (4,5-5 kuintal kopi beras/ha/tahun) tetapi mempunyai cita rasa, kualitas, dan harga relatif tinggi dibandingkan kopi Robusta.

2.2. Keunggulan Kopi Arabika dari Kopi Robusta

Dari segi produksi yang menonjol dalam kualitas dan kuantitas adalah jenis Arabika, andilnya dalam pasokan dunia tak kurang dari 70 persen. Jenis Robusta yang mutunya dibawah Arabika, mengambil bagian 24 persen produksi dunia, sedangkan Liberika dan Ekselsia masing-masing 3 persen. Arabika dianggap lebih baik daripada Robusta karena rasanya lebih enak dan jumlah kafeinnya lebih rendah, maka Arabika lebih mahal daripada Robusta (AEKI, 2006)


(21)

Kopi mempunyai rasa pahit-pahit sedap menyegarkan karena kandungan zat kafein, kurang lebih dengan komposisi sebagai berikut : kafein 1 persen sampai 2,5 persen, minyak atsiri 10 persen sampai 16 persen, asam chlorogen 6 persen sampai 10 persen, zat gula 4 persen sampai 12 persen dan selulosa 22 persen sampai 27 persen. Perbedaan antara kopi Arabika dengan Robusta yaitu kopi Robusta memiliki kandungan kafein yang lebih tinggi dari Arabika, sedangkan kopi Arabika memiliki kandungan zat gula dan minyak atsiri yang lebih banyak dari Robusta (Sunarni, 2002).

2.3. Landasan Teori Produksi

Secara umum, istilah “produksi” diartikan sebagai penggunaan atau pemanfaatan sumberdaya yang mengubah suatu komoditas menjadi komoditas lainnya yang sama sekali berbeda, baik dalam pengertian apa, di mana, atau kapan komoditas-komoditas itu dialokasikan, maupun dalam pengertian apa yang dapat dikerjakan oleh konsumen terhadap komoditas itu (Miller dan Meiners, 1997).

Produksi dapat didefinisikan sebagai hasil dari suatu proses atau aktivitas ekonomi dengan memanfaatkan beberapa masukan (input). Dengan demikian, kegiatan produksi tersebut adalah mengombinasikan berbagai masukan untuk menghasilkan keluaran (Agung, dkk., 2008).


(22)

Fungsi produksi adalah abstraksi yang menggambarkan suatu proses produksi. Fungsi produksi adalah sebuah deskripsi matematis atau kuantitatif dari berbagai macam kemungkinan-kemungkinan produksi teknis yang dihadapi oleh suatu perusahaan (Beattie dan Taylor, 1996).

Di dalam ilmu ekonomi dikenal dengan yang namanya fungsi produksi yang menunjukkan hubungan antara hasil produksi fisik dengan faktor-faktor produksi. Dalam bentuk matematika sederhana fungsi produksi ini ditulis sebagai berikut:

Y = f (X1,X2, X3,…., Xn) Dimana :

Y = hasil produksi fisik X1, …, Xn = faktor-faktor produksi (Mubyarto, 1994).

Faktor produksi dalam suatu usaha pertanian mencakup tanah, modal, dan tenaga kerja. Tanah merupakan faktor kunci dalam usaha pertanian. Tanpa tanah rasanya mustahil usahatani dapat dilakukan. Dalam tanah dan sekitar tanah masih banyak lagi faktor yang harus diperhatikan, seperti luas lahan, topografi, kesuburan, keadaan fisik, lingkungan, lereng, dan lain sebagainya (Daniel, 2002).

Perkaitan antara faktor-faktor produksi dan tingkat produksi yang diciptakan disebut dengan fungsi produksi. Faktor-faktor produksi dapat dibedakan kepada empat golongan, yaitu tenaga kerja, modal, tanah, dan keahlian keusahawanan.


(23)

Untuk faktor-faktor produksi usahatani meliputi bibit/benih, tenaga kerja, luas lahan, pupuk, pengendali hama penyakit dan gulma serta faktor lainnya.

(Sukirno, 1996).

Hasil akhir dari suatu proses produksi adalah produk. Produk produksi dalam bidang pertanian atau lainnya dapat bervariasi, antara lain disebabkan karena perbedaan kualitas. Hal ini dimengerti karena kualitas yang baik dihasilkan oleh proses produksi yang dilaksanakan dengan baik dan begitu juga sebaliknya kualitas produksi menjadi kurang baik bila usahatani tersebut dikelola dengan kurang baik pula (Soekartawi, 2002).

Tingkat Efisiensi

Ilmu usahatani biasanya diartikan sebagai ilmu yang mempelajari bagaimana petani mengalokasikan sumberdaya yang ada secara efektif dan efisien untuk tujuan memperoleh keuntungan yang tinggi pada waktu tertentu. Dikatakan efektif bila petani atau produsen dapat mengalokasikan sumberdaya yang mereka miliki sebaik-baiknya. Dikatakan efisien bila pemanfaatan sumberdaya tersebut menghasilkan keluaran yang melebihi masukan (Soekartawi, 2005).

Pengertian efisiensi sangat relatif, efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPMXi) untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis NPMXi/PXi = 1


(24)

Dalam banyak kenyataan NPMXi tidak selalu sama dengan Pxi. Yang sering terjadi adalah sebagai berikut :

a. (NPMXi/PXi) > 1 artinya penggunaan input X belum efisien, untuk mencapai efisien input X perlu ditambah.

b. (NPMXi/PXi) < 1 artinya penggunaan input X tidak efisien, untuk mencapai efisien input X perlu dikurangi.

(Soekartawi, 2005).

Soekartawi (2001), mengemukakan bahwa prinsip optimalisasi penggunaan faktor produksi pada prinsipnya adalah bagaimana menggunakan faktor produksi tersebut seefisien mungkin. Dalam terminologi ilmu ekonomi, maka pengertian efisien ini dapat digolongkan menjadi 3 macam, yaitu : 1) efisiensi teknis. 2) efisiensi alokatif (efisiensi harga), 3) efisiensi ekonomi. Kondisi efisiensi harga yang sering dipakai sebagai patokan yaitu bagaimana mengatur penggunaan faktor produksi sedemikian rupa, sehingga nilai produk marginal suatu input sama dengan harga faktor produksi tersebut. Suatu penggunaan faktor produksi dikatakan efisien secara teknis (efisiensi teknis) kalau faktor produksi yang dipakai menghasilkan produksi maksimum. Dikatakan efisiensi ekonomi jika usaha pertanian tersebut mencapai efisiensi teknis dan sekaligus juga mencapai efisiensi harga.

Analisis SWOT

Dalam menetapkan strategi dan kebijakan pengembangan perkopian Indonesia ke depan digunakan analisis SWOT. Identifikasi peluang dan ancaman yang dihadapi


(25)

suatu industri serta analisis terhadap faktor-faktor kunci menjadi bahan acuan dalam menetapkan strategi dan kebijakan penanganan perkopian.

Analisis SWOT adalah analisa kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman (Strength, Weakness, Opportunities dan Threats). Analisis SWOT merupakan identifikasi yang bersifat sistematis. Analisis ini digunakan untuk menemukan faktor intenal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada suatu organisasi. Dari hasil analisis akan ditemukan strategi yang menyajikan kombinasi terbaik diantara keempatnya. Setelah diketahui kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman, selanjutnya perusahaan tersebut dapat menentukan strategi dengan memanfaatkan kekuatan yang dimilikinya untuk mengambil keuntungan dari peluang-peluang yang ada. Selain itu, analisis ini juga dapat digunakan untuk memperkecil atau mengatasi kelemahan yang dimiliki untuk menghindari ancaman yang ada (http.//binaukm.com).

Strategi adalah cara terbaik untuk mencapai beberapa sasaran dan rencana yang komprehensif. Strategi yang mengintegrasikan segala sumber daya dan kemampuan yang bertujuan jangka panjang untuk memenangkan kompetisi. Jadi strategi adalah rencana yang mengandung cara komperhensif dan integratif yang dapat dijadikan pegangan untuk bekerja, berjuang dan berbuat untuk memenangkan kompetisi. Untuk menentukan mana yang terbaik tersebut akan tergantung pada kriteria yang digunakan.


(26)

Proses penyusunan rencana strategis melalui tiga tahap yaitu: 1. Tahap pengumpulan data

2. Tahap analisis

3. Tahap pengambilan keputusan

Tahap pengumpulan data ini pada dasarnya tidak hanya sekedar kegiatan pengumpulan data, tetapi juga suatu kegiatan pengklasifikasian dan pra analisis. Data dibedakan menjadi dua yaitu data eksternal dan data internal yang diperoleh dari dalam perusahaan, model yang dapat digunakan dalam tahap ini yaitu:

− Matriks faktor strategi eksternal − Matriks faktor strategi internal (Soepeno, 1994).

Sebelum melakukan analisis, maka diperlukan tahap pengumpulan data yang terdiri atas tiga model yaitu:

a. Matrik Faktor Strategi Internal

Sebelum membuat matriks faktor strategi internal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel IFAS.

− Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor internal (kekuatan dan kelemahan).

− Beri rating masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi internal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik) dan nilai 1 (tidak baik) terhadap kekuatan dan nilai “rating” terhadap kelemahan bernilai negatifnya.


(27)

− Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

− Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

− Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi internalnya.

Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor kekuatan dan kelemahan.

b. Matrik Faktor Strategi Eksternal

Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu cara-cara penentuan dalam membuat tabel EFAS.

− Susunlah dalam kolom 1 faktor-faktor eksternalnya (peluang dan ancaman).

− Beri rating dalam masing-masing faktor dalam kolom 2 sesuai besar kecilnya pengaruh yang ada pada faktor strategi eksternal, mulai dari nilai 4 (sangat baik), nilai 3 (baik), nilai 2 (cukup baik)


(28)

dan nilai 1 (tidak baik) terhadap peluang dan nilai “rating” terhadap ancaman bernilai negatif.

− Beri bobot untuk setiap faktor dari 0 sampai 100 pada kolom bobot (kolom 3). Bobot ditentukan secara subyektif, berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

− Kalikan rating pada kolom 2 dengan bobot pada kolom 3, untuk memperoleh skoring dalam kolom 4.

− Jumlahkan skoring (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-faktor strategi eksternalnya.

Hasil identifkasi faktor kunci internal yang merupakan kekuatan dan kelemahan, pembobotan dan rating dipindahkan ke tabel Matrik Faktor Strategi eksternal (EFAS) untuk dijumlahkan dan kemudian diperbandingkan antara total skor peluang dan ancaman.

c. Matriks Posisi

Hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi dengan cara sebagai berikut:

a. Sumbu horizontal (x) menunjukkan kekuatan dan kelemahan, sedangkan sumbu vertikal (y) menunjukkan peluang dan ancaman.


(29)

− Kalau peluang lebih besar daripada ancaman maka nilai y > 0 dan sebaliknya kalau ancaman lebih besar daripada peluang maka nilainya y < 0.

− Kalau kekuatan lebih besar daripada kelemahan maka nilai x > 0 dan sebaliknya kalau kelemahan lebih besar daripada kekuatan maka nilainya x < 0.

Y(+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn-around Strategi agresif

X(-) X(+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y(-)

Gambar 1. Matriks Posisi SWOT

Kuadran I

− Merupakan posisi yang menguntungkan.

− Perusahaan mempunyai peluang dan kekuatan sehingga ia dapat memanfaatkan peluang secara maksimal.

I N T E R N A L F A K T O R EKSTERNAL FAKTOR


(30)

− Seyogyanya menerapkan strategi yang mendukung kebijakan pertumbuhan yang agresif.

Kuadran II

− Meskipun menghadapi berbagai ancaman, perusahaan mempunyai keunggulan sumber daya.

− Perusahaan-perusahaan dalam posisi seperti ini menggunakan kekuatannya untuk memanfaatkan peluang jangka panjang.

− Dilakukan dengan penggunaan diversivikasi produk atau pasar. Kuadran III

− Perusahaan menghadapi peluang besar tetapi sumber dayanya lemah, karena itu dapat memanfaatkan peluang tersebut secara optimal fokus strategi perusahaan pada posisi seperti inilah meminimalkan kendala-kendala internal perusahaan.

Kuadran IV

− Merupakan kondisi yang serba tidak menguntungkan.

− Perusahaan menghadapi berbagai ancaman eksternal sementara sumberdaya yang dimiliki mempunyai banyak kelemahan.

− Strategi yang diambil adalah penciutan dan likuidasi. (Situmorang dan Dilham, 2007).

Matrik SWOT dapat menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis yaitu:


(31)

Strategi ini dibuat berdasarkan jalan pikiran perusahaan, yaitu dengan memanfaatkan seluruh kekuatan untuk merebut dan memanfaatkan peluang sebesar-besarnya.

b. Strategi ST

Strategi ini adalah strategi dalam menggunakan kekuatan yang dimiliki perusahaan untuk mengatasi ancaman.

c. Strategi WO

Strategi ini diterapkan berdasarkan pemanfaatan peluang yang ada dengan cara meminimalkan kelemahan yang ada.

d. Strategi WT

Strategi ini didasarkan pada kegiatan meminimalkan kelemahan yang ada serta menghindari ancaman. Matriks analisis SWOT dapat dilihat pada tabel matriks di bawah ini.

IFAS EFAS

STRENGTHS (S)

Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W) Tentukan 5-10 faktor kelemahan internal

OPPORTUNITIES (O) Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

STRATEGI SO

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang

TREATHS (T)

Tentukan 5-10 faktor ancaman Eksternal

STRATEGI ST

Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT

Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan menghindari ancaman


(32)

2.3. Kerangka Pemikiran

Kopi merupakan salah satu komoditas perkebunan yang memiliki peminat yang cukup besar di tingkat nasional maupun internasional. Dari empat jenis kopi (Arabika, Robusta, Liberika, dan Exselsia) kopi Arabika memiliki permintaan hingga 70 persen di pasar dunia. Jenis kopi ini banyak diminati karena aromanya yang khas dan rasanya lebih enak. Namun, jumlah permintaan yang meningkat setiap tahunnya tidak diiringi dengan produksi yang seimbang.

Peningkatan produksi kopi Arabika diperlukan untuk dapat memenuhi permintaan lokal dan dunia yang terus meningkat. Harga kopi Arabika yang relatif lebih tinggi dari harga kopi lainnya menjadi peluang bagi para petani di daerah penelitian untuk meningkatkan pendapatan mereka.

Di dalam usahatani kopi Arabika, petani memerlukan faktor-faktor produksi seperti lahan yang cocok, mengingat kopi jenis Arabika memiliki kriteria lahan tertentu untuk dapat tumbuh dan berproduksi. Selain lahan yang cocok, petani juga membutuhkan modal yang cukup untuk membeli semua input produksi seperti bibit, pupuk, pengendali hama penyakit dan gulma, serta biaya-biaya lainnya. Jumlah tenaga kerja yang memadai juga diperlukan untuk melakukan kegiatan pemeliharaan dan panen.

Setiap kegiatan usahatani diperlukan analisis tingkat efisiensi. Hal ini diperlukan untuk mengetahui apakah usahatani kopi Arabika sudah tergolong efisien dari segi penggunaan faktor-faktor produksinya.


(33)

Usahatani kopi Arabika tentunya memiliki masalah-masalah yang mempengarui produksi petani dengan melihat kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman yang dihadapi petani Arabika. Untuk itu diperlukan penentuan alternatif strategi dalam peningkatan produksi kopi Arabika dengan menggunakan analisis SWOT. Setelah dianalisis, maka dapat ditentukan strategi peningkatan produksi yang cocok dan bisa diterapkan oleh para petani di daerah penelitian. Secara sistematis kerangka pemikiran dapat dilihat pada gambar skema berikut ini.


