kata ‘Mengajar’ yang berarti perihal mengajar, segala sesuatu yang mengenai mengajar.”
4
Dengan demikian pengajaran adalah cara mengajar ataupun apa saja yang diajarkan guru kepada anak didiknya. Dalam suatu hal, pengajaran berarti
mengorganisir komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar, sehingga terjadi perubahan tingkah laku yang dituntut dalam proses
tersebut, maka pengajaran berarti pemantapan, pengembangan, mengorganisir semua komponen dalam situasi belajar mengajar, sehingga mencapai hasil sesuai
dengan yang ditetapkan dalam kurikulum. Dari penjelasan di atas, maka penulis dapat mengambil kesimpulan
bahwa metode mengajar adalah suatu cara mengajar yang sistematis untuk mengorganisir komponen-komponen yang terlibat dalam proses belajar
mengajar, sehingga terjadi perubahan tingkah laku. Dengan demikian metode pengajaran itu merupakan suatu cara untuk menciptakan situasi yang
merangsang anak didik mampu menyerap pelajaran demi tercapainya tujuan yang telah disiapkan, justru itu metode pengajaran merupakan komponen yang
tidak bisa dipisahkan dari segi mengajar karena ia berfungsi untuk menyampaikan materi pelajaran untuk mencapai tujuan.
B. Fungsi dan Tujuan Metode dalam Pembelajaran
Untuk mencapai tujuan pendidikan dalam proses belajar mengajar diperlukan bermacam-macam metode yang sesuai dengan bahan pelajaran yang akan di ajarkan,
4 Ramly Maha, Perancang Pembelajaran Sistem PA1, Banda Aceh: IA1N Ar-Raniry, 2000,
hal. 2.
8
terutama pelajaran agama. Dalam buku petunjuk pelaksanaan tugas guru agama disebutkan bahwa Metode merupakan jalan atau cara yang harus dilalui untuk
mencapai tujuan yang telah ditentukan.
5
Jadi fungsi metode pengajaran sangatlah ditentukan oleh guru dalam melaksanakan tugasnya. Dengan adanya metode maka seorang guru akan lebih
mudah mencapai tujuan yang telah ditentukan. Oleh sebab itu seorang guru harus menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran yang akan diajarkan. Adapun
fungsi metode pengajaran adalah sebagai berikut : 1. Untuk merangsang anak agar perhatiannya terarah kepada masalah yang
sedang dibicarakan. 2. Untuk mengarahkan proses berfikir anak
3. Mempercepat mencapai tujuan 4. Menarik minat siswa
5. Agar kegiatan belajar mengajar berjalan dengan sistematis dan efisien.
6
Dengan demikian metode pengajaran agama Islam membuat sipelaksana tugas atau guru dapat mencapai tujuan dengan tepat dan cepat. “Hasilnya dapat
diyakini dan kalau perlu dapat diperiksa kembali jalan pengajaran itu.”
7
Hal pokok yang dapat diambil dari fungsi metode pengajaran di atas adalah seorang guru dituntut agar menguasai metode pengajaran yang serasi sebagaimana
fungsinya, agar bahan pelajaran yang diajarkan dapat diterima dan dicerna oleh siswa.
C. Macam – macam Metode dalam Pembelajaran
5 Departemen Agama RI, Pelaksanaan Tugas Guru Agama,Tahun 19931994, hal. 77-78.
6 Huzairi, Metodik Khusus Pendidikan Agama, Surabaya: Usaha Nasional, 1983, hal. 87. 7 Zakiah Daradjat dkk, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, Jakarta: Bumi Aksara,
1981, hal. 2.
9
Metode pengajaran merupakan salah satu komponen dalam proses belajar mengajar, baik berlangsung dalam kelas maupun di luar kelas. Tanpa ada metode,
proses belajar-mengajar tidak mungkin berhasil dengan efektif dan efisien. Penggunaan metode dalam proses belajar tidak dapat dipisahkan dengan berbagai
komponen lain yang terlibat dalam proses tersebut. Pemakaian metode pengajaran dalam suatu bidang studi tertentu perlu
dipertimbangkan dalam beberapa komponen yang terlibat dalam proses belajar mengajar diantaranya adalah tujuan, materi, siswa, situasi kelas dan guru sebagai
operator dalam pemakaian metode mengajar. Atas pertimbangan ini pemakaian metode mengajar akan membuat siswa belajar lebih bergairah. Pemakaian metode
yang tepat akan dapat meningkatkan motivasi belajar siswa, sedangkan penggunaan metode yang tidak tepat akan menjadi hambatan yang paling besar
dalam proses belajar mengajar. Di bawah ini penulis akan mengemukakan metode-metode mengajar yang
dapat menunjang perkembangan pendidikan agama Islam, metode-metode tersebut adalah sebagai berikut :
1. Metode ceramah 2. Metode tanya jawab
3. Metode diskusi 4. Metode drill
5. Metode demontrasi 6. Metode pemberian tugas
8
Berikut ini penulis akan menjelaskan lebih lanjut tentang metode – metode yang telah disebutkan di atas :
8 Depag RI, Petunjuk Pelaksanaan Kurikulum atau GBPP PAI SMP, Cet. II, Jakarta : Dirjen
Pembinaan Kelembagaan Agama Islam, 1994, hal. 9.
10
1. Metode Ceramah Metode ceramah adalah “sebuah bentuk interaksi melalui penerapan dan
penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap sekelompok manusia. Gurulah yang berbicara, mengartikan serta menjelaskan pokok-pokok pelajaran yang telah
ditentukan dalam kurikulum.”
9
Berdasarkan keterangan diatas, maka dapat diketahui bahwa metode ceramah ini sangat perlu diterapkan, karena metode ini merupakan pengantar
yang paling utama dalam setiap mata pelajaran dan juga tidak boleh ditinggalkan setiap guru yang mengajar mata pelajaran tersebut, terutama mata pelajaran
agama. Metode ini sangat cocok digunakan untuk semua mata pelajaran. terutama
mata pelajaran yang bersangkutan dengan pemberian fakta dalam waktu yang singkat, sementara jumlah peserta didik banyak. Di samping itu metode ceramah
ini cocok digunakan untuk materi pelajaran yang menggunakan alat bantu mengajar seperti berbentuk denah, alat peraga dan sebagainya. Dalam penerapan
metode ini cocok untuk semua mata pelajaran agama, seperti sejarah kebudayaan Islam, aqidah akhlak, fiqih dan Al-Quran Hadits. Pada dasarnya pelajaran agama
memerlukan penjelasan panjang lebar, agar siswa mengerti materi yang diberikan guru.
Tetapi metode ini efektif untuk semua mata pelajaran agama, dalam menyampaikannya juga harus didukung oleh beberapa metode lain seperti tanya
9 Aly Ashraf, Horison Baru Pendidikan Islam, Terj. Sori Siregar, Jakarta: Pustaka Firdaus,
1993, hal. 71.
11
jawab, diskusi, demonstrasi dan lain-lain untuk menghidupkan suasana dan tidak monoton.
2. Metode tanya jawab Metode tanya jawab adalah “suatu tehnik mengajar yang dapat membantu
kekurangan mengajar yang terdapat pada metode ceramah. Ini disebabkan karena guru memperoleh gambaran sejauh mana siswa dapat mengerti dan dapat
mengungkapkannya.”
10
Dari kutipan di atas, maka penulis beranggapan bahwa metode ini juga tidak boleh ditinggalkan dalam setiap mata peiajaran karena metode ini termasuk
metode yang paling efektif dalam menguji kemampuan siswa dalam ruangan belajar. Dengan menggunakan metode ini pula kemampuan siswa dalam
menyerap materi pelajaran yang diajarkan dapat diketahui oleh guru. Adapun metode ini digunakan untuk semua materi pelajaran agama.
