sehingga menghasilkan jenis-jenis tanah yang berbeda sesuai kondisi faktor pembentuknya Hasibuan, 2006.
Tanah entisol yang tersebar di Desa Lintong Ni Huta ini berada pada beberapa ketinggian tempat yang berbeda yang secara pasti akan mempengaruhi
karakteristik tanah tersebut karena setiap tanah yang terbentuk sangat dipengaruhi oleh faktor pembentuknya, dalam hal ini faktor topografi.Oleh karena itu penulis
tertarik melakukan penelitian ini untuk mengetahui perubahan karakteristik, sifat kimia maupun fisika tanah entisol dengan beberapa ketinggian tempat yang
berbeda.
Tujuan Penelitian
Untuk mengetahuiperubahan karakteristik tanah Entisol dengan berbagai
ketinggian tempat di Desa Lintong Ni Huta Kabupaten Humbang Hasundutan. Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi klasifikasi Entisol sampai dengan kategori sub ordo
yang dapat digunakan dalam pengelolaan tanah. 2.
Sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan studi di Program studi
Agroekoteknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara Medan.
Universitas sumatera utara
TINJAUAN PUSTAKA
Karakteristik Tanah Entisol
Berdasarkan sifat dan ciri tanah yang ada menunjukkan bahwa dalam tanah tidak menunjukkan adanya gejala pembentukan horizon penciri, sehingga
horizon yang dipergunakan sebagai kriteria pengklasifikasian tidak di jumpai.Demikian pula untuk penciri utama lainnya tidak pernah dijumpai dalam
entisol. Penurunan warna khroma yang disebabkan karena proses reduksi yang sangat kuat merupakan salah satu kriteria yang dapat di pergunakan sebagai salah
satu penciri horizon kambik, namun demikian tetap harus disertai adanya perubahan perubahan fisik lainnya. Warna kroma yang meningkat dalam tanah
menunjukkan adanya proses pelapukan yang menyebabkan timbulnya pembebasan oksida besi Munir, 1996.
Faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah entisol adalah adalah, i Iklim yang sangat kering sehingga pelapukan dan reaksi-reaksi kimia
berjalan sangat lambat ii Erosi yang kuat, dapat menyebabkan bahan-bahan yang dierosikan lebih banyak dari yang dibentuk melalui proses pembentukan tanah,
banyak terdapat di lereng-lereng curam iii Pengendapan terus – menerus, menyebabkan
pembentukan horizon lebih
lambat dari
pengendapan iv Immobilisasi plasma tanah menjadi bahan-bahan inert, misalnya flokulasi
bahan-bahan oleh karbonat, silika dan lain-lain v Bahan-bahan induk yang sukar melapuk inert, atau tidak permeable, sehingga air sukar meresap an reaksi-
reaksi tidak berjalan vi Bahan induk yang tidak subur atau mengandung unsur-
Universitas sumatera utara
unsur beracun bagi tanaman atau organisme lain, diferensiasi oleh bahan organik tidak dapat terjadi Hardjowigeno, 1985.
Proses Pembentukan Tanah Entisol
Entisol merupakan jenis tanah yang muda, dimana secara alami pembentukan tanahnya belum berlangsung. Tidak berlangsungnya proses
pembentukan tanah tersebut dikarenakan faktor dari lingkungan yang tidak memungkinkan, misalnya pengendapan biasanya terdapat pada daerah dataran
banjir di skitar sungai. Proses oksidasi tidak terjadi pada daerah yang tergenang, dan pembentukan hutan tidak terjadi pada daerah yang berpasir sehingga entisol
dikatakan tidak mempunyai horizon penciri seperti tanah lainnya Munir, 1984. Tanah-tanah muda seperti entisol Aluvial, Regosol proses pembentukan
tanahnya terutama berupa proses pelapukan bahan organic dan bahan mineral di permukaan tanah, dan pembentukan struktur tanahnya karena pengaruh bahan
organic trsebut sebagai perekat. Hasilnya adalah pembentukan horizon A dan C. Sifat tanah masih didominasi bahan induknya Sarwono, 1985.
