End-to-end Delay dan Throughput Jaringan yang memiliki receive rate 0,95

71

4.2 Analisa Hasil Simulasi

4.2.1 End-to-end Delay dan Throughput Jaringan yang memiliki receive rate 0,95

Perbandingan grafik end-to-end delay dan throughput jaringan dengan receive rate 0,95 dapat dilihat pada gambar berikut: Gambar 4.7 a Perbandingan grafik end-to-end delay jaringan yang memiliki receive rate 0,95 Gambar 4.7 b Perbandingan grafik throughput jaringan yang memiliki receive rate 0,95 a b Universitas Sumatera Utara Paket data yang menggunakan link UDP pada jaringan cenderung memiliki nilai end-to-end delay dengan pola yang sama yaitu tinggi di awal kemudian berangsur turun ± 0,5 detik pada beberapa paket data berikutnya lalu bertahan stabil diantara 0,003-0,006 detik. Paket data pertama tiap periode selalu memiliki nilai end-to-end delay yang lebih tinggi dari paket data lainnya karena dibutuhkan waktu untuk mencari dan menstabilkan rute jaringan. Dengan kata lain paket data pertama merupakan pembuka jalan bagi paket data lainnya. Nilai end-to-end delay paket data link TCP memiliki pola yang menyerupai pola end-to-end delay link UDP. Paket data pertama tiap periode link TCP juga memiliki nilai end-to-end delay yang tinggi. Nilai end-to-end delay paket data berikutnya langsung turun tajam kemudian perlahan naik lalu naik turun dalam jangkauan 0,01-0,1 detik. Nilai end-to-end delay yang naik turun disebabkan oleh paket data yang dropped loss. Penyebab paket data di- dropped adalah sebagai berikut:  IFQ Interface Queue Paket data yang di-dropped merupakan paket data yang masuk ke interface queue pada saat interface queue belum mengosongkan tempat untuk paket data baru. Universitas Sumatera Utara  NRTE No Route To Entry Paket data tidak mampu menemukan rute jaringan untuk mencapai destinasi.  CBK Callback Paket data di-dropped karena lapisan MAC telah mengirim failure signal . Failure signal merupakan sinyal dimana paket data terus menerus gagal dikirim dan telah melebihi retry limit.  Tanpa Alasan Paket data berhasil dikirim tetapi tidak pernah diterima oleh receiver tanpa suatu alasan yang jelas. Skema simulasi A dan C masing-masing memiliki 37 dan 53 paket loss, sedangkan skema simulasi B memiliki 144 paket loss. Paket data yang loss pada skema simulasi A dan C mayoritas merupakan paket data yang di- dropped karena IFQ, sedangkan mayoritas paket data yang loss pada skema simulasi B karena alasan NRTE. Pada grafik terlihat bahwa skema simulasi A memiliki 2 nilai end-to-end delay yang tinggi yakni pada paket data ke-1 paket data pertama periode 1 link UDP dan paket data ke-216 paket data pertama periode 2 link TCP. Skema simulasi B dan C masing-masing memiliki 1 nilai end-to-end delay yang tinggi. Skema simulasi C memiliki nilai end-to-end delay tertinggi Universitas Sumatera Utara 0,53285791 detik pada paket data ke-182 paket data pertama periode 2 link TCP sedangkan paket data ke-61 paket data pertama periode 2 link UDP pada skema simulasi C memiliki nilai end-to-end delay sebesar 6,03323633 detik dan merupakan nilai end-to-end delay tertinggi dalam simulasi jaringan receive rate 0,95 ini. Throughput pada ketiga jaringan memiliki pola yang sama. Hal ini dikarenakan ketiga skema memiliki pola end-to-end delay yang sama untuk link TCP dan UDP. Throughput link UDP bernilai rendah di awal lalu perlahan naik dan kemudian bertahan diantara 4-7 kbits, sedangkan throughput link TCP tinggi di awal lalu cenderung turun dan kemudian bertahan diantara 0,1-1 kbits. Paket data yang menggunakan link UDP memiliki throughput yang tinggi dan cenderung stabil, sedangkan paket data yang menggunakan link TCP memiliki throughput yang rendah dan tidak stabil. Ketiga jaringan memiliki throughput tertinggi yang berbeda tipis. Skema simulasi A memiliki throughput tertinggi sebesar 7,102693104 kbits. Skema simulasi B dan C memiliki throughput tertinggi yang sama yaitu 7,101285037 kbits. Universitas Sumatera Utara 75

4.2.2 End-to-end Delay dan Throughput Jaringan yang memiliki receive rate 0,9