Metode ini akan berhasil dalam proses belajar mengajar apabila didukung oleh beberapa metode lainnya yang sesuai. Dalam penerapannya metode ini sesuai atau
cocok untuk materi yang bersifat teoritis misalnya tentang ilmu sejarah, terutama dalam bentuk selingan untuk metode ceramah.
3. Metode Diskusi Metode diskusi adalah “cara penyampaian pelajaran dimana siswa-siswa
dihadapkan masalah yang berupa pernyataan atau pertanyaan yang bersifat problematis untuk dipecahkan bersama.”
11
Tujuan utama metode ini adalah untuk
10 Zakiah Daradjat, dkk., Metode Khusus Pengajaran Agama Islam, Cet. VIII,
Jakarta: Bulan Bintang, 1975, hal. 20. 11
Saiful Bahri Djamarah dan Anwar Zain, Stategi Belajar Mengajar, cet. I, Jakarta: Rineka Cipta, 1997, hal. 99.
12
memecahkan suatu permasalahan, menjawab pertanyaan, menambah dan memahami pengetahuan siswa, serta untuk membuat suatu keputusan. Karena itu,
diskusi bukanlah debat yang bersifat mengadu argumentasi. Berdasarkan kutipan diatas, maka penulis dapat mengambil suatu kesimpulan bahwa metode diskusi
sangat cocok untuk diterapkan terutama untuk melihat kemampuan para siswa dalam mengemukakan pendapat di depan orang banyak khususnya sesama kawan
mereka sendiri. Adapun metode ini digunakan untuk pelajaran-pelajaran yang memerlukan
daya pikir terutama dalam musyawarah dan metode ini cocok digunakan untuk materi pelajaran agama yang memerlukan pemikiran, misalnya tentang aqidah
akhlak dan sejarah kebudayaan Islam saja, karena kedua mata pelajaran ini memerlukan wawasan yang luas. Metode ini dapat dikerahkan dengan didukung
oleh beberapa metode lainnya agar tercapai hasil belajar yang maksimal. 4. Metode Drill
Metode drill adalah melakukan kegiatan tertentu berulang kali sebagai latihan, baik yang menyangkut gerak-gerik perbuatan, kecakapan tertentu dan juga
terpakai untuk kegiatan-kegiatan intelek atau ingatan, seperti menghafal berkali-kali secara mekanis dan lain sebagainya. “Dalam metode ini aktivitas yang menonjol
berada di pihak siswa.”
12
Metode drill merupakan metode yang bertujuan untuk menguji kemampuan siswa dalam hal melakukan kegiatan intelektual siswa, misalnya dalam menghafal
mata pelajaran yang memerlukan hafalan, seperti kegiatan menghafal doa shalat,
12 Sutari Imam Bernadib, Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis, Yogjakarta: Andi Offset,
1993, hal. 89.
13
surat-surat pendek, dan sebagainya. Metode ini digunakan setelah menyampaikan metode ceramah, tanya jawab, demonstrasi dan lain sebagainya. Adapun metode ini
cocok digunakan untuk semua materi pelajaran karena metode ini bersifat latihan atau ulangan.
5. Metode Demonstrasi Metode demonstrasi adalah “mengajar yang menggunakan peragaan
untuk memperjelas sesuatu pengertian atau memperagakan bagaimana memperlihatkan sesuatu kepada anak didiknya.”
13
Metode demonstrasi merupakan metode yang digunakan untuk melihat kemampuan siswa dalam
mengaplikasikan mata pelajaran yang telah diberikan gurunya, terutama dalam mata pelajaran tertentu yang ada hubungannya dengan metode ini.