Menurut Goeswono 1983 entisol merupakan tanpa horizon genetik alamiah atau dengan suatu horizon yang baru mulai di bentuk.Konsep pokok dari
entisol ini adalah tanah dengan regolit tebal tanpa horizon, terkecuali lapisan olah.Ciri umum entisols adalah tidak adanya perkembangan profil yang nyata.
Sehubungan dengan proses pembentukan tanah maka setiap jenis tanah mempunyai kecepatan pembentukan yang berbeda-beda.
Sifat Fisik, Kimia dan Morfologi Entisol
Entisol mempunyai sifat fisik yang beragam dimana ini tergantung dari bahan induknya.Entisol Alluvial distribusi ukuran parttikelnya ada hubungan
Universitas sumatera utara
positif dengan kecepatan air yang mengalir diatas suatu hamparan dan juga berpengaruh terhadap retensi dan tranmisi air.Semakin kecil ukuran partikel
lempung dan liat tersendiri ada tingkat suspense atau pengendapan deposit- deposit alluvial mempunyai ukuran partikel yang bervariasi dari yang halus
sampai yang kasar Munir, 1996. Kepadatan ditunjukkan dengan porositas total dari suatu material yang
terdiri dari pori makro dan pori mikro. Tanah entisol dari gret group Hidraquent banyak mengakumulasi air di mana keadaan tanahnya terendam secara terus-
menerus sehingga mempunyai kepadatan rendah.Jumlah yang cukup besar dari tanah entisol yang berkembang pada tanah alluvial memiliki perubahan-perubahan
yang cukup besar pada ukuran partikel dengan kedalaman.Perubahan-perubahan ini mempengaruhi sifat retensi dan perpindahan air. Sifat fisik lainnya, tanah
entisol bertekstur lempung ringan dan susunan 30 pasir, 35 debu dan 35 lempung bertekstur remah konsistensi liat lekat dan permeabilitas sedang
Munir, 1996. Akumulasi sulfida merupakan suatu aspek kimiawi tanah yang dapat
dipakai untuk tanah-tanah entisol Akumulasi sulfida besi dibatasi sampai suatu batas tertentu di dalam sediment.Entisol mempunyai kejenuhan basa bervarisai,
pH dari asam, netral sampai alkalin, KTK juga bervariasi baik untuk horizon A maupun C, mempunyai nisbah CN 20 dimana tanah yang mempunyai tekstur
kasar berkadar bahan organik dan nitrogen lebih rendah dibandingkan dengan tanah yang bertekstur lebih halus. Hal ini disebabkan oleh kadar air yang lebih
rendah dan kemungkinan oksidasi yang lebih baik dalam tanah yang bertekstur
Universitas sumatera utara
kasar juga penambahan alamiah dari sisa bahan organic kurang daripada tanah yang lebih halus Munir, 1996.
Entisol merupakan golongan tanah yang belum mengalami deferensiasi profil membentuk horizon yang nyata, sehingga masih di anggap lapisan, tetapi
untuk entisol yang tua mulai terbentuk horizon A dan C. Untuk morfologi lahan, tanah-tanah entisol mempunyai relief yang bervariasi dari relief datar sampai
miring dan ada yang berelief cekungan Sarwonno, 1985. Tanah entisol regolos, alluvial atau lithosol dalam proses
pembentukannya dipengaruhi oleh bahan induk dan topografi. Apabila tanah tersebut berasal dari bahan induk yang sukar melapuk pasir atau terbentuk dari
batuan keras yang larutnya lambat seperti batu gamping atau topografi sangat miring maka kecepatan erosi melebihi pembentukan horizon pedogenik.Karena
tanah –tanah entisol berasal dari bahan induk, topografi dan curah hujan yang beragam, maka saat KTK tinggi banyak basa-basa yang tercuci dan banyak terjadi
akumulasi FeS dan H
2
S dengan
drainase jelek
sampai baik
Bleker et.al, 1980.
Pengaruh Relief dan Kemiringan Lereng
Topografi dianggap sebagai faktor yang mempengaruhi proses pembentukan tanah. Bagaimana pun, topografi berhubungan dengan deposisi
tephra, erosi dan peyebaran bahan sesuai kemiringan lereng dan landscape terutama distribusi kelembaban merupakan faktor penting yang mempengaruhi
genesis dan sifat tanah entisol Shoji, et.al. 1993. Sifat-sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah tebal
solum, tebal dan kandungan bahan organic horizon A, kandungan air tanah
Universitas sumatera utara
relative wetness, warna tanah, tingkat perkembangan horizon, reaksi tanah pH, kejenuhan basa, kandungan garam mudah larut, jenis dan tingkat perkembangan
padas, suhudan sifat dari bahan induk tanah Hardjowigeno, 1993. Satu kelompok tanah berkembang pada ciri-ciri profilnya membentuk
suatu katena atau satu toposekuen tanah.Kemiringan lerengdapat memperlambat pembentukan tanah.Umumnya peningkatan kemiringa lereng dikaitkan dengan
suatu pengurangan daalam pelapukan mineral Foth, 1984. Perbedaan bentuk relief ini menyebabkan perbedaan pola dan jeluk
penetrasi air. Perbedaan jeluk penetrasi dan ketersediaan air itu menyebabkan reaksi-reaksi yang terlibat dalam proses pembentukan tanah di daerah cekungan
akan lebih intensif dan akan memberikan solum tanah tebal Poerwowidodo, 1991.
Menurut Tan 1991, dari sudut topografi mikro, pengaruhnya terasa melalui perbedan drainase, pencucian run off, dan erosi alam. Daerah tertinggi
punggung umumnya berdrainase baik, sedangkan depresi-depresi berdrainase buruk dan sering lebih basah.
Lereng yang curam dapat meningatkan penghancuran dan mengaktifkan pembuangan bahan terlapuk oleh longsor, erosi dan tanah yang menjalar
akibatnya tanah di beberapa lokasi sebenarnya adalah sama. Ditempat pengangkutan deposit sedimen, kemungkinan ditemukannya horizon tanah
tertimbun. Pengaruh lain berkaitan dengan aspek arah pembukaan lereng. Di pegunungan, dipengaruhi oleh aspek temperatur dan regim kelembaban tanah
pada umumnya. Jika perbedaan antara kedua aspek tersebut sangat luas, morfologi masing-masing tanah ditempat ini akan berbeda Tan, 1984.
Universitas sumatera utara
Topografi mempercepat dan memperlambat kegiatan iklim.Pada tanah datar, kecepatan pengaliran air lebih kecil daripada tanah berombak undulating.
Topografi miring mempergiat proses erosi air sehingga membatasi dalam solum, pengaruh iklim relatif tidak begitu tampak dalam perkembangan tanah
Darmawijaya, 1992.
TaksonomiTanah
Taksonomi tanah adalah bagian dari klasifikasi tanah baru yang dikembangkan oleh Amerika Serikat dengan nama Soil Taxonomy USDA, 1975
menggunakan 6 kategori yaitu ordo, sub ordo, great group, sub group, family dan seri. Sistem ini merupakan sistem yang benar-benar baru baik mengenai cara-cara
penamaan tata nama maupun definisi mengenai horizon penciri ataupun sifat penciri lain yang dugunakan untuk menentukan jenis tanah. Dari kategori
tertinggiordo ke kategori terendah seri uraian mengenai sifat-sifat tanah semakin detail Rayes, 2007.
Sistem Taksonomi Tanah Soil Taxonomy, USDA merupakan system klasifikasi tanah internasional, diperkenalkan pada tahun 1975 dan berkembang
cepat. Hampir setiap 2 tahun sekali diadakan perbaikan dan diterbitkan dalam buku pegangan lapang Keys to Soil Taxonomy. Sistem ini dibangun oleh para
pakar tanah dunia, terstruktur baik, bertingkat, sistematis dan komprehensif. Dasar klasifikasi tanah dengan pendekatan morfometrik, dimana sifat penciri horizon
dan sifat tanah lainnya terukur secara kuantitatif http:bbsdlp.litbang.deptan.go.idSistem Taksonomi Tanah.Sifat umum dari
taksonomi tanah adalah : 1.
Taksonomi tanah merupakan sistem multikategori.
Universitas sumatera utara
2. Taksonomi tanah harus memungkinkan modifikasi karena adanya
penemuanpenemuan baru dengan tidak merusak sistemnya sendiri. 3.
