Masyarakat Sasak TINJAUAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

status itu http:ichoez.multiply.comjurnalitem21perwiwahan Bali- kawin lari adat Bali. Pada masyarakat Lampung juga terdapat perkawinan dengan kawin lari yang lebih dikenal dengan sebutan sebambangan. Terdapat prinsip dasar bagi terlaksananya tradisi sebambangan ini yakni pelaksanaannya harus didahului adanya suatu perjanjian dan kesepakatan akad antara pihak pria dan wanita yang sama-sama sepakat untuk melangsungkan pernikahan dengan cara sebambangan atau kawin lari dan jika salah satu pihak, biasanya perempuan yang menolak, prinsip itu belum terpenuhi. Lazimnya selain berkaitan dorongan melestarikan tradisi dan adat, kawin lari dipilih oleh pasangan kekasih di Lampung kalau masih ada keluarga salah satu pihak belum sepakat tentang rencana pernikahan dengan cara yang normal http:www.kapanlagi.comh0000065387.htmltradisi kawin lari di Lampung diharapkan tak disalahgunakan.

D. Masyarakat Sasak

Masyarakat Sasak khususnya di Lombok Timur sebagian besar beragama Islam. Mereka percaya pada Tuhan sebagaimana yang diajarkan oleh agama Islam. Segala aktivitas sehari-hari maupun tradisi budaya Sasak selalu dihubungkan dengan religi Islam. Selamatan merupakan salah satu cara yang dilakukan masyarakat dalam setiap kegiatan yang berhubungan dengan upacara keagamaan. Adapun selamatan zikiran dapat dibagi menurut: 1. Selamatan yang berhubungan dengan hari-hari besar Islam 2. Selamatan yang berhubungan dengan lingkaran hidup seseorang Pada sebagian masyarakat Sasak menyebut Tuhan Yang Tunggal dengan sebutan Neneq. Hal tersebut masih dapat kita ketahui dari ungkapan-ungkapan masyarakat yang sering menyebut Nenaq Kaji Siq Lebeh Kuase yang artinya Tuhan kami Yang Maha Kuasa. Selain itu masyarakat juga percaya kepada makhluk halus yang disebut jim. Makhluk halus yang baik disebut jim sedangkan yang tidak baik disebut bakek. Suku bangsa Sasak ditinjau dari stratifikasi sosial masyarakat terdapat dua golongan yaitu golongan bangsawan dan golongan biasa. Dari wawancara dengan bapak Lalu Intayang menyatakan bahwa stratifikasi sosial pada masyarakat Sasak terdiri dari tiga golongan yaitu, golongan menak, kebangsawanan yang didapatkan secara turun temurun, golongan perwangse, gelar kebangsawanan yang diperoleh dari pemberian raja dan golongan masyarakat biasa atau jajar karang. Golongan bangsawan masih bisa melihat garis-garis keturunan secara genealogis dari satu nenek moyang. Dapat diketahui dengan adanya gelar-gelar kebangsawanan yang melekat pada nama garis keturunannya seperti lalu-baiq, gede-lale. Untuk golongan biasa, garis genealogis sebagian besar tidak diketahui secara pasti, dan tidak ditemukan gelar-gelar khusus dalam garis keturunannya. Maka dalam keseharian panggilan nama biasa menggunakan bahasa biasa seperti loq bagi laki-laki dan le’ bagi perempuan. Seperti yang dijelaskan oleh Soejono Soekanto yang menyatakan bahwa ada dua asumsi yang melahirkan adanya hierarki kebangsawanan yaitu: masing-masinng lebih sering dilahirkan atas faktor pengakuan diri sebagai keturunan keluarga raja ascribed status, dan archieved status yang merupakan gelar kebangsawanan yang diperoleh dari pemberian raja karena alasan keahlian, jasa, karir dan pengabdian kepada raja Soekanto 1982: 240-241.

D. Landasan Teori