Definisi, Etiologi, dan Patogenesis Diare

9 - Memberi ibu kepuasan, kebanggaan dan kebahagiaan yang mendalam karena telah berhasil memberikan ASI eksklusif. [1,10] Pemberian ASI eksklusif akan menghemat pengeluaran negara karena hal-hal sebagai berikut: a. Penghematan devisa untuk pembelian susu formula, perlengkapan menyusui, serta biaya menyiapkan susu. b. Penghematan biaya rumah sakit terutama sakit muntah-mencret dan penyakit saluran pernafasan. c. Penghematan obat-obatan, tenaga dan sarana kesehatan. d. Menciptakan generasi penerus bangsa yang tangguh dan berkualitas untuk membangun negara . e. Langkah awal untuk mengurangi bahkan menghindari kemungkinan terjadinya generasi yang hilang khususnya bagi Indonesia. [1,3,10]

2.4 Definisi, Etiologi, dan Patogenesis Diare

Diare didefenisikan sebagai pengeluaran tinja dengan frekuensi ≥ 3 kali dalam 24 jam disertai perubahan konsistensi tinja lembek atau cair dengan atau tanpa darah atau lendir dalam tinja, disertai atau tanpa muntah. Disebut diare akut bila diare berlangsung kurang dari 14 hari. Konsistensi lebih diutamakan daripada frekuensi pengeluaran tinja. Pengeluaran tinja yang sering tetapi dengan konsistensi normal, seperti misalnya pada bayi yang hanya mendapat air susu ibu ASI, tidak dianggap sebagai diare. Kebanyakan tinja penderita diare akan cair watery diarrhea, kadang-kadang dijumpai darah atau lendir dalam tinja dysentery form. Jika diare akut berlanjut selama 14 hari atau lebih disebut sebagai diare persisten. [11] Diare akut yang terjadi umumnya merupakan diare infeksius yang disebabkan oleh virus, bakteri atau parasit. Hasil studi di Bangladesh yang dilakukan oleh Bingnan dan Albert menunjukkan bahwa rotavirus merupakan penyebab tersering kejadian diare. Beberapa penelitian yang dilakukan di Indonesia tentang penyebab diare akut, rotavirus merupakan penyebab tersering. Mekanisme penularan utama adalah tinja-mulut, dengan makanan dan air yang tercemar merupakan penghantar untuk kebanyakan kejadian, dan dapat ditularkan 10 melalui kontak dari orang ke orang. Faktor-faktor yang menambah kerentanan diare adalah umur muda, defisiensi imun, campak, malnutrisi, perjalanan ke daerah endemik, kekurangan ASI atau penyapihan yang buruk, keadaan sanitasi pribadi dan rumah yang jelek, makan makanan atau air yang terkontaminasi, dan tingkat pendidikan ibu. Diare menjadi penyebab penting bagi kekurangan gizi, karena ada anoreksia, sehingga anak makan lebih sedikit daripada biasanya dan kemampuan menyerap sari makanan juga berkurang. Padahal kebutuhan tubuh akan makanan meningkat akibat adanya infeksi. Setiap episode diare dapat menyebabkan kekurangan gizi, sehingga bila episodenya berkepanjangan maka berdampaknya terhadap pertumbuhan anak. [12-14] Pada diare infeksius terjadi gangguan usus untuk mengabsorpsi cairan yang terdapat di lumen usus dan meningkatnya secara berlebihan sekresi dari kelenjar- kelenjar pencernaan ke lumen usus ataupun kombinasi keduanya. Akibatnya akan terjadi kehilangan cairan, elektrolit dan basa dalam jumlah yang besar melalui tinja, sehingga gejala-gejala dehidrasi serta gangguan keseimbangan elektrolit dan asam basa akan dijumpai. Untuk dapat menimbulkan diare, bakteri enteropatogen yang tertelan haruslah survive melewati asam lambung, berproliferasi di lumen usus, membentuk kolonisasi pada usus halus atau usus besar, kemudian melekat adherent pada enterosit dan mensekresikan enterotoksin. Mikroorganisme ini selanjutnya menginvasi mukosa usus, multiplikasi dalam mukosa diikuti dengan pengeluaran sitotoksin. Secara garis besar bakteri enteropatogen menyebabkan diare dengan empat cara yaitu: [12-14] 1. Kolonisasi dan melekatnya bakteri ke permukaan usus, sehingga terjadi destruksi mikrovilli dan kerusakan enterosit adherent. 2. Setelah mengadakan kolonisasi, bakteri akan mensekresi enterotoksin yang akan mengikat reseptor spesifik di mukosa usus. Akibatnya terjadi peningkatan mediator intraselluler adenosine 3-5 cyclicphosphate ataupun guanosine monophosphate yang akan menyebabkan perubahan transport air dan elektrolit, tanpa adanya perubahan morfologi usus toxigenic. 3. Bakteri enteropatogen yang menginvasi mukosa usus akan menyebabkan timbulnya radang dan ulkus. Eritrosit dihancurkan dalam jumlah yang banyak, pembuluh darah akan ruptur, lekosit rusak, sehingga timbul pengeluaran darah dan pus bersama tinja invasive. 4. Sekresi sitotoksin yang menyebabkan kerusakan mukosa usus cyroroxic. 11 Berdasarkan uraian di atas maka virulensi bakteri enteropatogen tergantung dari kesanggupan bakteri tersebut melewati asam lambung dan kesanggupan menghasilkan keempat mekanisme di atas. Harus pula diingat bahwa bakteri enteropatogen sering menimbulkan diare dengan menggunakan lebih dari satu mekanisme tadi secara bersamaan. Salah satu jenis virus enteropatogen yang sering menyebabkan diare adalah rotavirus. Infeksi rotavirus ini umumnya mengenai jejunum, tetapi dapat menyebar ke seluruh usus halus sehingga menimbulkan diare yang hebat. Virus ini menimbulkan diare dengan cara menginvasi epitel villi atau proses endositosis sehingga terjadi kerusakan sel yang matur. Sel yang matur ini akan diganti oleh sel immatur yang berasal dari proliferasi sel-sel kripta. Sel immatur ini mempunyai kapasitas absorpsi yang kurang dibandingkan dengan sel-sel matur, juga aktifitas disakaridase yang terdapat di sel imatur ini masih kurang sehingga terjadi gangguan pencernaan karbohidrat. [12-14] Parasit yang sering menyebabkan diare adalah Giardia lamblia dan Cryptosporidium. Bagaimana sebenarnya kedua parasit enteropatogen ini menyebabkan diare masih belum jelas, mungkin dengan melibatkan satu atau lebih mekanisme di bawah ini: [11-14] 1. Bekerja sebagai barier mekanik sehingga mengganggu absorpsi. 2. Kerusakan langsung pada mukosa usus. 3. Pembentukan eksotoksin. 4. Menimbulkan reaksi imunologik. 5. Mengubah bentuk normal dari motilitas usus.

2.5 Gejala Klinis dan Diagnosis dari Diare