Taksonomi tanah harus mampu mengklasifikasikan semua tanah dalam suatu landscape dimanapun ditemukan.
4. Taksonomi tanah harus dapat digunakan untuk berbagai jenis survai
tanah. Kemampuan penggunaan Taksonomi Tanah untuk survai tanah harus dibuktikan dari kemampuannya untuk interpretasi berbagai
penggunaan tanah. Hardjowigeno, 1993.
Dalam cabang ilmu tanah pedologi, taksonomi tanah dibuat berdasarkan sejumlah peubah yang mencirikan keadaan suatu jenis tanah. Karena klasifikasi
awal tidak sistematis, pada tahun 1975 tim dari Soil Survey Staff Departemen Pertanian Amerika Serikat USDA menerbitkan suatu kesepakatan dalam
taksonomi tanah. Sejak saat itu, setiap jenis tanah paling sedikit memiliki dua nama seperti : Ultisol-Podsolik Merah Kuning. Meskipun nama baru
sudahdiberikan, nama lama seringkali masih dipakai karena aturan dari Soil Survey Staff dianggap terlalu rinci
http:id.wikipedia.orgwikiTaksonomi Taksonomi tanah terdiri dari 6 kategori
dengan sifat-sifat faktor pembedamulai dari kategori tertinggi ke kategori terendah, sebagai berikut :
1. Ordo Terdiri dari 12 taksa. Faktor pembeda adalah ada tidaknya horison
penciri serta jenis sifat dari horison penciri tersebut.
Universitas sumatera utara
2. Sub Ordo Terdiri dari 64 taksa. Faktor pembeda adalah keseragaman genetik,
misalnya ada tidaknya sifat-sifat tanah yang berhubungan dengan pengaruh air, regim kelembaban, bahan induk utama, pengaruh
vegetasi yang ditunjukkan oleh adanya sifat-sifat tanah tertentu, tingkat pelapukan bahan organik untuk tanah-tanah organik.
3. Great Group Terdiri dari 317 taksa. Faktor pembeda adalah kesamaan jenis,
tingkat perkembangan dan susunan horison, kejenuhan basa, regim suhu dan kelembaban, ada tidaknya lapisan-lapisan penciri lain
seperti plinthite, fragipan dan duripan. 4. Sub Group
Jumlah taksa masih terus bertambah yaitu 1400 taksa. Faktor pembeda terdiri dari sifat-sifat inti dari great group subgroup
Typic, sifat-sifat tanah peralihan ke great group peralihan ke great group lain, sub ordo atau ordo, sifat-sifat tanah peralihan ke bukan
tanah. 5. Family
Jumlah taksa dalam family juga masih terus bertambah yaitu 8000 taksa. Faktor pembedanya adalah sifat-sifat tanah yang
penting untuk pertanian. Sifat-sifat tanah yang sering digunakan sebagai faktor pembeda untuk family antara lain adalah : sebaran
besar butir, susunan mineralliat, regim temperatur pada kedalaman 50 cm.
Universitas sumatera utara
6. Seri Jumlah seri tanah di Amerika saja lebih besar 19.000. Faktor
pembedanya adalah : jenis dan susunan horison, warna, tekstur, struktur, konsistensi, reaksi tanah dari masing-masing horison,
sifat-sifat kimia dan mineral masing-masing horison. Kategori ordo tanah sampai great group disebut kategori tinggi sedangkan
kategori sub group sampai seri disebut kategori rendah. Jenis dan jumlah factor pembeda meningkat dari kategori rendah ke kategori
tinggi Hardjowigeno, 1993.
Taksonomi Tanah 2010
Taksonomi tanah adalah cabang dari klasifikasi tanah. Dalam taksonomi tanah 2010 disajikan secara lengkap tentang prosedur pengelompokan tanah mulai
dari kategori tinggi sampai kategori rendah. Prosedur taksonomi tanah adalah mengikuti :
1. Deskripsi profil tanah. 2. Penentuan horison penciri epipedon dan horizon bawah penciri.
3. Penentuan sifat-sifat lain. 4. Pemakaian kunci taksonomi dengan urutan : ordo ada 12 ordo, sub
ordo, kelompok besar great group, anak kelompok sub group, keluarga family dan seri.
