15 yang tinggi terhadap tugasnya, maka kinerja dari individu tersebut akan baik.
Sebaliknya jika seorang individu memiliki tingkat kepuasan yang rendah akan tugasnya, maka kemungkinan besar kinerja dari individu tersebut akan rendah
yang akan memicu terjadinya kemangkiran, tingkat abnsensi yang tinggi dan rendahnya tingkat komitmen dalam organisasi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja Puspitawati dan Riana, 2014 meliputi:
1 Beban kerja. Merupakan sejumlah kegiatan yang harus diselesaikan
oleh karyawan. 2
Gaji. Merupakan sejumlah pemberian imbalan terhadap hasil kerja karyawan.
3 Kenaikan jabatan. Merupakan kesempatan bagi karyawan untuk terus
maju dan berkembang sebagai bentuk pengembangan diri. 4
Pengawas. Merupakan kemampuan pimpinan untuk menunjukkan perhatian dan memberikan bantuan kepada karyawan saat mereka
mengalami kesulitan kerja. 5
Rekan kerja. Merupakan sejauh mana karyawan bisa menjalin persahabatan dan saling mendukung di dalam lingkungan kerja.
2.1.4 Komitmen Organisasional
Adekola 2012 mendefinisikan komitmen organisasional merupakan sikap karyawan atau kekuatan organisasi dalam mengikat karyawan agar tetap
berada di dalam organisasi. Status pekerjaan penuh waktu atau paruh waktu menentukan komitmen karyawan terhadap organisasi. Karyawan yang bekerja
16 dengan paruh waktu memiliki komitmen yang lebih rendah dibandingkan dengan
karyawan penuh waktu. Komitmen organisasional dapat dilihat dari sikap penerimaan dan keyakinan yang kuat terhadap nilai-nilai dan tujuan suatu
organisasi. Komitmen merupakan faktor pendorong yang kuat untuk mempertahankan kenggotaan dalam organisasi demi tercapainya tujuan organisasi
Suwardi dan Utomo, 2011. Komitmen Organisasional dianggap sebagai indikator yang penting dalam
keberhasilan organisasi untuk mencapai tujuannya. Keberhasilan organisasi dapat dicapai apabila karyawan dapat berprilaku positif terhadap diri mereka sendiri dan
organisasi, melalui kejelasan tujuan, menentukan peran karyawan, pemberdayaan karyawan, otonomi di tempat kerja, kepuasan kerja dan iklim kerja yang positif
akan dapat mendorong prestasi, kreativitas dan kemampuan karyawan sehingga karyawan dapat bersikap positif terhadap organisasi Arabiyat et al., 2011.
Kartika dkk. 2014 menambahkan bahwa komitmen organisasional merupakan suatu ikatan dan sikap loyalitas yang dimiliki karyawan untuk melibatkan diri
secara aktif dalam organisasi demi kemajuan organisasi. Berdasarkan pendapat para ahli tersebut, maka dapat dikatakan bahwa
komitmen organisasional merupakan faktor penting di dalam mencapai tujuan organisasi. Peran karyawan yang memiliki kompetensi yang tinggi akan sangat
diperlukan untuk keberhasilan suatu organisasi. Upaya yang dapat dilakukan organisasi guna mempertahankan karyawan adalah meningkatkan kepuasan yang
dirasakan karyawan dengan cara berlaku adil kepada setiap karyawan yang ada di dalam organisasi. Apabila karyawan merasa bahwa mereka telah diberlakukan
17 secara adil maka karyawan akan merasa puas sehingga dapat menumbuhkan rasa
komitmen yang tinggi terhadap organisasi. Menurut Meyer dan Allen 1991 terdapat tiga komponen dari komitmen
organisasional, yaitu: 1
Komitmen afektif affective commitment Komitmen yang dicerminkan berdasarkan keterikatan emosional
karyawan, identifikasi dan keterlibatan karyawan dalam suatu organisasi. Dalam hal ini karyawan tetap berada dalam organisasi karena
keinginannya sendiri. Karyawan yang memiliki komitmen afektif yang kuat akan terus bekerja dalam organisasi karena mereka memang ingin
melakukannya. 2
Komitmen berkelanjutan continuance commitment Komitmen yang dicerminkan berdasarkan kebutuhan untuk tetap tinggal
dengan pertimbangan untung rugi terkait tetap bertahan atau meninggalkan organisasi. karyawan yang bekerja berdasarkan komitmen berkelanjutan
bertahan dalam organisasi karena mereka memang membutuhkan hal tersebut karena tidak ada pilihan lain.
3 Komitmen normatif normative commitment
Komitmen yang dicerminkan berdasarkan kewajiban untuk tetap tinggal yang dihasilkan berdasarkan norma atau nilai loyalitas terhadap organisasi.
Karyawan yang memiliki komitmen normatif yang kuat akan tetap berada dalam organisasi karena mereka merasa wajib untuk loyal dan bertahan di
dalam organisasi.
18
2.2 Hipotesis Penelitian