4. Sampah dari perdagangan dan perkantoran. Sampah yang berasal dari daerah
perdagangan seperti: toko, pasar tradisional, warung, dan pasar swalayan. Sampah yang berasal dari lembaga pendidikan, kantor pemerintah dan swasta
biasanya terdiri dari kertas, alat tulis-menulis, kotak tinta printer, baterai, dan lain-lain.
5. Sampah dari industri. Sampah ini berasal dari seluruh rangkaian proses
produksi bahan-bahan kimia serpihanpotongan bahan, perlakuan dan pengemasan produk kertas, kayu, plastik, kainlap yang jenuh dengan pelarut
untuk pembersihan. Sampah industri berupa bahan kimia yang seringkali beracun memerlukan perlakuan khusus sebelum dibuang.
2.5 Pengertian Pengelolaan Sampah dan Penanganan Sampah
Menurut Undang-Undang Nomor 18 tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah, pengelolaan sampah adalah kegiatan sistematis, menyeluruh, dan
berkesinambungan yang meliputi pengurangan dan penanganan sampah. Kemudian menurut Direktorat PLP, Dirjen Cipta Karya Departemen PU 2003,
penanganan sampah adalah upaya yang meliputi kegiatan pemilahan, pengumpulan, pemindahan, pengangkutan, pengolahan, dan pemrosesan akhir
sampah. Sedangkan menurut Hadiwiyoto 1983:23, pengelolaan sampah adalah
usaha untuk mengatur atau mengelola sampah dari proses pengumpulan, pemisahan, pemindahan, pengangkutan, sampai pengolahan dan pembuangan
akhir. Sedangkan yang dimaksud dengan penanganan samaph adalah perlakuan terhadap sampah untuk memperkecil atau menghilangkan masalah-masalah yang
ada kaitannya dengan lingkungan, yang dapat berbentuk membuang sampah saja atau mengembalikan recycling sampah menjadi bahan-bahan yang bermanfaat.
Sehingga dari kedua pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan pengelolaan atau penanganan sampah adalah usaha untuk
Universitas Sumatera Utara
mengelola sampah dengan tujuan untuk menghilangkan masalah-masalah yang berkaitan dengan lingkungan untuk mencapai tujuan yaitu kota yang bersih, sehat,
dan teratur.
2.6 Teknik Pengelolaan Sampah Perkotaan
Sampah perkotaan adalah sampah yang timbul di kota. Dalam menangani pengelolaan sampah perkotaan ini akan selalu mengacu pada SNI 19-2454-2002
mengenai Tata Cara Teknik Operasional Samapah Perkotaan. Sumber: Badan Standarisasi Nasional tahun 2002.
2.6.1 Persyaratan Teknis Pengelolaan Sampah Perkotaan 1. Teknik operasional pengelolaan sampah
Teknik operasional pengelolaan sampah perkotaan yang terdiri dari kegiatan pewadahan sampai dengan pembuangan akhir sampah harus bersifat terpadu
dengan melakukan pemilahan sejak dari sumbernya. Skema teknik operasional pengelolaan persampahan dapat dilihat pada
Gambar 2.1
Gambar 2.1 Diagram Teknik Operasional Pengelolaan Persampahan Sumber: Badan Standarisasi Nasional 2002
2. Faktor-faktor yang mempengaruhi sistem pengelolaan sampah perkotaan
a Kepadatan dan penyebaran penduduk
TIMBUNAN SAMPAH PEMILAHAN, PEWADAHAN,
PENGOLAHAN DI SUMBER PENGUMPULAN
PEMILAHAN DAN PENGOLAHAN
PEMINDAHAN PENGANGKUTAN
PEMBUANGAN AKHIR
Universitas Sumatera Utara
b Karakteristik fisik lingkungan dan sosial ekonomi
c Timbulan dan karakteristik sampah
d Budaya sikap dan perilaku masyarakat
e Jarak dari sumber sampah ke tempat pembuangan akhir sampah
f Rencana tata ruang dan pengembangan kota
g Sarana pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan akhir
sampah h
Biaya yang tersedia i
Peraturan daerah setempat.
3. Perencanaan Kegiatan operasi daerah pelayanan
Hasil perencanaan daerah pelayanan berupa identifikasi masalah dan potensi yang tergambar dalam peta-peta sebagai berikut:
a Peta kerawanan sampah minimal menggambarkan besaran timbunan sampah
dan jumlah penduduk, kepadatan rumahbangunan. b
Peta pemecahan masalah menggambarkan pola yang digunakan, kapasitas perencanaan meliputi alat dan personil, jenis sarana dan prasarana, potensi
pendapatan jasa pelayanan serta rute dan penugasan.