Marpaung, 2008. Horison penciri digunakan untuk mengklasifikasikan ke dalam ordo.
Horison penciri yang terbentuk di permukaan dinamakan dengan epipedon.
Universitas sumatera utara
Horison penciri yang langsung di bawahnya dan dapat diamati dinamakan dengan horison bawah penciri Darmawijaya, 1990.
Menurut Taksonomi Tanah 2010 terdapat 8 epipedon penciri yaitu : Mollik, Antropik, Umbrik, Folistik, Histik, Melanik, Okrik dan Plagen.
A. Epipedon Mollik Epipedon mollik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah
cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤
3.5 lembab dan kroma warna ≤ 3.5 lembab, kejenuhan basa
50, kandungan C-organik 0.6, P2O5 250 ppm, dan n-value 0.7.
B. Epipedon Antropik Epipedon antropik menunjukkan beberapa tanda-tanda adanya
gangguan manusia, dan memenuhi persyaratan mollik kecuali P2O5 250 ppm.
C. Epipedon Umbrik Epipedon umbrik mempunyai sifat perkembangan struktur tanah
cukup kuat, terletak di atas permukaan, mempunyai value warna ≤
3.5 lembab dan kroma warna ≤ 3.5 lembab, kejenuhan basa
50, kandungan C-organik 0.6, P2O5 250 ppm, dan n-value 0.7.
D. Epipedon Folistik Epipedon Folistik didefinisikan sebagai suatu lapisan terdiri dari
satu horison atau lebih yang jenuh air selama kurang dari 30 hari
Universitas sumatera utara
kumulatif dan tahun-tahun normal dan tidak ada didrainase. Sebagian besar epipedon folistik tersusun dari bahan tanah organik.
E. Epipedon Histik Epipedon Histik merupakam suatu lapisan yang dicirikan oleh
adanya saturasi selama 30 hari atau lebih, secara kumulatif dan reduksi selama sebagian waktu dalam sebagian waktu dalam tahun-
tahun normal dan telah drainase. Sebagian besar epipedon histik tersusun dari bahan tanah organik.
F. Epipedon Okrik Epipedon Okrik mempunyai tebal permukaan yang sangat tipis dan
kering, value dan kroma lembab ≥ 4. Epipedon okrik juga
mencakup horison-horison bahan organik yang terlampau tipis untuk memenuhi persyaratan epipedon histik atau folistik.
G. Epipedon Plagen Epipedon Plagen adalah suatu lapisan permukaan buatan manusia
setebal 50 cm atau lebih, yang telah terbentuk oleh pemupukan pupuk kandang secara terus menerus dalam jangka waktu yang
lama. Biasanya epipedon plagen mengandung artifak seperti pecahan-pecahan bata dan keramik pada seluruh kedalamannya.
Pada taksonomi tanah 2010, terdapat 18 horison bawah penciri yaitu horison Agrik, Argilik, Duripan, Fragipan, Glosik, Gipsik, Kalsik, Kandik,
Kambik, Natrik, Orstein, Oksik, Petrokalsik, Petrogipsik, Placik, Salik, Sombrik dan Spodik.
Universitas sumatera utara
A. Horison Agrik Horison Agrik adalah suatu horison iluvial yang telah terbentuk
akibat pengolahan tanah dan mengandung sejumlah debu, liat, dan humus yang telah tereluviasi nyata.
B. Horison Argilik Horison Argilik secara normal merupakan suatu horison bawah
permukaan dengan kandungan liat phylosilikat secara jelas lebih tinggi. Terdapat selaput liat terorientasi pada permukaan pori di
mana pun dalam atau segera di bawah horison iluviasi. Horison tersebut mempunyai sifat adanya gejala iluviasi liat, KTK tinggi
6 cmokg. C. Horison Duripan
Horison Duripan merupakan horison yang memadas paling sedikit setengahnya dengan perekat SiO2, dan tidak mudah hancur dengan
air atau HCl. D. Horison Fragipan
Horison Fragipan mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih adanya tanda-tanda pedogenesis didalam horison serta perkembangan
struktur tanah lemah. E. Horison Glosik
Horison Glosik terbentuk sebagai hasil degradasi suatu horison argilik, kandik atau natrik dimana liat dan senyawa oksida besi
bebasnya telah dipindahkan.