Demonstrasi sebagai metode mengajar diusahakan untuk membantu siswa mencari dan memperoleh jawaban atas persoalan-persoalan yang
menuntut jawaban tentang suatu cara melakukan, suatu proses kejadian, proses pembuatan dan pengerjaan suatu hal. Adapun metode demonstrasi ini digunakan
untuk materi pelajaran yang bersifat kecakapan dan keterampilan. Seperti dalam melakukan praktek shalat, praktek wudhu dan tayamum, praktek shalat qashar
dan jama, praktek bersuci, praktek shalat jenazah dan lain-lain. Penerapan metode ini terbatas pada pelajaran fiqih dan materi praktek
ibadah serta praktek bersuci saja. Dengan metode ini siswa dan siswi akan langsung mendapatkan pengalaman praktis sehingga ia mampu mempraktekkan
apa yang kita ajarkan pada waktu lain.
13 Indra Kusuma, Dkk, Pengantar Ilmu Pendidikan, Surabaya: Usaha Nasional, 1973, hal.236.
14
6. Metode Pemberian Tugas Pada dasarnya, pengertian metode ini adalah metode yang memberi tugas
kepada siswa, untuk diselesaikan, diperiksa kemudian dinilai. “Metode pemberian tugas adalah suatu cara penyajian pelajaran dengan cara guru memberi tugas tertentu
kepada siswa dalam waktu yang telah ditentukan dan kemudian siswa mempertanggungjawabkan tugas yang dibebankan kepadanya”.
14
Tugas dan resitasi merangsang siswa untuk aktif belajar baik secara individu maupun kelompok. “Metode pemberian tugas sebagai suatu bentuk usaha yang
dilakukan guru dengan memberi sejumlah tugas kepada siswa, baik berupa soal pekerjaan rumah secara individual maupun secara kelompok, yang bertujuan untuk
meningkatkan kemampuan kognitif, psikomotorik dan afektif siswa”.
15
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa belajar fiqih dengan metode pemberian tugas adalah belajar dengan menitikberatkan pada sejumlah tugas yang
diberikan kepada siswa, sehingga siswa diberi kesempatan, baik secara individual maupun secara kelompok agar mengaplikasikan atau menerapkan pengetahuan yang
telah diperolehnya di kelas. Melalui metode ini, siswa diharapkan dapat mengukur kemampuan pemahamannya terhadap materi yang telah diterima melalui pemecahan
soal atau tugas yang diembankannya. Belajar fiqih dengan metode ini, siswa tidak hanya bersifat menerima
sejumlah informasi yang disampaikann oleh gurunya, tidak hanya menulis apa saja
14 Muh. Uzer Usman dan Lilis Setiawati, Upaya Optimalisasi Kegiatan Belajar Mengajar.
Bandung : Rosyda Karya. 1993 hal. 125 15 Suherman dan Winataputra. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdiknas, 2002 hal.
86
15
yang ada di papan tulis, namun siswa diberi kesempatan untuk mengungkapkan berbagai idenya melalui jawaban yang ditulisnya. Di samping itu, dengan tugas yang
diberikan siswa akan merasa ditantang untuk menyelesaikan suatu masalah tanpa harus selalu dibimbing oleh guru atau tanpa harus selalu mendapat petunjuk guru.
“Belajar dengan metode pemberian tugas dapat mengarahkan siswa untuk lebih mendiri dalam menyelesaikan tugas yang diberikan, serta menuntut tanggung
jawabnya terhadap jawaban yang diberikan”.
16
Dengan tugas tersebut diharapkan akan tumbuh minat dan motivasi dalam diri siswa untuk lebih giat lagi mempelajari
pelajaran fiqih. “Belajar dengan metode pemberian tugas akan memberi kesempatan kepada
siswa agar bertanggung jawab terhadap dirinya sendiri atau terhadap kelompoknya, karena tugas yang diberikan diselesaikan olehnya sendiri atau berkelompok”.
17
Dalam kelompok seseorang akan dihargai, jika dapat memberi kontrusi kepada kelompoknya mencari pemecahan masalah.
Hamalik berpendapat “Dengan tugas yang diberikan dan diselesaikannya akan menumbuhkan sikap bertanggung jawab, meningkatkan pemahaman dan
keterampilan, serta meningkatnya kemampuan aplikatif pengetahuan terhadap pemecahan masalah.”
