UPAYA LGN (Lingkar Ganja Nusantara) DALAM PELEGALAN GANJA DI INDONESIA

(1)

UPAYA LGN (

Lingkar Ganja Nusantara

) DALAM PELEGALAN

GANJA DI INDONESIA

Disusun dan diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik (S.IP) Strata-1

Jurusan Hubungan Internasional

Oleh:

Lalu Wimbarda Puspa Negara

(201010360311071)

JURUSAN HUBUNGAN INTERNASIONAL FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2015


(2)

Lembar Persetujuan Skripsi

Nama : Lalu Wimbarda Puspa Negara Nim : 201010360311071

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Upaya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam Pelegalan Ganja di Indonesia

Disetujui, Dosen Pembimbing

Pembimbing I Pembimbing II

M. Syaprin Zahidi, M.A Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov Mengetahui,

Dekan Ketua Jurusan HI FISIP UMM


(3)

LEMBAR PENGESAHAN Nama : Lalu Wimbarda Puspa Negara

Nim : 201010360311071

Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Jurusan : Hubungan Internasional

Judul Skripsi : Upaya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam Pelegalan Ganja di Indonesia

Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Ujian Skripsi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik

Jurusan Hubungan Internasional Dan dinyatakan LULUS

Pada hari : Kamis Tanggal : 18 Desember 2014

Tempat : Ruang 607

Mengesahkan Dekan FISIP – UMM

Dr.Asep Nurjaman, M.Si

Dewan Penguji: Tanda Tangan 1. M. Syaprin Zahidi, MA ( ) 2. Hevi Kurnia Hardini, MA. Gov ( )

3. Peggy Puspa Haffsari, M.Sc ( ) 4. Hafid Adim Pradana,MA ( )


(4)

Berita Acara Bimbingan Skripsi

Nama : Lalu Wimbarda P. N. NIM : 201010360311071 Jurusan : Hubungan Internasional Fakultas : Ilmu Sosial dan Ilmu Politik

Judul Skripsi : Upaya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) Dalam Pelegalan Ganja di Indonesia

Pembimbing : 1. M. Syaprin Zahidi, MA

2. Hevy Kurnia Hardini, MA. Gov Kronologi Bimbingan :

Tanggal Paraf Pembimbing Keterangan

I II

3 April 2014 Mengajukan Judul

Bimbingan

28 Juni 2014 ACC Seminar

7 Juli 2014 Seminar Proposal

14 Oktober 2014 ACC Bab II

25 November 2014 ACC Bab III dan IV

28 November 2014 ACC Ujian

Malang, 4 Desember 2014

Disetujui,

Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II


(5)

KATA PENGANTAR AssalamualaikumWr. Wb.

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang, dan segala puji syukur kehadirat Allah SWT Yang Maha Pemberi petunjuk. Shalawat dan salam kami sampaikan kepada junjungan kita, manusia teladankita ,RasulMuhammad SAW, beserta para sahabat, dan para pengikut beliau sampai akhir zaman.

AlhamdulillahiRabbil’aalamiin, tiada kata yang dapat penyusun sampaikan kecuali rasa syukur yang sebesar-besarnya kepada Allah SWT, atas pertolongan-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Upaya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam Pelagalan Ganja di Indonesia”, sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ilmu Politik pada Program Studi Hubungan Internasional, Universitas Muhammadiyah Malang.

Wassalamualaikum Wr. Wb.

Malang, 14 November 2014

Lalu Wimbarda Puspa Negara 201010360311071


(6)

DAFTAR ISI

ABSTRAKSI ... v

ABSTRACT ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xi

DAFTAR BAGAN ... xii

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 5

1.5 Penelitian Terdahulu ... 6

1.6 Kerangka Teori dan Konsep ... 14

1.7 Metodologi Penelitian ... 17

1.8 Argumen Dasar ... 19

1.9 Sismatika Penulisan ... 20

BAB II PEMANFAATAN GANJA DI BERBAGAI BIDANG 2.1 Pemanfaatan Ganja ... 21

2.1.1 Pemanfaatan Ganja di bidang Industri otomotif ... 21

2.1.2 Pemanfaatan Ganja untuk bahan bangunan organic ... 24

2.1.3 Pemanfaatan Ganja di bidang Pertanian ... 26

2.1.4 Pemanfaatan Ganja untuk bahan Minyak essensial ... 27

2.1.5 Pemanfaatan Ganja di bidang Medis ... 29

a. Alzheimer ... 29

b. Kanker dan Leukimia ... 30

c. Diabetes ... 30

d. Epilepsi ... 31

2.2 Negara-negara yang telah melegalkan penggunaan ganja ... 32

2.2.1 Eropa ... 32

2.2.2 Belanda ... 33

2.2.3 Amerika Serikat ... 35

2.2.4 Kanada... 36


(7)

BAB III UPAYA PELEGALAN GANJA OLEH LGN (LINGKAR GANJA NUSANTARA) DI INDONESIA

3.1Bentuk-Bentuk Pergerakan Legalisasi Ganja Internasional ... 40

3.2Proses Adopsi Pergerakan Legalisasi Ganja oleh Lingkar Ganja Nusantara (LGN) 41

3.3Upaya Pergerakan Lingkar Ganja Nusantara (LGN)di Indonesia ... 44

3.3.1 Mengikuti EventTahunan Dunia Global Marijuana March (GMM) ... 44

3.3.2 Menyusun dan Menerbitkan Buku Hikayat Pohon Ganja (HKP) ... 49

a. Aceh ... 50

b. Makassar ... 54

c. Medan ... 55

d. Malang ... 56

3.4 Diskusi LGN dengan BNN (Badan Narkotika Nassional) ... 57

3.5 Audiensi dengan Kementerian Kesehatan Indonesia ... 57

3.6 Perkembangan Terkini ... 58

BAB IV PENUTUP Kesimpulan ... 60

Saran ... .61


(8)

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 : sebuah mobil mercedez benz yang menggunakan serat ganja

pada bagian interiornya ... 22

Gambar 2.2 : Henry Ford mengujicoba ketahan bodi mobil yang dibuatnya dari berbagai serat tanaman termasuk serat ganja ... 23

Gambar 2.3 : struktur dinding yang berbahan dasar hemp ... 25

Gambar 2.4 : produk parfum berbahan senyawa aromatik ganja ... 28

Gambar 2.5 : salah satu coffeshop di Amsterdam ... 34

Gambar 2.6 : daftar menu di coffeshop Babylon... 34

Gambar 3.1 : pelaksanaan event GMM di bundaran HI jakarta tahun 2010 ... 45

Gambar 3.2 : pelaksanaan GMM 2011 di tugu tani Jakarta ... 46

Gambar 3.3 : pelaksanaan event GMM 2012 di bundaran HI Jakarta ... 47

Gambar 3.4 : pelaksanaan GMM 2014 di bundaran HI Jakarta ... 48

Gambar 3.5 : pelaksanaan event GMM di Jakarta ... 49

Gambar 3.6 : pelaksanaan bedah buku hikayat pohon ganja di universitas syah kuala banda aceh ... 53

Gambar 3.7 : pelaksanaan bedah buku hikayat pohon ganja di universitas satria Makassar ... 54

Gambar 3.8 : pelaksanaan bedah buku hikayat pohon ganja di universitas Hasanuddin Makassar ... 54

Gambar 3.9 : pelaksanaan bedah buku di universitas sumatera utara medan ... 55

Gambar 3.10 pelaksanaan bedah buku Hikayat Pohon Ganja di universitas Brawijaya Malang ... 56


(9)

Daftar Pustaka Buku & Jurnal

A. K. Bledzki, O. Faruk, V.E. Sperber, 2002,Natural And Wood Fibre Reinforcement In Polymers, dikutip oleh Tim LGN, 2011, Hikayat Pohon Ganja, Jakarta: Kompas Gramedia.

