76
Untuk menyiasati banyaknya keterlambatan pembayaran piutang ini, perusahaan seharusnya memberlakukan sangsi yang telah ditetapkan sebelumnya oleh perusahaan
yang berupa pembayaran denda keterlambatan sebesar 0,5 per hari atau apabila lebih dari 1 satu bulan akan ada penarikan unit kendaraan bermotor yang telah dibeli oleh
pelanggan. Bisa juga, perusahaan dapat menetapkan kebijakan baru mengenai syarat pembayaran piutang untuk memancing customer untuk segera melunasi hutangnya.
Dengan diberlakukannya kebijakan sangsi tersebut, diharapkan tidak ada lagi keterlambatan pembayaran piutang dan pelanggan membayar hutangnya tepat waktu
sehingga dapat meningkatkan kolektifitas piutang perusahaan.
8. Tidak dibuatnya penyisihan atas piutang yang tidak dapat ditagih.
Berdasarkan hasil wawancara dan ICQ, diketahui bahwa perusahaan tidak membuat penyisihan atas piutang yang berpotensi tidak dapat ditagih.
Piutang harus disajikan di dalam laporan keuangan dengan nilai tunai yang dapat direalisasi, sebesar jumlah bruto tagihan dikurangi dengan taksiran jumlah yang tidak
dapat diterima. Sebagian besar perusahaan menetapkan jumlah piutang dagangnya yang diestimasikan akan tidak tertagih. Perusahaan dapat membentuk akun penyisihan atas
piutang tidak tertagih agar perusahaan mengakui kerugian yang akan mungkin terjadi. Alasan tidak dibuatnya penyisihan piutang yang berpotensi tidak dapat ditagih
karena perusahaan menganggap bahwa pelanggan mampu membayar setiap piutangnya sehingga akun penyisihan atas piutang tak tertagih tidak perlu dibentuk dan bila ada
pelanggan yang dianggap akan tidak membayar piutang, manajemen tetap mengusahakan untuk tetap menagih piutang tersebut.
77
Dengan tidak dibuatnya penyisihan piutang yang berpotensi tidak dapat ditagih, mengakibatkan perusahaan mengalami kerugian yang cukup material dan piutang yang
tercantum dalam laporan keuangan belum tentu dapat direalisasikan sepenuhnya. Akibatnya, ketika dana yang seharusnya dapat dialokasikan untuk pembayaran hutang
dan kebutuhan operasional perusahaan dari pelunasan piutang tidak diperoleh, perusahaan jadi menggunakan kas-nya sehingga modal kerja perusahaan menjadi
berkurang. Perusahaan hendaknya membuat penyisihan atas piutang yang tidak tertagih agar
dapat dilakukan penilaian atas piutang sehingga perusahaan dapat meminimalkan kerugian dengan adanya akun penyisihan atas piutang tak tertagih dan juga dapat
mengetahui pelanggan yang tingkat kolektifitasnya kurang baik. Estimasi jumlah akun penyisihan ini dapat didasarkan jumlah piutang dagang yang dimiliki perusahaan pada
akhir periode dikalikan dengan persentase tertentu.
9. Tidak ada kebijakan mengenai perputaran jabatan.
Perusahaan tidak melakukan perputaran jabatan. Karyawan yang menangani penagihan piutang dan melakukan input ke dalam kartu piutang selama kurang lebih 3
tiga tahun dilakukan oleh orang yang sama, demikian juga dengan bagian yang lainnya.
Perputaran jabatan yang dilakukan secara rutin tentunya dapat menjaga independensi dari setiap karyawan dalam menjalankan tugasnya, sehingga dapat
menghindari persekongkolan di antara karyawan. Perusahaan menganggap bahwa perputaran jabatan dapat mempersulit kegiatan
operasional perusahaan karena waktu yang dibutuhkan dalam merekrut karyawan baru
78
dan belum tentu juga karyawan itu memiliki loyalitas seperti karyawan yang sudah ada dan sudah bekerja di perusahaan selama bertahun-tahun.
Walaupun sejauh ini tidak ditemukan adanya kecurangan fraud yang dilakukan karyawan oleh manajemen, tidak dipungkiri dengan tidak adanya perputaran jabatan ini
menimbulkan kejenuhan dalam situasi kerja sejumlah karyawan di bagian penjualan. Dan karyawan jadi hanya dapat melakukan satu jenis pekerjaan saja, jadi sewaktu terjadi
ketidakhadiran karyawan, lowongan dan pengunduran diri, karyawan yang lain tidak dapat menggantikan posisi tersebut sehingga kegiatan operasional perusahaan menjadi
tidak efisien dan efektif. Perusahaan sebaiknya melakukan perputaran jabatan untuk menghindari
kebosanan dan kejenuhan dalam bekerja. Dalam perputaran jabatan ini, setiap karyawan pasti akan mendapatkan pelatihan dan orientasi mengenai pekrjaannya yang baru. Jadi
saetiap karyawan tidak hanya selalu mengerjakan pekerjaan yang monoton dan dapat melakukan pada ragam atau tingkat pekerjaan tertentu.
10. Tidak adanya internal auditor di perusahaan.