5.3.2 Faktor Eksternal 1 Tradisi Pernikahan Dini
Berdasarkan hasil analisis faktor, tradisi pernikahan dini berpengaruh terhadap kehamilan usia usia dini di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh
Tamiang tahun 2013 dengan nilai KMO diatas 0.5 yaitu 0.683 dengan signifikan 0.001.
Di Indonesia masih sering terjadi praktek pernikahan anak dibawah umur. Undang – undang pernikahan tidak tegas melarang praktek itu. Menurut UU
Perkawinan, seorang anak perempuan baru boleh menikah di atas 16 tahun dan anak laki – laki usia 18 tahun, namun masih masih ada dispensasi dari Kantor
Urusan Agama yang menikahkan anak di bawah umur 16 tahun. Hal ini menyebabkan banyaknya kehamilan usia dini yang terjadi, karena selayaknya
seorang wanita boleh hamil di atas usia 20 tahun.
2 Pelecehan Seksual
Berdasarkan hasil analisis faktor, pelecehan seksual berpengaruh terhadap kehamilan usia usia dini di Kecamatan Karang Baru Kabupaten Aceh Tamiang
tahun 2013 dengan nilai KMO diatas 0.5 yaitu 0.560 dengan signifikan 0.001. Komisi Perlindungan anak Indonesia 2012 mencatat kasus pemerkosaan
dan pelecehan seksual terhadap anak perempuan mencapai 30 persen. Banyaknya kasus pelecehan seksual menyebabkan orang tua ingin cepat menikahkan anak
perempuannya, karena pernikahan anak menjadi salah satu isu dalam perlindungan anak. BKKBN 2012, saat ini Indonesia menempati peringkat
Universitas Sumatera Utara
kedua tertinggi dalam pernikahan anak di ASEAN setelah Kamboja. Disamping itu juga orang tua khawatir anak melakukan hubungan seksual diluar nikah
dengan pacarnya. 3 Peran Wanita dalam Masyarakat
Berdasarkan hasil analisis faktor, peran wanita dalam masyarakat berpengaruh terhadap kehamilan usia usia dini di Kecamatan Karang Baru
Kabupaten Aceh Tamiang tahun 2013 dengan nilai KMO diatas 0.5 yaitu 0.691 dengan signifikan 0.001.
Adanya pengaruh tradisi pernikahan dini juga mendukung pada kuatnya pengaruh peran wanita dalam masyarakat, karena maraknya kasus pernikahan dini
juga disebabkan karena adanya mitos tentang seorang anak perempuan. Seorang anak perempuan bila sudah ada yang ngelamar harus diterima, karena kalau tidak
diterima dikhawatirkan nantinya tidak ada lagi yang mau melamar. Fenomena pernikahan di usia dini menjadi kultur sebagian masyarakat Indonesia yang
memposisikan anak perempuan sebagai warga kelas 2. Para orang tua ingin mempercepat perkawinan dengan alas an ekonomi sosial, ada anggapan bahwa
tidak penting pendidikan bagi seorang anak perempuan dan stigma negative bagi perawan tua. Kemudian setelah anak menikah, masalah lain muncul yaitu anak
perempuan diharuskan segera bisa memilik anak, karena takut dianggap mandul
oleh pihak suami maupun keluarganya.
Pada faktor eksternal yang berpengaruh adalah variabel pelecehan seksual dengan nilai anti image matrics 0.753. Hal ini berarti faktor pelecehan seksual
memberikan pengaruh terbesar pada kejadiaan kehamilan usia dini. Banyaknya pelecehan seksual yang sering terjadi baik yang dilakukan oleh pacar maupun
Universitas Sumatera Utara
ornang lain, membuat orang tua khawatir, sehingga ketika anak baru menginjak remaja sudah langsung dinikahkan baik dengan pasanganpacar maupun dengan
orang lain yang menjadi pilihan orang tua. Selanjutnya berdasarkan bobot diketahui faktor eksternal memiliki bobot
34 yang masih dalam kategori kurang, sama halnya dengan faktor internal, faktor-faktor eksternal juga belum mampu menjelaskan sepenuhnya faktor-faktor
yang memengaruhi kehamilan usia dini, karena diperkirakan masih ada faktor- faktor eksternal lain yang tidak diteliti, tetapi memiliki pengaruh lebih besar
terhadap kejadian kehamilan usia muda di Kecamatan Karang Baru Kabupaten
Aceh Tamiang.
Universitas Sumatera Utara
BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan