Seks Pranikah TINJAUAN PUSTAKA

lingkungan sosial seperti rasa kecewa, marah, dan penolakan juga kerap kali terjadi. Duvall dalam Setiono, 2011 menambahkan bahwa tuntutan untuk memenuhi kebutuhan ekonomi juga semakin meningkat seiring berjalannya kehidupan berumah tangga sehingga apabila tidak mampu terpenuhi maka menimbulkan ketergantungan pada orangtua. Secara akademik, tuntutan sebagai kaum intelektual membuat mahasiswa harus terlibat secara aktif dalam studi dan lingkungan akademisnya Papalia, 2008. Hal ini menyebabkan mereka kesulitan untuk membagi peran gandanya sebagai mahasiswa, istri, dan ibu sehingga ada penurunan prestasi akademik karena terganggu dengan urusan rumah tangga Sonata, 2014. Keputusan untuk menikah bisa memunculkan berbagai permasalahan, tekanan, tuntutan, atau situasi lain yang tidak menyenangkan karena kurangnya persiapan sehingga berpotensi menimbulkan stres. Atkinson 2010 memperjelas bahwa perubahan yang mendadak termasuk di dalamnya perubahan akibat menikah dapat memicu stres. Dampak negatif yang muncul adalah sakit kepala, kelelahan, sulit tidur, ketidakstabilan emosi, dan ketidakampuan untuk berkonsentrasi serta menyelesaikan tugas Priyoto, 2014. Oleh karena itu, mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah perlu melakukan penanggulangan atau usaha dalam mengolah stresor sehingga mereka dapat bertahan atau mengurangi dampak negatif yang sekiranya berpengaruh pada kelangsungan hidupnya Siswanto, 2007. PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Usaha untuk menanggulangi stres disebut coping stres. Passer dan Smith 2007 mengemukakan tiga jenis coping stres, yaitu problem focused coping, emotional focused coping, dan seeking social support. Apabila coping stres tidak efektif maka kondisi stres tidak berubah atau kemungkinan meningkat sehingga berdampak pada stabilitas kehidupannya sehari-hari Smet, 1994. Berdasarkan penjelasan di atas maka peneliti memfokuskan penelitian ini pada coping stres yang digunakan oleh mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah karena rentan terhadap stres. 26

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Menurut Creswell 2010, penelitian kualitatif adalah penelitian ilmiah yang tujuannya menggali informasi secara lebih mendalam dengan setting alamiah pada individu atau kelompok terkait permasalahan dalam konteks sosial yang dialami. Pada penelitian ini, peneliti menggunakan penelitian kualitatif agar dapat menggali informasi yang lebih mendalam pada informan terkait permasalahan sosialnya, yaitu menggali berbagai informasi mengenai permasalahan yang muncul secara rinci pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah beserta coping stres yang digunakan oleh mereka. Melalui penelitian kualitatif, peneliti juga dapat menyajikan informasi yang murni dari sudut pandang informan dengan prosedur pengumpulan data yang alamiah Creswell, dalam Herdiansyah, 2015. Penelitian kualitatif ini menggunakan model penelitian studi kasus yang oleh Creswell dalam Herdiansyah, 2015 menekankan pada eksplorasi dari suatu sistem yang saling terkait satu sama lain pada beberapa hal dalam satu kasus secara mendetail, disertai dengan penggalian data secara mendalam yang melibatkan beragam sumber informasi yang kaya akan konteks. Ciri khas studi kasus adalah adanya sistem yang saling terkait sehingga hubungan kausal sebab- PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI akibat antara aspek atau faktor yang membentuk suatu fenomena merupakan sesuatu yang penting untuk dijelaskan. Studi kasus juga memiliki keunikan dan kekhasan tersendiri dari kasus atau masalah yang diangkat. Penelitian ini sesuai dengan model studi kasus karena informan penelitian memiliki pengalaman yang unik, yaitu bertanggung jawab dalam menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi sekaligus membina rumah tangga pada saat yang sama pasca seks pranikah. Oleh karena itu, studi kasus sejalan untuk mendeskripsikan coping stres pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah.

3.2 Fokus Penelitian

Penelitian ini hendak memfokuskan pada penggalian informasi mengenai berbagai masalah yang kemungkinan memicu stres yang disertai dengan coping pada mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah.

3.3 Informan Penelitian

Informan penelitian ini adalah tiga mahasiswa yang masih aktif kuliah dan menikah pasca seks pranikah. Rentang usia mereka adalah 18-25 tahun. Mengacu pada kriteria ini, tentunya mahasiswa yang menikah pasca seks pranikah memiliki potensi stres karena belum menyelesaikan pendidikannya di perguruan tinggi namun pada saat yang sama harus mengemban tanggung jawab sebagai istri PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI