PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IVB SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

(1)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Pendidikan Nasional, Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan Negara.

Matematika dikenal sebagai mata pelajaran yang relatif rumit dan sulit dipahami oleh siswa, sehingga hasil belajar matematika siswa cenderung lebih rendah dibanding dengan mata pelajaran lain. Hal ini cukup memprihatinkan mengingat matematika memiliki objek yang bersifat abstrak sehingga pemahamannya membutuhkan daya berpikir yang tinggi. Faktor ini adalah salah satu rendahnya hasil belajar siswa, namun ada faktor lain yang dapat juga mempengaruhi keberhasilan siswa yang terkadang kurang mendapat perhatian, faktor tersebut antara lain motivasi dalam diri siswa, lingkungan belajar yang kondusif dan model belajar yang digunakan guru


(2)

dalam menyampaikan pelajaran. Model pembelajaran yang cenderung menjadikan siswa pasif, hanya melihat dan mendengarkan guru menyampaikan pelajaran dapat membuat siswa menjadi jenuh dan tidak tertarik, tidak ada motivasi dari dalam dirinya untuk berusaha memahami apa yang diajarkan guru dan sudah pasti hal ini akan berimbas pada hasil belajar siswa.

Berdasarkan observasi yang di adakan oleh peneliti pada tanggal 8 Oktober 2009, rendahnya hasil balajar siswa juga terdapat di SD Negeri 2 Metro Timur terutama pada mata pelajaran matematika. Hasil belajar matematika siswa pada ujian semester tahun pelajaran 2007/2008 masih tergolong rendah. Nilai yang siswa peroleh hanya berkisar antara 3.0, nilai tersebut masih tergolong rendah karena masih belum memenuhi kriteria ketuntasan minimal (KKM). KKM untuk mata pelajaran matematika di SD Negeri 2 Metro Timur adalah 5,1.

Menurut guru mata pelajaran matematika di SD Negeri 2 Metro Timur, siswa sulit memahami pelajaran matematika terutama pada pokok bahasan pengukuran. Kemudian cara guru menyampaikan pelajaran, masih menggunakan model pembelajaran konvensional yaitu ceramah, di mana guru memang lebih aktif dari pada siswa. Siswa lebih banyak mendengarkan dan memperhatikan penjelasan guru serta sesekali bertanya bila tidak ada yang dimengerti. Dengan menggunakan model pembelajaran seperti itu dalam proses belajar mengajar selama ini, sangat memungkinkan siswa


(3)

merasa jenuh dengan cara mengajar guru yang monoton. Siswa tidak diberi kesempatan untuk mengembangkan daya pikir serta kreatifitasnya. Melalui model pembelajaran seperti itu siswa pintar akan bertambah pintar dan yang kurang akan semakin kurang kemampuannya.

Hal di atas merupakan salah satu masalah dalam pembelajaran matematika dan perlu dicarikan solusinya sebagai upaya untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika akan mengaktifkan siswa serta menyadarkan siswa bahwa matematika tidak selalu membosankan. Salah satu model yang dapat mengkolaborasikan pengembangan diri di dalam proses pembelajaran adalah model pembelajaran cooperative. Pembelajaran cooperative merupakan salah satu model pembelajaran yaitu siswa belajar dalam kelompok kecil yang heterogen dan dikelompokkan dengan tingkat kemampuan yang berbeda. Piaget dan Vygotsky (Baharuddin, 2008: 128), Cooperative Learning yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, di mana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehesif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang

dihadapi. Adapun kelebihan dari pembelajaran cooperative yaitu, (1) Meningkatkan harga diri tiap inividu. (2) Penerimaan terhadap perbedaan

individu yang lebih besar. (3) Konflik antar pribadi berkurang. (4) Sikap apatis berkurang. (5) Pemahaman yang lebih mendalam. (6) Retensi atau penyimpanan lebih lama.(7) Meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan


(4)

toleransi. Di antara tipe-tipe dalam model pembelajaran cooperative terdapat tipe jigsaw.

Tipe ini dipilih oleh peneliti sebab memiliki ciri khas yaitu adanya kelompok asal dan kelompok ahli (dalam hal ini merupakan siswa yang lebih ahli atau pintar dalam pelajaran matematika). Dengan adanya kelompok ahli, peneliti dan guru berharap nantinya siswa yang kurang kemapuannya akan terpacu untuk mengikuti teman-temannya yang lebih, sebab ia diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk menguasai suatu materi pelajaran, untuk kemudian dijelaskan kepada teman-temannya dalam kelompok asal. Di kelompok ahli, siswa akan lebih termotivasi untuk memahami materi pembelajaran, sebab siswa mempunyai tanggung jawab untuk menjelaskan kembali apa yang dipelajarinya di kelompok ahli kepada teman dikelompok asal. Dengan diterapkannya model pembelajaran cooperative, diharapkan siswa akan bertambah pemahamannya dan hasil belajar siswa akan lebih baik.

