PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016.

(1)

PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII

SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016

Oleh :

Diamony Sri Hana Sirait NIM. 4123111015

Program Studi Pendidikan Matematika

SKRIPSI

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

MEDAN 2016


(2)

(3)

ii

RIWAYAT HIDUP

Diamony Sri Hana Sirait dilahirkan di Medan pada tanggal 11 November 1994. Anak pertama dari Ayah yang bernama Kabner Sirait dan Ibu yang bernama Tomu Parulian Simangunsong. Pada tahun 2000, penulis masuk SD Negeri 147609 Aliaga I. Pada tahun 2002, penulis pindah ke SD Negeri 142426 Padang Sidempuan, kemudian pada tahun 2004, penulis pindah ke SD Negeri 02 Pagi Jakarta, terakhir pada tahun 2005, penulis pindah ke SD Budhaya I Jakarta dan lulus pada tahun 2006. Pada tahun 2006, penulis melanjutkan sekolah di SMP Negeri 257 Jakarta dan lulus pada tahun 2009. Setelah itu penulis melanjutkan sekolah di SMA Negeri 58 Jakarta dan lulus pada tahun 2012. Pada tahun 2012, penulis diterima di Program Studi Pendidikan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.


(4)

iii

PERBANDINGAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN

KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN NUMBERED HEADS TOGETHER DI KELAS VIII

SMPN 18 MEDAN T.A 2015/2016 Diamony Sri Hana Sirait (4123111015)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016, (2) apakah keaktifan belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016..

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen semu dengan desain pretest-posttest Control Group Design. Variabel penelitian ini terdiri dari variabel bebas yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT, sedangkan variabel terikat yaitu keaktifan dan hasil belajar matematika siswa. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016, sedangkan sampel dalam penelitian ini adalah siswa kelas VIII-1 (eksperimen A) sebanyak 40 orang dan kelas VIII-2 (eksperimen B) sebanyak 40 orang. Pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling. Instrumen penelitian dalam pengumpulan data adalah tes dan lembar observasi. Sebelum pengujian hipotesis terlebih dahulu diuji normalitas data dengan menggunakan uji Liliefors dan homogenitas data menggunakan uji F.

Berdasarkan hasil analisis data gain dengan menggunakan uji-t pada taraf diperoleh yaitu sehingga ditolak dan diterima. Maka disimpulkan bahwa hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan NHT di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan Tahun Ajaran 2015/2016. Begitu juga dengan hasil analisis data keaktifan siswa dengan menggunakan uji-t pada taraf diperoleh yaitu sehingga ditolak dan diterima. Maka dapat disimpulkan bahwa keaktifan belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan NHT di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan Tahun Ajaran 2015/2016.


(5)

iv

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala kebaikan, penyertaan, kasih dan karuniaNya yang memberikan kekuatan, kesehatan, kesempatan, dan kemudahan sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya.

Skripsi ini berjudul “Perbandingan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dan Numbered Heads Together di Kelas VIII SMPN 18 Medan T.A 2015/2016”, yang disusun untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Program Studi Pendidikan Matematika, Jurusan Matematika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

Penulis menyadari bahwa penyusunan skripsi ini tidak akan dapat diselesaikan dengan baik tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam–dalamnya kepada semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun skripsi ini, antara lain:

1. Bapak Prof. Dr. H. Syawal Gultom, M.Pd, selaku Rektor Universitas Negeri Medan.

2. Bapak Dr. Asrin Lubis, M.Pd, selaku Dekan Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

3. Bapak Prof. Dr. Herbert Sipahutar, M.S., M.Sc, selaku Wakil Dekan Bidang Akademik, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas Negeri Medan.

4. Bapak Dr. Edy Surya, M.Si, selaku Ketua Jurusan Matematika.

5. Bapak Drs. Zul Amry, M.Si, Ph.D, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Matematika dan Bapak Drs. Yasifati Hia, M.Si selaku Sekretaris Jurusan Matematika.

6. Ibu Prihatin Ningsih Sagala, S.Pd , M.Si, selaku Pembimbing Skripsi penulis yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberi arahan, bimbingan, dan saran guna kesempurnaan skripsi ini.


(6)

v

7. Bapak Drs. M. Panjaitan, M.Pd, selaku dosen Penasehat Akademik (PA) yang telah membimbing dan memotivasi penulis selama perkuliahan.

8. Bapak Muliawan Firdaus, S.Pd, M.Si, Bapak Dr. Mulyono, M.Si, dan Bapak Drs. H. Banjarnahor, M.Pd, sebagai Dosen Penguji yang telah banyak memberikan saran dan masukan dalam penyusunan skripsi ini.

9. Bapak dan Ibu Dosen beserta Staf Pegawai Jurusan Matematika.

10. Bapak H. Bambang Sudewo, M.Pd, sebagai Kepala Sekolah yang telah mengizinkan penulis untuk melaksanakan penelitian di SMP Negeri 18 Medan.

11. Ibu Dra. Maryam Sitompul, sebagai guru bidang studi matematika di SMP Negeri 18 Medan dan peserta didik kelas VIII-1 dan VIII-2 atas kerjasama dan kesediannya dalam membantu penulisan ini.

12. Teristimewa rasa dan ucapan terima kasih yang tak terhingga penulis sampaikan kepada kedua orang tua terkasih Ayahanda Kabner Sirait dan Ibunda Halinda Panjaitan untuk do’a, kepercayaan, dukungan dan nasehat yang tak pernah lelah diberikan kepada penulis, untuk pengorbanan dan juga kerja kerasnya dalam memperjuangkan penulis sampai ke jenjang pendidikan ini.

13. Kepada Whyta Leli Damanik teman seperjuangan yang hebat terimakasih buat bantuan dan semangat yang tak terlupakan.

14. Khusus kepada sahabat-sahabat terbaik Venina Sinaga, Yulitaria Sihotang, Eva Kartika untuk do’a, canda tawa dan dukungan yang tak terbalaskan. 15. Teman seperjuangan Tia Mariani, Ruth Melani Simatupang, Meylinda

Saragih, Risky Setia Ayu, Denisha Siburian, Febri Yanti, Rikardo Hutagaol untuk dukungan dan info yang telah diberikan.