Alex Kreit, The Federal Response to State Marijuana Legalization: Room for Compromise?, Center for Law and Social Justice, Thomas Jefferson School of Law.

Joep Oomen. Cannabis Legalization and Practice in Europe. ENCOD. 2014.

Christine A Kolosov, 2009, Evaluating The Public Interest: Regulation Of Industrial Hemp Under The Controlled Substances Act. 57 UCLA L. Rev.

Tim LGN, “Hikayat Pohon Ganja: 12000 Tahun Menyuburkan Peradaban Manusia”. PT. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

John McPartland, 1997. “Cannabis as repellent and pesticide”.Journal of the International Hemp Association.

Howard-Grenville dan Hoffmann, 2003, The Importance Of Cultural Framing To The Success Of Social Initiatives In Business”, Howard-Grenville dan Hoffmanndi Academy of Management Executive,Vol 17. No. 2.

J. Michael Olivero, The legalization of Medical and Recreational Marijuana in the United States’ state of Washington and the Impact on Mexican Cartels.Department of Law and Justice. Central Washington University

Sidney Tarrow, 2005, A New Transnational Activism, Canadian Journal of Sociology Online. 2007, “Mineral Commodity Summary – Cement – 2007”. US United State Geographic

Service.

Sidney Tarrow, Power in Movement. Introduction.

Ulber Silalahi, 2009, Metode Penelitian Sosial, Bandung: Refika Aditama. Rianto Adi, 2005, Metode Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta: Granit.

J. Michael Olivero. 2013, The Legalization of Medical and Recreational Marijuana in United States’ State of Washington and the Impact on Mexican Cartels. International Journal of Humanities and Social Science.


(10)

Internet

7 Negara Penyalur Ganja Terbanyak diakses dari http://www.jelajahunik.us/2012/06/7-negara-penyalur-ganja-terbanyak.htmlpada 24 november 2014, 21:08 WIB

2007 kush parfume for men and women marijuana weed cologne

http://www.kushstocks.com/kush-perfume-for-men-and-women-marijuana-weed-cologne/ diakses pada tanggal 12 november 2014, 18:20 WIB

2012,tradical hemcretehttp://www.americanlimetechnology.com/tradical-hemcrete/ diakses pada tanggal 12 november 2014, 17:50 WIB

2014, Hemp Information, http://hemp-solutions.org/hemp-information/ diakses pada tanggal 12 November 2014, 17:30 WIB

2014 coffeshop babylon

http://www.amsterdamredlightdistricttour.com/entertainment/coffeeshop-babylon/

diakses pada tanggal 12 november 2014, 19:20 WIB

2014, Hemp Information, http://hemp-solutions.org/hemp-information/ diakses pada tanggal 12 November 2014, 17:03 WIB

About NORML darihttp://norml.org/about diakses pada 22 Mei 2014, 16:05 WIB

Cannabis Culture, http://www.cannabisculture.com/content/2009-global-marijuana-march-video diakses pada pada 22 Mei, 17 :00 WIBDutch Drug Policy diakses dari https://www.ohsu.edu/xd/education/schools/school-of-medicine/departments/clinical-departments/public-health/people/upload/Dutch-Drug-Policy.pdf pada 1 Juni 2014 pukul 12:30 WIB

Industrial Use diakses dari http://norml.org/marijuana/industrial diakses pada 22 Mei, 17 22:00 WIB

Medical Use diakses dari http://norml.org/marijuana/medical diakses pada 22 Mei 2014, 16:32 WIB

Profil LGN (Lingkar Ganja Nusantara), diakses dari

http://www.legalisasiganja.com/sejarah/pada 22 Mei, 17 :20 WIB

Sidney Tarrow, http://www.gvpt.umd.edu/lichbach/publications/lichbach6.95.pdf ( diakses pada 08 / 06/ 2014)

John Von Radowitz, 1996, Cannabis is key to daimler’s new concept in car

building,Thursday 14 Nov 1996, Science Correspondent, PA News

http://www.hempworld.com/building/cannabis_is_key_to_daimler.htm dikutip oleh


(11)

Global Marijuana March (GMM) http://www.indoganja.com/2012/05/global-marijuana-march.html diakses pada 22 november 2014, 19:06 WIB

GMM 2011http://www.indoganja.com/2011/05/gmm-indonesia-2011.htmlDiakses pada 22 november 2014, 20:35 WIB

GMM 2012 http://www.indoganja.com/2012/05/GMM-2012.html diakses pada 22 november 2014, 21:05 WIB

GMM 2013 http://www.indoganja.com/2013/04/indonesia-siap-menggelar-gmm-2013.html

diakses pada 22 november 2014, 21:30 WIB

GMM 2014 http://www.indoganja.com/2014/05/GMM-2014-Indonesia.html diakses pada 22 november 2014, 22:05 WIB

Ganja SangatMungkin Legal di Acehdiaksesdari http://www.indoganja.com/2013/04/ganja-sangat-mungkin-legal-di-aceh.htmlpada 24 november 2014, 22:04 WIB

Polda Aceh BakarDua Ton Ganja, KompasEdisiKamis, 28 Agustus 2014.

Diaksesdarihttp://regional.kompas.com/read/2014/08/28/19043091/Polda.Aceh.Bakar. Dua.Ton.Ganja

Ganja SangatMungkin Legal di Aceh,diaksesdari http://www.indoganja.com/2013/04/ganja-sangat-mungkin-legal-di-aceh.htmlpada 24 november 2014, 22:04 WIB

Madina Disebut-sebut Penghasil Ganja Terbesar Setelah Aceh, diakses dari

http://www.metrosiantar.com/madina-disebut-sebut-penghasil-ganja-terbesar-setelah-aceh/


(12)

1

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ganja adalah tanaman yang sering dipandang negatif oleh masyarakat dunia. Hal ini dikarenakan pengetahuan tentang tanaman ini sangat jarang sampai kepada masyarakat umum, baik mengenai jenis-jenis maupun pemanfaatannya. Akan tetapi, dibalik image negatif dari tanaman ini, terdapat nilai-nilai positif yang tidak mendapat expose yang cukup. Banyak pihak yang sudah menyadari akan hal tersebut. Beberapa diantaranya berusaha untuk menyebarluaskan informasi terkait pemanfaatan ganja secara positif, bahkan berusaha untuk membawa ganja ke dalam kehidupan masyarakat luas sebagai komoditas yang legal dan berdaya guna tinggi.