4. Tingkat pelayanan
Tingkat pelayanan didasarkan jumlah penduduk yang terlayani dan luas daerah yang terlayani dan jumlah sampah yang terangkat ke TPA.
a Frekuensi pelayanan
Berdasarkan hasil penentuan skala kepentingan daerah pelayanan, frekuensi pelayanan dapat dibagi dalam beberapa kondisi sebagai berikut:
1. Pelayanan intensif antara lain untuk jalan protokol, pusat kota, dan daerah
komersial 2.
Pelayanan menengah antara lain untuk kawasan pemukiman teratur 3.
Pelayanan rendah antara lain untuk daerah pinggiran kota.
Universitas Sumatera Utara
b Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas operasional pelayanan 1.
Tipe kota 2.
Sampah terangkut dari lingkungan 3.
Frekuensi pelayanan 4.
Jenis dan jumlah peralatan 5.
Peran aktif masyarakat 6.
Retribusi 7.
Timbunan sampah.
2.6.2 Teknik Operasional 1. Pewadahan dan pemilahan sampah
Pewadahan sampah adalah aktivitas menampung sampah sementara dalam suatu wadah individual atau komunal di tempat sumber sampah. Dalam operasional
pengumpulan sampah, masalah pewadahan memegang peranan yang sangat penting, tempat penyimpanan sampah pada sumber diperlukan untuk mencegah
sampah agar jangan berserakan yang akan memberi kesan atau terlihat kotor serta untuk mempermudah proses kegiatan pengumpulan, sampah yang dihasilkan
perlu disediakan tempat untuk penyimpananpenampungan sambil menunggu kegiatan pengumpulan sampah.
Dalam melakukan pewadahan harus disesuaikan dengan jenis sampah yang telah terpilah, yaitu:
1. Sampah organik seperti daun sisa, sayuran, kulit buah lunak, sisa makanan
dengan wadah warna gelap. 2.
Sampah anorganik seperti gelas, plastik, logam, dan lainnya, dengan wadah warna terang
3. Sampah bahan berbahaya beracun B3 rumah tangga dengan warna merah
yang diberi lambang khusus atau semua ketentuan yang berlaku Departemen Pekerjaan Umum, 2002.
Universitas Sumatera Utara
Pola pewadahan sampah dapat dibagi dalam individual dan komunal. Pewadahan dimulai dengan pemilahan baik untuk pewadahan individual maupun
komunal sesuai dengan pengelompokan pengelolaan sampah. Wadah sampah komunal pengadaannya dilakukan oleh instansi pengelola sedangkan wadah
individual disediakan oleh pribadi atau instansi pengelola. Selain hal tersebut, di dalam standar nasional pengelolaan sampah diatur juga lokasi penempatan wadah
yakni: a
Untuk wadah individu penempatannya dihalaman muka dan dihalaman belakang untuk sumber sampah dari hotel dan restoran
b Penempatan wadah komunal diharapkan sedapat mungkin dekat dengan
sumber sampah dan tidak mengganggu pemakai jalan dan sarana umum lainnya, jarak antar wadah sampah untuk pejalan kaki miniamal 100 meter,
disekitar taman dan keramaian, diujung gang kecil, dan diluar jalur lalu lintas pada suatu lokasi yang mudah untuk pengoperasiannya.
Sedangkan menurut Syafrudin dan Priyambada 2001, persyaratan bahan wadah adalah awet dan tahan air, mudah diperbaiki, ringan dan mudah diangkat
serta ekonomis, mudah diperoleh atau dibuat oleh masyarakat. Selain itu ukuran wadah sangat ditentukan oleh beberapa faktor diantaranya adalah sebagai berikut:
a Jumlah penghuni tiap rumah
b Timbunan sampah
c Periodisasi pengambilan sampah
d Cara pemindahan sampah
e Sistem pelayanan.
Menurut SNI 19-2454-2002 yang dimaksud dengan pemilahan sampah adalah proses pemisahan sampah berdasarkan jenis sampah yang dilakukan sejak
dari sumbernya sampai dengan pembuangan akhir. Pewadahan dan pemilahan sampah yang baik akan mempengsaruhi kinerja daur ulang sampah yang lebih
baik
.
Menurut Rahardyan dan Widagdo 2005, tujuan dari pewadahan adalah untuk memudahkan dalam pengangkutannya dan selain itu dengan penggunaan
Universitas Sumatera Utara
wadah ini, bau akibat pembusukan sampah yang juga dapat menarik perhatian lalat dapat diatasi, air hujan yang berpotensi menambah kadar air sampah dapat
dikendalikan dan pencampuran sampah yang tidak sejenis dapat dihindari. Persyaratan untuk bahan dengan pola individual dan komunal seperti pada Tabel
2.1 adalah sebagai berikut: Tabel 2.1 Karakteristik Wadah Sampah
No.