16. Seluruh sahabat Matematika DIK-C 2012 atas kebersamaan yang sangat luar biasa, terima kasih untuk perjuangan dan kecerian bersama yang sulit dilupakan.

17. Seluruh teman-teman Matematika stambuk 2012 yang pernah berbagi cerita dan dukungan.


(7)

vi

Terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung, yang tidak tercantum dalam ucapan ini. Semoga dukungan dan bantuan yang telah diberikan dibalaskan oleh Tuhan Yang Maha Kuasa. Akhir kata dengan kerendahan hati penulis mempersembahkan karya yang sederhana ini semoga bermanfaat bagi kita semua dan menjadi bahan masukan dalam dunia pendidikan.

Medan, Juni 2016 Penulis,

Diamony Sri Hana Sirait NIM 4123111015


(8)

vii

DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Pengesahan i

Riwayat Hidup ii

Abstrak iii

Kata Pengantar iv

Daftar Isi vii

Daftar Gambar xi

Daftar Tabel xii

Daftar Lampiran xiii

BAB I PENDAHULUAN 1

1.1. Latar Belakang Masalah 1

1.2. Identifikasi Masalah 7

1.3. Pembatasan Masalah 7

1.4. Rumusan Masalah 7

1.5. Tujuan Penelitian 8

1.6. Manfaat Penelitian 8

1.7. Defenisi Operasional 9

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 10

2.1. Kerangka Teoritis 10

2.1.1. Belajar 10

2.1.2. Proses Pembelajaran dan Pembelajaran Matematika 12

2.1.3. Hasil Belajar 14

2.1.4. Model Pembelajaran dan Pembelajaran Kooperatif 16

2.1.5. Pembelajaran Kooperatif Tipe TGT 20

2.1.6. Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT 26

2.1.7. Teori Belajar yang Mendukung Pembelajaran Kooperatif 28 tipe TGT dan tipe NHT


(9)

viii

2.1.8. Perbandingan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe 30

NHT & TGT 2.1.9. Keaktifan/Aktivitas Belajar 32

2.1.9. Materi Pembelajaran Garis Singgung Lingkaran 36

2.2. Penelitian yang Relevan 43

2.3. Kerangka Konseptual 44

2.4. Rumusan Hipotesis 46

BAB III METODE PENELITIAN 47

3.1. Lokasi dan Waktu Penelitian 47

3.1.1 Lokasi Penelitian 47

3.1.2. Waktu Penelitian 47

3.2. Populasi dan Sampel Penelitian 47

3.2.1. Populasi Penelitian 47

3.2.2. Sampel Penelitian 47

3.3. Variabel Penelitian 48

3.3.1. Variabel Bebas 48

3.3.2. Variabel Terikat 48

3.4. Jenis dan Desain Penelitian 48

3.5. Prosedur Penelitian 50

3.6. Instrumen Penelitian 53

3.6.1 Test Kemampuan 53

3.6.1.1. Validasi Ahli Terhadap Tes Hasil Belajar 53

3.6.2. Lembar Observasi Keaktifan/Aktivitas Siswa 54

3.6.2.1. Validasi Ahli Terhadap Lembar Observasi 55

3.7. Teknik Analisis Data 55

3.7.1. Hasil Belajar dan Keaktifan Belajar Siswa 55

3.7.1.1. Menghitung Rata – Rata Skor 55

3.7.1.2. Menghitung Standard Deviasi 56

3.7.1.3. Menghitung Varians 56


(10)

ix

3.7.1.5.Uji Homogenitas 58

3.7.1.6. Uji Hipotesis Hasil Belajar Siswa 59 3.7.1.7. Uji Hipotesis Keaktifan Belajar Siswa 60 3.7.1.8. Analisis Peningkatan Hasil Belajar 61 3.7.1.9. Analisis Data Aktivitas Siswa 62 3.7.1.10.Menganalisis Tiap-Tiap Kategori Aktivitas 62

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data Hasil Penelitian 63

4.1.1 Deskripsi Nilai Pretest Matematika Siswa pada 63 Kelas TGT dan NHT

4.1.2 Deskripsi Nilai Posttest Matematika Siswa pada 65 Kelas TGT dan NHT

4.1.3 Deskripsi Skor Keaktifan Matematika Siswa pada 67 Kelas TGT dan NHT

4.2 Analisi Data Hasil Penelitian 71

4.2.1. Analisis Data Hasil Belajar 71

4.2.1.1 Uji Normalitas Data 71

4.2.1.2 Uji Homogenitas Data 71

4.2.1.3 Uji Hipotesis 72

4.2.1.4. Analisis peningkatan hasil belajar 72 4.2.2. Analisis Data Observasi Keaktifan Belajar 73

4.2.1.1 Uji Normalitas Data 73

4.2.1.1 Uji Homogenitas Data 74

4.2.1.1 Uji Hipotesis 74

4.3 Pembahasan Hasil Penelitian 74

4.2.1. Pembahasan Hasil Belajar Siswa 74


(11)

x

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan 81

5.2 Saran 82


(12)

xi

DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 2.1 Penempatan pada Meja Turnamen 21 Gambar 2.2 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 36 Gambar 2.3 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 36 Gambar 2.4 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 37 Gambar 2.5 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 38 Gambar 2.6 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 38 Gambar 2.7 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 39 Gambar 2.8 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 39 Gambar 2.9 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 40 Gambar 2.10 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 41 Gambar 2.11 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 41 Gambar 2.12 Gambar Lingkaran dengan Garis Singgung 42

Bagan 3.1 Prosedur Penelitian 52

Gambar 4.1 Perbedaan Rata-rata Pretest Kelas TGT dan NHT 65 Gambar 4.2 Perbedaan Rata-rata Postest Kelas TGT dan NHT 67 Gambar 4.3 Persentase Keaktifan Siswa Untuk Tiap-Tiap Kategori 69