Universitas sumatera utara
F. Horison Gipsik Horison Gipsik adalah suatu horison iluvial yang senyawa gypsum
sekundernya telah terakumulasi dalam jumlah yang nyata, dimana tebalnya lebih dari 15 cm.
G. Horison Kalsik Horison Kalsik merupakan horison iluvial mempunyai akumulasi
kalsium karbonat sekunder atau karbonat yang lain dalam jumlah yang cukup nyata.
H. Horison Kandik Horison Kandik memiliki sifat adanya gejala iluviasi liat,
kandungan liat tinggi dan KTK rendah 6 cmolkg. I. Horison Kambik
Horison kambik adalah horison yang terbentuk sebagai hasil alterasi secara fisik, transformasi secara kimia, atau pemindahan
bahan, atau merupakan hasil kombinasi dari dua atau lebih proses- proses tersebut.
J. Horison Natrik Horison Natrik adalah horison iluvial yang banyak mengandung
natrium, memiliki struktur prismatik atau tiang, lebih 15 KTK didominasi oleh natrium.
K. Horison Orstein Horison Orstein tersusun dari bahan spodik, berada didalam suatu
lapisan yang 50 atau lebih volumenya tersementasi dan memiliki ketebalan 25 cm atau lebih
Universitas sumatera utara
L. Horison Oksik Horison Oksik merupakan horison bawah permukaan yang tidak
memiliki sifat-sifat tanah andik dan KTK rendah 6 cmolkg M. Horison Petrokalsik
Horison Petrokalsik merupakan suatu horison iluvial dimana kalsium karbonat sekunder atau senyawa karbonat lainnya telah
terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut, tersementasi atau mengeras.
N. Horison Petrogipsik Horison Petrogipsik merupakan suatu horison iluvial dengan
ketebalan 10 cm atau lebih dimana gypsum sekundernya telah terakumulasi mencapai tingkat, seluruh horison tersebut,
tersementasi atau mengeras. O. Horison Placik
Horison Placik adalah suatu padas tipis yang berwarna hitam sampai merah gelap, yang tersementasi oleh senyawa besi serta
bahan organik. P. Horison Salik
Horison Salik mempunyai ketebalan 15 cm atau lebih dan banyak mengandung garam mudah larut.
Q. Horison Sombrik Horison Sombrik berwarna gelap, mempunyai sifat-sifat seperti
epipedon umbrik dengan mengandung iluviasi humus yang berasosiasi dengan Al atau yang terdispersi dengan natrium.
Universitas sumatera utara
R. Horison Spodik Horison Spodik adalah suatu lapisan iluvial yang tersusun 85
atau lebih dari bahan spodik. Berdasarkan Keys to Soil Taxonomy 2010, ordo tanah terdiri atas 12 ordo
Yaitu : A. Gelisol
Tanah yang mempunyai permafrost lapisan tanah beku dan bahan-bahan gelik yang berada didalam 100 cm dari permukaan
tanah. B. Histosol
Tanah yang tidak mempunyai sifat-sifat tanah andik pada 60 atau lebih ketebalan diantara permukaan tanah dan kedalaman 60 cm.
C. Spodosol Tanah lain yang memiliki horison spodik, albik pada 50 atau
lebih dari setiap pedon, dan regim suhu cryik. D. Andisol
Ordo tanah yang mempunyai sifat-sifat andik pada 60 atau lebih dari ketebalannya
E. Oksisol Tanah lain yang memiliki horison oksik tanpa horison kandik
yang mempunyai batas atas didalam 150 cm dari permukaan tanah mineral dan kandungan liat sebesar 40 atau lebih dalam fraksi
tanah.
Universitas sumatera utara
F. Vertisol Tanah yang memiliki satu lapisan setebal 35 cm atau lebih, dengan
batas atas didalam 100 cm dari permukaan tanah mineral, yang memiliki bidang kilir atau ped berbentuk baji dan rata-rata
kandungan liat dalam fraksi tanah halus sebesar 30 atau lebih. G. Aridisol
Tanah yang mempunyai regim kelembaban tanah aridik dan epipedon okrik dan antropik atau horison salik dan jenuh air pada
satu lapisan ataulebih di dalam 100 cm dari permukaan tanah selama satu bulan atau lebih.