Upaya pelegalan penggunaan ganja telah lama dilakukan. Tercatat beberapa negara telah memberikan ijin untuk penggunaan ganja dalam batas tertentu, salah satunya adalah Belanda. Negara ini tercatat sebagai salah satu negara yang telah melegalkan pemakaian maupun penjualan ganja. Namun, kegiatan tersebut dibatasi dengan jumlah tertentu untuk konsumsi pribadi. Pelegalan ganja di Belanda memiliki peraturan yang mengontrol laju pemakaiannya.1 Usia minimal seseorang yang diperbolehkan memakai ganja di

1

Dutch Drug Policy diakses dari https://www.ohsu.edu/xd/education/schools/school-of-medicine/departments/clinical-departments/public-health/people/upload/Dutch-Drug-Policy.pdf pada 1 Juni 2014 pukul 12:30 WIB


(13)

2

negara ini adalah 18 tahun. Selain itu, konsumen ganja ini hanya diperbolehkan untuk melakukan pembelian maksimal sebesar ± 5 gram.2

Kebijakan toleransi terhadap penggunaan maupun jual beli ganja tersebut telah diberlakukan pemerintah Belanda semenjak tahun 1970-an. Di Belanda sendiri terdapat kafe-kafe ganja yang memiliki lisensi yang lebih sering disebut coffe shops. Penggunaan ganja di luar kafe-kafe tersebut bersifat illegal. Aturan penjualan maksimal 5 gram pun berlaku di kafe-kafe ini. Peraturan lainnya yang harus dipatuhi oleh kafe-kafe tersebut ialah tidak diijinkannya menyimpan stok ganja lebih dari 500 gram di awal pembukaan kafe.3 Kebijakan ini ditujukan demi adanya pengendalian penjualan ganja, agar tidak dikelola pasar gelap.

Kontradiksi lama dalam penerapan kebijakan toleransi ini adalah fakta bahwa praktek kultivasi (pengolahan lahan pertanian) ganja sendiri tetap ilegal di Belanda. Terdapat beberapa landasan yang menyebabkan Belanda melakukan pelegalan ganja, yakni: 4

1. Penggunaan obat-obatan diperbolehkan dengan peraturan yang ketat

2. Penggunaan ganja dibidang kesehatan menjadi focus utama dalam alasan pelegalannya.

3. Adanya kriminalisasi terhadap pengguna ganja memberikan dampak yang buruk bagi pemerintah.

4. Adanya aturan mengenai perbedaan antara ―hard and soft drugs‖.

Selain negara, terdapat juga organisasi yang fokus terhadap penelitian maupun melakukan sosialisasi kepada masyarakat mengenai manfaat ganja, yakni NORML (National Organization for Reform Marijuana Laws). NORML

2 Ibid. 3

Ibid. 4


(14)

3

merupakan organisasi yang lahir pada tahun 1970. Dalam sejarahnya, organisasi ini pernah memberikan suara dalam kebijakan publik Amerika Serikat yang melarang penggunaan ganja dan juga mendukung diakhirinya pelarangan penggunaan ganja.5 Selain melakukan aksi melalui jalur kebijakan, NORML juga gencar melakukan penelitian mengenai manfaat ganja. Hasilnya, dari segi kesehatan, ganja mampu memberikan manfaat yang baik untuk mengobati beberapa macam penyakit, salah satunya adalah penyakit nyeri neuropatik (nyeri akibat kerusakan saraf).6 Selain bagi dunia kesehatan, ganja juga memiliki manfaat dalam segi industri, berbagai bagian tanaman ganja dapat dimanfaatkan dalam pembuatan tekstil, kertas, cat, pakaian, plastik, kosmetik, bahan makanan, pakan ternak dan produk lainnya.7

Dengan perkembangan teknologi informasi saat ini, masyarakat di suatu negara dapat dengan mudah menerima informasi tentang apa saja, termasuk tentang penelitian pemanfaatan ganja. Penelitian mengenai pemanfaatan ganja yang telah banyak dilakukan mampu memberikan pengaruh kepada banyak kalangan, tidak terkecuali di Indonesia. Informasi-informasi tersebut diolah dan bisa didapat dari organisasi-organisasi, perguruan tinggi maupun institusi pemerintah di negara-negara lain.

Di Indonesia, terdapat sebuah organisasi yang memiliki tujuan melegalkan ganja dan melakukan penelitian terhadap pemanfaatannya, yaitu LGN (Lingkar Ganja Nusantara). LGN resmi berdiri pada Juni 2010. Ide legalisasi ganja muncul

5

About NORML dari http://norml.org/about diakses pada 22 Mei 2014, 16:05 WIB 6

Medical Use diakses dari http://norml.org/marijuana/medical diakses pada 22 Mei 2014, 16:32 WIB

7Industrial Use

diakses dari http://norml.org/marijuana/industrial diakses pada 22 Mei, 17 :00 WIB


(15)

4

dari obrolan para pendiri LGN di kampus UI Depok. Diskusi ini kemudian berlajut ketika salah seorang dari pendiri LGN tersebut membuat grup Facebook yang diberi nama DLG (Dukung Legalisasi Ganja). Tanpa disadari, jumlah pendukung DLG mencapai angka 11.000 pada tahun 2009. Di tahun itu pula DLG berkumpul untuk pertama kali, yang diinisiasi oleh salah seorang aktivis NAPZA (Narkotika, Alkohol, Psikotropika, dan Zat Adiktif). Dari sinilah LGN bermula dan mulai menggerakkan ide legalisasi ganja di Indonesia.

Pada bulan mei 2010, LGN memutuskan untuk mengambil bagian dalam merayakan event tahunan dunia Global Marijuana March‖, yang pada tahun 2009 dilaksanakan di beberapa kota di dunia seperti Toronto, Philadelphia, Cleveland, Seattle dan Phoenix.8 Para anggota LGN melakukan aksi damai dengan membagikan selebaran yang berisi informasi objektif terkait pohon ganja di sekitar bundaran HI, Jakarta. Pada waktu itu jumlah anggota yang ikut hanya 30 orang. Para anggota LGN tetap menggelar spanduk bertuliskan ―legalisasi ganja‖, ―keluarkan ganja dari golongan narkotika‖, serta melakukan sosialisasi mengenai pemanfaatan tanaman ganja9. Berdasarkan latar belakang ini, penulis pun tertarik untuk melakukan sebuah penelitian dan mengangkat judul “Upaya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam pelegalan Ganja di Indonesia”.