(13)

xii

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 2.1 Langkah-Langkah Model Pembelajaran Kooperatif 18

Tabel 2.2 Poin Turnamen Untuk 3 Pemain 22

Tabel 2.3 Tingkatan Penghargaan Tim Pada TGT 22

Tabel 2.4 Sintak Pembelajaran TGT 24

Tabel 2.5 Perbandingan Model Pembelajaran NHT & TGT 31

Tabel 2.3 Kisi – Kisi Skala Keaktifan Belajar Matematika Siswa 35

Tabel 3.1 Rancangan Penelitian Two Group (Pre-Test dan Post-Test) 49

Tabel 3.2 Kategori Hasil Belajar Siswa 53

Tabel 3.3 Kisi – Kisi Skala Keaktifan Belajar Matematika Siswa 54

Tabel 3.4 Kategori Besar Nilai g 61

Tabel 3.5 Kriteria Aktivitas Belajar Siswa 62

Tabel 4.1 Perbedaan Nilai Pretest pada Kelas TGT dan NHT 64

Tabel 4.2 Data Pretest Kelas Eksperimen A dan B 65

Tabel 4.3 Perbedaan Nilai Pretest pada Kelas TGT dan NHT 66

Tabel 4.4 Data Postest Kelas Eksperimen A dan B 67

Tabel 4.5 Perbedaan Skor Keakifan pada Kelas TGT dan NHT 68

Tabel 4.6 Data Pengamatan Terhadap Keaktifan Belajar Siswa 69

Tabel 4.7 Kadar Aktivitas Tiap-Tiap Kategori Aktivitas 69

Tabel 4.8 Data Observasi Keaktifan Belajar Siswa Kedua Kelas 70

Tabel 4.9 Ringkasan Hasil Uji Normalitas Data Hasil Belajar 71

Tabel 4.10 Data Hasil Uji Homogenitas Hasil Belajar 72

Tabel 4.11 Hasil N-Gain Pretest-Posttest pada Kelas Eksperimen A dan B 72 Tabel 4.12 Hasil Perhitungan N-gain Kelas Eksperimen A dan 73

Eksperimen B Tabel 4.13 Ringkasan Hasil Uji Uji Normalitas Data Keaktifan 73


(14)

xiii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Hasil Wawancara Pra Penelitian 86

Lampiran 2. RPP I (Eksperimen NHT) 88

Lampiran 3. RPP II (Eksperimen NHT) 96

Lampiran 4. RPP I (Eksperimen TGT) 104

Lampiran 5. RPP II (Eksperimen TGT) 115

Lampiran 6. Lembar Aktivitas Siswa I 127

Lampiran 7. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa I 131

Lampiran 8. Lembar Aktivitas Siswa II 134

Lampiran 9. Alternatif Jawaban Lembar Aktivitas Siswa II 139

Lampiran 10. Pedoman Penilaian Keaktifan Belajar Matematika Siswa 142

Lampiran 11. Lembar Observasi Aktivitas Belajar Matematika Siswa 143

Lampiran 12. Lembar Validasi Observasi Aktivitas Belajar Matematika 155

Siswa Lampiran 13. Kisi-Kisi Pre Test 158

Lampiran 14. Pre Test 159

Lampiran 15. Alternatif Jawaban Pre Test 161

Lampiran 16. Lembar Pedoman Penskoran Pre Test 164

Lampiran 17. Lembar Validasi Soal Pre Test 165

Lampiran 18. Kisi-Kisi Post Test 168

Lampiran 19. Post Test 169

Lampiran 20. Alternatif Jawaban Post Test 171

Lampiran 21. Pedoman Penskoran Post Test 174

Lampiran 22. Lembar Validasi Post-Test 175

Lampiran 23. Tabulasi data pretest kelas eksperimen A dan kelas B 178

Lampiran 24. Tabulasi data posttest kelas eksperimen A dan kelas B 180

Lampiran 25. Data Nilai Pretes dan Postest Kelas Eksperimen A dan Kelas 182 Eksperimen B


(15)

xiv

Lampiran 26. Data Selisih Nilai Pre-test dan Post-test Kelas Eksperimen 184 A dan B

Lampiran 27. Perhitungan rata-rata, varians dan simpangan baku 187 kelas eksperimen A dan kelas eksperimen B Lampiran 28. Perhitungan uji normalitas data hasil belajar 192 Lampiran 29. Perhitungan uji normalitas data hasil belajar 199 Lampiran 30. Perhitungan uji hipotesis data hasil belajar 202 Lampiran 31. Analisis N-Gain Hasil Belajar 206 Lampiran 32. Tabulasi Data Observasi Keaktifan Siswa Untuk Setiap 208 Kategori Aktivitas Kelas Eksperimen A dan Kelas Eksperimen B Lampiran 33. Data observasi keaktifan siswa kelas eksperimen A dan 213

eksperimen B

Lampiran 34. Perhitungan rata-rata, varians dan simpangan baku 214 Skor Keaktifan belajar Siswa kelas eksperimen A dan kelas eksperimen B

Lampiran 35. Perhitungan uji normalitas data 216 Lampiran 36. Perhitungan uji homogenitas data keaktifan belajar 219

Lampiran 37. Perhitungan uji hipotesis 220

Lampiran 38. Dokumentasi penelitian 223


(16)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah hak setiap individu, melalui pendidikan setiap individu dapat mengembangkan diri untuk dapat hidup dan melangsungkan kehidupan. Macam – macam jalur pendidikan yang dapat ditempuh di Indonesia tertuang dalam Pasal 13 ayat 1, Undang – Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menjelaskan bahwa: “Jalur pendidikan terdiri atas pendidikan formal, nonformal, dan informal yang dapat saling melengkapi dan memperkaya”.