18
16 Russefendi. Pengantar Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan
Kompetensinya Dalam Pembelajaran Metematika Untuk Menungkatkan CBSA,Jakarta: Rieneka Cipta, 1991 hal:343
17 Hamalik. Berbagai Strategi dan Pendekatan dalam Proses Pembelajaran Jakarta: Bumi Aksara, 2001. Hal. 107
18 Ibid., Hal. 110
16
Walaupun demikian yang sangat diperlukan dalam proses pembelajaran Fiqih dengan metode pemberian tugas adalah kemampuan guru dalam memilih tugas-tugas
untuk siswa agar memiliki penguatan terhadap fiqih dan juga untuk menumbuhkan sifat positif .
Agar pemberian tugas memberikan efek yang baik, maka guru dalam memberikan tugas perlu memperhatikan, mengarahkan dan membimbing siswa
sehingga maksud dan tujuan yang telah ditetapkan dapat dicapai secara efektif dan efisien. Adapun maksud dan tujuan pemberian tugas antara lain:
1 Agar siswa memiliki hasil belajar yang lebih mantap, karena siswa melaksanakan latihan-latihan selama melaksanakan tugas, sehingga
pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal itu terjadi disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda,
waktu menghadapi masalah-masalah baru.
2 Siswa dapat memperoleh pengetahuan secara melaksanakan tugas akan memperluas dan memperkaya pengetahuan serta ketrampilan siswa di
sekolah, melalui kegiatan-kegiatan di luar sekolah itu. 3 Dengan kegiatan melaksanakan tugas siswa akan aktif belajar.
4 Dapat merangsang siswa untuk meningkatkan belajar yang lebih baik. 5 Diharapkan mampu memupuk inisiatif dan berani bertanggung jawab dalam
diri siswa 6 Diharapkan mampu menyadarkan siswa untuk selalu memanfaatkan waktu
senggangnya untuk hal-hal yang menunjang belajarnya dengan mengisi kegiatan yang berguna dan konstruktif.
19
Guru dalam memberikan tugas harus mempunyai tujuan dan maksud tertentu. Menurut Hartono Kasmadi pemberian tugas mempunyai maksud dan tujuan sebagai
berikut: 1. Latihan dan keterampilan, serta untuk menambah kecepatan belajar dan
keakuratan belajar. 2. Membaca, meresapkan, dan meringkas apa yang dipelajari.
3. Mendorong siswa untuk bertanggung jawab terhadap pelajaran. 4. Mengembangkan belajar mandiri.
20
19 Ibid., Hal. 133
20
17
Untuk mencapai maksud dan tujuan pemberian tugas, perlu memperhatikan hal-hal sebagai berikut:
1. Menunjang langsung kegiatan intrakurikuler dan kepentingan belajar siswa. 2. Tidak merupakan beban yang berlebihan bagi siswa.
3. Tidak menimbulkan tambahan beban pembiayaan yang berat bagi orangmtua
atau siswa. 4. Memerlukan administrasi, monitoring, dan penilaian.
Pemberian tugas hendaknya disertai pengadministrasian yang dapat digunakan untuk mengetahui kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa, mencari
dan menemukan sebab-sebabnya, menghimpun bahan dan menetapkan cara-cara memperbaikinya. Sedangkan pengadministrasian oleh siswa adalah
pengadministrasian yang memungkinkan siswa mengerti perkembangan prestasinya, sehingga termotivasi untuk meningkatkan atau mempertahankannya.
Dalam pemberian tugas perlu memperhatikan prinsip-prinsip umum antara lain:
1. Tugas harus bermotivasi baik. 2. Tugas harus bersifat diagnostik.
3. Tugas jangan terlalu banyak. 4. Jangan memberikan tugas mengenai teknik yang baru dikembangkan yang
belum dikerjakan di kelas. 5. Merupakan ide yang baik jika pada saat tertentu kita menyampaikan fiqih-
fiqih yang telah dipelajari sebelumnya.
D. Peran Guru dalam Penerapan Metode Pemberian Tugas