8

Cannabis Culture, http://www.cannabisculture.com/content/2009-global-marijuana-march-video diakses pada pada 22 Mei, 17 :00 WIB

7

. Profil LGN (Lingkar Ganja Nusantara), diakses dari http://www.legalisasiganja.com/sejarah/ pada 22 Mei, 17 :20 WIB


(16)

5

1.2 Rumusan Masalah

Dari penjabaran di atas, rumusan masalah yang akan penulis angkat adalah

Bagaimana upaya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam mendorong pelegalan ganja medis dan industri Di indonesia?”

1.3 Tujuan dan Manfaat Penelitian 1.3.1 Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh cultural framing tentang pemanfaatan ganja medis dan industri di berbagai negara terhadap upaya pelegalan ganja oleh LGN (Lingkar Ganja Nusantara) Di Indonesia.

1.3.2 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini antara lain : a. Manfaat Akademis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangsih intelektual baru dalam hubungan internasional mengenai pengaruh cultural framing tentang suatu isu internasional dan diadopsi oleh organisasi domestik.

b. Manfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan juga memberikan pengetahuan baru kepada khalayak/masyarakat mengenai upaya pelegalan ganja organisasi LGN (lingkar ganja nusantara) Di Indonesia.


(17)

6

1.4 Penelitian Terdahulu

Sebelum memulai untuk menulis penelitian mengenai pengaruh cultural framing tentang pemanfaatan ganja di bidang medis dan industri di berbagai negara di dunia terhadap upaya pelegalannya oleh LGN (Lingkar Ganja Nusantara) di indonesia, penulis terlebih dahulu melakukan eksplorasi berbagai macam tulisan-tulisan ilmiah yang berkaitan dengan topik utama.

Penelitian terdahulu yang pertama adalah tulisan Robin Room, The Cultural Framing of Addiction.Dalam tulisannya Room menjelaskan mengenai bagaimana konsepsi “addiction” lebih ditentukan pada cultural framing yang terbentuk di tengah masyarakat, konsepsi ini kemudian dikaitkan lebih pada pandangan konstruktivis dimana opini atau sebuah konsepsi tergantung pada bagaimana konsep itu sebetulnya dibangun dalam suatu masyarakat di wilayah tertentu.

Dalam penelitian tersebut, Room tidak berfokus pada apa sebetulnya pengaruh alkohol atau bagaimana alkohol menjadi penyebab kecanduan di tengah masyarakat atau “addiction”. Tetapi, Room mengetengahkan argumen bahwa konsepsi addiction itulah yang culturally specific.10 Lebih jelasnya, apabila dalam suatu masyarakat konsep kecanduan berkaitan dengan hal-hal buruk yang terjadi dikarenakan kecanduan itu, belum tentu di tengah masyarakat lain—dengan budaya yang lain—memiliki pengertian dan asumsi yang sama.

Dalam kaitannya dengan lingkungan, Room kemudian memfokuskan penelitiannya terhadap delapan cultural frame yang dapat digunakan oleh

10


(18)

7

organisasi yang dianalisanya. Fokus pada isu sosial mengenai perlindungan lingkungan juga didorong oleh fakta bahwa isu-isu tersebut sudah ada sejak lama, memiliki gabungan elemen sosial dan teknis yang memiliki dampak lebih luas daripada isu lain, serta memiliki dimensi yang hampir sama dengan isu-isu gender, aksi afirmatif maupun tenaga kerja.11

Adanya hubungan sebab akibat antara kecanduan dengan tindakan buruk setelahnya ternyata merupakan sebuah pilihan kultural. Kemudian, mengenai konsepsi tersebut Room lebih jauh juga mengungkapkan karakterisasinya dari berbagai budaya. Karakterisasi tersebut meliputi faktor biologis atau psikologis, dan dianalisa baik dari kebudayaan di Amerika maupun di Eropa. Lebih jauh Room kemudian memberikan penjelasan tentang bagaimana konsepsi tersebut digunakan dalam penceritaan kisah-kisah di Amerika.

Kesamaan penelitian terdahulu dengan penelitian yang teliti adalah pada konsep yang digunakan yaitu cultural framing. Hanya saja perbedaannya dalam penelitian terdahulu cultural framing dilihat sebagai sebuah proses yang membentuk sebuah konsepsi dalam masyarakat. Sementara penelitian ini berfokus pada cultural framing untuk membentuk kesamaan ide, visi dan misi dalam suatu organisasi level domestik yang dipengaruhi oleh isu atau organisasi lain di level internasional.

Penelitian terdahulu yang kedua oleh Jennifer A Howard-Grenville dan Andrew J. Hoffmann: The Importance of Cultural Framing to the Success of Social Initiatives in Business, dalam penelitian terdahulu yang kedua ini,

11 Ibid.


(19)

8

dijelaskan mengenai bagaimana cultural framing digunakan untuk meningkatkan inisiatif sosial dalam bisnis, mengambil contoh dari sebuah organisasi internasional, penggunaan konsep cultural framing di sini hampir mirip dengan dalam penelitian ini, yaitu dimana cultural framing merupakan pembentuk inisiatif yang kemudian menyatukan setiap anggota organisasi dalam satu visi dan misi yang sama. Sehingga isu ini kemudian memiliki data dan contoh yang kaya yang dapat digunakan baik untuk melakukan framing dalam menggalang dukungan sosial maupun untuk mempertimbangkan tindakan yang dapat dilakukan dalam organisasi tersebut.

Cultural frame dalam penelitian ini digunakan sebagai inisiatif sosial, yang kemudian meningkatkan kebersatuan dalam suatu organisasi. Kepentingan yang sama juga dibentuk oleh cultural framing yang kemudian menjadi lebih penting untuk kesuksesan sebuah organisasi dibandingkan dengan tujuan awal dari organisasi tersebut. Namun, di sini cultural frame lebih digunakan untuk membangun organisasi dan anggota-anggotanya, sementara dalam penelitian yang diteliti oleh peneliti adalah informasi yang diterima dari suatu negara menjadi bagian dari proses cultural framing dan memberikan pengaruh bagi pergerakan organisasi di negara lain. Selain itu, penelitian terdahulu dilakukan di bidang bisnis, sementara penelitian ini dilakukan di bidang sosial untuk menjelaskan fenomena pengaruh cultural frame terhadap legalisasi ganja oleh LGN (Lingkar Ganja Nusantara) di Indonesia.