Pendidikan pertama kali diperoleh di lingkungan keluarga (Pendidikan Informal), kemudian lingkungan sekolah (Pendidikan Formal), dan lingkungan masyarakat (Pendidikan Nonformal). Pendidikan informal adalah pendidikan yang diperoleh seseorang dari pengalaman sehari-hari dengan sadar atau tidak sadar dalam lingkungan. Peranan keluarga sangat penting dalam proses pendidikan ini. Pendidikan formal adalah pendidikan berstruktur dan berjenjang terdiri atas pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan tinggi. Pendidikan nonformal adalah pendidikan berstruktur di luar pendidikan formal seperti lembaga kursus.

Tenaga kependidikan merupakan suatu komponen yang sangat penting dalam penyelenggaraan pendidikan. Salah satu unsur tenaga kependidikan adalah tenaga pengajar atau guru. Undang - Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional dalam Pasal 5 ayat 1 menjelaskan, bahwa: “Setiap warga negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu”. Mutu pendidikan sangat dipengaruhi oleh kinerja guru dalam melaksanakan tugasnya. Oleh karena itu, guru tidak boleh hanya menyampaikan pelajaran untuk mengejar ketercapaian kurikulum, melainkan guru harus memperhatikan keadaan belajar peserta didik apakah telah mengusai materi pelajaran yang baru disampaikan atau tidak, baik peserta didik yang tidak


(17)

2

berkesulitan dalam belajar dan terlebih – lebih bagi peserta didik yang berkesulitan dalam belajar.

Pendidikan di Indonesia kualitasnya saat ini masih jauh dari negara – negara lain, senada dengan pernyataan tersebut Janawi (2013:3) menyatakan bahwa:

“Kualitas pendidikan Indonesia dinilai banyak kalangan belum memiliki kualitas yang memadai bila dibandingkan dengan kualitas pendidikan di negara-negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Philipina, Thailand, dan Vietnam”.

Pernyataan diatas didukung oleh Kunandar (dalam Janawi, 2013:3) yang menjelaskan bahwa:

“Rendahnya kualitas pendidikan kita dapat dilihat dari beberapa faktor. Pertama, lulusan dari sekolah atau perguruan tinggi yang belum siap memasuki dunia kerja karena minimnya kompotensi yang dimiliki. Bakal kecakapan yang diperoleh dari lembaga pendidikan tidak memadai untuk dipergunakan secara mandiri, karena yang dipelajari dari lembaga pendidikan lebih bersifat teoritik, sehingga peserta didik kurang inovatif dan kreatif”.

Guru merupakan salah satu faktor yang berpengaruh dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Oleh karena itu, guru harus memiliki kemampuan profesional dalam bidang proses belajar mengajar. Guru tidak cukup hanya mampu menguasai materi pelajaran, tetapi guru juga harus mampu mengelola kelas, sesuai dengan materi pelajaran dan kemampuan siswa sendiri dengan cara memilih strategi, pendekatan, metode dan teknik pembelajaran secara interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi secara aktif dalam mengikuti pembelajaran.

Pendidikan khususnya bidang ilmu matematika sangat penting dan perlu dikuasai oleh segenap warga bangsa Indonesia, baik penerapannya maupun pola pikirnya. Cockroft (dalam Abdurrahman, 2012:204) menjelaskan bahwa:

“Matematika perlu diajarkan kepada siswa karena: (1) selalu digunakan dalam segala segi kehidupan; (2) semua bidang studi memerlukan keterampilan matematika yang sesuai; (3) merupakan sarana komunikasi yang kuat, singkat, dan jelas; (4) dapat digunakan untuk menyajikan informasi dalam berbagai cara; (5) meningkatkan kemampuan berpikir logis, ketelitian, dan kesadaran ke ruangan; (6) memberikan kepuasan terhadap usaha memecahkan masalah yang menantang”.


(18)

3

Banyak orang yang memandang matematika sebagai bidang studi yang sulit dan tidak menyenangkan, dengan alasan bidang studi ini identik dengan hitung menghitung, memerlukan pengusaan yang baik dan benar serta menuntut intelektualitas yang relatif tinggi dalam mempelajarinnya. Hal ini sejalan dengan yang diungkapkan Hudojo (2005:202) bahwa:

“Dari berbagai bidang studi yang diajarkan di sekolah, matematika merupakan bidang studi yang dianggap paling sulit oleh para siswa, baik bagi yang tidak berkesulitan belajar dan lebih – lebih bagi siswa yang berkesulitan belajar”.

Seiring dengan hal tersebut, hasil wawancara dengan guru matematika di SMP Negeri 18 Medan yaitu Ibu Dra Maryam Sitompul, menyatakan bahwa masih banyak siswa di kelas VIII yang belum menguasai matematika terlihat dari hasil belajar matematika siswa kelas VIII masih rendah. Rata-rata hasil belajar matematika di sekolah tersebut pada semester ganjil adalah sekitar 60 dengan KKM 75. Kebanyakan siswa kurang berminat dan berkonsentrasi dalam belajar, terlihat dari kurangnya partisipasi siswa dalam belajar seperti kurang dalam bertanya apabila siswa tersebut belum memahami materi yang baru saja disampaikan dan jarang mengkritik selama pembelajaran berlangsung. Demikian sebaliknya, apabila guru bertanya, banyak siswa yang tidak dapat menjawab pertanyaan yang diajarkan guru. Adanya kecenderungan bahwa kegiatan pembelajaran terpusat pada guru (teacher centered), siswa hanya mendengar penjelasan dari guru kemudian menulis penjelasan tersebut dari papan tulis. Guru menggunakan metode diskusi konvensional saja terkadang kurang berhasil, karena hanya sedikit siswa yang aktif dan dapat serius belajar dalam kelompok, sedangkan siswa lainnya kebanyakan bertindak pasif, hanya menunggu hasil kerja temannya yang aktif belajar.

Berdasarkan pernyataan diatas, menekankan bahwa model konvensional masih mendominasi pembelajaran, sehingga siswa cenderung pasif baik dalam berpikir maupun bertindak selama proses pembelajaran berlangsung, hal tersebut mengakibatkan hasil belajar siswa kurang memuaskan. Hal yang sama diungkapkan oleh Trianto (2009:5) bahwa:

“Masalah utama dalam pembelajaran pada pendidikan formal (sekolah) dewasa ini adalah masih rendahnya daya serap peserta didik. Hal ini


(19)

4

tampak dari hasil rerataan hasil belajar peserta didik yang senantiasa masih memprihatinkan. Prestasi ini tentunya merupakan hasil kondisi pembelajaran yang masih bersifat konvensional dan tidak menyentuh ranah dimensi peserta didik itu sendiri, yaitu bagaimana sebenarnya belajar itu (belajar untuk belajar)”.

