Gelombang Polarisasi Cahaya DASAR TEORI

BAB II DASAR TEORI

A. Gelombang

Cahaya merupakan gelombang transversal. Gelombang transversal mempunyai bidang getar. Bidang getar yang dimiliki cahaya jumlahnya sangat banyak. Selain bidang getar, gelombang transversal juga mempunyai arah rambat. Arah rambat yang dimiliki gelombang transversal tegak lurus dengan bidang getar [Haliday dan Resnick, 1992]. Pada Gambar 2.1, diperlihatkan gambar gelombang transversal dengan satu bidang getar. Gelombang transversal mempunyai bidang getar yang sejajar dengan sumbu Y dan merambat searah sumbu X. Gambar 2.1. Gelombang transversal dengan satu bidang getar

B. Polarisasi Cahaya

Cahaya alami atau cahaya tak terpolarisasi merupakan cahaya yang mempunyai bidang getar dengan jumlah yang banyak sekali [Rossi, 1957]. 6 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI Peristiwa polarisasi cahaya merupakan suatu peristiwa penyaringan bidang getar. Bidang getar yang sejajar dengan arah sumbu optis polarisator akan diteruskan dan bidang getar yang tegak lurus dengan sumbu optis polarisator akan diserap [Tipler, 2001]. Pada Gambar 2.2, diperlihatkan peristiwa polarisasi cahaya. Bila cahaya tak terpolarisasi dilewatkan ke polarisator cahaya dihasilkan cahaya polarisasi dengan satu bidang getar. [Haliday dan Resnick, 1992]. Gambar 2.2. Cahaya alami dipolarisasikan dengan polarisator cahaya menghasilkan cahaya polarisasi Penganalisa cahaya ditempatkan di depan polarisator cahaya. Jika cahaya terpolarisasi dilewatkan ke analisator, maka akan dianalisa oleh penganalisa. Cahaya terpolarisasi dilewatkan ke penganalisa yang dirotasikan akan dihasilkan perubahan intensitas. Perubahan intensitas cahaya menghasilkan pola tertentu. Terjadi pola intensitas maksimum dan PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI minimum secara berulang-ulang [Young dan Freedman, 2001]. Intensitas maksimum terjadi apabila sudut yang dibentuk dari bidang getar cahaya polarisasi dengan sumbu optik dari penganalisa sebesar nol derajat. Dan terjadi intensitas minimum bila bidang getar cahaya polarisasi dengan sumbu optik dari penganalisa terbentuk sudut sebesar sembilan puluh derajat. Perubahan intensitas cahaya, dipengaruhi oleh perubahan sudut yang dibentuk antara bidang getar cahaya polarisasi dengan sumbu optik dari penganalisa [Rossi, 1957]. Peristiwa terbentuknya sudut antara bidang getar polarisasi dengan penganalisa diperlihatkan pada Gambar 2.3. Gambar 2.3. Bidang getar cahaya polarisasi dengan sumbu penganalisa membentuk sudut θ Pada tahun 1809, Etienne Louis Malus memberikan penjelasan tentang intensitas cahaya polarisasi yang lewat sebuah penganalisa. Apabila cahaya polarisasi dengan amplitudo sebesar A sejajar dengan sumbu penganalisa akan diteruskan. Dan apabila cahaya dengan amplitudo A tegak lurus dengan sumbu penganalisa akan diserap [Young dan Freedman, 2001]. Besarnya perubahan amplitudo cahaya yang diteruskan analisator mengikuti persamaan 2.1. θ cos o A A = ............................................................. 2.1 dengan A adalah amplitudo yang diteruskan dari analisator adalah amplitudo dari cahaya polarisasi. o A θ adalah sudut yang terbentuk dari bidang cahaya polarisasi dengan sumbu analisator Besarnya intensitas cahaya sebanding dengan kwadrat amplitudo [Haliday dan Resnick, 1992]. Sehingga cahaya yang diteruskan penganalisa merupakan kwadrat dari amplitudo yang diteruskan penganalisa. Jadi intensitas yang diteruskan analisator akan mengikuti persamaan 2.2.: I θ 2 cos o I I = ............................................................. 2.2 dengan adalah intensitas cahaya polarisasi o I I adalah intensitas cahaya yang diteruskan analisator θ adalah sudut yang terbentuk dari bidang cahaya polarisasi dengan sumbu analisator Pada persamaan 2.2, dijelaskan bahwa cahaya polarisasi dengan satu bidang getar mempunyai intensitas dilewatkan ke penganalisa. Bila bidang getar cahaya polarisasi dengan sumbu analisator membentuk sudut sebesar o I θ , maka intensitas cahaya yang diteruskan oleh analisator PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI sebesar I . Jadi intensitas cahaya sebesar I terjadi pada saat sudut sebesar θ dari intensitas cahaya polarisasi sebesar [Rossi, 1957]. o I Intensitas cahaya berubah dikarenakan oleh besarnya sudut yang terbentuk sebesar θ berubah. Pada persamaan 2.2, dijelaskan bahwa intensitas cahaya berubah bergantung pada sudut θ yang terbentuk dari bidang bidang getar polarisasi dengan sumbu penganalisa. Jika sudut θ yang terbentuk antara bidang cahaya polarisasi dengan sumbu penganalisa sebesar nol maka akan terjadi intensitas maksimum. Apabila bidang getar cahaya polarisasi dengan sumbu penganalisa membentuk sudut θ sebesar sembilan puluh derajat maka terjadi intensitas minimum [Rossi, 1957]. Untuk sudut θ selain sembilan puluh dan nol derajat mengikuti persamaan 2.2. Pada Gambar 2.4, diperlihatkan bahwa intensitas cahaya I pada sudut θ . 1000 2000 3000 4000 5000 6000 7000 8000 9000 45 90 135 180 225 270 315 360 405 450 495 540 585 630 675 720 sudut intensitas Gambar 2.4. Besarnya Intensitas I pada sudut θ PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

C. Aktivitas optik