(20)

9

Tulisan berikutnya berjudul The Federal Response to State Marijuana Legalization: Room for Compromise?12 Dari Alex Kreit ini mencoba untuk menjabarkan bagaimana perjuangan legalisasi ganja di Amerika Serikat, negara yang notabene adalah induk paham liberal, tidak semulus yang dibayangkan. Semenjak tahun 1996, Amerika Serikat untuk pertama kalinya menelurkan kebijakan untuk melegalkan penggunaan ganja di California, Los Angeles. Akan tetapi, dalam peraturan ini hanya penggunaan ganja medis / ganja untuk keperluan medis yang diperbolehkan. Hal ini kemudian menjadi pembuka jalan bagi masyarakat di distrik—distrik lain yang memiliki ide dan kepentingan yang sama dengan masyarakat California, hingga sampai saat ini terdapat delapan belas negara bagian yang berhasil memperjuangkan ide tersebut. Tantangan yang baru kemudian muncul, ketika masyarakat negara bagian Colorado dan Washington mencoba memperjuangkan aspirasi mereka untuk melegalkan penggunaan ganja untuk tujuan rekreasi. Tentu hal ini tidak bisa diberikan perlakuan yang sama dengan usaha-usaha pelegalan sebelumnya. Penelitian ini berusaha untuk memberikan alternatif yang bisa digunakan pemerintah Amerika Serikat untuk menghadapi aspirasi tersebut.

Dalam penelitian ini, Kreit melakukan komparasi antara proses pelegalan yang sudah terjadi di Amerika Serikat dengan di Belanda. Ia melakukan perbandingan dalam hal komersialisasi serta efek-efek yang ditimbulkan –atau yang mungkin ditimbulkan di Amerika Serikat- ketika penggunaan ganja untuk kegiatan rekreasi dilegalkan. Dijelaskan bahwa di Belanda penggunaan ganja

12

Alex Kreit, The Federal Response to State Marijuana Legalization: Room for Compromise?, Center for Law and Social Justice, Thomas Jefferson School of Law.


(21)

10

untuk rekreasi sebenarnya masih berstatus semi-legal. Hal ini dikarenakan penggunaannya yang sangat dibatasi – seperti hanya dijual di beberapa coffee shops yang mendapat lisensi, kriteria konsumen yang ketat, serta jumlah penggunaan yang hanya beberapa gram saja. Bentuk kebijakan seperti ini bisa menjadi alternatif yang bisa dipertimbangkan oleh pemerintah Amerika Serikat untuk mengakomodasi kepentingan masyarakatnya.

Penelitian Kreit, jika dibandingkan dengan penelitian ini, lebih mengacu pada bagaimana proses pelegalan ganja di negara federal seperti amerika Serikat. Terjadinya perdebatan akan hukum pelegalan ganja dan juga pertentangan antara negara bagian satu dan lainnya menjadi fokus penelitain Kreit. Sementara penelitian ini lebih berfokus pada bagaimana proses upaya pelegalan ganja di Indonesia oleh satu organisasi tertentu. Di akhir penulisannya, Kreit menunjukkan bahwa dalam menyikapi hukum pelegalan itu, dapat dilakukan kompromi yang disesuaikan dengan kepentingan masing-masing negara bagian.

Penelitian berikutnya adalah The Legalization of Medical and

Recreational Marijuana in the United States’ state of Washington and the Impact

on Mexican Cartels oleh J. Michael Olivero.13 Dalam penelitian tersebut diperiksa tentang dampak legalisasi marijuana untuk keperluan medis di Washington terhadap organisasi criminal Mexico yang bergerak di bidang ganja. Organisasi kriminal ini disebut cartels yang mendapatkan keuntungan dari perdagangan ganja. Adanya larangan ganja yang dahulu diterapkan oleh AS menciptakan cartel-cartel yang kaya dan kejam. Dengan adanya legalisasi ganja untuk

13

J. Michael Olivero, The legalization of Medical and Recreational Marijuana in the United

States’ state of Washington and the Impact on Mexican Cartels. Department of Law and Justice.


(22)

11

keperluan medis dan rekreasional di Washington, maka cartel-cartel ini kemudian merasa kesulitan untuk bergerak di kawasan tersebut. Beberapa Negara bagian lain selain Washington bahkan sudah melegalkan produksi ganja dalam skala tertentu. Tentu saja hal ini kemudian berimbas pada pengurangan pembelian pada cartel-cartel Meksiko tersebut.

Dampak yang terjadi adalah banyaknya konsumsi ganja yang diproduksi di dalam AS sendiri yang mengurangi konsumsi ganja hasil produksi Meksiko. Analisa awal yang terjadi adalah kemungkinan terjadi persaingan antara cartel-cartel Meksiko dengan produsen di AS yang menyebabkan cartel-cartel Meksiko ini akan semakin kejam. Sehingga pada akhirnya legalisasi ganja yang terjadi tidak menghentikan kekejaman cartel Meksiko tersebut, namun jelas berdampak pada hasil penjualan mereka. Hal ini dibuktikan dengan data meningkatnya penjualan ganja hasil produksi AS dan menurunnya konsumsi ganja hasil produksi Meksiko. Perbedaan penelitian terdahulu Olivero dengan penelitian ini adalah penelitian Olivero sudah membahas mengenai dampak yang terjadi setelah pelegalan ganja di kawasan Negara bagian Washington. Sementara, penelitian ini hanya befokus pada bagaimana upaya pelegalan yang terjadi di Indonesia oleh LGN dengan mengadopsi fenomena-fenomena di Negara-negara lain. Sementara persamaan dengan penelitian ini adalah keduanya meneliti secara umum mengenai pelegalan ganja di suatu Negara. Walaupun penelitian terdahulu lebih focus pada permasalahan hokum dan dampak yang terjadi setelah pelegalan tersebut.


(23)

12

Tabel 1.1 Posisi Penelitian

No Judul dan Nama Peneliti

Jenis Penelitian dan Teori/ Konsep

Hasil

1 Robin Room : The Cultural Framing of Addiction

Cultural Framing, Addiction (Eksplanatif)

Room menjelaskan mengenai

bagaimana konsep ―addiction‖ ini

dibangun dalam perspektif konstruktif. Jadi konsep tersebut menjadi sebuah anggapan tertentu karena adanya cultural framing yang terbentuk di tengah masyarakat di wilayah tertentu. Dalam penelitiannya Room mengambil contoh Amerika Serikat. Namun bukan berarti konsepsi tersebut semata-mata menjadi salah atau benar. Hanya saja konsepsi tersebut harus dikaji lebih jauh karena terkait dengan cultural framing yang dibangun dalam persepsi konstruktivis masyarakat setempat. 2 Jennifer A

Howard-Grenvill e dan Andrew J. Hoffmann : The Importance of Cultural Framing to the Success of Social Initiatives in Business

Cultural Framing, Social Initiatives (Eksplanatif)

Howard-Grenville dan Hoffmann disini menemukan bahwa cultural framing sangat penting untuk pembentukan inisiatif sosial dalam bisnis.

Mengambil contoh tentang organisasi lingkungan, Howard-Grenville dan Hoffmann menunjukkan bahwa cultural framing justru lebih berperan untuk kesuksesan sebuah bisnis atau organisasi dibandingkan dengan tujuan asli atau visi asli dari organisasi


(24)

13

3 Alex Kreit: The Federal Response to State Marijuana Legalization: Room for Compromise?

Federal Law and Policy Eksplanatif

Munculnya undang-undang pelegalan ganja di California memunculkan perdebatan antara pemerintah dan juga praktisi hukum di beberapa negara bagian lainnya. Kreit melakukan

komparasi antara proses pelegalan yang sudah terjadi di Amerika Serikat

dengan di Belanda. Ia melakukan perbandingan dalam hal komersialisasi serta efek-efek yang ditimbulkan –atau yang mungkin ditimbulkan di Amerika Serikat- ketika penggunaan ganja untuk kegiatan rekreasi dilegalkan.

4

J. Michael Olivero : The Legalization of Medical and Recreational Marijuana in the

United States’ state

of Washington and the Impact on Mexican Cartels Marijuana Legalization, Medical and Recreactional (deskriptif)

Dampak legalisasi marijuana untuk keperluan medis di Washington terhadap organisasi criminal Mexico yang bergerak di bidang ganja. Adanya larangan ganja yang dahulu diterapkan oleh AS menciptakan cartel-cartel yang kaya dan kejam. Dengan adanya

legalisasi ganja untuk keperluan medis dan rekreasional di Washington, maka cartel-cartel ini kemudian merasa kesulitan untuk bergerak di kawasan tersebut. Beberapa Negara bagian lain selain Washington bahkan sudah melegalkan produksi ganja dalam skala tertentu. Sehingga data menunjukkan terdapat peningkatan konsumsi ganja produksi AS dibandingkan produksi Meksiko.


(25)

14

5

Lalu Wimbarda P.N : Upaya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam pelegalan ganja di Indonesia

Cultural Framing (deskriptif)

Informasi mengenai legalisasi dan pemanfaatan ganja di bidang medis, industri, rekreasi dari negara-negara luar melalui berbagai macam media yang kemudian diterima oleh masyarakat di Indonesia.

Hal ini mampu menjadi salah satu faktor cultural framing yang

mempengaruhi LGN (Lingkar Ganja Nusantara) untuk melakukan berbagai upaya untuk mendorong pelegalan ganja di Indonesia.

1.5 Kerangka Teori dan Konsep 1.5.1 Cultural Framing

Howard Grenville dan Hoffmann menyatakan bahwa cultural frame mengacu pada pemaknaan bersama oleh beberapa orang yang membentuk pemahamannya mengenai situasi-situasi tertentu dan kemudian menjadi pedoman mereka dalam menentukan tindakan di suatu organisasi.14 Lebih lanjut kemudian dijelaskan bahwa kultur dalam sebuah organisasi dapat menjadi sangat kuat untuk membentuk kepercayaan bersama karena adanya kultur spesifik tersebut tidak hanya memberikan pandangan tentang apa yang ada di sekitar mereka namun juga memberikan acuan mengenai apa yang seharusnya ada dan tidak ada serta apa yang seharusnya ditindaklanjuti dan tidak ditindak lanjuti.15

Kemudian, disebutkan bahwa atribut-atribut dari kultur itu bisa saja merupakan kosakata yang digunakan, reward, protokoler, pengukuran performa,

14

Hal. 71. Howard-Grenville dan Hoffmann. ―The importance of cultural framing to the success of

social initiatives in business‖ diambil dari tulisan Howard-Grenville dan Hoffmanndi Academy of management executive tahun 2003, Vol 17. No. 2 di dalamnya dijelaskan bahwa cultural frame ini dibentuk melalui proses kolektif dan bukan hanya pemikiran dari satu individu saja.

15


(26)

15

struktur dan kontrol koordinasi, dan lain-lain.16 Sementara cultural framing adalah proses yang digunakan dengan frame yang ada untuk menjadi panduan tindakan dalam organisasi, termasuk juga untuk memobilisasi suatu aksi atau mencari solusi sebuah permasalahan.17

Kemudian, Sidney Tarrow dalam Power in Movement juga membahas mengenai konsep cultural frame untuk menganalisa gerakan transnasional baru.18 Argumen Tarrow menyatakan bahwa gerakan sosial secara umum—yang kemudian menjadi gerakan transnasional baru—adalah ― triggered by the incentives created by political opportunities, combining conventional and challenging forms of action and building on social networks and cultural frames‖19 pernyataan tersebut apabila dikaitkan dengan keseluruhan pendapat Tarrow, menunjukkan bahwa gerakan transnasional baru ini dipengaruhi oleh adanya kesempatan dan peluang dari gerakan yang sama di dunia internasional kemudian diadopsi oleh gerakan di level domestik.

Selain itu, Tarrow juga mengidentifikasi enam proses kontensi transnasional yaitu Global Framing, Internalization, Diffusion, Scale Shift, Externalization dan Coalition Forming.20 Tahapan tersebut merupakan tahapan yang digunakan oleh para aktivis dalam gerakan transnasional baru untuk mencapai kepentingannya dengan melakukan pendekatan internasionalisme.

16 Ibid 17

Ibid

18Sidney Tarrow, ―A New Transnational Activism‖, diambil dari resume tulisan Tarrow yang dimuat di Canadian Journal of Sociology Online. November- December 2005. Hal. 1. Tarrow disini mengungkapkan bahwa transnasional yang baru bukan lagi dikaitkan dengan globalisasi.Namun, gerakan transnasional baru ini lebih terkait dengan internasionalisme

19

Sidney Tarrow, dalam sebuah review mengenai tulisannya yang diakses dari http://www.gvpt.umd.edu/lichbach/publications/lichbach6.95.pdf ( diakses pada 08 / 06/ 2014) 20


(27)

16

Global Framing dan Internalization meliputi pengadopsian tema global untuk digunakan dalam perjuangan level domestic. Externalization dan Coalition Forming meliputi proyeksi klaim secara vertikal dan horizontal, kepada institusi-institusi internasional dan kelompok-kelompok dengan kesamaan visi-misi.21

Mengenai cultural frame, Tarrow menyatakan bahwa cultural frame ini merupakan dasar dalam melakukan aksi kolektif dan memobilisasi anggota organisasi. Sebagai gambaran, sebuah pergerakan tentunya akan mengalami berbagai permasalahan baik dari dalam maupun dari luar. Sebagai contohnya adalah masalah egoisme masing-masing anggota, disorganisasi sosial, atau tekanan dari Negara. Organisasi ini kemudian dituntut untuk tetap bertahan di tengah permasalahan tersebut. Ketahanan aksi kolektif organisasi ini sangat bergantung pada kemampuannya untuk memobilisasi masyarakat melalui jaringan sosial dan simbol-simbol yang ditawarkan melalui cultural frame.22

Ditinjau dari konsep cultural frames yang telah dijabarkan oleh Sidney Tarrow, cultural frames adalah dasar sebuah pergerakan dari suatu organisasi untuk memobilisasi dan menarik massa dalam sebuah kepercayaan yang sama, dari penjelasan tersebut penulis kemudian akan menggunakan bagian dari kontensi transnasional milik Sidney tarrow, yaitu Global Framing dan Internalization, dalam konteks ini tema globalnya adalah tentang pelegalan, pemanfaatan ganja di berbagai Negara di dunia internasional untuk digunakan dalam perjuangan level

21

Tarrow kemudian mengemukakan bahwa hanya dua tahapan terakhir yang kemudian menunjukkan keberlangsungan hubungan antara organisasi internasional dengan yang level domestic. Lebih jauh Tarrow mengungkapkan bahwa terkadang organisasi/ gerakan di level domestic tetap memperjuangkan nosi-nya tanpa menjalin hubungan lebih jauh dengan organisasi di level internasional.