Pada dasarnya proses belajar mengajar merupakan rangkaian aktivitas/keaktifan yang dilakukan untuk mencapai tujuan tertentu. Hal tersebut didukung oleh Sardiman (2011:97) yang menyatakan bahwa:

“Dalam kegiatan belajar, subyek didik/siswa harus aktif berbuat. Dengan kata lain, dalam belajar diperlukan adanya aktivitas. Tanpa aktivitas, proses belajar tidak mungkin berlangsung dengan baik”.

Hamalik (2009:89) juga menyatakan bahwa: “Dalam diri masing-masing siswa terdapat prinsip aktif yakni keinginan untuk berbuat dan bekerja sendiri”.

Berdasarkan kutipan - kutipan tersebut, menekankan bahwa proses pembelajaran yang baik harus melibatkan keaktifan komponen yang melakukan aktivitas belajar – mengajar, yakni siswa dan guru dan juga menekankan bahwa setiap peserta didik memiliki potensi untuk aktif dalam belajar. Keaktifan tersebut meliputi keaktifan fisik maupun mental. Oleh karena itu, perlunya guru memilih model pembelajaran yang pelaksanaannya menitikberatkan pada keaktifan siswa dan meningkatkan hasil belajar siswa yang merupakan tujuan dari pembelajaran. Salah satu model pembelajaran yang melibatkan keaktifan dan meningkatkan prestasi belajar siswa adalah model pembelajaran kooperatif. Hal ini didukung oleh Slavin (dalam Isjoni, 2009:23) yang menyatakan bahwa:

“Pembelajaran kooperatif merupakan model pembelajaran yang telah dikenal sejak lama, dimana pada saat itu guru mendorong para siswa untuk melakukan kerja sama dalam kegiatan – kegiatan tertentu seperti diskusi atau pengajaran oleh teman sebaya. Dalam melakukan proses belajar mengajar guru tidak lagi mendominasi seperti lazimnya pada saat ini, sehingga siswa dituntut untuk berbagi informasi dengan siswa yang lainnya dan saling belajar mengajar sesama mereka”.

Dengan adanya diskusi antar siswa maka pembelajaran melibatkan keaktifan setiap siswa dalam proses pembelajaran. Seperti yang diungkapkan oleh Isjoni (2011) bahwa:

“Cooperative learning adalah suatu model pembelajaran yang saat ini banyak digunakan untuk mewujudkan kegiatan belajar mengajar yang berpusat kepada siswa (student oriented), terutama untuk mengatasi


(20)

5

permasalahan yang ditemukan guru dalam mengaktifkan siswa, yang tidak dapat bekerja sama dengan yang lain”.

Kemudian tuntutan yang diberikan pada siswa untuk saling belajar mengajar sesama mereka, membentuk setiap siswa untuk bertanggung jawab memahami materi pelajaran terlebih dahulu. Hal ini memungkinkan setiap siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Slavin (dalam Wina Sanjaya, 2008:242) juga mengatakan bahwa:

“Beberapa hasil penelitian membuktikan bahwa pembelajaran kooperatif dapat meningkatkan prestasi belajar siswa sekaligus dapat meningkatkan kemampuan hubungan sosial, menumbuhkan sikap menerima kekurangan diri dan orang lain, serta dapat meningkatkan harga diri”. Ada beberapa tipe pembelajaran kooperatif, di antaranya adalah model pembelajaran kooperatif tipe TGT (Teams Games Tournament) dan model pembelajaran tipe NHT (Numbered Heads Together).

Model pembelajaran tipe TGT terdiri atas lima komponen utama yaitu presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim. Dalam pelaksanaanya ,siswa dibagi dalam beberapa kelompok untuk berdiskusi memecahkan persoalan yang diberikan. Selain itu, siswa dituntut untuk bersaing dalam memainkan game akademik bersama dengan anggota tim lain untuk menyumbangkan poin bagi skor tim asalnya. Sehingga terdapat kompetisi antar kelompok yang dikemas dalam suatu permainan yang menjadikan siswa aktif dalam pembelajaran dan keterlibatan siswa dalam memecahkan persoalan memberi peluang untuk menambah pemahaman siswa, sehingga memungkinkan hasil belajar siswa menjadi lebih baik. Hal tersebut didukung oleh Yuniar (dalam jurnal penelitian Pendidikan Matematika UNJEM Vol. 4 Nomor 3 tahun 2013) yang menyatakan bahwa: model pembelajaran kooperatif tipe TGT dapat meningkatkan keaktifan dan hasil belajar siswa. Hal itu dapat dilihat dari peningkatan hasil rata – rata persentase keaktifan dan hasil belajar siswa pada siklus II dibandingkan siklus I.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT memiliki empat komponen utama yaitu numbering, questioning, heads together, dan answering. Dalam pembelajaran NHT guru membagi siswa menjadi beberapa kelompok yang tiap kelompok beranggota 5 orang dan memberi nomor kepada setiap siswa dalam kelompok, sehingga setiap siswa dalam kelompok memiliki nomor yang berbeda,


(21)

6

guru menjelaskan materi yang bersangkutan selanjutnya guru memberikan suatu permasalahan untuk dipecahkan masing – masing kelompok kemudian guru akan memanggil nomor siswa secara acak untuk mempersentasikan hasil diskusi kelompoknya. Masing – masing kelompok berusaha agar tiap anggotanya mengetahui jawabannya karena guru tidak akan memberitahukan nomor siswa yang akan mewakili kelompoknya untuk presentasi, hal ini memungkinkan keaktifan dan hasil belajar setiap siswa lebih baik. Hal tersebut didukung Janah (dalam jurnal Pendidikan Matematika UNESA Vol. 1 Nomor 1 tahun 2013) yang menyatakan bahwa model pembelajaran kooperatif tipe NHT dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa. Hasil respon siswa dalam tindakan model pembelajaran NHT dapat dilihat bahwa siswa senang dengan pemberian respon positif pada pembelajaran ini.

