Tringa nebularia Trinil kaki-hijau M
87
Lampiran 1. Lanjutan No. NAMA JENIS
NAMA JENIS STATUS
KEHADIRA STATUS
LINDUNO CAPRIMULGIDAE
70. Caprimugus affinis Cabak B
App II APODIDAE
71. Collocalia esculenta Walet sapi v
72. Apus pacificus Kapinis laut
v ALCEDINIDAE
73. Alcedo coerulescens Raja-udang biru B
P 74. Halcyon chbris
Cekakak sungai B
P 75. Halcyon sancta
Cekakak suci M
P MEROPIDAE
76. Merops philippinus Kirik-kirik laut HIRUNDINIDAE
77. Delichon dasypus Layang-layang
78. Hirundo rustica Layang-layang api
M 79. Hirundo tahitica
Layang-layang batu v
PYCNONOTIDAE 80. Pycnonotus goiavier Cerucuk
B IRENIDAE
81, Aegithina tiphia Cipeuw
B ORIOLIDAE
82. Oriolus chinensis Kepodang
V TURDIDAE
83. Copsychus saularis Murai B
ACANTHIZIDAE 84. Gerygone sulphurea Rametuk
SYLVIIDAE 85. Acrocephalus sp
Kerakbasi M
86. Cisticola juncidis Cici padi
v 87. Orthotomus sutorius Cinenen pisang
v 88. Phylloscopus
Cikrak M
89. Prima familiaris Perenjak
B MUSCICAPIDAE
90. Culicicapa Sikatan kepala-abu
V MONARCHIDAE
91. Rhipidura javanica Sikatan B
P STURNIDAE
92. Acridotheres
Kerak kerbau V
93. Sturnus Contra
Jalak suren V
94. Sturnus
Jalak putih V
P 95.
Sturnus sturninus Jalak Cina M
88
Lampiran 1. Lanjutan
NECTARINIIDAE
96.
Anthreptes malacensis Burung-madu kelapa
97.
Arachnothera longirostra Burung
No. NAMA JENIS NAMA JENIS
STATUS KEHADIRA
STATUS LINDUNO
V V
B V
V V
B
V B
V V
P P
P
V
89
jantung
98.
Nectarinia jugularis Burung madu
DICAEIDAE
99.
Dicaeum trochileum Burung cabal ZOSTEROPIDAE
100.
Zosterops flavus Kacamata Jawa PLOCEIDAE
101.
Passer montanus Gereja
102.
Ploceus manyar Manyar ESTRILDIDAE
103.
Lonchura leucogastroides Bodol Jawa
104.
Lonchura maja Bondol aji
105.
Lonchura malacca Bondol rawa
106.
Lonchura punctulata Bondol peking ARTAMIDAE
107.
Arthamus leucorhynchusKekep babi CORVIDAE
108. Corvus macrorhynchus Gagak
Status keberadaan:
B : Breeder Tercatat pernah berbiak;
V : Visitor pengunjung tidak berbiak;
M : Migrant pendatangmigran
… : Mungkin....... Status perlindungan :
P : Dilindungi di lndonesian
E : Endangered Red Data Book
V : Vulnerable
R : Rare
App.t : Appendix ICITES App.lt : Appendix II
Lampiran 2 Dasar hukum kebijakan pengelolaan ekosistem mangrove Indonesia
No. Landasan Hukum
Keterangan Sumber Hukum
1. UU Dasar 1945 Pasal 33
ayat 3 dan ayat 4 Ayat 3 menekankan bahwa bumi, air, dan kekayaan alam
yang terkandung di dalamnya, dikuasai oleh Negara dan dimanfaatkan sebesarnya-besarnya untuk kemakmuran rakyat.
Ayat 4 menekankan bahwa perekonomian nasional diselenggarakan antara lain berdasarkan atas prinsip
keberlanjutan dan berwawasan lingkungan.
90
Undang-Undang
1 UU No. 41 Tahun 1999 tentang
Kehutanan Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan resapan air,
pembentukan wilayah pengelolaan, wilayah perlindungan dan konservasi berdasarkan keberadaan lahan basah di kawasan
hutan.
2 UU No. 22 Tahun 1999 tentang
Pemerintahan Daerah Antara lain menyebutkan bahwa pemerintah daerah memiliki
kewenangan dalam hal pendayagunaan sumber daya alam dan upaya-upaya konservasi. Mengatur distribusi wewenang
pengelolaan lahan basah lintas kabupaten, kota, provinsi.
4 UU No. 6 Tahun 1994 tentang
Pengesahan Konvensi Kerangka Kerja PBB Mengenai
Perubahan Iklim United Nation Framewok Convention
on Climate Change Konvensi ini merupakan dasar bagi negara-negara industri
untuk mengurangi emisi gas rumahkaca gabungan mereka paling sedikit 5 dari tingkat emisi tahun 1990 menjelang
periode 2008-2012. Secara tidak langsung Undang-undang ini dapat mendorong perlindungan lahan basah untuk tujuan
pengendalian perubahan iklim.
6 UU No. 24 Tahun 1992 tentang
Penataan Ruang Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan perencanaan,
pemanfaatan, dan pengendalian tata ruang termasuk pemanfaatan ruang kawasan lindung; yang antara lain
bertujuan untuk meningkatkan pemanfaatan sumber daya alam dan mencegah timbulnya dampak negatif terhadap
lingkungan.
7 UU No. 5 Tahun 1990 tentang
Pelestarian Sumberdaya Alam Hayati dan Ekosistemnya
Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan usaha perlindungan seperti
perlindungan sistem
penyangga, pengawetan
keanekaragaman jenis, aktivitas apa saja yang dilarang, dan sanksi-sanksi bagi pelanggarnya,
9 UU No. 9 Tahun 1985 tentang
Perikanan dalam proses revisi, September 2003
Mengatur hal-hal yang berkenaan dengan pengelolaan, pemanfaatan, dan pengawasan sumber daya ikan termasuk
habitatnya.
Peraturan Pemerintah
1 PP No. 34 Tahun 2002 tentang
Tata Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan
Penggunaan Kawasan Hutan Peraturan Pemerintah ini antara lain membahas tentang Tata
Hutan, Rencana Pengelolaan Hutan dan Penggunaan Kawasan Hutan
4 PP No 252000 tentang
Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai
Daerah Otonom Menerangkan secara rinci kewenangan pemerintah dan
kewenangan propinsi sebagai daerah otonom. Kewenangan tersebut dikelompokkan ke dalam beberapa bidang, antara
lain yaitu: bidang pertanian, kelautan, pertambangan dan energi,
kehutanan dan perkebunan, penataan ruang, pertanahan, dan lingkungan hidup.
5 PP No. 27 Tahun 1999 Tentang
Analisis Mengenai Dampak Lingkungan AMDAL
Antara lain berisi tentang kewajiban melakukan AMDAL bagi setiap jenis usahakegiatan yang kemungkinan dapat
menimbulkan dampak besarpenting terhadap lingkungan hidup; cara kerja komisi penilai AMDAL; tata cara
pembuatan AMDAL, pembinaan, dan pengawasan; serta keterbukaan informasi dan peran masyararakat.
8 PP No. 68 Tahun 1998 tentang
Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam
Antara lain berisi tentang definisi, asas, tujuan, serta kriteria Kawasan Suaka Alam dan Kawasan Pelestarian Alam;
pengawetan keanekaragaman jenis tumbuhan dan satwa beserta ekosistemnya; serta pemanfaatan sumber daya alam
hayati dan ekosistemnya kecuali pemanfaatan jenis
91
tumbuhan dan satwa serta kegiatan kepariwisataaan di zona pemanfaatan.
