2
memberikan hasil yang sempurna pada tindakan reduksi fraktur tulang hidung. Pada sebagian besar pasien teknik anestesi lokal dapat ditoleransi dengan baik
sebesar 95,5 sampai 96.
5
Dilaporkan satu kasus pada laki-laki berumur 33 tahun dengan diagnosis fraktur hidung dan telah mendapatkan penatalaksanaan reduksi tertutup dengan
anestesi lokal di ruang tindakan poklinik THT-KL RSUP Sanglah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisi
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis dan luasnya. Fraktur hidung adalah setiap retakan atau patah yang terjadi pada
bagian tulang hidung.
6
2.2 Epidemiologi
Fraktur hidung menduduki peringkat ketiga tersering dalam semua insiden fraktur. Insiden di Amerika Serikat sekitar 39-45 pada fraktur wajah. Prevalensi
laki-laki dua kali lebih banyak dibanding perempuan. Pada laki-laki dikaitkan dengan trauma dan lebih umum terjadi pada usia 12-25 tahun sedangkan pada
perempuan yang sering terjadi kecelakaan pribadi akibat jatuh pada pasien diatas usia 60 tahun.
5
Insiden meningkat pada umur 15-30 tahun disebabkan oleh perkelahian 34, kecelakaan lalu lintas 28 atau cedera akibat olahraga 23.
5,6
2.2. Etiologi
Penyebab fraktur hidung berkaitan dengan trauma langsung pada hidung atau wajah. Hanya sedikit kekuatan benturan yang diperlukan untuk dapat
menimbulkan fraktur hidung. Fraktur hidung paling sering terjadi pada dewasa, di daerah perkotaan biasanya terjadi pada perkelahian, olahraga, dan kecelakaan lalu
lintas sedangkan daerah pedesaan biasanya terjadi akibat kecelakaan bekerja. Kekerasan fisik pada perempuan dapat juga dipertimbangkan.
3,6
3
2.3. Anatomi
Hidung merupakan bagian wajah yang paling sering mengalami trauma karena berada paling depan dan menonjol dari wajah. Hidung terdiri dari hidung
bagian luar atau piramid hidung dan rongga hidung dengan bagiannya dari atas ke bawah: 1pangkal hidung atau nose bridge, 2dorsum nasi, 3puncak hidung, 4ala
nasi, 5kolumela dan 6lubang hidung atau nares anterior. Hidung luar terdiri dari kerangka tulang dan tulang rawan yang dilapisi oleh kulit, jaringan ikat dan
beberapa otot kecil untuk melebarkan atau menyempitkan lubang hidung.
6,7
Kerangka tulang dari: 1os nasalis ,2prosesus frontalis os maksila, dan 3prosesus nasalis os frontal sedangkan kerangka tulang rawan terdiri dari beberapa pasang
tulang rawan yang terletak di bagian bawah hidung yaitu: 1sepasang kartilago nasalis lateralis superior, 2 sepasang kartilago nasalis inferior yang disebut
sebagai kartilago alar minor dan tepi anterior kartilago septum.
2,6,7
Gambar 1. Anatomi hidung.
8
Rongga hidung atau kavum nasi berbentuk terowongan dari depan ke belakang, dipisahkan oleh septum nasi di bagian tengah menjadi kavum nasi
bagian depan disebut nares anterior dan bagian belakang disebut nares posterior dan dibagi menjadi dua bagian kavum nasi kanan dan kiri dengan garis median
septum nasi yang sekaligus menjadi dinding medial rongga hidung. Tiap kavum nasi mempunyai empat dinding yaitu dinding medial, lateral, inferior dan
superior dimana sebagai dinding medial hidung adalah septum nasi.
6
Septum dibentuk oleh tulang dan tulang rawan. Bagian tulang adalah 1lamina
4
perpendikularis os etmoid, 2os vomer, 3krista nasalis os maksila, dan 4 krista nasalis os palatina. Bagian tulang rawan adalah kartilago septum atau lamina
kuadrangularis dan kolumela. Septum dilapisi oleh lapisan perikondrium pada tulang rawan dan periostium pada bagian tulang sedangkan di bagian luarnya
dilapisi oleh mukosa hidung.
6
Bagian dinding lateral terdapat empat buah konka yang terbesar dan letaknya paling bawah adalah konka inferior, kemudian konka
media, konka superior sedangkan yang terkecil disebut konka suprema.
6
Bagian bawah hidung mendapat aliran darah dari cabang a. maksilaris interna diantaranya a. palatina mayor dan a. sfenopalatina. Bagian depan hidung
mendapat aliran darah dari cabang-cabang a. fasialis.
6,9
Pada bagian depan septum terdapat anastomosis dari cabang-cabang a. sfenopalatina, a. etmoidalis
anterior cabang dari a. oftalmika, a. labialis superior dan a. palatina mayor yang disebut pleksus Kiesselbach atau littleās area. Pleksus Kiesselbach letaknya
superfisial dan mudah cedera oleh trauma sehingga sering menjadi sumber epistaksis terutama pada anak. Vena-vena hidung mempunyai nama yang sama
dan berjalan berdampingan dengan arterinya.
3,10
Persarafan hidung berasal dari cabang-cabang serabut saraf. Permukaan luar bagian atas mendapat persarafan dari nervus supratroklear dan infratroklear
dan bagian inferior mendapat persarafan dari cabang nervus infraorbital dan nervus etmoidalis anterior. Hidung bagian dalam mendapat persarafan dari
ganglion etmoidalis anterior dan ganglion sfenopalatina.
3,9,10
Gambar 2. Aliran darah pada hidung dan persarafannya.
3
5
2.4 Patofisiologi