Model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT, memungkinkan mendorong keaktifan siswa dengan adanya diskusi antar sesama anggota kelompok. Tuntutan pengajaran teman sebaya dalam kegiatan diskusi, membuat siswa harus memahami materi pembelajaran terlebih dahulu. Hal tersebut memungkinkan siswa memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Hal yang membedakan dari kedua tipe tersebut adalah tahapan - tahapan pembelajaran dari kedua model tersebut, yaitu adanya pengulangan pada tipe TGT dalam bentuk kompetensi game dan turnamen sehingga menuntut siswa bersaing dengan tim lain untuk memperoleh skor bagi tim asalnya. Sedangkan tipe NHT hanya sampai pada tahap answering yang menuntut tanggung jawab individual untuk dapat mempresentasikan hasil diskusinya.

Berdasarkan uraian diatas, tahapan - tahapan pembelajaran model TGT dan NHT berbeda. Namun, penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT sama – sama baik dalam mengoptimalkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa. Dari hal tersebut, maka peneliti akan mengadakan penelitian dengan judul “Perbandingan Keaktifan dan Hasil Belajar Matematika Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournament dan Numbered Heads Together di Kelas VIII SMPN 18 Medan T.A 2015/2016”.


(22)

7

1.2. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang masalah di atas, maka masalah yang dapat diidentifikasikan adalah:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa di SMP Negeri 18 Medan. 2. Siswa di SMP Negeri 18 Medan kurang berminat dan berkonsentrasi

belajar matematika .

3. Aktivitas/keaktifan belajar matematika siswa di SMP Negeri 18 Medan masih tergolong rendah.

4. Pembelajaran matematika di SMP Negeri 18 Medan masih berorientasi pada guru.

5. Metode diskusi konvensional yang pernah diterapkan oleh guru di SMP Negeri 18 Medan masih kurang berhasil.

1.3. Pembatasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang telah teridentifikasi dan keterbatasan peneliti, maka masalah dalam penelitian ini dibatasi pada keaktifan dan hasil belajar matematika siswa serta penggunaan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament dan Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016.

1.4. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah dan pembatasan masalah yang dikemukakan maka masalah yang akan dikaji dalam penelitian ini adalah:

1. Apakah dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa?

2. Apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016?


(23)

8

3. Bagaimana keaktifan siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT dan NHT?

4. Apakah keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016?

1.5. Tujuan Penelitian

Dari rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah hasil belajar matematika siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016.

2. Untuk mengetahui apakah keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament lebih tinggi dibandingkan model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan tahun ajaran 2015/2016.

1.6. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah : 1. Bagi Guru

Sebagai bahan pertimbangan bagi guru dalam menggunakan model pembelajaran di kelas yaitu dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) atau model pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) untuk meningkatkan keaktifan dan hasil belajar matematika siswa.


(24)

9

2. Bagi Peserta Didik

a. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar mengaktifkan diri dalam proses pembelajaran.

b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan berbagi ilmu pengetahuan terhadap orang lain.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peniliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.

1.7. Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah

pembelajaran yang meliputi lima komponen utama yaitu presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim.

b. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran yang meliputi empat komponen utama yaitu Numbering, questioning, heads together dan answering.

c. Keaktifan belajar matematika siswa adalah bentuk partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika yang mengacu pada indikator oral activities, mental activities dan writing activities.

d. Hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematika yang dilihat dari nilai selisih pretest - posttest siswa.


(25)

81 BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Berdasarkan uji n-gain skor diperoleh bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis peningkatan hasil belajar dimana reratan n-gain model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 0,64 termasuk dalam kategori peningkatan sedang dan reratan n-gain model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah 0,41 termasuk juga dalam kategori peningkatan sedang.

2. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan T.A 2015/2016, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 3,113 > 1,668.

3. Berdasarkan analisis data keaktifan siswa diperoleh bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT aktivitas siswa termasuk dalam kategori aktif. Hal ini dibuktikan dari persentase rata-rata skala keaktifan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 68,36% termasuk dalam kategori aktif dan pada kelas NHT adalah 60,63% termasuk dalam kategori cukup aktif.

4. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan


(26)

82

T.A 2015/2016, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 2,68 > 1,668.

5. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa. Terbukti dari hasil analisis data dimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran NHT. Hal tersebut sejalan dengan hasil belajar siswa dengan pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan siswa dengan pembelajaran NHT.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan: 1. Kepada guru, diharapkan memilih model pembelajaran yang menciptakan

ketertarikan, semangat dan melibatkan keaktifan belajar siswa yang relevan terhadap pembelajaran. Dengan begitu memungkinkan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Seperti model pembelajaran TGT yang menerapkan permainan dan turnamen akademik lebih membuat siswa tertarik dan semangat untuk belajar terbukti dengan aktivitas belajarnya lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran NHT. Hal tersebut sejalan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan pembelajaran NHT.

2. Untuk peneliti selanjutnya atau calon guru, dalam mengamati aktivitas belajar siswa lebih baik berdasarkan pencapaian waktu dan hanya beberapa siswa yang diamati. Artinya pengamatan dilakukan secara bersamaan mulai awal pembelajaran sampai pembelajaran berakhir dengan cara menuliskan nomor-nomor kategori aktivitas siswa yang paling dominan pada setiap waktu 5 menit, 4 menit digunakan untuk mengamati dan 1 menit untuk menuliskan nomor kategori pada lembar pengamatan yang telah disediakan. 3. Untuk peneliti selanjutnya, dalam mengamati aktivitas siswa harus

memperhatikan 2 kategori aktivitas, yaitu aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Kriteria proses pembelajaran dikatakan baik jika aktivitas siswa yang paling sering dilakukan selama pembelajaran berlangsung merupakan aktivitas siswa pada kategori aktif.