(34)

Keterangan :

: Ada hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran

2.4. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan uraian pada landasan teori dan identifikasi masalah, maka hipotesis dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Produktivitas kopi Arabika di daerah penelitian tergolong rendah bila dibandingkan dengan daerah lain.

2. Penggunaan faktor produksi pada usahatani kopi Arabika tergolong belum efisien.

Petani kopi Arabika

Usahatani kopi

Arabika Faktor-faktor

produksi:

1. Luas lahan 2. Tenaga

Kerja 3. Bibit 4. Pupuk 5. Herbisida Produksi

Strategi peningkatan

produksi Kekuatan

(strength) Kelemahan (weakness) Peluang (opportunities) Ancaman (threat)

Tingkat Efisiensi

Belum Efisien

Efisien Tidak Efisien


(35)

III. METODOLOGI PENELITIAN

3.1. Metode Penentuan Daerah Penelitian

Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu Desa Sitinjo Induk, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi. Berdasarkan pertimbangan bahwa daerah ini merupakan daerah dengan produksi yang masih rendah dan luas areal kopi Arabika yang tergolong sempit. Selain itu, kondisi lingkungan kecamatan ini mendukung dan potensial untuk mengembangkan usahatani kopi Arabika.

Tabel 3.1. Luas dan Produksi Tanaman Kopi Arabika Menurut Kecamatan, Kabupaten Dairi

No. Kecamatan Luas Areal (Ha) Produksi (Ton) Produktivitas Ton/Ha 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. Sidikalang Sitinjo Berampu Parbuluan Sumbul Silahisabungan Silima pungga-pungga Lae parira Siempat nempu Siempat nempu hulu Siempat nempu hilir Tigalingga Gunung sitember Pegagan hilir 312 369 232 2.464 6.405 10 25 99 66 201 0 0 0 156 333,7 380 226,7 2.442 6.810 6,8 21 92 62 176 0 0 0 183 1,07 1,03 0,98 0,99 1,06 0,68 0,84 0,92 0,94 0,88 0 0 0 1,17

Jumlah 10.339 10.733,20 8,46

Sumber : Kabupaten Dairi dalam Angka 2010

Data luas dan produksi tanaman kopi Arabika pada tingkat desa belum tersedia. Oleh karena itu data yang dipakai adalah data kecamatan.

3.2. Metode Pengambilan Sampel

Populasi penelitian adalah petani yang melakukan usahatani kopi Arabika di desa Sitinjo Induk. Metode penentuan sampel dilakukan dengan teknik Proportional Stratified Random Sampling yaitu pemilihan sampel secara acak berstrata dari


(36)

keseluruhan populasi. Setiap strata diwakili oleh sampel yang jumlahnya ditetapkan secara proporsional. Populasi petani berdasarkan luas lahan kopi Arabika yang dimiliki petani. Berdasarkan data Dinas Perkebunan Kabupaten Dairi Tahun 2010, jumlah petani kopi Arabika di Desa Sitinjo Induk berjumlah 600 kepala keluarga. Menurut Nazir (2005), bahwa ukuran minimum sampel yang dapat diterima berdasarkan pada desain penelitian yang digunakan yaitu minimum 30. Hal ini dilakukan untuk mempermudah dan mempercepat proses penelitian. Penentuan petani sampel diambil dengan distribusi sebagai berikut:

Tabel 3.2. Strata Penentuan Petani Sampel Desa Sitinjo Induk Tahun 2010 No Kelas Interval

Berdasarkan Luas Lahan (Ha)

Populasi (Orang)

Sampel (Orang)

1 ≤ 0,5 Ha 260 260/600 x 30 = 13

2 > 0,5Ha 340 340/600 x 30 = 17

Jumlah 600 30 Sumber:Analisis data sekunder

3.3. Metode Pengumpulan Data

Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer merupakan hasil wawancara peneliti langsung dengan responden yang menjadi sampel dengan daftar kuesioner yang telah disiapkan sebelumnya. Sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga/instansi yang terkait, literatur, buku, dan media internet yang sesuai dengan penelitian ini.

3.4. Metode Analisis Data

Data yang diperoleh dari lapangan terlebih dahulu ditabulasi secara sederhana dan selanjutnya dianalisis dengan metode analisis yang sesuai.


(37)

a. Untuk menyelesaikan masalah 1 digunakan analisis deskriptif dengan cara menggambarkan dan menjelaskan produktivitas kopi Arabika di daerah penelitian dan membandingkannya dengan produktivitas kopi Arabika daerah lain, yang juga menjadi sentra produksi kopi.

b. Untuk menyelesaikan masalah 2 digunakan analisis efisiensi penggunaan faktor produksi. Tingkat efisiensi dihitung dengan menggunakan efisiensi harga yaitu nilai produk marginal input (NPMXi) sama dengan harga input (PXi). Nilai elastisitas dicari dengan menggunakan rumus perhitungan efisiensi harga berdasarkan fungsi produksi Cobb-Douglass, sebagai berikut:

(bi . Y . Py)/Xi = Px, atau

NPMXi = Pxi

Dimana :

bi = elastisitas input produksi Y = output rata-rata

Xi = input rata-rata

Py = harga output rata-rata Pxi = harga input rata-rata NPMXi = nilai produk marjinal

Dengan kriteria penilaian :


(38)

2. NPMXi/Pxi > 1, penggunaan faktor produksi belum efisien, penggunaan faktor produksi X harus ditambah untuk mencapai produksi optimal.

3. NPMXi/PXi < 1, penggunaan faktor produksi tidak efisien, penggunaan faktor produksi X harus dikurangi untuk mencapai optimal.

c. Untuk menyelesaikan masalah 3, digunakan metode analisis SWOT. Sesuai dengan teori yang telah dikemukakan alat yang dipakai untuk menyusun faktor-faktor strategis adalah matrik SWOT. Matrik ini dapat menggambarkan secara jelas bagaimana peluang dan ancaman eksternal yang dihadapi dapat disesuaikan dengan kekuatan dan kelemahan yang dimilikinya. Matrik ini menghasilkan empat set kemungkinan alternatif strategis, seperti digambarkan pada diagram di bawah ini :

IFAS EFAS

STRENGTHS (S)

 Tentukan 5-10 faktor kekuatan internal

WEAKNESSES (W)  Tentukan 5-10 faktor

kelemahan internal OPPORTUNITIES (O)

 Tentukan 5-10 faktor peluang eksternal

STRATEGI SO Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang

STRATEGI WO Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan untuk memanfaatkan peluang TREATHS (T)

 Tentukan 5-10 faktor ancaman Eksternal

STRATEGI ST Ciptakan strategi yang menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman

STRATEGI WT Ciptakan strategi yang meminimalkan

kelemahan dan


(39)

Sebelum melakukan analisis data seperti diatas maka terlebih dahulu dilakukan pengumpulan data. Pengumpulan dilakukan dengan menggunakan model matrik faktor strategi internal, matrik faktor strategi eksternal seperti dibawah ini:

Rating Kategori Faktor internal Faktor Eksternal

4 Sangat Baik Kekuatan Peluang

3 Baik Kekuatan Peluang

2 Cukup Baik Kekuatan Peluang

1 Tidak Baik Kekuatan Peluang

-4 Sangat Baik Kelemahan Ancaman

-3 Baik Kelemahan Ancaman

-2 Cukup Baik Kelemahan Ancaman

-1 Tidak Baik Kelemahan Ancaman

Total skor

Setiap faktor internal kekuatan dan faktor eksternal peluang diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari 4 untuk ketegori sangat baik sampai 1 untuk kategori tidak baik. Sedangkan setiap faktor internal kelemahan dan faktor eksternal ancaman diberi kategori sangat baik sampai tidak baik dan diberi rating mulai dari -4 untuk kategori sangat baik sampai -1 untuk kategori tidak baik.


(40)

Faktor Strategi Faktor Strategi internal/eksternal

Rating Bobot Skoring

(Rating x Bobot) Kekuatan/Peluang:

1. 2. 3. 4. 5.

Total Bobot kekuatan/peluang 100 Kelemahan/Ancaman:

1. 2. 3. 4. 5.