Atas alasan-alasan yang telah dikemukakan maka peneliti berkolaborasi dengan guru akan mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jigsaw di kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur Tahun Pelajaran 2009/2010.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah :


(5)

1. Apakah pendekatan cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan aktivitas belajar matematika siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur tahun pelajaran 2009/2010?

2. Apakah pendekatan cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur tahun pelajaran 2009/2010?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan judul dan perumusan masalah di atas, maka penelitian ini mempunyai tujuan:

1. Meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran matematika melalui pendekatakan Cooperative Learning tipe jigsaw di kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur.

2. Meningkatkan hasil belajar siswa dalam pencapaian hasil belajar matematika siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur tahun pelajaran 2009/2010.

1.4 Manfaat Penelitian

1. Bagi siswa, untuk meningkatkan hasil balajar matematika khususnya pada pokok bahasan yang sulit dipahami oleh siswa termasuk pokok bahasan pengukuran.

2. Bagi guru, untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran matematika di kelas, sehingga materi pembelajaran matematika dapat dipelajari oleh siswa.


(6)

3. Bagi sekolah, sebagai masukan dalam rangka perbaikan kegiatan pembelajaran.

4. Bagi peneliti, peneliti dapat berkolaborasi dengan guru sehingga dapat mengetahui permasalahan yang ada dalam pembelajaran matematika di SD dan menemukan alternatif pemecahan dari masalah tersebut.

1.5 Ruang Lingkup

Hasil belajar matematika dalam penelitian ini diperoleh setelah melaksanakan kegiatan pembelajaran melalui pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw. Pembelajaran Cooperative Learning tipe jigsaw merupakan salah satu pembelajaran cooperative yang medorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.


(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Hasil Belajar

Istilah hasil belajar berasal dari bahasa belanda “prestati“, dalam bahasa

Indonesia menjadi prestasi yang berarti hasil usaha. Dalam literatur, prestasi selalu dihubungkan dengan aktivitas tertentu, seperti dikemukakan oleh Robert M. Gagne (Hamzah , 2007: 23), bahwa dalam setiap proses akan selalu terdapat hasil nyata yang dapat diukur dan dinyatakan sebagai hasil belajar (achievement) seseorang.

KBBI (2007: 381), mengartikan hasil belajar adalah sesuatu yang diadakan oleh adanya usaha belajar. Hamzah (2006: 21), mengklasifikasikan hasil belajar menjadi tiga yaitu:

1. Keefektifan pembelajaran biasanya diukur dengan tingkat pencapaian si pelajar.

2. Efisiensi pembelajaran biasanya diukur dengan rasio antara keefektifan dan jumlah waktu yang dipakai si pelajar atau jumlah biaya pembelajaran yang digunakan.

3. Daya tarik pembelajaran biasanya diukur dengan mengamati kecenderungan siswa tetap belajar.

Menurut Staton (Nabisi, 2008: 1.12) Hasil belajar diukur berdasarkan terjadi-tidaknya perubahan tingkah laku atau pemodifikasian tingkah laku yang lama menjadi tingkah laku yang baru. Hal ini berarti perubahan tingkah laku kognitif, tingkah laku afektif dan psikomotor harus seimbang.


(8)

Berdasarkan dari beberapa pendapat di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan hasil belajar adalah proses atau suatu usaha yang selalu mendapatkan hasil nyata dan dapat diukur atau dinyatakan sebagai hasil belajar seseorang.

2.2 Pengertian Belajar

Belajar merupakan proses manusia untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan, dan sikap. Kemampuan manusia untuk belajar merupakan karakteristik penting yang membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Belajar mempunyai keuntungan, baik bagi individu maupun masyarakat. Belajar merupakan aktivitas yang dilakukan seseorang untuk mendapatkan perubahan dalam dirinya melalui pelatihan-pelatihan atau pengalaman-pengalaman.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, secara etimologis belajar memiliki arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu. Definisi ini memiliki pengertian bahwa belajar adalah sebuah kegiatan untuk mencapai kepandaian atau ilmu (Baharuddin, 2008: 11).