(27)

83

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Amrozi, Soetarno, dan Suharno, (2014), Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI TSP SMK Negeri 1 Nganjuk, Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran 2(3): 295-310.

Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: teori, diagnostik, dan remediasinya, Rineka cipta, Jakarta.

Asmin dan Abil, (2014), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa Indonesia, Medan.

Agus dkk, (2014), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament Dan Numbered Heads Together Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa, Jurnal Penelitian Pendidikan 2:184-192. Barkley, (2012), Collaborative Learning Technique, Nusa Media, Bandung. Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,

Universitas Negeri Malang, Malang.

Hamalik, O., (2009), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Hardian, (2012), Pembelajaran Kooperatif, Mempraktikkan Pembelajaran Kooperatif di Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan. Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi

antar peserta didik, Pustaka Pelajar, Yogjakarta.


(28)

84

Janawi, (2013), Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran, Ombak, Yogyakarta. Janah, F., (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Head Together) pada Materi Bilangan Bulat, Jurnal Penelitian Pendidikan 1:0-216.

Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingka Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Milfayetty, S., dkk, 2015, Psikologi Pendidikan, Unimed, Medan.

E. Mulyasa, (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Ngalimun, (2012), Strategi Dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Banjarmasin.

Sabri, A., (2010), Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching, PT Ciputat Press, Ciputat.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor yang Memepengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Group, Jakarta.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar- Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Sudjana, (2008), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Slavin, R., (2005), Cooperative Learning:teori, riset dan praktik, Nusa Media, Bandung.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung.


(29)

85

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Yuniar, D., (2013), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan Authentic Assessment Untuk Meningkatkan Hasil dan Aktivitas Belajar Pada Materi Luas Permukaan Prisma dan Limas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jember Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan 4:53-60.


(1)

2. Bagi Peserta Didik

a. Dapat dijadikan sebagai sarana untuk belajar mengaktifkan diri dalam proses pembelajaran.

b. Menumbuhkan kemampuan bekerjasama, berkomunikasi dan mendengarkan pendapat orang lain, melatih rasa peduli dan kerelaan berbagi ilmu pengetahuan terhadap orang lain.

3. Bagi Sekolah

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan sumbangan positif dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan khususnya dalam mata pelajaran matematika, sehingga dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik dan sekaligus dapat digunakan sebagai bahan penelitian lanjutan.

4. Bagi Peneliti

Sebagai bahan masukan dan pembanding kepada peniliti lain yang ingin meneliti permasalahan yang sama di masa yang akan datang.

1.7. Defenisi Operasional

Adapun definisi operasional dari penelitian ini adalah sebagai berikut : a. Pembelajaran kooperatif tipe Teams Games Tournament (TGT) adalah

pembelajaran yang meliputi lima komponen utama yaitu presentasi di kelas, tim, game, turnamen, dan rekognisi tim.

b. Pembelajaran kooperatif tipe Numbered Heads Together (NHT) adalah pembelajaran yang meliputi empat komponen utama yaitu Numbering, questioning, heads together dan answering.

c. Keaktifan belajar matematika siswa adalah bentuk partisipasi siswa dalam proses pembelajaran matematika yang mengacu pada indikator oral activities, mental activities dan writing activities.

d. Hasil belajar matematika siswa adalah kemampuan – kemampuan yang dimiliki oleh siswa setelah ia menerima pengalaman belajar matematika yang dilihat dari nilai selisih pretest - posttest siswa.


(2)

81

Berdasarkan hasil penelitian dari analisis data diperoleh beberapa kesimpulan, yaitu:

1. Berdasarkan uji n-gain skor diperoleh bahwa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal ini dibuktikan dengan hasil analisis peningkatan hasil belajar dimana reratan n-gain model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 0,64 termasuk dalam kategori peningkatan sedang dan reratan n-gain model pembelajaran kooperatif tipe NHT adalah 0,41 termasuk juga dalam kategori peningkatan sedang.

2. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan hasil belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan T.A 2015/2016, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 3,113 > 1,668.

3. Berdasarkan analisis data keaktifan siswa diperoleh bahwa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT maupun NHT aktivitas siswa termasuk dalam kategori aktif. Hal ini dibuktikan dari persentase rata-rata skala keaktifan siswa dengan model pembelajaran kooperatif tipe TGT adalah 68,36% termasuk dalam kategori aktif dan pada kelas NHT adalah 60,63% termasuk dalam kategori cukup aktif.

4. Secara statistik dengan menggunakan uji-t disimpulkan bahwa keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe TGT lebih tinggi dibandingkan dengan keaktifan belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT pada pokok bahasan Garis Singgung Lingkaran di kelas VIII SMP Negeri 18 Medan


(3)

T.A 2015/2016, hal ini dibuktikan dari hasil pengujian hipotesis dimana thitung > ttabel yaitu 2,68 > 1,668.

5. Hasil belajar siswa dipengaruhi oleh aktivitas belajar siswa. Terbukti dari hasil analisis data dimana aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran NHT. Hal tersebut sejalan dengan hasil belajar siswa dengan pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan siswa dengan pembelajaran NHT.

5.2Saran

Berdasarkan hasil penelitian ini maka saran yang dapat peneliti berikan: 1. Kepada guru, diharapkan memilih model pembelajaran yang menciptakan

ketertarikan, semangat dan melibatkan keaktifan belajar siswa yang relevan terhadap pembelajaran. Dengan begitu memungkinkan siswa untuk memperoleh hasil belajar yang lebih baik. Seperti model pembelajaran TGT yang menerapkan permainan dan turnamen akademik lebih membuat siswa tertarik dan semangat untuk belajar terbukti dengan aktivitas belajarnya lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran NHT. Hal tersebut sejalan dengan hasil belajar siswa yang menggunakan pembelajaran TGT lebih tinggi dibandingkan pembelajaran NHT.