Total bobot kelemahan/ancaman 100 Selisih Kekuatan-Kelemahan/

Peluang-Ancaman

Berdasarkan tabel diatas, tahapan yang dilakukan dalam menentukan faktor strateginya adalah menentukan faktor-faktor yang menjadi kelemahan-kekuatan serta peluang ancaman dalam kolom 1, lalu beri bobot masing-masing faktor tersebut yang jumlahnya tidak boleh melebihi total 100 pada kolom 2. kemudian peringkatkan setiap faktor dari 4 (sangat baik) sampai 1 (tidak baik) dalam kolom 3 berdasarkan respon petani terhadap faktor itu. Kemudian yang terakhir, kalikan setiap bobot faktor dengan rating untuk mendapatkan skoring dalam kolom 4. Setelah itu hasil analisis pada tabel matriks faktor strategi internal dan faktor strategi eksternal dipetakan pada matriks posisi.


(41)

3.5. Definisi dan Batasan Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi dan batasan operasional sebagai berikut:

Definisi Operasional

1. Petani kopi Arabika adalah petani yang mengusahakan kopi Arabika. 2. Faktor produksi adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan proses

produksi untuk menghasilkan buah kopi yang meliputi luas lahan (hektar), tenaga kerja (HKO), bibit (batang), pupuk (kg) dan obat-obatan (liter). 3. Produksi adalah jumlah semua hasil panen tanaman kopi Arabika (kg). 4. Efisiensi adalah upaya penggunaan faktor-faktor produksi yaitu lahan,

modal, dan tenaga kerja sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi kopi Arabika yang sebesar-besarnya.

5. Strategi peningkatan produksi adalah hal-hal yang dapat digunakan untuk meningkatkan produksi kopi Arabika

6. Strengths adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki petani kopi Arabika 7. Weaknesses adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki petani kopi

Arabika.

8. Opportunities adalah berbagai peluang yang muncul terhadap petani kopi Arabika.

9. Threats adalah berbagai ancaman yang muncul terhadap petani kopi Arabika.


(42)

Batasan Operasional

1. Daerah penelitian adalah Desa Sitinjo Induk, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi.

2. Sampel penelitian ini adalah petani yang mengusahakan tanaman kopi Arabika di Desa Sitinjo Induk, Kecamatan Sitinjo, Kabupaten Dairi.


(43)

IV. DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN

4.1. Luas dan Letak Geografis

Kecamatan Sitinjo merupakan salah satu kecamatan yang ada di Kabupaten Dairi. Kecamatan Sitinjo terbagi ke dalam empat desa. Desa-desa tersebut adalah Desa Sitinjo Induk, Desa Sitinjo I, Desa Sitinjo II, dan Desa Panji Dabutar. Desa Sitinjo Induk menjadi desa yang menjadi daerah penelitian. Kecamatan Sitinjo berada di ketinggian antara 700-1600 mdpl. Jumlah curah hujan 9.359,5 mm/tahun dengan suhu udara berkisar antara 8,4°C - 19,3°C. Desa ini memiliki luas 3.071 ha. Secara administratif, Desa Sitinjo Induk mempunyai batas-batas wilayah sebagai berikut:

• Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Sitinjo I.

• Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Kecamatan Kerajaan. • Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Bintang Hulu dan Desa

Sitinjo II.

• Sebelah Timur berbatsan dengan Desa Sitinjo I.

4.2. Keadaan Penduduk

Jumlah penduduk Desa Sitinjo Induk sebanyak 794 kepala keluarga. Jumlah penduduk laki-laki berjumlah 1942 jiwa dan penduduk perempuan berjumlah 1876 jiwa. Keadaan penduduk menurut kelompok umur tidak dapat disajikan karena data dari kantor kepala desa belum tersedia. Desa tersebut baru melakukan pemilihan Kepala Desa yang baru, sehingga pendataan mengenai demografi desa


(44)

sedang dijalankan pada saat penelitian dilakukan. Sedangkan data demografi tahun sebelumnya tidak tersedia.

4.3. Perekonomian Desa

Sebagian besar mata pencaharian penduduk desa adalah petani. Selain petani, penduduk juga berprofesi sebagai pegawai negeri sipil dan swasta, pedagang, pensiunan, dan pekerjaan lainnya.

Tabel 4.1. Persentase Mata Pencaharian Penduduk di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2010

No. Jenis Mata Pencaharian Persentase (%) 1.

2. 3. 4.

Petani Pedagang

Pegawai Negeri Sipil dan Swasta Pensiunan

75 22 2 1

Jumlah 100

Sumber: Monografi desa 2010

Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa mayoritas mata pencaharian penduduk di Desa Sitinjo Induk adalah Petani (kopi, padi, jagung, dan tanaman lainnya) dengan persentase 75%. Sedangkan mata pencaharian penduduk paling banyak kedua adalah pedagang sebesar 22%, dan yang paling sedikit adalah pensiunan dengan persentase sebesar 1%.

4.4. Sarana dan Prasarana

Sarana dan prasarana dalam suatu desa akan sangat mempengaruhi perkembangan dan kemajuan desa. Sarana dan prasarana di Desa Sitinjo Induk cukup memadai. Hal ini dapat dilihat bahwa sarana penting seperti sarana pendidikan tersedia mulai dari TK hingga SMA. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.


(45)

Tabel 4.2. Sarana dan Prasarana di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2010.

No. Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)

1. Sarana Pendidikan

- Taman Kanak-kanak (TK) - Sekolah Dasar (SD)

- Sekolah Menengah Pertama (SMP) - Sekolah Menengah Atas (SMA) Tempat Ibadah - Gereja - Mesjid - Vihara Sarana Kesehatan - Puskesmas 2 1 1 1 7 4 1 1 Sumber: Monografi Desa 2010

4.5. Karakteristik Petani Sampel Umur

Umur petani merupakan salah satu faktor yang berkaitan erat dengan kemampuan dalam melaksanakan kegiatan usahataninya. Semakin tua umur petani kecenderungan kemampuan bekerja semakin menurun. Hal ini berpengaruh pada produktivitasnya dalam mengelola usahataninya. Kegiatan usahatani banyak mengandalkan fisik. Keadaan umur petani rata-rata 41,87tahun dengan interval antara 20-80 tahun. Klasifikasi petani menurut kelompok umur terlihat pada tabel berikut:

Tabel 4.3. Umur Petani Responden di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011.

No. Kelompok Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%) 1. 2. 20-50 >50 23 7 76,67 23,33

Jumlah 30 100

Sumber: Analisis Data Primer, Lampiran 1

Berdasarkan tabel diatas persentase terbesar di daerah penelitian berada pada kisaran umur 20-50 tahun dengan persentase sebesar 76,67%. Artinya petani


(46)

sampel di daerah penelitian berada pada usia produktif yang masih berpotensi dalam mengoptimalkan usahataninya.

Pendidikan

Pendidikan formal merupakan salah satu faktor penting dalam mengelola usahatani. Respon petani dalam hal menerima teknologi untuk mengoptimalkan usahataninya sangat erat dengan pendidikan formal. Berikut ini tabel tingkat pendidikan petani di daerah penelitian:

Tabel 4.4. Tingkat Pendidikan Petani Sampel di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011.

No. Tingkat Pendidikan Jumlah

(Orang)

Persentase (%) 1.

2. 3.

Tidak Sekolah

Pendidikan Dasar (SD)

Pendidikan Menengah (SMP dan SMA)

1 2 27

3,33 6,67 90

Total 30 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa rata-rata petani memiliki tingkat pendidikan menengah, yaitu 90% sedangkan sisanya memiliki tingkat sekolah dasar dan tidak sekolah.

Pengalaman Bertani

Faktor yang cukup berpengaruh terhadap kemampuan pengelolaan usahatani adalah pengalaman bertani. Semakin tinggi tingkat pengalaman bertani maka akan semakin baik pula pengelolaan usahataninya. Rata-rata pengalaman petani mengolah usahatani kopi Arabika dapat dilihat pada tabel berikut:


(47)

Tabel 4.5. Klasifikasi Petani Sampel Berdasarkan Pengalaman Bertani di Desa Sitinjo Induk Berdasarkan Tahun 2011.