22


(28)

17

domestik oleh LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam mengupayakan pelegalan ganja di indonesia.

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode/Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif, yakni penelitian yang menyajikan suatu gambaran yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan sosial. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat23

1.6.2 Teknik Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu: (1) Pemeriksaan, dilakukan untuk memeriksa apakah data-data yang diperlukan sudah lengkap dan benar; (2) Pengolahan, dilakukan dengan memilah-milah data yang akan digunakan sesuai dengan kategorinya masing-masing; (3) Analisa dan Interpretasi, data-data yang telah dipilah dalam pengolahan data kemudian dianalisa dan diinterpretasikan oleh peneliti.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka, yaitu mencari data mengenai penelitian ini melalui berbagai media cetak yakni

23


(29)

18

buku, jurnal, catatan, website, dan lain sebagainya, yang telah diolah oleh orang lain atau lembaga yang berupa data sekunder.24

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1Batasan Materi

Agar penelitian yang dilakukan bisa lebih fokus pada bahasan utama maka batasan materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh cultural framing tentang pelegalan pemanfaatan ganja di berbagai Negara terhadap upaya pelegalan ganja oleh LGN (Lingkar Ganja Nusantara) Di Indonesia.

1.6.4.2Batasan Waktu

Batasan waktu yang digunakan dalam penelitian cultural framing tentang pemanfaatan dan regulasi ganja medis di berbagai Negara terhadap upaya pelegalan ganja oleh organisasi LGN (Lingkar Ganja Nusantara) Di Indonesia. dimulai dari terbentuknya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) di Indonesia yaitu pada tahun 2010 dan akan dianalisa perkembangannya sampai tahun 2014.

1.7 Argumen dasar

Dalam memperjuangkan pelegalan ganja di Indonesia, LGN (Lingkar Ganja Nusantara) –dengan menggunakan informasi tentang hasil penelitian pemanfaatan ganja berbagai negara- telah melakukan beberapa upaya antara lain.

24


(30)

19

 Ikut melaksanakan event tahunan yang telah dilaksanakan di berbagai Negara di dunia yaitu GMM (Global Marijuana March) setiap tahun dari tahun 2010 sampai 2014.

 Menyusun dan menerbitkan buku HPG (Hikayat Pohon Ganja) yang berisi tentang sejarah dan pemanfaatan ganja dalam berbagai bidang di berbagai negara.

 Melakukan bedah buku HPG (Hikayat Pohon Ganja) di beberapa universitas di indonesia antara lain di Aceh, Malang, Medan, Makassar dan Bali sebagai upaya edukasi

 Melakukan diskusi dengan BNN (badan narkotika nasional) di Universitas Indonesia.

 Melakukan audiensi dengan kementerian kesehatan Indonesia.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, skripsi ini dibagi menjadi empat bab, yang setiap babnya terdiri atas sub-sub bab yang masing-masing saling berhubungan.

BAB I, merupakan bab pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, tabel posisi penelitian, kerangka teori dan konsep, metodologi penelitian, argumen dasar, dan sistematika penulisan.

BAB II, berisi tentang informasi pelegalan dan pemanfaatan ganja diberbagai aspek terutama dalam bidang medis, dan memberikan informasi tentang Negara-negara yang telah melegalkan pemanfaatan ganja. Dalam bab ini


(31)

20

juga akan disertakan profil organisasi LGN (Lingkar Ganja Nusantara) di Indonesia.

BAB III, meliputi analisa cultural framing terkait dengan berdirinya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) model aktifitas LGN Di Indonesia dan pembahasan mengenai bagaimana upaya pelegalan ganja yang dilakukan oleh LGN(Lingkar Ganja Nusantara) di Indonesia mulai dari masa pembentukan hingga perkembangannya sampai pada tahun 2014.

BAB IV, berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat digunakan untuk acuan atau referensi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan pengaruh cultural framing terhadap organisasi tertentu, lebih utamanya yang bergerak dalam legalisasi ganja.


(1)

struktur dan kontrol koordinasi, dan lain-lain.16 Sementara cultural framing adalah proses yang digunakan dengan frame yang ada untuk menjadi panduan tindakan dalam organisasi, termasuk juga untuk memobilisasi suatu aksi atau mencari solusi sebuah permasalahan.17

Kemudian, Sidney Tarrow dalam Power in Movement juga membahas mengenai konsep cultural frame untuk menganalisa gerakan transnasional baru.18 Argumen Tarrow menyatakan bahwa gerakan sosial secara umum—yang kemudian menjadi gerakan transnasional baru—adalah ― triggered by the incentives created by political opportunities, combining conventional and challenging forms of action and building on social networks and cultural

frames‖19 pernyataan tersebut apabila dikaitkan dengan keseluruhan pendapat

Tarrow, menunjukkan bahwa gerakan transnasional baru ini dipengaruhi oleh adanya kesempatan dan peluang dari gerakan yang sama di dunia internasional kemudian diadopsi oleh gerakan di level domestik.

Selain itu, Tarrow juga mengidentifikasi enam proses kontensi transnasional yaitu Global Framing, Internalization, Diffusion, Scale Shift,

Externalization dan Coalition Forming.20 Tahapan tersebut merupakan tahapan

yang digunakan oleh para aktivis dalam gerakan transnasional baru untuk mencapai kepentingannya dengan melakukan pendekatan internasionalisme.