H. Ultisol Tanah lain yang memiliki horison argilik atau kandik, tetapi tanpa
fragipan dan kejenuhan basa sebesar kurang dari 35 pada kedalaman 180 cm.
I. Mollisol Tanah lain yang memiliki epipedon mollik dan kejenuhan basa
sebesar 50 atau lebih pada keseluruhan horison. J. Alfisol
Tanah yang tidak memiliki epipedon plagen dan memiliki horison argilik, kandik, natrik atau fragipan yang mempunyai lapisan liat
tipis setebal 1 mm atau lebih di beberapa bagian. K. Inceptisol
Tanah yang mempunyai sifat penciri horison kambik, epipedon plagen, umbrik, mollik serta regim suhu cryik atau gelic dan tidak
Universitas sumatera utara
terdapat bahan sulfidik didalam 50 cm dari permukaan tanah mineral.
L. Entisol Tanah yang memiliki epipedon okrik, histik atau albik tetapi tidak
ada horison penciri lain. Soil Survey Staff, 2010.
Universitas sumatera utara
BAHAN DAN METODE
Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di KecamatanLintong Nihuta Kabupaten Humbang Hasundutanyang mempunyai luas wilayah 18.126,03 Ha dengan luas
lahan kebun rakyat 1.185 Ha, dengan letak geografis 2
o
13’ – 2
o
20’LU dan 98
o
47 – 98
o
57’ BT pada ketinggian tempat 1000 m sampai dengan 1400 mdpl, yang dilaksanakan dari bulan Oktober 2012 sampai dengan selesai. Analisis tanah di
Laboratorium Kimia Tanah dan Laboratorium Riset dan Teknologi Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara, Medan.
Bahan dan Alat
Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah peta lokasi penelitian dengan skala 1 : 56000 untuk mengetahui lokasi penelitian, Peta jenis tanah
dengan skala 1:50.000 untuk mengetahui jenis tanah di daerah yang diteliti, Peta kemiringan lereng dengan skala 1:50.000 untuk mengetahui tingkat kemiringan
lereng di daerah penelitian, sampel tanah dari 4 profil tanah, kertas label untuk tanda sampel, spidol permanen untuk menulis tanda sampel, karet gelang untuk
mengikat sampel tanah yang telah dibungkus plastik, bahan kimia untuk analisis. Adapun alat yang digunakan pada penelitian ini adalah bor tanah, ember,
kantong plastik, alat tulis, GPS Global Possitioning System, Kamera, serta alat- alat laboratorium yang mendukung dalam penelitian ini.
Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan peta Satuan Peta Lahan SPL skala 1:25.000. Pengambilan contoh pada 4 SPL yaitu 4 profil tanah.
Universitas sumatera utara
Pelaksanaan Penelitian Persiapan
Tahap persiapan meliputi konsultasi dengan komisi pembimbing, penyusunan usulan penelitian, pengadaan peralatan, pengumpulan data dalam
bentuk deskripsi mengenai daerah penelitian, mengadakan pra survei ke lapangan, pengumpulan tinjauan literatur, dan penentuan lokasi pengambilan contoh tanah.
Pelaksanaan
1. Penentuan lubang profil tanah sebanyak 4 empat profil pewakil
berdaarkan tingkat ketinggian tempat yang berbeda yang ditentukan
berdasarkan peta ketinggian tempat.
2. Pendeskripsian profil tanah, penentuan horizon dengan pisau pandu,
mengukur tebalnya horizon,mengukur kedalaman efektif dan melakukan penyifatan tanah dilapang yang meliputi tekstur, sruktur dan warna
tanahserta pencatatan data lingkungan berupa vegetasi, kemiringan lereng,
ketinggian tempat dan cuaca saat pengamatan. Tahap Analisis di Laboratorium
Sampel tanah dari lapangan kemudian diteliti di laboratorium yang meliputi sifat fisik dan kimia tanah.
Parameter Yang Diamati
Adapun parameter yang akan diamati dalam penelitian ini adalah:
1. Sifat Fisika dan Kimia Tanah A. Sifat Fisik Tanah