132
Teknik Dasar Pengerjaan Non Logam
tahun 1930 pasal 13 bahwa pesawat uap dengan alat-alat
perlengkapannya yang dipakai dilakukan pengawasan terus menerus oleh pemerintah dalam hal ini oleh pegawai dari jawatan pengawasan
perburuhan dan pengawasan keselamatan kerja yang ditetapkan
dengan Peraturan Pemerintah. Berdasarkan Peraturan Uap th 1930 pasal 40 dinyatakan bahwa
pemeriksaan dalam dari ketel-ketel uap kapal, diadakan sekurang- kurangnya sekali dalam setahun dan ketel uap darat sekurang-
kurangnya sekali dalam dua tahun. Sesuai dengan peraturan Uap th 1930 bahwa setiap pemakai pesawat uap harus mengusahakan agar
pesawat pesawat uapnya dan segala sesuatu yang dianggap termasuk di dalamnya berada dalam keadaan yang baik pasal 39
ayat 1 sedangkan berdasar pasal 39 ayat 3 dikatakan bahwa pemakai harus menyuruh melayani dan mempekerjakan pesawat-
pesawat uap itu oleh orang yang berpengetahuan dan mempunyai pengertian yang cukup tentang pengerjaannya.
Untuk melaksanakan hal tersebut diatas berarti ketel uap harus dioperasikan oleh operator-operator yang berkemampuan yang telah
menempuh pendidikan dan pelatihan operator uap, sebagaimana dipersyaratkan dalam Permenaker No. Per 01Men1988.
C. Pesawat Angkat Angkut Upaya pencegahan
kecelakaan dalam pengoperasian pesawat
angkat angkut adalah lingkungan tempat kerja, manusia yang
bekerja dan peralatan yang dipergunakan untuk bekerja. Untuk memenuhi persyaratan bekerja dengan baik, aman maka dalam
pengoperasian pesawat angkat angkut diperlukan operator yang mampu dan trampil.
Berdasarkan UU No. 11970 pasal 3 ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja antara lain mengamankan dan memperlancar pekerjaan bongkar muat, perlakuan dan penyimpanan barang.
133
Teknik Dasar Pengerjaan Non Logam
Sebagaimana ketentuan pasal 134 Permenaker Nomor Per 05Men1985 dinyatakan setiap perencanaan pesawat angkat angkut
harus mendapatkan pengesahan dari direktur atau pejabat yang ditunjuknya, kecuali ditentukan lain sedangkan dalam pasal 4
menyatakan setiap pesawat angkat angkut harus dilayani oleh operator yang mempunyai kemampuan dan telah memilki ketrampilan
khusus tentang pesawat angkat angkut.
D. Pesawat tenaga dan Produksi Penggunaan pesawat-pesawat tenaga dan produksi yang meliputi
alat-alat dan mesin-mesin di tempat kerja dapat mengakibatkan berbagai macam kecelakaan baik kecil maupun besar.
Kondisi kerja yang aman dan pengamanan terhadap mesin sangat sehingga pemenuhan terhadap standar keselamatan kerja dan
persyaratan perlindunganpengamanan sangat dibutuhkan.
Berdasarkan UU No. 1 tahun 1970 pasal 3 huruf g q ditetapkan syarat-syarat
keselamatan kerja antara
lain adalah mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebarluasnya
suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar atau radiasi, suara dan getaran, sedangkan di huruf g
dikatakan mencegah terkena aliran listrik.
Berdasarkan ketentuan Permennaker Nomor Per 04Men1985 pasal
139 dinyatakan bahwa setiap pembuatan, peredaran,
pamasangan, pemakaian, perubahan dan atau perbaikan teknis pesawat tenaga dan produksi harus mendapat pengesahan dari
direktur atau pejabat yang ditunjuk.
E. Penanggulangan Kebakaran