No. Pengalaman Bertani (Tahun)

Jumlah (Orang)

Persentase (%) 1.

2. 3. 4. 5.

0-10 11-20 21-30 31-40 >40

8 12

8 1 1

26,67 40 26,67

3,33 3,33

Jumlah 30 100

Sumber: Data diolah dari lampiran 1

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa persentase jumlah yang mempunyai pengalaman bertani paling lama adalah berada pada kisaran 11-20 tahun, dengan persentase 50%. Hal ini menunjukkan bahwa pengalaman bertani sangat bervariasi.


(48)

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1. Jumlah Produksi dan Produktivitas Usahatani Kopi Arabika

Kopi Arabika mulai menghasilkan buah atau dapat dipanen pada umur 3-4 tahun. Umur produktif dari tanaman ini adalah 3-10 tahun. Pada umur 8 tahun ke atas produktivitas sudah mulai menurun. Tidak hanya produktivitas, tetapi juga kualitasnya. Hal ini disebabkan pada umur tanaman yang semakin tua hama dan penyakit sudah mulai menyerang. Oleh karena itu banyak petani yang menjual langsung buah kopinya ke pedagang pengumpul jika umur kopinya sudah tua.

Umur 3-8 tahun merupakan periode tanaman yang menghasilkan produksi optimal. Pada periode ini banyak petani mengolah lagi buah kopinya menjadi biji kopi. Biji kopi memiliki nilai jual yang 3 kali lipat lebih mahal dari buah kopi. Namun, pengolahan buah kopi menjadi biji kopi membutuhkan banyak waktu, lahan, dan tenaga kerja untuk pengeringan. Jumlah produksi dan produktivitas kopi Arabika strata luas lahan dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 5.1. Produksi dan Produktivitas Usahatani Kopi Arabika Berdasarkan Strata di Desa Sitinjo Induk Tahun 2011

No. Luas Lahan (Ha) Umur Tanaman

(Tahun)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1. ≤ 0,5

0,12 – 0,48

4 – 10 0,65 – 1,5 3,07 2. > 0,5

0,52 - 1,5

3 – 10 1,0 – 1,7 1,626 Sumber: Data diolah dari lampiran 1 dan 2


(49)

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa produktivitas kopi Arabika pada lahan dibawah 0,5 ha lebih tinggi dibandingkan dengan luas lahan di atas 0,5 ha. Hal ini menggambarkan bahwa skala luas lahan yang lebih kecil lebih efisien dari skala luas lahan yang lebih besar (economic of scale). Hal ini disebabkan karena tanaman pada lahan yang tidak terlalu luas memberikan hasil yang lebih tinggi bila dibandingkan luas lahan yang luas misalnya 1 hektar. Lahan pertanaman yang luas, menuntut perawatan yang ekstra. Yang menjadi masalah adalah petani yang memiliki lahan yang luas (> 0,5 ha) tidak memiliki cukup waktu, biaya, dan tenaga kerja untuk merawat dan membudidayakan tanaman kopi Arabika dengan baik.

Jumlah produksi secara keseluruhan pada 30 petani sampel di daerah penelitian dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 5.2. Produksi dan Produktivitas Usahatani Kopi Arabika di Desa Sitinjo Induk Tahun 2011

No. Uraian Luas Lahan (Ha)

Umur Tanaman

(Tahun)

Produksi (Ton)

Produktivitas (Ton/Ha)

1. Total 17,97 193 34,9

2. Rataan 0,59 6,43 1,163 1,94

Sumber: Data diolah dari lampiran 1 dan 2

Tabel di atas menunjukkan luas lahan rata adalah 0,59 ha, umur tanaman rata-rata adalah 6,43 tahun, produksi rata-rata-rata-rata adalah 1,163 ton, dan produktivitasnya adalah 1,94 ton per ha. Jumlah ini tergolong rendah bila dibandingkan dengan daerah lain seperti dataran tinggi Gayo yang produksi kopi Arabikanya mencapai 3 ton per hektar. dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis


(50)

nomor 1 yaitu “hasil produksi (produktivitas) kopi Arabika di daerah penelitian lebih rendah bila dibandingkan daerah lain” diterima.

5.2. Analisis Efisiensi Faktor-Faktor Produksi Usahatani Kopi Arabika

Fungsi Produksi Cobb-Douglass

Efisiensi faktor-faktor produksi diperlukan untuk mengetahui penggunaan input produksi tergolong efisien, tidak efisien, atau belum efisien. Tingkat efisiensi dapat dilihat dari nilai produk marjinal faktor-faktor produksi yang digunakan.

Nilai produksi marjinal dapat ditentukan dengan menghitung nilai elastisitas dari masing-masing faktor produksi. Nilai elastisitas tersebut dapat dilihat dari koefisien regresi dari faktor-faktor produksi yang ditentukan melalui analisis regresi dengan menggunakan SPSS. Nilai koefisien masing-masing faktor produksi dapat dilihat pada tabel berikut ini.

Tabel 5.3. Koefisien Regresi Fungsi Cobb-Douglass pada Usahatani Kopi Arabika

No Variabel Koefisien Sig. F R 2

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. Konstanta Luas lahan Tenaga Kerja Bibit Kompos Urea NPK Herbisida 851,553 1222,098 -3,670 0,428 -0,086 1,883 -1,477 60,294

0,000 0,928

Sumber: Data diolah dari lampiran 8

Dari tabel diatas dapat dilihat bahwa secara serempak (R2 ) faktor-faktor produksi 92,8% berpengaruh secara nyata dengan signifikansi 0,000, sisanya 7,2% dipengaruhi oleh faktor-faktor lain yang tidak dimasukkan ke dalam model. Menurut hasil uji asumsi klasik terhadap hasil regresi yang dilakukan didapatkan


(51)

kesimpulan bahwa terjadi multikolinier dan heteroskedastisitas. Hal ini bisa dilihat dilampiran.

Berdasarkan koefisien regresi dari tabel diatas maka fungsi produksi Cobb-Douglassnya adalah:

Y = 851,553 X11222,098 X2-3,670X30,428X4-0,086X51,883X6-1,477X760,294 Dimana:

Y = Produksi Kopi Arabika (kg) X1 = Luas Lahan (ha)

X2 = Tenaga Kerja (HKO) X4 = Kompos (kg)

X5 = Urea (kg) X6 = NPK (kg) X7 = Herbisida (liter)

Menurut Soekartawi (2005), efisiensi diartikan sebagai penggunaan input sekecil-kecilnya untuk mendapatkan produksi yang sebesar-besarnya. Situasi yang demikian akan terjadi kalau petani mampu membuat suatu upaya kalau nilai produk marginal (NPM) untuk suatu input sama dengan harga input atau dapat ditulis NPMXi/PXi = 1

Hasil perhitungan efisiensi penggunaan faktor produksi dapat dilihat pada tabel berikut:


(52)

Tabel 5.4. Analisis Efisiensi Usahatani Kopi Arabika

No. Variabel NPMXi Harga (Px)

(Rp)

Efisiensi Keterangan 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. Luas lahan Tenaga kerja Bibit Kompos Urea NPK Herbisida 15.902.190.124 -174.386.381 3.288,61 -184,99 103.597,7 -159.547 385.205.071 125.000.000 45.166,67 2.000,00 746,67 2.800,00 3.000,00 50.000,00 127,21 -3.860,95 1,64 -0,24 37 -20 7.704 Belum efisien Tidak efisien Belum efisien Tidak efisien Belum efisien Tidak efisien Belum efisien

Produksi 7.600

Sumber: Data diolah dari lampiran 3 dan 8

Tabel di atas menunjukkan bahwa faktor produksi tenaga kerja, pupuk kompos, dan NPK memiliki nilai efisiensi < 1. Hal ini berarti faktor-faktor produksi tersebut tidak efisien. Untuk menghasilkan produksi yang optimal, faktor produksi tenaga kerja, pupuk kompos dan NPK harus dikurangi penggunaannya.

