2005. Konsep penggunaan konservatisme akuntansi dalam laporan keuangan bertujuan untuk mengakui, mengukur dan melaporkan nilai aktiva dan pendapatan yang rendah, dan nilai yang
tinggi untuk kewajiban dan beban Jamaan, 2008. Mayangsari dan Wilopo 2002 dalam Widya 2005 menyatakan bahwa secara intuitif
prinsip konservatisme bermanfaat karena dapat digunakan untuk memprediksi kondisi mendatang yang sesuai dengan tujuan laporan keuangan. Karakteristik informasi dalam prinsip
konservatisme ini dapat menjadi salah satu faktor untuk mengurangi manipulasi laporan keuangan dan meningkatkan integritas laporan keuangan.
Munculnya praktik konservatisme tersebut karena standar akuntansi yang berlaku menginginkan perusahaan memilih salah satu metode akuntansi yang dirasa paling tepat Widya,
2005. Setiap metode akuntansi mempunyai tingkat konservatisme yang berbeda. Jamaan 2008 berpendapat bahwa perbedaan pemilihan metode akuntansi berpengaruh terhadap angka-angka
yang disajikan baik dalam neraca maupun laporan laba-rugi perusahaaan. Holthausen dan Watts dalam Jama’an 2008 memberikan bukti yang menunjukkan bahwa
konservatisma akuntansi sudah ada sebelum penetapan standar formal dan regulasi di Amerika Serikat. Penelitian Qiang 2003 juga membuktikan bahwa terdapat peningkatan kecenderungan
perusahaan di Amerika untuk menerapkan konservatisme akuntansi secara sukarela. Widya 2004 mereplikasi penelitian Qiang 2003 dan menemukan bukti yang sama untuk Indonesia.
2.1.4 Kualitas Audit
Kualitas audit sebagai suatu kemungkinan joint probability dimana seorang auditor akan menemukan dan melaporkan pelanggaran yang ada dalam sistem akuntansi kliennya.
Kemungkinan dimana auditor akan menemukan salah saji tergantung pada kemampuan teknikal auditor, sementara tindakan melaporkan salah saji tergantung pada independensi auditor tersebut.
Kualitas audit ini sangat penting karena kualitas audit yang tinggi akan menghasilkan laporan keuangan yang dapat dipercaya sebagai dasar pengambilan keputusan De Angelo, 1981 dalam
Citra, 2013. De Angelo 1981 berargumentasi bahwa kualitas audit secara langsung berhubungan dengan
ukuran dari perusahaan audit, dengan proksi untuk ukuran perusahaan audit adalah jumlah klien. Perusahaan audit yang besar adalah dengan jumlah klien yang lebih banyak. Hasil penelitiannya
menunjukkan bahwa perusahaan audit yang besar akan berusaha untuk menyajikan kualitas audit yang lebih besar dibandingkan dengan perusahaan audit yang kecil. Karena perusahaan audit
yang besar jika tidak memberikan kualitas audit yang tinggi akan kehilangan reputasinya, dan jika ini terjadi maka dia akan mengalami kerugian yang lebih besar dengan kehilangan klien.
Hogan 1997 menjelaskan bahwa kantor auditor besar dapat memberikan kualitas audit yang baik dimana dapat mengurangi terjadinya underpricing pada saat perusahaan melakukan Initial
public offering IPO. Penelitian Teoh dan Wong 1993 juga memberikan bukti bahwa ERC Earning Response Coefficient perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit besar, secara
statistik signifikan lebih besar dibandingkan perusahaan yang menjadi klien pada kantor audit kecil. Kantor auditor yang besar menunjukan kredibilitas auditor yang semakin baik, yang berarti
kualitas audit semakin baik pula. Sejalan dengan penelitian tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Wibowo et al. 2009:11 yang meneliti tentang faktor-faktor penentu kualitas audit juga
menyatakan KAP yang besar akan menghasilkan kualitas audit yang tinggi jika dibandingkan dengan KAP yang kecil. Hal ini berdasarkan argumen bahwa KAP yang besar memiliki
kelebihan dalam empat hal, yaitu: 1 besarnya jumlah dan ragam klien yang ditangani, 2 banyaknya ragam dan jasa yang ditawarkan, 3 luasnya cakupan geografis, termasuk adanya
afiliasi internasional, dan 4 banyaknya jumlah staf audit dalam KAP.
Probabilitas auditor untuk melaporkan penyelewengan yang terjadi dalam sistem akuntansi klien tergantung pada independensi auditor. Seorang auditor dituntut untuk dapat menghasilkan
kualitas pekerjaan tinggi, karena auditor mempunyai tanggungjawab yang besar terhadap pihak- pihak yang berkepentingan terhadap laporan keuangan suatu perusahaan termasuk masyarakat
Ermayanti, 2009 dalam Sari, 2011. Lebih lanjut dinyatakan bahwa tidak hanya bergantung pada klien saja, auditor merupakan pihak yang mempunyai kualifikasi untuk memeriksa dan menguji
apakah laporan keuangan telah disajikan secara wajar sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum.
Standar auditing merupakan pedoman audit atas laporan keuangan historis agar hasil audit yang dilakukan oleh auditor berkualitas. Kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh
auditor dalam penerapannya adalah untuk menjaga kualitas audit dan terkait dengan etika Sari, 2011. SPAP Standar Profesional Akuntan Publik, yang dikeluarkan IAPI tahun 2011
menyatakan bahwa ada 5 kriteria atau prinsip dasar etika profesi akuntan publik. Prinsip dasar etika profesi meliputi integritas, objektivitas, kompetensi, kerahasiaan, perilaku profesional. Dari
pernyataan tersebut dapat disimpulkan bahwa kualitas audit bertujuan menyakinkan profesi bertanggungjawab kepada klien dan masyarakat umum yang juga mencangkup mengenai mutu
profesional auditor. Moizer 1986 dalam Elfarini 2007 menyatakan bahwa pengukuran kualitas proses audit
terpusat pada kinerja yang dilakukan oleh auditor dan kepatuhan pada standar yang digariskan. Russel 2000 dalam Sari 2011 menyebutkan bahwa kualitas audit merupakan fungsi jaminan
dimana kualitas tersebut akan digunakan untuk membandingkan kondisi yang sebenarnya dengan seharusnya. Ussahawanitchakit 2008:1 menyatakan bahwa kualitas audit merupakan nilai yang
signifikan bagi para investor di pasar modal karena investor sering menggunakan laporan keuangan yang telah diaudit oleh auditor sebagai dasar untuk membuat keputusan investasi.
Dari pengertian tentang kualitas audit diatas, maka dapat disimpulkan bahwa kualitas audit merupakan segala kemungkinan probability dimana auditor pada saat mengaudit laporan
keuangan klien dapat menemukan pelanggaran yang terjadi dalam sistem akuntansi klien dan melaporkannya dalam laporan keuangan auditan, dimana dalam melaksanakan tugasnya tersebut
auditor berpedoman pada standar auditing dan kode etik akuntan publik yang relevan. Tetapi dalam menjalankan fungsinya, auditor sering mengalami konflik kepentingan dengan manajemen
perusahaan. Manajemen ingin operasi perusahaan atau kinerjanya tampak berhasil, salah satunya tergambar melalui laba yang lebih tinggi dengan maksud untuk menciptakan penghargaan.
2.1.5 Fee Audit