penggunaan lahan disekitarnya berupa pemukiman-pemukiman baru dan sarana pendukung lainnya. Terjadinya penyimpangan penggunaan lahan dari rencana tata
ruang karena terdesak untuk memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal, seperti terjadi dibeberapa kecamatan yaitu perubahan dari pertanian lahan basah dan
lahan kering menjadi beberapa perumahan dan sarana lainnya. Hal tersebut dapat berdampak negatif terhadap kualitas lahan, seperti penurunan kapasitas air dalam
tanah, penyerapan air infiltrasi berkurang sehingga terjadi aliran permukaan run off meningkat yang berdampak pada peningkatan erosi dan sedimentasi serta
potensi banjir. Perubahan penggunaan lahan disebabkan karena terdesak kebutuhan ruang
sejalan dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat di Kota Tasikmalaya. Pertumbuhan penduduk mencapai 2,95 per-tahun BPS, 2006
menyebabkan terjadinya peningkatan pada kegiatan ekonomi, terutama pada sektor Jasa, Perkantoran, Industri dan Perdagangan. Persaingan dalam
pemanfaatan ruang mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan guna memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal.
Perubahan penggunaan lahan pertanian di Kota Tasikmalaya menjadi permukiman kawasan industri, perdagangan, jasa, sarana pendidikan, sarana olah
raga dan lain- lain memiliki dampak terhadap peningkatan pendapatan asli daerah PAD Kota Tasikmalaya antara tahun 2003-2006, rata-rata mencapai 21,04 per-
tahun. Hal tersebut terjadi karena adanya tambahan dari sektor pajak PBB serta pertambahan lapangan pekerjaan, yang berarti juga peningkatan aktivitas
perekonomian. Indikator yang sering digunakan untuk menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat secara makro adalah pendapatan per kapita. Semakin
tinggi pendapatan yang diterima penduduk disuatu wilayah maka tingkat kesejahteraan di wilayah yang bersangkutan dapat dikatakan bertambah baik.
5.3. Penyimpangan Penggunaan Lahan Kota Tasikmalaya
Penyimpangan penggunaan lahan adalah kondisi akhir dari penggunaan lahan yang tidak sesuai penggunaannya dengan Rencana Tata Ruang Wilaya h
RTRW Kota Tasikmalaya, atau dengan kata lain Penyimpangan merupakan bentuk perubahankonversi penggunaan lahan yang tidak sejalan dengan RTRW.
Peta penyimpangan diperoleh dengan melakukan overlay antara peta land use eksisting dengan peta RTRW tahun 2004-2014. Penggunaan lahan yang tidak
sesuai dengan RTRW di Kota Tasikmalaya adalah 1.585,04 ha atau sekitar
9,24. Penggunaan lahan yang sesuai dengan RTRW adalah 15.571,16 ha atau 90,76 dari luas Kota Tasikmalaya. Luas penyimpangan tertera pada Tabel 17.
Tabel 17. Luas Penyimpangan Penggunaan Lahan Kota Tasikmalaya
No Kecamatan Luas
Wilayah ha
Luas Penyimpangan ha
1 Cihideung
530,02 7,15
0,04 2
Cipedes 810,01
168,56 0,98
3 Tawang
533,03 111,20
0,65 4
Indihiang 3.010,03
319,74 1,86
5 Cibeureum
2.941,03 177,67
1,03 6
Tamansari 2.852,02
333,37 1,94
7 Kawalu
4.112,04 169,98
0,99 8
Mangkubumi 2.368,02
297,37 1,73
Kota Tasikmalaya 17.156,20
1.585,04 9,24
Sumber : Hasil olahan
Berdasarkan Tabel diatas, penyimpangan terbesar terjadi di kecamatan
Tamansari sebesar 333,37 ha atau 1,94 dan kecamatan Indihiang seluas 319,74 ha atau sekitar 1,86. Di kecamatan Mangkubumi luas penyimpangan adalah
297,77 ha atau sekitar 1,73 dan kecamatan Kawalu luasnya 169,98 ha atau penyimpangan sekitar 0,99. Luas penyimpangan terkecil ada di kecamatan
Cihideung sebesar 7,147 ha 0,04, karena kecamatan Cihideung kedudukannya sebagai pusat kota dan mempunyai kepadatan penduduk cukup tinggi, yait u
mencapai 13.775 orangkm
2
, sehingga tidak memungkinkan lagi untuk berkembang. Peta penyimpangan penggunaan lahan dapat dilihat pada Gambar 7.
