Analisis Tujuan 1, Pengetahuan Petani Terhadap Peraturan Pemerintah Analisis tujuan 2, faktor-faktor yang mempengaruhi sikap petani terhadap

Dimana :  WTL = Willingness to leave adalah keinginan untuk tetap melanjutkan usahatani atau meninggalkan usahatani. skala nominal: 1 = Melanjutkan usahatani; 0 = meninggalkan usahatani.  β 0, β 1, β 2, ….. β 7 = Koefisiensi parameter  D 1 – D 3 ……. = Koefisiensi parameter damai. Tabel 1. Deskripsi Variabel Bebas Nama Variabel Deskripsi x 1 Pengetahuan petani. Yaitu skor dari 5 item pengetahuan. x 2 Usia petani. Dinyatakan dalam bentuk tahun x 3 Anggota keluarga. Dinyatakan dalam satuan orang x 4 Tingkat pendidikan. Tidak sekolah = 0; SD = 1; SMP = 2; SMA = 3; Diploma = 4; Sarjana = 5. x 5 Pengalaman usahatani. Dinyatakan dalam bentuk tahun x 6 Pendapatan usahatani. Dinyatakan dalam rupiah per hektar RpMusim x 7 Pendapatan luar usahatani. Dinyatakan dalam rupiah per bulan Rpbulan D 1 Partisipasi kelompok tani. Skala nominal 1= aktif atau 0= tidak aktif. D 2 Ketersediaan kredit. Skala nominal 1= Ya atau 0= Tidak D 3 Status kepemilikan lahan. Skala nominal 1= milik sendiri atau 0= non milik Uji parameter secara serentak di lakukan uji likelihood uji G dan uji parameter secara parsial digunakan uji Wald. Untuk menguji pengaruh variabel bebas pengetahuan petani, umur petani, anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, partisipasi kelompok tani, ketersediaan kredit, status kepemilikan lahan, pendapatan usahatani, dan pendapatan luar usahatani terhadap variabel tak bebas sikap petani untuk melanjutkan atau meninggalkan usahatani padi secara serentak digunakan uji G Secara teoritis penghitungan manual dapat di lihat dengan rumus: � = − [ ��� � �ℎ ��� � �ℎ � � ] � = − [ �1 � ∑ � � − � 1 1−� � �� ] Dimana: = jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P Y=1 = jumlah sampel yang termasuk dalam kategori P Y=0 n = total jumlah sampel Nilai G statistic menyebar mengikuti sebaran Chi-square � . Apabila nilai G statistic lebih besar dari nilai Chi-square � table atau nilai P-value lebih besar dari pada α maka terima H the null hypothesis atau gagal menolak H pada tingkat α tersebut. Hipotesis yang dibangun pada uji keseluruhan ini adalah: H : � 2 = � 2 = � 3 = ….. = �p = 0 H 1 : Minimal ada satu β i ≠ 0 dengan i = 1, 2,3 ..... p. Jika G ≥ � �,∝ berarti H di terima, artinya secara serentak pengetahuan petani, umur petani, anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, partisipasi kelompok tani, ketersediaan kredit, status kepemilikan lahan, pendapatan usahatani, dan pendapatan luar usahatani tidak berpengaruh terhadap sikap petani untuk melanjutkan atau meninggalkan usahatani padi di wilayah peri urban Kabupaten Sleman. Jika G � �,∝ berarti H ditolak, artinya secara serentak pengetahuan petani, umur petani, anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, partisipasi kelompok tani, ketersediaan kredit, status kepemilikan lahan, pendapatan usahatani, dan pendapatan luar usahatani berpengaruh terhadap sikap petani untuk melanjutkan atau meninggalkan usahatani padi di wilayah peri urban Kabupaten Sleman. Pengujian pengaruh masing-masing variabel bebas terhadap variabel tak bebas secara individu digunakan uji wald. Secara teoritis penghitungan manual dapat di lakukan dengan rumus: �� = [ � � �� � � ] Dimana: � � = Koefisien Regresi SE � � = Galat X i Nilai uji Wald menyebar mengikuti sebaran normal Z. Apabila Z hitung lebih besar dari Z table atau nilai P-value sig dari Wald Test lebih besar dari α maka terima H the null hypothesis atau gagal menolak H pada tingkat α tersebut. Hipotesis pada uji parsial adalah: H : β i = 0 H 1 : βi ≠ 0 Jika W ≥ Z � atau nilai sig lebih dari α 10 berarti H di terima, artinya secara sendiri-sendiri variabel bebas pengetahuan petani, umur petani, anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, partisipasi kelompok tani, ketersediaan kredit, status kepemilikan lahan, pendapatan usahatani, dan pendapatan luar usahatani tidak berpengaruh terhadap sikap petani untuk melanjutkan atau meninggalkan usahatani padi di wilayah peri urban Kabupaten Sleman. Jika W Z � atau nilai sig kurang dari α 10 berarti H ditolak, artinya secara sendiri-sendiri variabel bebas pengetahuan petani, umur petani, anggota keluarga, tingkat pendidikan, pengalaman usahatani, partisipasi kelompok tani, ketersediaan kredit, status kepemilikan lahan, pendapatan usahatani, dan pendapatan luar usahatani berpengaruh terhadap sikap petani untuk melanjutkan atau meninggalkan usahatani padi di wilayah peri urban Kabupaten Sleman. Jumlah sampel pada analisis regresi logistik sebanyak 60 sampel karena penelitian ini di lakukan pada dua musim tanam padi, sehingga variabel pendapatan usahatani memiliki dua nilai. Hasil estimasi model logit digunakan untuk melihat prediksi sikap petani terhadap keberlanjutan usahatani padi dalam bentuk persamaan : � � = ln [ � − � ] = b + b 1 , … . b 7 Dimana: p = Probabilitas responden memilih nilai variabel dependen b , b 1 , … . b 7 = Hasil estimasi koefisien regresi logistik Hasil prediksi sikap petani di sajikan dalam bentuk statistic deskriptif. 32