10 PP No. 27 Tahun 1991 Tentang
Rawa Lingkup pengaturan rawa dalam Peraturan Pemerintah ini
adalah penyelenggaraan konservasi rawa yang meliputi perlindungan, pengawetan secara lestari dan pemanfaatan
rawa sebagai ekosistem sumber air.
11 PP No. 28 Tahun 1985 tentang
Perlindungan Hutan Mengatur hal-hal yang berkaitan dengan perlindungan
kawasan hutan, perlindungan tanah hutan, perlindungan terhadap kerusakan hutan, perlindungan hasil hutan,
pelaksanaan perlindungan hutan, dan ketentuan pidana.
12 PP No. 2 Tahun 1982 Tentang
Pengaturan Tata Air Antara lain berisi tentang asas dan landasan hak atas air; pola
tata pengaturan air; koordinasi tata pengaturan air; penggunaan air danatau sumber air; perlindungan air;
eksploitasi dan
pemeliharaan bangunan
pengairan; pengawasan; serta ketentuan pidana.
Keputusan Presiden
1 Keppres No.48 Tahun 1991
Mengenai Pengesahan Convention on Wetlands of
International Importance Especially as Waterfowl
Habitat Konvensi ini berisi tentang ketentuan konservasi lahan basah
dan situs-situs lahan basah yang mempunyai kepentingan internasional. Pada pengesahan tersebut Pemerintah RI telah
mengajukan Taman Nasional Berbak di Jambi sebagai lahan basah yang memiliki nilai penting secara internasional untuk
dilindungi.
2 Keppres No. 32 Tahun 1990
Tentang Pengelolaan Kawasan Lindung
Menerangkan tentang ruang lingkup kawasan lindung; pokok kebijaksanaan kawasan lindung meliputi kriteria jenis-jenis
kawasan lindung dan tujuan perlindungannya; tata cara penetapan kawasan lindung; serta upaya pengendalian
kawasan lindung.
3 Keppres No. 26 Tahun 1989
Mengenai Pengesahan Konvensi Perlindungan
Warisan Budaya dan Alam Dunia.
Konvensi ini antara lain berisi tentang definisi warisan budaya dan alam, upaya-upaya perlindungan di tingkat nasional dan
internasional, pembentukan komite antar negara untuk upaya perlindungan, pendanaan bagi kegiatan perlindungan, tata
cara memperoleh bantuan internasional untuk upaya perlindungan, serta kewajiban bagi negara-negara peserta
konvensi untuk melakukan program-program pendidikan dan penyebaran informasi mengenai pentingnya warisan budaya
dan alam kepada masyarakat.
92
Lampiran 3 Beberapa strategi nasional pengelolaan lahan basah Indonesia
No Nama Strategi
Keterangan
1. Strategi Nasional
Pengelolaan Lahan Basah NSAP 1996 yang
kemudian direvisi pada tahun 2004
Strategi ini dikeluarkan oleh Komite Nasional Pengelolaan Ekosistem Lahan Basah yang
anggotanya terdiri dari wakil-wakil institusi pemerintah, peneliti dan akademisi, masyarakat sipil,
dan pihak swasta. Penyusunannya sendiri difasilitasi oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan
Departemen Kehutanan sehingga meski tidak memiliki baju hukum, Strategi Nasional ini dapat
menjiwai kebijakan operasional yang dikembangkan oleh paling tidak dua kementerian sektor tersebut.
2. Strategi Nasional
Pengelolaan Mangrove di Indonesia tahun ... saat ini
dalam proses revisi. Penyusunan Strategi Nasional Mangrove difasilitasi
oleh Departemen Kehutanan dan LSM Lembaga Pengkajian dan Pengembangan Mangrove. Strategi
Nasional ini direncanakan akan memiliki baju hukum agar pelaksanannya menjadi bersifat wajib
bagi instansi pemerintah terkait. Tanpa baju hukum Strategi Nasional ini akan tetap dapat menjadi acuan
berbagai pemangku kepentingan, minimal bagi Departemen Kehutanan.
93
Lampiran 4 Kuisioner Survei Valuasi Ekonomi
A. Identitas Responden
Nama :
Umur :
Jenis Kelamin :
Pendidikan Terakhir : ……………..TamatTidak Tamat
Jumlah Anggota Keluarga : ……….orang
a. Anak-anak : ……… orang
b. Dewasa : ……… orang
Status Perkawinan :
Alamat :
Pekerjaan Utama :
1. Pegawai Negeri
2. Pegawai Swasta
3. Wiraswasta
4. Petani
5. Petambak
6. Nelayan
7. Pengrajin Arang
8. Pengambil Kayu untuk Bangunan
9. Pengambil hasil perikanan dari ekosistem
10. Lainnya……………………
Pekerjaan Sampingan : 1.
Pegawai Negeri 2.
Pegawai Swasta 3.
Wiraswasta 4.
Petani 5.
Petambak 6.
Nelayan 7.
Pengrajin Arang 8.
Pengambil Kayu untuk Bangunan 9.
Pengambil hasil perikanan dari ekosistem 10.
Lainnya…………………… B.1. Target Responden : Pencari Satwa
1. Apakah BapakIbuSdri benar pencari satwa dari ekosistem mangrove ?
a. Benar
b. Tidak
2. Apabila benar, jenis satwa apakah yang BapakIbuSdri biasanya peroleh ?
a. Kelelawar
b. Ular
c. Burung
d. Lainnya……………
3. Berapa kali biasanya BapakIbuSdri mencari satwa tersebut ? a.
Tiap hari b.
3 – 4 hari dalam seminggu
c. Seminggu sekali
d. Sebulan sekali
e. Lainnya…………….
4. Analisis usaha dari pencari satwa yaitu
No Uraian
Satuan Total
Rp
A Penerimaan
Jenis satwa 1……………....
2……………… Hargasatwa
1……………… 2………………
Total Penerimaan B
Investasi penyusutan 1. Perangkap
2. Kapak 3.
lainnya ……….. Biaya Operasional
1…………. 2…………..
94
C Net Benefit A-B
B.2. Target Responden : Pemanfaat Kayu
1. Apakah BapakIbuSdri mengambil hasil ekosistem mangrove berupa kayu?
a. Ya
b. Tidak 2.
Apabila Ya, pilihlah jenis mangrove yang BapakIbuSdri manfaatkan dan digunakan untuk apa, berdasarkan tabel dan keterangan dibawah ini :
Jenis Mangrove Jenis Pemanfaatan
1 2
3 4
5
a. Avicennia
b. Sonneratia c.
Rhizophora d.
Bruguiera e.
Nypa f.
Lainnya … Responden dituntun dengan memperlihatkan gambar
keterangan 1.
Kayu bakar 2.
Arang 3.
Bahan bangunan 4.
Bahan perahu 5.
Lainnya …………….. Analisis usaha
No Uraian
Satuan Total KgRphari
A. Penerimaan
1. Ukuranpanjang setiap batang meter
2. Jumlah batang unit 3. Hargabatang
Total Penerimaan B.
Biaya 1. Jenis peralatan yang
digunakan……………… 2. Harga tiap peralatan
Total Biaya C.
Net Benefit A-B D.
Frekuensi Pengambilan hari 3.
Berapa kali BapakIbuSdri melakukan pemanfaatan tersebut di atas? a.
Tiap hari b.
3 – 4 hari dalam seminggu
c. Seminggu sekali
d. Sebulan sekali
e. Lainnya……………..
95
4. Apakah dengan jenis pemanfaatan yang BapakIbuSdri lakukan, dijual untuk menambah
penghasilan ? a.
Ya semuanya b.
Dijual sebagian c.
Tidak dijual subsisten
B.3. Target Responden : Nelayan Umum
1. Ukuran perahukapal yang digunakan :………………GT
2. Dimensi L,B,D :……..x…………..x……..M
3. Jenis mesin penggerak : Motor tempelDiesel a. 10 GT
b. 10 – 30 GT
c. 30 GT 4. Macam alat tangkap yang digunakanj
umlah :……………..…….unit 5. Alat Bantu tangkap
:……………….. 6.
Ukuranskala alat tangkap :pxlxt……………. 7.
Jumlah nelayan ABK :…………orang 8. Skala usaha : subsistenartisanal kecilsedangbesarindustri kecilsedangbesar
9. Pelabuhan tempat pendaratan ikan : 10. Status kepemilikan usaha : milik sendirikelompok nelayanperusahaan
11. Jumlah tenaga penangkap…………………orang
a. Pemilik…………………orang
b. Nahkoda kapal……...orang
c. Juru mesin…………….orang
d. Juru mudi……………..orang
e. Juru masak……………orang
f. ABK pekerja…………orang
Operasional Penangkapan Ikan
1. Daerah operasional penangkapan ikan fishing ground : perairan…………..
2. Jarak dari tempat pendaratan ikan ke fishing ground :…………….mil laut atau ………hari
perjalanan 3. jarak dari fishing ground
ke pantai terdekat :……………..mil laut 4. Banyaknya trip operasi penangkapan ikan :
……….triphari ……… tripbulan
……… triptahun
5. Lamanya satu kali trip operasi penangkapan ikan : ……………..hari
6. Waktu pengoperasian alat tangkap : pagisiangmalam 7.
Hari tidak ke laut selama satu minggu :……….hari, hari……….selama satu bulan …….hari
96
8. Bulan tidak ke laut selama satu tahun :……bulan, yaitu pada bulan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10,11,12
9. Musim penangkapan ikan : Musim banyak : bulan…………………..sampai bulan…………..
Musim sedang : bulan…………………..sampai bulan………….. Musim kurang : bulan…………………..sampai bulan…………..
Hasil Tangkapan
1. Jenis ikan yang menjadi tujuan penangkapan 2. Hasil tangkapan utama
No Jenis ikan
Musim Banyak kgtrip Musim kurang kgtrip
1. 2.
3. ……….
……… ……….
3. Penanganan ikan di atas kapal : menggunakan palkah dan esmenggunakan palkah tanpa esdibiarkan diatas deklain-
lain………….
Penerimaan
1. Hasil tangkapan a. Jenis ikan
………………………kgtripbulantahun, harganya Rpkg……………….. ……………………… kgtripbulantahun, harganya Rpkg……………….
……………………… kgtripbulantahun, harganya Rpkg………………
2. Total peneri maan : Rpkgtripbulantahun…………………………………….
Investasi No
Investasi Jumlah
Nilai Rp
Baru lama
Umur ekonomis
Beban
1. Kapalperahu
2. Mesin
3. Alat tangkap unit
4. Penanganan
5. Lainnya……
Biaya Operasional 1. Biaya ABKt
rip : Rp……….. 2.
Bahan Bakar : Rptripkapal perahu…………………… 3.
Olie : Rptripkapal perahu…………………… 4.
Total Bahan Pengawet : Rptripkapal perahu……………… 5. Lain-
lain ………….: Rptripkapal perahu…………………….
Biaya Perawatan 1.
Kapalperahu : Rpkalibulantahun……………… 2.