Tidak efisiennya faktor tenaga kerja pada hasil perhitungan efisiensi karena satuan yang digunakan adalah hari kerja per orang (HKO) bukan hari kerja per jam (HKP). Petani di daerah penelitian menghitung upah untuk tenaga kerja yang digunakannya per hari.

Pemakaian pupuk kompos juga harus dikurangi karena pemakaiannya berlebihan. Pada dasarnya tanaman kopi Arabika membutuhkan banyak pupuk anorganik seperti urea, NPK, KCL, dan SP-36. Namun, di daerah penelitian petani banyak menggunakan pupuk kompos sebagai pupuk utama karena harganya yang lebih murah dari pupuk yang lain seperti urea dan NPK.


(53)

Pemakaian pupuk NPK juga perlu dikurangi. Tidak efisiennya penggunaan faktor produksi NPK disebabkan petani ingin mempercepat pertumbuhan tanamannya sehingga menggunakan pupuk NPK lebih banyak. Selain itu pupuk ini lebih praktis, hemat biaya, dan dosisnya terukur.

Tabel di atas menunjukkan bahwa faktor produksi luas lahan, bibit, urea, dan herbisida belum efisien. Hal ini dapat dilihat dari nilai efisien > 1. untuk menghasilkan produksi yang optimal maka faktor-faktor produksi tersebut harus ditambah.

Memaksimalkan lahan yang ada adalah cara yang paling mudah untuk meningkatkan produksi. Mengatur jarak tanam menjadi salah satu pilihan yang dapat diambil. Sistem penanaman kopi banyak dilakukan dengan cara tumpang sari dengan tanaman hortikultura seperti cabai, kol, sawi, dan tembakau. Tidak hanya itu, banyak juga yang membagi tanaman kopi Arabika dengan kopi Robusta.

Faktor produksi bibit juga digolongkan belum efisien. Hal ini disebabkan sebagian besar petani menanam kopi dengan jarak tanam yang cukup lebar yaitu 2x3 m dan 3x4 m. Solusi yang dapat diambil untuk meningkatkan produksi adalah dengan mempersempit jarak tanam misalnya menjadi 2,5x2,5m atau 1,5 x 2 m.


(54)

Herbisida merupakan faktor produksi yang juga tergolong belum efisien. Petani setempat jarang menggunakan obat-obatan karena harganya yang mahal. Mereka hanya menggunakan herbisida sekedar untuk menghilangkan rumput. Namun, hal ini jarang dilakukan karena petani harus membeli lagi alat penyemprotnya yang harganya relatif mahal.

5.3. Analisis Faktor Internal (Kekuatan dan Kelemahan) dan Faktor Eksternal (Peluang dan Ancaman) pada Peningkatan Produksi Kopi Arabika di Desa Sitinjo Induk

Berdasarkan peninjauan ke lapangan dan sesuai dengan beberapa metode yang digunakan, untuk mengetahui faktor internal (kekuatan dan kelemahan) dan faktor eksternal (peluang dan ancaman) pada usahatani kopi Arabika. Tahap pertama yang harus dilakukan adalah “Tahap Pengumpulan Data”. Melalui tahap ini maka diketahui faktor internal dan eksternal sebagai berikut:

a. Beberapa kekuatan pada usahatani kopi Arabika di daerah penelitian. 1. Tersedianya lahan dan agroklimat yang sesuai.

Di daerah penelitian memiliki lahan yang luas, tanah yang subur, dan ketinggian diatas 1000 mdpl. Selain itu, agroklimat setempat sangat cocok untuk budidaya kopi Arabika. Hal ini didukung dengan suhu yang cukup rendah.

2. Petani setempat berpengalaman dalam membudidayakan kopi Arabika. Hampir setiap warga memiliki pengalaman dalam membudidayakan kopi Arabika. Budidaya Arabika sudah dilakukan secara turun temurun karena hampir setiap warga memiliki kebun kopi sejak dahulu.


(55)

3. Buah/biji kopi mudah untuk diuangkan.

Buah kopi dan biji kopi sangat mudah untuk dijual karena banyaknya pedagang pengumpul dan tingginya permintaan.

4. Produksi dan kualitas Arabika lebih baik dari Robusta.

Arabika memiliki produksi dan kualitas yang lebih baik. Hal ini dilihat dari pohon yang cepat berbuah dan kadar kafein yang lebih rendah dan mudah dalam penanganan pasca panen.

5. Arabika lebih tahan penyakit dan serangan hama.

Bibit Arabika di daerah penelitian tahan terhadap penyakit karat daun yang biasanya menyerang tanaman kopi serta jarangnya ditemui serangan hama yang parah.

b. Beberapa kelemahan yang ada pada usahatani kopi Arabika. 1. Hanya tumbuh baik pada ketinggian >1000 mdpl.

Kopi Arabika hanya tumbuh dan dapat berproduksi dengan baik hanya pada ketinggian diatas 1000 mdpl. Bila dibawah 1000 mdpl, tanaman akan mudah terserang penyakit karat daun.

2. Biaya produksi tinggi.

Usahatani kopi Arabika membutuhkan biaya yang cukup tinggi. Biaya-biaya tersebut meliputi Biaya-biaya pupuk organik(kompos), dan anorganik(NPK-Phonska, Urea, ZA, KCL, dan SP-36), biaya obat-obatan, dan biaya tenaga kerja.

3. Luas lahan rata-rata masih sempit.

Petani di daerah penelitian masih membagi lahan mereka dengan tanaman lain seperti tanaman kopi Robusta, jagung, padi sawah, dan tanaman


(56)

hortikultura lainnya. Sebagian petani memiliki lahan dibawah 1 hektar. Hal ini meyebabkan produksi Arabika masih rendah bila dibandingkan daerah lain.

4. Masa produktifnya singkat.

Tanaman kopi Arabika memiliki masa produktif kurang lebih 10 tahun. Setelah itu petani harus melakukan penanaman tanaman baru (replanting). 5. Kekurangan modal.

Petani mengalami kekurangan modal untuk membeli input produksi dan biaya tenaga kerja.

c. Beberapa peluang yang dapat dimanfaatkan sebagai faktor pendorong peningkatan produksi kopi Arabika.

1. Adanya pabrik yang membeli Arabika dalam bentuk buah cerri.

Di daerah penelitian ada pabrik yang bersedia membeli kopi dalam bentuk dalam buah cerri. Petani yang tidak memiliki cukup waktu untuk menjemur buah kopi dapat langsung menjualnya dalam bentuk buah cerri melalui pedagang pengumpul.

2. Harga cenderung meningkat dan tinggi.

Harga biji kopi dari 5 tahun sebelumnya cenderung meningkat, dari Rp. 6.000/kg pada tahun 2006 naik menjadi Rp. 18.000- Rp. 21.000/kg pada tahun 2011.

3. Permintaan luar negeri tinggi.

Konsumsi kopi pada Eropa, Amerika, dan Asia meningkat sehingga permintaan komoditi kopi ikut meningkat.


(57)

Kopi tidak hanya diolah menjadi minuman, tapi juga sebagai bahan dasar rasa makanan dan produk kosmetik.

5. Permintaan kopi Robusta terus menurun.

Harga kopi Robusta di tingkat dunia terus mengalami penurunan. Sehingga mengembangkan kopi Arabika merupakan prospek yang cerah dan menguntungkan.

d. Beberapa ancaman yang dihadapi usahatani kopi Arabika. 1. Kenaikan harga pupuk.

Harga pupuk yang naik akan berdampak negatip terhadap usahatani kopi Arabika. Pupuk merupakan input produksi penting dan membutuhkan biaya yang cukup besar.

2. Serangan hama penyakit.

Meskipun tanaman Arabika di daerah penelitian cenderung tahan hama utama (penggerek batang kopi) dan penyakit utama (karat daun), namun petani juga harus siap menghadapi hama dan penyakit lain.