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

A. Kondisi Fisik Wilayah

Kabupaten Sleman merupakan salah satu kabupaten di Daerah Istimewa Yogyakarta, secara makro Kabupaten Sleman terdiri dari daerah dataran rendah yang subur pada bagian selatan, sebagian besar bagian utara merupakan tanah kering berupa ladang dan pekarangan, serta memiliki permukaan yang agak miring ke selatan dengan batas paling utara adalah Gunung Merapi. Secara geografis Kabupaten Sleman terbentang antara 110 o 13’ 00” - 110 o 33’ 00” BT dan 7 o 34’ 51” - 7 o 47’ 03” LS dengan ketinggian antara 100 – 2.500 mdpl, jarak terjauh Utara-Selatan kira-kira 32 km, Timur-Barat kira-kira35 km. Bagian utara berbatasan dengan Kabupeten Boyolali Provinsi Jawa tengah, bagian timur berbatasan dengan Kabupaten Klaten Provinsi Jawa tengah, bagian selatan berbatasan dengan Kabupaten Bantul dan Kota Yogyakarta, Provinsi D.I Yogyakarta dan bagian barat berbatasan dengan Kabupaten Kulon progo Provinsi D.I Yogyakarta dan Kabupaten Magelang provinsi Jawa tengah. Secara administratif Kabupaten Sleman terdiri dari 17 Kecamatan yang di bagi menjadi 86 desa dan 1.212 padukuhan. Wilayah peri urban Kabupaten Sleman dalam penelitian ini berada di Kecamatan Gamping, Kecamatan Godean dan Kecamatan Sinduadi. Tabel 1. Luas daerah menurut ketinggian dari permukaan laut di Kabupaten Sleman Km 2 tahun 2014 No Kecamatan Ketinggian mdpl Jumlah Km 2 100 100- 499 500-999 1.000 1 Moyudan 24,07 3,55 - - 27,62 2 Minggir 3,57 23,7 - - 27,27 3 Sayegan - 26,63 - - 26,63 4 Godean 2,09 24,75 - - 26,84 5 Gamping 13,48 15,77 - - 29,25 6 Mlati - 28,52 - - 28,52 7 Depok - 35,55 - - 35,55 8 Berbah 14,47 8,52 - - 22,99 9 Prambanan 4,35 37 - - 41,35 10 Kalasan - 35,84 - - 35,84 11 Ngemplak - 35,71 - - 35,71 12 Ngaglik - 38,52 - - 38,52 13 Sleman - 31,32 - - 31,32 14 Tempel - 31,72 0,77 - 32,49 15 Turi - 20,76 21,55 0,78 43,09 16 Pakem - 16,64 14,98 12,22 43,84 17 Cangkringan - 17,96 28,08 1,95 47,99 JUMLAH TOTAL 62,03 432,46 65,38 14,95 574,82 Sumber: Kabupaten Sleman dalam angka, 2014 Berdasarkan tabel di atas dapat di lihat bahwa luas Kabupaten Sleman yaitu 574,82 km 2 yang tersebar di areal ketinggian berbeda-beda, sedangkan wilayah peri urban yang diteliti berada di ketinggian 100 – 499 mdpl yaitu Kecamatan Godean dengan luas 26,84 km 2 , Kecamatan Gamping dengan luas 29,25 km 2 dan Kecamatan Mlati dengan luas 28,52 km 2 .