2. Untuk peneliti selanjutnya atau calon guru, dalam mengamati aktivitas belajar siswa lebih baik berdasarkan pencapaian waktu dan hanya beberapa siswa yang diamati. Artinya pengamatan dilakukan secara bersamaan mulai awal pembelajaran sampai pembelajaran berakhir dengan cara menuliskan nomor-nomor kategori aktivitas siswa yang paling dominan pada setiap waktu 5 menit, 4 menit digunakan untuk mengamati dan 1 menit untuk menuliskan nomor kategori pada lembar pengamatan yang telah disediakan. 3. Untuk peneliti selanjutnya, dalam mengamati aktivitas siswa harus

memperhatikan 2 kategori aktivitas, yaitu aktivitas aktif dan aktivitas pasif. Kriteria proses pembelajaran dikatakan baik jika aktivitas siswa yang paling sering dilakukan selama pembelajaran berlangsung merupakan aktivitas siswa pada kategori aktif.


(4)

DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, S., (2009), Manajemen Penelitian, PT Rineka Cipta, Jakarta.

Amrozi, Soetarno, dan Suharno, (2014), Penerapan Pembelajaran Matematika dengan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Teams Games Tournaments (TGT) untuk Meningkatkan Motivasi dan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas XI TSP SMK Negeri 1 Nganjuk, Jurnal Teknologi Pendidikan dan Pembelajaran 2(3): 295-310.

Abdurrahman, M., (2012), Anak Berkesulitan Belajar: teori, diagnostik, dan remediasinya, Rineka cipta, Jakarta.

Asmin dan Abil, (2014), Pengukuran dan Penilaian Hasil Belajar Dengan Analisis Klasik dan Modern, Larispa Indonesia, Medan.

Agus dkk, (2014), Eksperimentasi Model Pembelajaran Kooperatif Tipe

Teams Games Tournament Dan Numbered Heads Together Ditinjau Dari Kecerdasan Emosional Siswa, Jurnal Penelitian Pendidikan 2:184-192. Barkley, (2012), Collaborative Learning Technique, Nusa Media, Bandung. Hudojo, H., (2005), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran Matematika,

Universitas Negeri Malang, Malang.

Hamalik, O., (2009), Kurikulum dan Pembelajaran, Bumi Aksara, Jakarta.

Hardian, (2012), Pembelajaran Kooperatif, Mempraktikkan Pembelajaran Kooperatif di Ruang-Ruang Kelas, Grasindo, Jakarta.

Istarani, (2012), 58 Model Pembelajaran Inovatif, Media Persada, Medan. Isjoni, (2009), Pembelajaran kooperatif meningkatkan kecerdasan komunikasi

antar peserta didik, Pustaka Pelajar, Yogjakarta.


(5)

Janawi, (2013), Metodologi dan Pendekatan Pembelajaran, Ombak, Yogyakarta. Janah, F., (2013), Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT

(Numbered Head Together) pada Materi Bilangan Bulat, Jurnal Penelitian Pendidikan 1:0-216.

Kunandar, (2007), Guru Profesional Implementasi Kurikulum Tingka Satuan Pendidikan (KTSP) dan Sukses dalam Sertifikasi Guru, PT Raja Grafindo Persada, Jakarta.

Milfayetty, S., dkk, 2015, Psikologi Pendidikan, Unimed, Medan.

E. Mulyasa, (2004), Kurikulum Berbasis Kompetensi, Remaja Rosda Karya, Bandung.

Ngalimun, (2012), Strategi Dan Model Pembelajaran, Aswaja Pressindo, Banjarmasin.

Sabri, A., (2010), Strategi Belajar Mengajar dan Microteaching, PT Ciputat Press, Ciputat.

Slameto, (2010), Belajar dan Faktor – Faktor yang Memepengaruhinya, Rineka Cipta, Jakarta.

Sanjaya, W., (2008), Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Kencana Prenada Group, Jakarta.

Sardiman, (2011), Interaksi dan Motivasi Belajar- Mengajar, Rajawali Pers, Jakarta.

Sudjana, (2008), Metode Statistika, Tarsito, Bandung.

Slavin, R., (2005), Cooperative Learning:teori, riset dan praktik, Nusa Media, Bandung.

Sugiyono, (2009), Metode Penelitian Kuantitatif dan Kualitatif, CV Alfabeta, Bandung.


(6)

Trianto, (2009), Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif: Konsep, Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Kencana Prenada Media Group, Jakarta.

Yuniar, D., (2013), Penerapan Pembelajaran Kooperatif Tipe Team Games Tournament (TGT) dengan Authentic Assessment Untuk Meningkatkan Hasil dan Aktivitas Belajar Pada Materi Luas Permukaan Prisma dan Limas Siswa Kelas VIII SMP Negeri 1 Jember Semester Genap Tahun Ajaran 2012/2013, Jurnal Penelitian Pendidikan 4:53-60.


Dokumen yang terkait

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

0 5 50

ANALISIS HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN KEMAMPUAN AWAL SISWA

2 12 53

STUDI PERBANDINGAN HASIL BELAJAR IPS TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR AND SHARE (TPS) DAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) DENGAN MEMPERHATIKAN MINAT BELAJAR SISWA KELAS VIII SEMESTER GENAP

0 5 93

1 PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 1 RAMBAH SAMO

0 0 6

PERBEDAAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA MTS ASH-SHOHIBIYAH ANTARA YANG MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) DAN TEAM ASISTED INDIVIDUALIZATION (TAI)

0 0 5

EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

0 1 11

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEADS TOGETHER (NHT) SEBAGAI UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA KELAS VII D SMP NEGERI 1 NGLIPAR TAHUN AJARAN 20132014

0 0 8

PENINGKATAN KEDISIPLINAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE NUMBERED HEAD TOGETHER

0 0 8

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN STUDENTS TEAMS ACHIEVEMENT DIVISION PADA MATERI ANIMALIA SISWA KELAS X MAN PULANG PISAU

0 0 109

UPAYA MENINGKATKAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN SEJARAH MELALUI KOMBINASI MODEL KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT DAN COURSE REVIEW HORAY

0 1 17