Pendapat bahwa belajar sebagai aktivitas yang tidak dapat dipisahkan dari kehidupan manusia, ternyata bukan hanya berasal dari hasil renungan manusia semata. Ajaran agama sebagai pedoman hidup manusia semata menganjurkan manusia untuk selalu melakukan kegiatan. Kendati tidak ada ajaran agama yang secara detail membahas tentang belajar, namun setiap ajaran agama, baik secara eksplisit maupun implisit, telah menyinggung belajar adalah aktivitas yang dapat memberikan kebaikan kepada manusia.


(9)

Aktivitas belajar sangat terkait dengan proses pencarian ilmu. Agama Islam sangat menekankan terhadap pentingnya ilmu.

Pengertian belajar menurut Baharudin (2008: 14).

Belajar adalah perubahan tingkah laku yang relatif tetap dan terjadi sebagai hasil latihan atau pengalaman. Pernyataan Morgan dan kawan-kawan ini senada dengan apa yang dikemukakan para ahli yang menyatakan bahwa belajar merupakan proses yang dapat menyebabkan perubahan tingkah laku disebabkan adanya reaksi terhadap suatu situasi tertentu atau adanya proses internal yang terjadi di dalam diri seseorang. Perubahan ini tidak terjadi karena adanya warisan genetic atau respons secara alamiah, kedewasaan, atau keadan organisme yang bersifat temporer, seperti kelelahan, pengaruh obat-obatan, rasa takut, dan sebagainya. Melainkan perubahan dalam pemahaman, perilaku, persepsi, motivasi, atau gabungan dari semuanya.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa yang dimaksud dengan belajar adalah proses manusia untuk mencapai berbagai keterampilan dan sikap sebagai hasil dari latihan dan pengalaman.

2.3 Pengertian Aktivitas Belajar

Kata aktivitas berasal dari bahasa inggris “activity” yang artinya adalah

kegiatan. Hamalik (Susanti, 2009: 28) mengemukakan aktivitas belajara adalah segala kegiatan yang dilakukan dalam proses interaksi (guru dan siswa) dalam rangka mencapai tujuan belajar. Aktivitas yang dimaksudkan di sini penekanannya adalah pada siswa, sebab dengan adanya aktivitas siswa dalam proses pembelajaran terciptalah situasi belajar yang aktif.

Rohani (2003: 6) belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik fisik maupu psikis. Aktivitas fisik ialah siswa giat dan aktif dengan anggota badan sedangkan aktivitas psikis (kejiwaan) ialah jika daya


(10)

dan jiwanya bekerja sebanyaknya atau banyak fungsi dalam kegiatan pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka penulis dapat simpulkan bahwa aktivitas belajar adalah segala kegiatan belajar dan mengajar yang memerlukan aktivitas fisik dan psikis.

2.4 Pengertian Pembelajaran

Hamzah (2006:19), mengemukakan istilah pembelajaran memiliki hakikat perencanaan atau perancangan (desain) sebagai upaya untuk membelajarkan siswa. Itulah sebabnya dalam belajar, siswa tidak hanya berinteraksi dengan guru sebagai salah satu sumber belajar yang dipakai untuk mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan. Oleh karena itu, pembelajaran memusatkan

perhatian pada “bagaimana pembelajaran siswa” dan bukan pada “apa yang dipelajari siswa.”

KBBI (2007: 19), mengartikan pembelajaran sebagai proses, cara perbuatan menjadikan makhluk hidup belajar. Dengeng (Hamzah:2006: 18), pembelajaran adalah upaya membelajarkan siswa. Dalam pengertian ini secara implisit dalam pengajaran terdapat kegiatan memilih, menetapkan, mengembangkan metode untuk mencapai hasil pengajaran yang diinginkan.

Mudhorfir (Djauhari, 2008: 1.9).

Pada garis besarnya ada 4 pola pembelajaran. Pertama, pola pembelajaran guru dengan siswa tanpa menggunakan alat Bantu/bahan pembelajaran dalam bentuk alat peraga. Kedua, pola (guru)+(media) dengan siswa, pada pola pembelajaran ini guru telah dibantu oleh berbagai bahan pelajaran yang disebut alat peraga pembelajaran dalam menjelaskan dan meragakan suatu pesan yang bersifat abstrak. Ketiga, pola (guru)+(media) dengan siswa. Pola pembelajaran ini telah mempertimbangkan keterbatasan guru,yang tidak


(11)

mungkin menjadi satu-satunya sumber belajar. Dan keempat, pola media dengan siswa atau pola pembelajaran jarak jauh menggunakan media atau bahan pembelajaran yang disiapkan.

Brener (Muhibbin,2007: 113), menggunakan dalam proses pembelajaran siswa menempuh tiga episode atau fase yaitu :

1. Fase informasi adalah tahap penerimaan materi, dalam fase ini siswa yang sedang belajar memperoleh sejumlah keterangan mengenai materi yang sedang dipelajari.

2. Fase transformasi adalah tahap dimana setelah informasi diperoleh lalu dianalisis, diubah, atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstak atau konseptual supaya kelak pada gilirannya dapat dimanfaatkan bagi halayak yang lebih luas.

3. Fase evaluasi adalah tahap penilaian materi yang telah diperoleh seorang siswa dengan menilai dirinya sendiri sejauh manakah pengetahuan yang telah dia dapat dari proses pembelajaran.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat penulis simpulkan yang dimaksud dengan pembelajaran adalah suatu cara perencanaan dan perancangan sebagai upaya membelajarkan siswa.

2.5 Pengertian Matematika

Russeffendi (Suwangsih, 2006: 3)

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir). Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran manusia, yang berhubungan dengan ide, proses, dan penalaran.”

Adjie (2006: 34) memberikan enam definisi tentang matematika, yaitu: (1) Matematika adalah cabang ilmu pengetahuan eksak dan terorganisir dengan baik. (2) Matematika adalah pengetahuan tentang bilangan dan


(12)

kalkulasi. (3) Matematika adalah pengetahuan tentang penalaran logik dan berhubungan dengan bilangan. (4) Matematika adalah pengetahuan fakta-fakta kuantitatif dan masalah tentang ruang dan bentuk. (5) Matematika adalah pengetahuan tentang struktur-struktur yang logik. (6) Matematika adalah pengetahuan tentang aturan-aturan yang ketat.

Sedangkan menurut Johnson dan Rising (Suwangsih, 2006: 4).

Matematika adalah pola berpikir, mengorganisasikan, pembuktian yang logis. Matematika itu adalah bahasa yang menggunakan istilah yang didefinisikan dengan cermat, jelas dan akurat representasinya dengan symbol dan padat, lebih berupa bahasa symbol mengenai ide dari pada mengenai bunyi. Matematika adalah pengetahuan stuktur yang terorganisasi, sifat-sifat dalam teori-teori dibuat secara deduktif berdasarkan kepada unsur yang tidak didefinisikan, aksioma, sifat atau teori yang telah dibuktikan kebenarannya adalah ilmu tentang keteraturan pola atau ide dan matematika itu adalah suatu seni, keindahannya terdapat pada keteraturan dan keharmonisannya.

Bruner dalam Hudoyo (Pitajeng, 2006: 29): belajar matematika adalah belajar tentang konsep-konsep dan struktur-stuktur matematika yang terdapat di dalam materi yang dipelajari serta mencari hubungan-hubungan antara konsep-konsep dan stuktur-stuktur matematika. Pemahaman terhadap konsep dan struktur suatu materi menjadikan materi itu mudah dipahami secara lebih komprehensif. Selain itu anak didik lebih mudah mengingat materi bila yang dipelajari mempunyai pola terstruktur. Dengan memahami konsep dan struktur akan mempermudah terjadinya transfer.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka dapat penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan matematika adalah ilmu penalaran yang mempelajari tentang bentuk, susunan, dan besaran.

2.6 Pendekatan Pembelajaran Cooperative

Pendekatan pembelajaran cooperative adalah suatu strategi belajar mengajar yang menekankan pada sikap atau prilaku bersama dalam bekerja atau


(13)

membantu diantara bersama dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok yang terdiri atas dua orang atau lebih untuk memecahkan masalah. Keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh setiap anggota kelompok itu sendiri. Dalam pendekatan ini siswa merupakan bagian dari suatu sistem kerja sama dalam mencapai hasil yang optimal dalam belajar.

Belajar cooperative ini juga memandang bahwa keberhasilan dalam belajar bukan semata-mata harus diperoleh dari guru melainkan dari pihak lain yang terlibat dalam pembelajaran itu sendiri yaitu teman sebaya. Di dalam pembelajaran cooperative harus ada struktur dorongan dan tugas yang bersifat cooperative sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdependensi yang efektifdi antara anggota kelompok. Di samping itu pola hubungan kerja seperti itu memungkinkan timbulnya persepsi positif tentang apa yang dapat mereka lakukan. Untuk mencapai keberhasilan berdasarkan kemampuan dirinya secara individu dalam memberikan sumbangan pemikiran satu sama lain selama mereka belajar secara bersama-sama dalam kelompok.

Cooperative adalah mengerjakan sesuatu bersama-sama dengan saling membantu satu sama lain. Sedangkan pembelajaran cooperative artinya bersama-sama, saling membantu satu sama lain dalam belajar dan memastikan bahwa setiap orang dalam kelompok mencapai tujuan atau tugas yang telah ditentukan sebelumnya Ong Eng Tek (Suwangsih, 2006: 160).