3. Penyimpangan iklim.

Pada saat ini sering terjadi penyimpangan iklim (anomali cuaca) yang ditandai dengan musim hujan dan musim kemarau yang berubah dari periode yang seharusnya. Hal ini berdampak pada waktu panen, jumlah produksi, dan masalah pengeringan biji kopi.

4. Kelangkaan tenaga kerja.

Petani setempat mengalami kesulitan dengan jumlah tenaga kerja yang sedikit. Setiap petani membutuhkan tenaga kerja untuk pemeliharaan dan pemanenan.


(58)

5. Perkembangan produksi di daerah lain.

Perkembangan kopi Arabika di daerah lain seperi di Aceh, Toraja, pulau Jawa, dan daerah lain cukup pesat. Hal ini menjadi ancaman bagi usahatani kopi Arabika.

5.4. Strategi Peningkatan Produksi Kopi Arabika

Strategi adalah perencanaan, arah dan pengelolaan untuk mencapai suatu tujuan. Strategi merupakan rencana yang disatukan, menyeluruh dan terpadu yang mengaitkan keunggulan strategi dengan tantangan lingkungan. Strategi dirancang untuk mengetahui apakah tujuan utama dapat dicapai melalui pelaksanaan yang tepat.

Tahap Pengumpulan Data

Tahap pengumpulan data adalah kegiatan pengumpulan data dan pengklasifikasian serta pra analisis. Pada tahap ini data akan dibedakan menjadi dua, yaitu data eksternal dan data internal. Model yang dapat digunakan dalam tahap ini adalah:

- Matriks faktor strategi internal - Matriks faktor strategi eksternal


(59)

Matriks Faktor Strategi Internal

Tabel. 5.5. Matriks Faktor Strategi Internal Faktor dan Elemen Strategi

Internal

Rating Bobot Skoring (Rating x

Bobot) Kekuatan:

• Tersedianya lahan dan agroklimat yang sesuai. • Petani setempat

berpengalaman dalam membudidayakan kopi Arabika

• Buah/biji kopi mudah untuk diuangkan

• Produksi dan kualitas Arabika lebih baik dari Robusta.

• Arabika lebih tahan penyakit dan serangan hama

3 3 4 3 2 9 9 15 9 8 27 27 60 27 16 Kelemahan:

• Hanya tumbuh baik pada ketinggian >1000 mdpl • Biaya produksi tinggi • Luas lahan rata-rata masih

sempit

• Masa produktifnya singkat • Kekurangan modal

-3 -4 -3 -3 -4 8 13 8 8 13 -24 -52 -24 -24 -52 Sumber: data diolah dari lampiran 4 dan 5


(60)

Matriks Faktor Strategi Eksternal

Tabel 5.6. Matriks Faktor Strategi Eksternal Faktor dan Elemen Strategi

Eksternal

Rating Bobot Skoring (Rating x Bobot) Peluang:

• Adanya pabrik yang membeli Arabika dalam bentuk buah

• Harga cenderung meningkat dan tinggi. • Permintaan luar negeri

tinggi

• Beragamnya produk dari bahan dasar kopi

• Permintaan kopi Robusta terus menurun 3 4 2 3 3 10 13 7 10 10 30 52 14 30 30 Ancaman:

• Kenaikan harga pupuk • Serangan hama penyakit • Penyimpangan iklim • Kelangkaan tenaga kerja • Perkembangan produksi di

daerah lain -3 -2 -3 -3 -2 12 7 12 12 7 -36 -14 -36 -36 -14 Sumber: Data diolah dari lampiran 6,dan 7


(61)

Tabel 5.7. Gabungan Matrik Faktor Strategi Internal-Eksternal Usahatani Kopi Arabika

Faktor dan Elemen Strategi Internal Rating Bobot Skoring(Rating x

Bobot)

Kekuatan:

• Tersedianya lahan dan agroklimat yang sesuai.

• Petani setempat berpengalaman dalam membudidayakan kopi Arabika

• Buah/biji kopi mudah untuk diuangkan

• Produksi dan kualitas Arabika lebih baik dari Robusta.

• Arabika lebih tahan penyakit dan serangan hama 3 3 4 3 2 9 9 15 9 8 27 27 60 27 16

Total skor kekuatan: 50 157

Kelemahan:

• Hanya tumbuh baik pada

ketinggian >1000 mdpl

• Biaya produksi tinggi

• Luas lahan rata-rata masih sempit

• Masa produktifnya singkat

• Kekurangan modal

-3 -4 -3 -3 -4 8 13 8 8 13 -24 -52 -24 -24 -52

Total skor kelemahan: 50 -176

Selisih kekuatan-kelemahan -19

Peluang:

• Adanya pabrik yang membeli

Arabika dalam bentuk buah

• Harga cenderung meningkat dan tinggi.

• Permintaan luar negeri tinggi

• Beragamnya produk dari bahan dasar kopi

• Permintaan kopi Robusta terus menurun 3 4 2 3 3 10 13 7 10 10 30 52 14 30 30

Total skor peluang: 50 156

Ancaman:

• Kenaikan harga pupuk

• Serangan hama penyakit

• Penyimpangan iklim

• Kelangkaan tenaga kerja

• Perkembangan produksi di daerah lain -3 -2 -3 -3 -2 12 7 12 12 7 -36 -14 -36 -36 -14

Total skor ancaman: 50 -136

Selisih peluang-ancaman 20


(62)

Setelah melakukan perhitungan bobot dari masing-masing faktor internal maupun eksternal kemudian dianalisis dengan menggunakan matrik posisi. Matrik ini digunakan untuk melihat posisi strategi peningkatan produksi kopi Arabika di daerah penelitian. Berdasarkan Tabel... diperoleh nilai X < 0 yaitu -19, dan nilai Y > 0 yaitu 20. Posisi titik kordinatnya dapat dilihat pada kordinat Cartesius berikut ini.

Y(+)

Kuadran III Kuadran I

Strategi Turn-around 20 Strategi agresif

-19

X(-) X(+)

Kuadran IV Kuadran II

Strategi Defensif Strategi Diversifikasi

Y(-)

Gambar 3. Matriks Posisi SWOT Usahatani Kopi Arabika

Dari hasil hasil matriks internal-eksternal yang diperoleh dari nilai total skor pembobotan pada usaha peningkatan pendapatan petani kelapa sawit oleh petani di daerah penelitian adalah untuk faktor internal, bernilai -19 yang artinya nilai ini

EKSTERNAL FAKTOR

I N T E R N A L F A K T O R


(63)

merupakan selisih antara kekuatan dan kelemahan dimana kekuatan lebih kecil dibandingkan dengan kelemahan. Untuk faktor eksternal, bernilai 20 yang artinya nilai ini merupakan selisih antara peluang dan ancaman dimana ternyata nilai peluang lebih besar daripada ancaman.

Hasil ini menunjukkan bagaimana usahatani tersebut memperoleh strategi lebih detail dan mengetahui reaksi besar kecilnya usaha peningkatan produksi produksi kopi Arabika, maka usaha peningkatan produksi ini berada pada daerah III (Strategi Turn-around). Situasi pada daerah III kurang menguntungkan. Petani memiliki peluang yang berpotensi meningkatkan kesejahteraan, namun usahatani ini juga memiliki beberapa kelemahan yang lebih dominan dari kekuatannya. Oleh karena itu, kelemahan-kelemahan tersebut harus dikurangi dengan beberapa strategi yang tepat. Strategi turn-around ini lebih fokus kepada strategi WO (Weakness-Opportunities), yaitu dengan meminimalkan kelemahan untuk memanfaatkan peluang yang ada.


(64)

Tahap Analisis Data Matriks SWOT

INTERNAL

EKSTERNAL

STRENGTHS (S)

• Tersedianya lahan dan agroklimat yang sesuai.

• Petani setempat berpengalaman dalam membudidayakan kopi Arabika

• Buah/biji kopi mudah untuk diuangkan • Produksi dan kualitas

Arabika lebih baik dari Robusta. • Arabika lebih tahan

penyakit dan serangan hama

WEAKNESSES (W)

• Hanya tumbuh baik pada

ketinggian >1000 mdpl

• Biaya produksi tinggi

• Luas lahan rata-rata masih sempit • Masa

produktifnya singkat • Kekurangan

modal

OPPORTUNITIES (O)

• Adanya pabrik

yang membeli Arabika dalam bentuk buah

• Harga cenderung

meningkat dan tinggi.

• Permintaan luar negeri tinggi

• Beragamnya

produk dari bahan dasar kopi

• Permintaan kopi

Robusta terus menurun

STRATEGI SO

1) Menjual kopi dalam bentuk buah cerri jika umur kopi sudah tua dan jika petani tidak memiliki cukup waktu untuk mengolahnya menjadi biji kopi (S1,S2,O1)

2) Meningkatkan produksi dan luas areal tanam untuk investasi di masa depan dan meningkatkan pendapatan dari harga kopi Arabika yang

cenderung tinggi (S2,S3,O2,O3).

3) Mengganti tanaman kopi

Robusta dengan kopi Arabika (S4,S5, O5).

STRATEGI WO

1) Menanam bibit unggul

yang lebih cepat berbuah dan lebih tahan

terhadap hama dan

penyakit

(W1,W4,O1,O2).

2) Mengaktifkan kembali

gapoktan untuk dapat mengajukan pinjaman modal dan subsidi pupuk (W2,W4,O1,O2).

3) Memanfaatkan harga

dan permintaan yang

tinggi dengan

memaksimalkan luas

areal dan merawat

tanaman kopi dengan teratur (W3,O2,O3).

THREATS (T)

• Kenaikan harga

pupuk

• Serangan hama

penyakit

• Penyimpangan

iklim

• Kelangkaan tenaga

kerja

• Perkembangan

produksi di daerah lain

STRATEGI ST

1) Meningkatkan produksi kopi Arabika dengan penggunaan pupuk dengan dosis yang tepat (S1,S2,T1,T2,T3).

2) Mencari informasi tentang

teknologi pasca panen (pengeringan) (S3,T3).

3) Meningkatkan perawatan

tanaman kopi Arabika (S2,S4,T2).

STRATEGI WT

1) Menggiatkan kembali

gapoktan (W2,W5,T1).

2) Membuat bibit unggul

yang tahan terhadap penyakit dan hama (W1,T2).

3) Mengoptimalkan tenaga kerja dalam keluarga (W2,W5,T4)


(65)

Tahap Pengambilan Keputusan

Tahap terakhir yaitu tahap “pengambilan keputusan” yaitu tahap yang bertujuan untuk menyusun strategi yang telah digambarkan oleh matrik SWOT, sehingga strategi yang muncul dapat dijadikan acuan untuk dapat meningkatkan produksi kopi Arabika di daerah penelitian. Adapun strategi yang dimaksud adalah:

Strategi SO

1. Menjual kopi dalam bentuk buah cerri. Jika umur kopi sudah tua maka kualitas kopi cenderung menurun. Lebih baik bagi petani menjual kopi mereka dalam bentuk buah ceri dari pada melakukan pengeringan. Hal ini juga baik dilakukan petani jika mereka tidak memiliki cukup waktu untuk mengolahnya menjadi biji kopi.

2. Meningkatkan produksi dan luas areal tanam untuk investasi di masa depan dan meningkatkan pendapatan dari harga kopi Arabika yang cenderung tinggi. 3. Mengganti tanaman kopi Robusta dengan kopi Arabika. Karena masih banyak

lahan petani yang ditanami kopi Robusta, padahal harga kopi ini terus menurun.

Strategi WO

1. Menanam bibit unggul yang lebih cepat berbuah dan lebih tahan terhadap hama dan penyakit. Di daerah penelitian ada beberapa petani yang membuat bibit kopi yang dapat berbuah pada usia 3 tahun. Hal ini lebih cepat 1-2 tahun dari bibit yang biasa.


(1)

Lampiran 6. Skor Peluang Petani dalam Peningkatan Produksi Kopi Arabika

Nomor

Adanya pabrik yang

membeli

Harga cenderung

Permintaan luar

negeri

Beragamnya

produk

Permintaan

Robusta

Sampel

Arabika dalam bentuk

ceri

meningkat dan

tinggi

tinggi

dari bahan kopi

terus menurun

1

3

3

3

3

4

2

3

3

2

3

4

3

4

4

3

3

4

4

4

3

3

2

3

5

3

3

3

3

4

6

3

4

3

2

3

7

3

4

3

3

3

8

3

3

3

3

4

9

3

3

3

3

3

10

3

3

2

3

3

11

4

3

2

3

3

12

4

4

3

3

4

13

3

4

2

3

4

14

4

4

2

2

4

15

4

4

2

2

4

16

4

4

3

3

4

17

4

4

3

3

4

18

3

3

2

3

3

19

3

4

2

3

3

20

4

3

2

3

3

21

3

4

2

3

3

22

3

4

2

2

3

23

3

4

3

2

3

24

3

3

2

3

3

25

3

4

3

2

3

26

3

4

2

3

3

27

3

4

3

2

3

28

3

3

2

2

4

29

4

3

2

2

4

30

4

3

2

3

4

Total

101

106

74

80

104


(2)

Nomor

sampel

Kenaikan

harga

pupuk

Serangan hama

dan penyakit

Penyimpangan

iklim

Kelangkan

tenaga kerja

Perkembangan

produksi

di daerah lain

1

3

3

3

4

3

2

3

2

3

4

2

3

3

2

3

3

2

4

3

2

2

3

2

5

3

3

3

3

2

6

4

3

3

3

3

7

3

2

2

3

3

8

3

2

3

3

3

9

3

2

3

3

2

10

3

2

3

4

2

11

4

2

3

4

2

12

4

3

2

4

2

13

4

2

3

3

2

14

3

3

2

3

2

15

3

2

3

3

3

16

3

2

3

4

2

17

3

2

3

3

2

18

3

3

2

4

2

19

4

2

3

4

2

20

4

2

3

4

2

21

4

2

3

3

2

22

4

3

3

3

2

23

3

3

3

3

3

24

3

3

3

3

3

25

3

3

4

4

2

26

4

3

3

4

3

27

4

2

3

4

3

28

4

3

3

4

3

29

3

3

3

3

3

30

3

3

3

4

3

Total

101

74

86

104

72

Rataan

3,36666667

2,466666667

2,866666667

3,466666667

2,4

Lampiran 7. Skor Ancaman Petani dalam Peningkatan Produksi Kopi Arabika


(3)

Lampiran 8. Hasil Uji Regresi Linier Berganda Faktor-faktor Produksi yang

Mempengaruhi Produksi Buah Kopi Arabika

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

t Sig. B Std. Error Beta

1 (Constant) 851.553 54.981 15.488 .000

LUAS LAHAN 1222.098 266.948 1.445 4.578 .000 TENAGA KERJA -3.670 .627 -1.027 -5.854 .000

BIBIT .428 .097 .883 4.395 .000

KOMPOS -.086 .032 -.618 -2.656 .014

UREA 1.883 .521 .426 3.613 .002

NPK -1.477 .485 -.423 -3.045 .006

HERBISIDA 60.294 55.164 .139 1.093 .286


(4)

Lampiran 9. Tabel R square

Model Summaryb

Model R R Square Adjusted R Square

Std. Error of the Estimate

Change Statistics Durbin-Watson R Square

Change F Change df1 df2

Sig. F Change

1 .963a .928 .905 89.07235 .928 40.516 7 22 .000 2.356 a. Predictors: (Constant), HERBISIDA, NPK, UREA, KOMPOS, TENAGA KERJA, BIBIT, LUAS LAHAN

b. Dependent Variable: PRODUKSI


(5)

Lampiran 10. Tabel Uji Multikolinieritas

Collinearity Statistics

Tolerance VIF

.033 30.456

.106 9.400

.081 12.344

.060 16.537

.235 4.257

.170 5.890


(6)

Lampiran 11. Uji Heteroskedastisitas