Penyimpangan permukiman seluas 841,08 ha, dimana dalam RTRW ditetapkan sebagai Pertanian Lahan Basah dari luas Kota Tasikmalaya. Sementara
itu penyimpangan terbesar ada di kecamatan Indihiang, Cibeureum dan Tamansari masing- masing sebesar 228,72 ha, 151,26 ha dan 139,75 ha. Penyimpangan
permukiman yang berada di pertanian lahan kering luasnya mencapai 288,57 ha
atau 1,7 dan tebesar ada di kecamatan Tamansari seluas 154,39 ha, sedangkan kawasan hutan di kecamatan Kawalu, tepatnya di kelurahan Urug yang menjadi
permukiman sebesar 3,96 ha, sebagian menjadi rumah penduduk dan kebun campuran. Permukiman yang tidak sesuai dengan RTRW yang berada di
sepanjang jalur SUTET, luasnya mencapai 69,06 ha, sedangkan lokasi terbesar berada di kecamatan Mangkubumi dan kecamatan Kawalu. Distribusi
penyimpangan penggunaan lahan tertera pada Tabel 18.
Tabel 18. Distribusi luas Penyimpangan Penggunaan Lahan per kecamatan
Kecamatan Lhn
Bsh- Prmk
ha SUTT
- Prmk
ha Lhn
kr- Prmk
ha
Prdg- Prmk
ha TPU-
Prmk ha
Indtr- Prmk
ha Indtr-
Swh ha
Htn- Prm
k ha
Indihiang 228,7
2 5,93
37,57 47,52
Kawalu 88,68
15,72 49,66
11,79 0,03
0,13 3,96
Mangkubu mi
111,9 3
17,46 42,56
123,8 6
1,55 Cipedes
97,10 71,45
Tamansari 139,7
5 4,91
154,3 9
25,09 5,08
Tawang 23,63
13,65 65,92
8,00 Cibeureum
151,2 6
8,57 4,39
13,45 Cihideung
2,83 3,97
0,35
Jumlah 841,0
8 69,06
288,5 7
359,1 13,11
4,10 1,90
3,96
Sumber: Hasil Olahan
KAWALU TAMANSARI
INDIHIANG
CIBEU REUM MANGKUBUMI
CIPEDES TAWANG
CIHID EUNG
1 8 5 0 0 0
1 8 5 0 0 0 1 9 0 0 0 0
1 9 0 0 0 0 1 9 5 0 0 0
1 9 5 0 0 0 2 0 0 0 0 0
2 0 0 0 0 0 9
1 8 0 0
9 1
8 9
1 8 5
0 0 9
1 8
5 9
1 9 0 0
0 0 9
1 9
9 1 9
5 0 0 0
9 1
9 5
PETA PENYIMPANGAN PENGGUNAAN LAHAN
KOTA TASIKMALAYA PROPINSI JAWA BARAT
N E
W S
Bentuk Penyimpangan RTRW : hutan exist: mukim
RTRW: T PU, exist: mukim RTRW: industr i, exist: mukim
RTRW: industr i, exist: sawah RTRW: kntor , exist: gudang
RTRW: ptanian lhn bsh, exist: mukim RTRW: semp sutet, exist: mukim
RTRW:lhn kering, exist: mukim Batas Kecamatan
1 1
2 Km
SUMBER : 1. Peta RT RW Kota T asi kmalaya Tahun 2 004 -201 4
2. Peta Batas Administrasi Kota Ta sikmalaya 3. Hasi l pengecekan ke lapangan
PS. ILMU PERE NCANAAN WILAY AH INSTITUT PERTANIA N BOGOR
TAHUN 2008
Indek P eta
LEG ENDA
Ganbar 7. Peta Penyimpangan dari RTRW Kota Tasikmalaya
Perubahan penggunaan lahan disebabkan karena terdesak kebutuhan ruang sejalan dengan pertambahan penduduk yang terus meningkat di Kota
Tasikmalaya. Pertumbuhan penduduk mencapai 2,95 per-tahun BPS, 2006 menyebabkan terjadinya peningkatan pada kegiatan ekonomi, terutama pada
sektor Jasa, Perkantoran, Industri dan Perdagangan. Persaingan dalam pemanfaatan ruang mendorong terjadinya perubahan penggunaan lahan guna
memenuhi kebutuhan akan tempat tinggal ataupun untuk tempat usaha dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sementara lahan yang tersedia sifatnya terbatas,
pada akhirnya mendorong orang untuk membuka lahan baru, terutama pada areal pertanian. Hal ini banyak terjadi pada kecamatan-kecamatan yang mempunyai
lahan pertanian cukup luas, misalnya kecamatan Indihiang, Kawalu, Cibeureum dan Mangkubumi.
5.4. Kondisi Fisik Wilayah Penyimpangan Pertanian lahan basah menjadi permukiman