Alat tangkap : Rpkalibulantahun………………
97
3. Biaya Lain – lain ……………….
ABSTRACT
ITA SUALIA. Impact of Sea Level Rise on Coastal Management of Pulau Dua Nature Reserve In Relation to Its Buffer Area in Kasemen Sub District,
Serang Municipality of Banten Province. Under supervision of FREDINAN YULIANDA and ACHMAD FAHRUDIN
Pulau Dua Nature Reserve CAPD is located in Banten Bay on 06
o
01’05”– 06
o
02’05”South and 106
o
11’38”– 106
o
13’14”East under administrative area of Sawah Luhur village of Serang municipality. The function
of CPAD is very important for about 108 species of birds where 38 species of its categorized as protected by national and or international convention. An area of
28,6 hectares mangrove as the main vegetation of 30 hectares CAPD leads important role as well as natural protection for 515 hectares of fish ponds, 2910
families and also support rice production of Serang and its surrounding. Topography of CAPD and its surrounding ecosystem are a gently sloping low
land area with the highest contour is 4m above MSL. Due to this topography condition and located directly faced Java Sea, caused this area is very vulnerable
to the impacts of sea level rise. Simulation models of sea level rise for scenario 25cm, 50cm and 100cm combining with contour map are able to predict the
changes of ecological landscape of land inundation and economic losses incurred. Calculation of economic losses in this study carried out by using economic
valuation method of mangrove ecosystem, as mangrove e is the main vegetation of CAPD. Sea level rise on scenario 25cm shown taht 427, 22 ha of fish ponds
will permanently inundate and no more operates or about 5.699.542.020 IDR will be losses. On scenario of 50cm shown 535,60 ha fish ponds and 10ha CAPD will
be loss with economic value losses is IDR 11.261.056.639. On scenario 100cm, about 569,54 ha area will be loss namely all of area of fish pond, 28ha of CAPD,
village road and settlement. Area management strategy to answer this problem was developed through SWOT analysis on vulnerability level of natural, human
resource and socio economic conditions. Through this analysis can be recommend an ecological planning method as the strategy of coastal management
of Sawah Luhur village.
Keywords: Cagar Alam Pulau Dua, sea level rise, economic valuation, SWOT
analysis, ecological planning method.
RINGKASAN
ITA SUALIA. Dampak Kenaikan Muka Laut Terhadap Pengelolaan Pesisir Cagar Alam Pulau Dua dan Keterkaitan dengan Kawasan Penyangga di
Kecamatan Kasemen Kota Serang Provinsi Banten Dibimbing oleh FREDINAN YULIANDA dan ACHMAD FAHRUDIN
Cagar Alam Pulau Dua CPAD merupakan kawasan lindung yang didominasi oleh vegetasi mangrove, terletak di Teluk Banten berhadapan
langsung dengan Laut Jawa dan berada dalam wilayah administrasi Kelurahan Sawah Luhur Kecamatan Kasemen Kota Serang. Secara ekologi, keberadaan
CAPD sangat penting setidaknya bagi 108 jenis burung yang tiga puluh delapan diantaranya merupakan jenis yang dilindungi baik secara nasional maupun
internasional. Secara ekonomi, keberadaan vegetasi mangrove di CAPD merupakan benteng alami bagi 515 hektar areal pertambakan dan pemukiman dari
2190 keluarga Kelurahan Sawah Luhur. Selain itu, keberadaan CAPD juga mendukung keberhasilan produksi beras Kota Serang dan sekitarnya. Hal ini
disebabkan oleh burung-burung yang hidup di CAPD merupakan penyeimbang populasi hama padi terutama serangga.
Topografi berupa dataran pesisir yang landai dengan ketinggian maksimal punggung pulau 4m di atas permukaan laut serta posisi yang berhadapan langsung
dengan Laut Jawa menyebabkan CAPD sangat rentan terhadap dinamika pantai Penelitian simulasi dampak kenaikan muka laut skenario kenaikan 25cm, 50cm
dan 100cm yang dilakukan di wilayah CAPD dan tambak sekitarnya dimaksudkan untuk : 1 Memperkirakan perubahan ekologi bentang alam CAPD dan tambak
sekitarnya; 2 Menghitung kerugian ekonomi atas perubahan bentang alam yang ditimbulkan; 3 Mengidentifikasi upaya peningkatan resiliensi dan mitigasi yang
telah ada; 4 Memberikan rekomendasi strategi pengelolaan pesisir Kelurahan Sawah Luhur dalam kerangka peningkatan resiliensi ekosistem dan masyarakat
terhadap kenaikan muka laut.