16 Ibid 17

Ibid

18Sidney Tarrow, ―A New Transnational Activism‖, diambil dari resume tulisan Tarrow yang dimuat di Canadian Journal of Sociology Online. November- December 2005. Hal. 1. Tarrow disini mengungkapkan bahwa transnasional yang baru bukan lagi dikaitkan dengan globalisasi.Namun, gerakan transnasional baru ini lebih terkait dengan internasionalisme

19

Sidney Tarrow, dalam sebuah review mengenai tulisannya yang diakses dari http://www.gvpt.umd.edu/lichbach/publications/lichbach6.95.pdf ( diakses pada 08 / 06/ 2014) 20


(2)

Global Framing dan Internalization meliputi pengadopsian tema global untuk digunakan dalam perjuangan level domestic. Externalization dan Coalition

Forming meliputi proyeksi klaim secara vertikal dan horizontal, kepada

institusi-institusi internasional dan kelompok-kelompok dengan kesamaan visi-misi.21 Mengenai cultural frame, Tarrow menyatakan bahwa cultural frame ini merupakan dasar dalam melakukan aksi kolektif dan memobilisasi anggota organisasi. Sebagai gambaran, sebuah pergerakan tentunya akan mengalami berbagai permasalahan baik dari dalam maupun dari luar. Sebagai contohnya adalah masalah egoisme masing-masing anggota, disorganisasi sosial, atau tekanan dari Negara. Organisasi ini kemudian dituntut untuk tetap bertahan di tengah permasalahan tersebut. Ketahanan aksi kolektif organisasi ini sangat bergantung pada kemampuannya untuk memobilisasi masyarakat melalui jaringan sosial dan simbol-simbol yang ditawarkan melalui cultural frame.22

Ditinjau dari konsep cultural frames yang telah dijabarkan oleh Sidney Tarrow, cultural frames adalah dasar sebuah pergerakan dari suatu organisasi untuk memobilisasi dan menarik massa dalam sebuah kepercayaan yang sama, dari penjelasan tersebut penulis kemudian akan menggunakan bagian dari kontensi transnasional milik Sidney tarrow, yaitu Global Framing dan Internalization, dalam konteks ini tema globalnya adalah tentang pelegalan, pemanfaatan ganja di berbagai Negara di dunia internasional untuk digunakan dalam perjuangan level

21

Tarrow kemudian mengemukakan bahwa hanya dua tahapan terakhir yang kemudian menunjukkan keberlangsungan hubungan antara organisasi internasional dengan yang level domestic. Lebih jauh Tarrow mengungkapkan bahwa terkadang organisasi/ gerakan di level domestic tetap memperjuangkan nosi-nya tanpa menjalin hubungan lebih jauh dengan organisasi di level internasional.


(3)

domestik oleh LGN (Lingkar Ganja Nusantara) dalam mengupayakan pelegalan ganja di indonesia.

1.6 Metodologi Penelitian 1.6.1 Metode/Tipe Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian yang menggunakan penelitian deskriptif, yakni penelitian yang menyajikan suatu gambaran yang terperinci tentang satu situasi khusus, setting sosial, atau hubungan sosial. Penelitian deskriptif bertujuan untuk menggambarkan secara tepat sifat-sifat individu, keadaan, gejala, atau kelompok tertentu, atau untuk menentukan frekuensi atau penyebaran suatu gejala adanya hubungan tertentu antara suatu gejala dengan gejala lain dalam masyarakat23

1.6.2 Teknik Analisa Data

Metode analisa data yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari tiga tahapan, yaitu: (1) Pemeriksaan, dilakukan untuk memeriksa apakah data-data yang diperlukan sudah lengkap dan benar; (2) Pengolahan, dilakukan dengan memilah-milah data yang akan digunakan sesuai dengan kategorinya masing-masing; (3) Analisa dan Interpretasi, data-data yang telah dipilah dalam pengolahan data kemudian dianalisa dan diinterpretasikan oleh peneliti.

1.6.3 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan metode studi pustaka, yaitu mencari data mengenai penelitian ini melalui berbagai media cetak yakni

23


(4)

buku, jurnal, catatan, website, dan lain sebagainya, yang telah diolah oleh orang lain atau lembaga yang berupa data sekunder.24

1.6.4 Ruang Lingkup Penelitian 1.6.4.1Batasan Materi

Agar penelitian yang dilakukan bisa lebih fokus pada bahasan utama maka batasan materi yang digunakan dalam penelitian ini adalah mengenai pengaruh

cultural framing tentang pelegalan pemanfaatan ganja di berbagai Negara

terhadap upaya pelegalan ganja oleh LGN (Lingkar Ganja Nusantara) Di Indonesia.

1.6.4.2Batasan Waktu

Batasan waktu yang digunakan dalam penelitian cultural framing tentang pemanfaatan dan regulasi ganja medis di berbagai Negara terhadap upaya pelegalan ganja oleh organisasi LGN (Lingkar Ganja Nusantara) Di Indonesia. dimulai dari terbentuknya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) di Indonesia yaitu pada tahun 2010 dan akan dianalisa perkembangannya sampai tahun 2014.

1.7 Argumen dasar

Dalam memperjuangkan pelegalan ganja di Indonesia, LGN (Lingkar Ganja Nusantara) –dengan menggunakan informasi tentang hasil penelitian pemanfaatan ganja berbagai negara- telah melakukan beberapa upaya antara lain.


(5)

 Ikut melaksanakan event tahunan yang telah dilaksanakan di berbagai Negara di dunia yaitu GMM (Global Marijuana March) setiap tahun dari tahun 2010 sampai 2014.

 Menyusun dan menerbitkan buku HPG (Hikayat Pohon Ganja) yang berisi tentang sejarah dan pemanfaatan ganja dalam berbagai bidang di berbagai negara.

 Melakukan bedah buku HPG (Hikayat Pohon Ganja) di beberapa universitas di indonesia antara lain di Aceh, Malang, Medan, Makassar dan Bali sebagai upaya edukasi

 Melakukan diskusi dengan BNN (badan narkotika nasional) di Universitas Indonesia.

 Melakukan audiensi dengan kementerian kesehatan Indonesia.

1.8 Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah penulisan, skripsi ini dibagi menjadi empat bab, yang setiap babnya terdiri atas sub-sub bab yang masing-masing saling berhubungan.

BAB I, merupakan bab pendahuluan, yang berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan manfaat penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitian, penelitian terdahulu, tabel posisi penelitian, kerangka teori dan konsep, metodologi penelitian, argumen dasar, dan sistematika penulisan.

BAB II, berisi tentang informasi pelegalan dan pemanfaatan ganja diberbagai aspek terutama dalam bidang medis, dan memberikan informasi tentang Negara-negara yang telah melegalkan pemanfaatan ganja. Dalam bab ini


(6)

juga akan disertakan profil organisasi LGN (Lingkar Ganja Nusantara) di Indonesia.

BAB III, meliputi analisa cultural framing terkait dengan berdirinya LGN (Lingkar Ganja Nusantara) model aktifitas LGN Di Indonesia dan pembahasan mengenai bagaimana upaya pelegalan ganja yang dilakukan oleh LGN(Lingkar Ganja Nusantara) di Indonesia mulai dari masa pembentukan hingga perkembangannya sampai pada tahun 2014.

BAB IV, berisi tentang kesimpulan dan saran yang dapat digunakan untuk acuan atau referensi penelitian berikutnya yang berkaitan dengan pengaruh

cultural framing terhadap organisasi tertentu, lebih utamanya yang bergerak dalam