Pola pewadahan Karakeristik
Individual Komunal
1. Bentuk
Kotak, silinder, kontainer, dan kantong
plastic Kotak, silinder,
kontainer
2. Sifat
Ringan, mudah dipindahkan dan mudah
dikosongkan. Ringan, mudah
dipindahkan dan
mudah dikosongkan. 3.
Jenis Logam, plastik,
fiberglass GRP, kayu, bambu, rotan.
Logam, plastik, fiberglass GRP,
kayu, bambu, rotan.
4. Pengadaan
Pribadi, instansi, pengelola
Instansi pengelola Sumber: Badan Standarisasi Nasional 2002
Tabel 2.2 Contoh Wadah dan Penggunaannya No.
Wadah Kapasitas
Pelayanan Life time
Keterangan 1.
Kantong Plastik 10-40 L
1 KK 2-3 hari
Individual 2.
Tong 40 L
1 KK 2-3 hari
3 hari 1 kali
3. Tong
120 L 2-3 KK
2-3 hari Toko
4. Tong
140 L 4-6 KK
2-3 hari 5.
Kontainer 1000 L
80 KK 2-3 hari
Komunal 6.
Kontainer 500 L
40 KK 2-3 hari
Komunal 7.
Tong 30-40 L
Pejalan kaki
2-3 hari Sumber: Badan Standarisasi Nasional 2002
Universitas Sumatera Utara
2. Pengumpulan Sampah
Pengumpulan sampah adalah cara atau proses pengambilan sampah mulai dari sumber atau tempat pewadahan penampungan sampah sampai ke Tempat
Pembuangan Sementara TPS. TPS yang digunakan biasanya kontainer kapasitas
10 m
3
, 6 m
3
, 1 m
3
, transper depo, bak pasangan batubata, drum bekas volume 200 liter, dan lain-lain. Pengambilan sampah dilakukan tiap periodesasi
tertentu. Periodesasi biasanya ditentukan berdasarkan waktu pembusukan yaitu kurang lebih setelah berumur 2-3 hari, yang berarti pengumpulan sampah
dilakukan maksimal setiap 3 hari sekali.
a. Sistem pengumpulan
Pengumpulan sampah dari tiap-tiap sumber sampah dapat dilakukan dengan dua cara yaitu:
1. Sistem tidak langsung
Di daerah pemukiman yang sebagian besar dihuni oleh masyarakat berpendapatan rendah, dengan kondisi jalan pemukiman yang sempit, pengumpulan sampah
dilakukan dengan gerobak sampai yang mempunyai volume rata-rata 1 m
3
. Untuk kemudian diangkut ke TPS. Sampah dari pasar dan hasil sapuan jalan biasanya
dikumpul dalam kontainer atau TPS dekat pasar yang kemudian diangkut truk ke TPA.
2. Sistem langsung, terdiri dari pengumpulan individu langsung dan
pengumpulan komunal langsung yaitu:
1. Pengumpulan individu langsung, Pada sistem ini proses pengumpulan dan
pengangkutan sampah dilakukan ber-samaan. Pengumpulan dilakukan oleh petugas kebersihan dari wadah-wadah sampah rumahpersil kemudian
dimuat ke kendaraan langsung dibawa ke TPA. Alat pengumpul berupa truk standar atau dump truck, dan sekaligus berfungsi sebagai alat pengangkut
sampah menuju TPA. Daerah yang dilayani dengan sistem ini adalah daerah pemukiman teratur formal area dan daerah perkotaan dimana pada daerah-
daerah tersebut sulit untuk menempatkan transfer dipo atau kontainer angkut
Universitas Sumatera Utara
karena kondisi, sifat daerahnya ataupun standar kesehatan masyarakat dan standar kenyamanan masyarakat cukup tinggi. Persyaratan yang perlu
diperhatikan dalam sistem ini adalah: a
Kondisi topografi rata-rata 5 sehingga alat pengumpul non mesin sulit beroperasi
b Kondisi jalan cukup lebar dan operasi tidak menunggu pemakai jalan
lainnya c
Kondisi dan jumlah alat memadai d
Jumlah timbunan sampah 3 m
3
hari.
2. Pengumpul komunal langsung, adalah cara pengumpulan sampah dari
masing-masing titik wadah komunal dan diangkut langsung ke TPA. Persyaratan yang perlu diperhatikan adalah:
a Alat angkut terbatas
b Kemampuan pengendalian personil dan peralatan terbatas
c Alat pengumpul sulit menjangkau sumber-sumber sampah
d Peran serta masyarakat cukup tinggi
e Wadah komunal ditempatkan sesuai dengan kebutuhan dan dilokasi
yang mudah dijangkau oleh alat angkut f
Untuk pemukiman tidak teratur.
b. Waktu pengumpulan