Pegumpulan data primer dan sekunder dilakukan pada Agustus 2009 sampai dengan Maret 2010. Analisis perubahan bentang alam dilakukan dengan
memadukan overlay peta kontur CAPD dan tambak sekitarnya dengan skenario kenaikan muka laut setinggi 25cm, 50cm dan 100cm. Penghitungan kerugian
ekonomi dari perubahan bentang alam akibat kenaikan muka laut dilakukan dengan menghitung nilai ekonomi total ekosistem mangrove.
Hasil simulasi skenario kenaikan 25cm meununjukkan bahwa 427, 22 ha areal tambak akan tergenang permanen dan tidak dapat dioperasikan sehingga
menyebabkan kehilangan nilai ekonomi sebesar Rp. 5.699.542.020hektartahun. Skenario kenaikan 50cm menunjukkan 535,60 ha areal tambak dan 10 ha wilayah
CAPD
akan tergenang
permanen dengan
total nilai
kerugian Rp. 11.261.056.639hektartahun dan pada skenario kenaikan 100cm, total area
yang akan terendam yaitu 569,54 ha terdiri dari 515 areal pertambakan, 28 ha kawasan CAPD dan 26,54 ha jalan desa dan pemukiman. Total kerugian ekonomi
yang ditimbulkan Rp. 30.906.952.255.
Pengembangan strategi pengelolaan ekosistem pesisir Kelurahan Sawah Luhur menggunakan pendekatan ecological planning method yaitu pemaduan
informasi biofisik dan sosiokultur untuk melihat suatu peluang dan membantu pembuatan keputusan mengenai pengelolaan kawasan. Selanjutnya, informasi
tersebut disusun dengan mengevaluasi kekuatan strengths, kelemahan weaknesses, peluang opportunities, dan ancaman threats yang terdapat di
lokasi penelitian, khususnya pada enam modal utama dalam pengurangan risiko bencana yaitu modal sumberdaya alam natural capital, modal ekonomi
finansial economicfinancial capital, modal sumberdaya manusia human capital, modal sosial social capital dan modal politik political capital.
Hasil pengkajian informasi biofisik dan sosial ekonomi tersebut diatas dapat diketahui bahwa kawasan pertambakan CAPD dengan luas 515 ha memiliki
ketergantungan yang sangat tinggi pada CAPD. Kerusakan kawasan CAPD bisa berdampak langsung pada kondisi sosial ekonomi Kota Serang dan disekitarnya
dan memiliki dampak tidak langsung pada kondisi ekologi secara global. Berdasarkan hal tersebut, maka fokus strategi pengelolaan ekosistem pesisir
Kelurahan Sawah Luhur dilakukan dengan menjadikan CAPD sebagai prioritas dengan dua strategi utama yaitu: 1. Menurunkan tingkat ancaman, mengurangi
kejadian abrasi dengan mempertahankan garis pantai saat ini. Terdapat dua pilihan yang bisa dilakukan yaitu dengan hard engineering rekayasa fisik berupa
pemasangan tanggul laut dan soft engineering rekayasa biologi dengan penanaman mangrove. Pilihan soft engineering sebaiknya dilakukan sehingga
diperoleh biaya investasi dan perawatan yang lebih murah. Disamping itu, ekosistem mangrove yang terbentuk akan memberikan dampak ekologis yang
lebih baik bagi lingkungan lokal maupun global; 2 Menurunkan tingkat kelemahan, fokus strategi adalah dengan mengupayakan peningkatan kapasitas
finansial, sumberdaya manusia, dan politik masyarakat agar mengarus-utamakan upaya-upaya adaptasi perubahan iklim dalam kegiatan sehari-hari. Mata-
pencaharian masyarakat, terutama perikanan agar diperkuat dengan dukungan finansial dan teknis sehingga bisa mengubah pola budidaya pertambakan
konvensional saat ini menjadi pertambakan model silvofishery.
Kata kunci: Cagar Alam Pulau Dua, kenaikan muka laut, SWOT, ecological planning method
1