Bennet (Suwangsih, 2006: 160), menyatakan bahwa pembelajaran


(14)

bekerja terarah pada tujuan belajar bersama dalam kelompok kecil yang umumnya terdiri dari empat atau lima orang.

Hal senada dikemukakan oleh Slavin (1995) (Suwangsih, 2006: 160).

Bahwa pembelajaran cooperative adalah suatu model pembelajaran di mana siswa belajar dan bekerja dalam kelompok-kelompok kecil secara kolaboratif yang anggotanya terdiri dari 4-6 orang, dengan struktur kelompok yang bersifat heterogen. Sedangkan keberhasilan pembelajaran cooperative

tergantung dari kemampuan dan aktivitas anggota kelompok. Baik secara individual maupun secara kelompok. Ini berarti bahwa pembelajaran dalam kerja, atau membantu diantara sesam dalam struktur kerja sama yang teratur dalam kelompok, terdiri dari 2 orang atau lebih dengan keberhasilan kerja sangat dipengaruhi oleh keterlibatan dari setiap anggota itu sendiri.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas maka penulis simpulkan bahwa yang dimaksud dengan pendekatan pembelajaran cooperative adalah suatu pendekatan pembelajaran yang berorientasi pada interaksi-interaksi sosial, dinamika kelompok, proses belajar dan pembelajaran.

2.7 Ciri-ciri Pendekatan Cooperative

Menurut Brophy dan Alleman (1996:143) (Suwangsih, 2006: 161), ada lima unsur dasar yang menjadi ciri pembelajaran Cooperative, yakni:

1.Saling Ketergantungan Yang Positif

Ketergantungan yang positif adalah perasaan di antara anggota kelompok di mana keberhasilan seseorang merupakan keberhasilan yang lain pula atau sebaliknya.

2.Akuntibilitas Individu

Pembelajaran cooperative dalam proses pembelajaran yang berhubungan dengan peningkatan kemampuan akademik bertujuan agar setiap anggota kelompok lebih berhasil dalam belajar dibandingkan dengan belajar sendiri.

3.Interaksi Tatap Muka

Ketergantungan yang positif dalam pembelajaran cooperative akan memotivasi para siswa untuk bertanggung jawab terhadap keberhasilan teman.


(15)

4.Keterampilan Sosial

Penguasaan dalam pembelajaran cooperative perlu dimiliki oleh para siswa terutama pada waktu menyelesaikan tugas-tugas kelompok.

5.Proses Kelompok

Proses kelompok dalam pembelajaran cooperative akan terjadi ketika anggota kelompok mendiskusikan seberapa baik mereka mencapai tujuan dan memelihara kerja sama yang efektif.

2.8 Cooperative Learning

Cooperative learning memunculkan kerja sama antara siswa dari semua tingkatan untuk bekerjasama dalam rangka mencapai tujuan, saling membantu untuk belajar kelompok, siswa bukan mengerjakan sesuatu sebagai suatu tim, melainkan belajar sesuatu sebagai suatu tim. Oleh karena itu, kerja kelompok tidak dilakukan setelah seluruh anggota kelompok memahami dengan tuntas materi pelajaran yang akan dipelajari.

Piaget dan Vygotsky (Baharuddin, 2008: 128).

CooperativeLearning yaitu strategi yang digunakan untuk proses belajar, di mana siswa akan lebih mudah menemukan secara komprehesif konsep-konsep yang sulit jika mereka mendiskusikannya dengan siswa yang lain tentang problem yang dihadapi. Dalam strategi Cooperative Learning, siswa belajar dalam pasangan-pasangan atau kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah yang dihadapi. Cooperative Learning ini lebih menekankan pada lingkungan sosial belajar dan menjadikan kelompok belajar sebagai tempat untuk mendapatkan pengetahuan dan menantang pengetahuan yang dimiliki oleh individu.

2.9 Pembelajaran Cooperative Learning Tipe Jigsaw

Pembelajaran cooperative learning tipe jigsaw merupakan salah satu tipe pembelajaran cooperative yang mendorong siswa aktif dan saling membantu dalam menguasai materi pelajaran untuk mencapai hasil belajar yang maksimal.


(16)

Edward (1989) (Isjoni, 2009: 55), kelompok yang terdiri dari empat empat orang terbukti sangat efektif. Sedangkan Sudjana (1989) (Isjoni, 2009: 55), mengemukakan, beberapa siswa dihimpun dalam satu kelompok dapat terdiri dari 4-6 orang siswa.

Metode jigsaw adalah teknik pembelajaran cooperative di mana siswa, bukan guru, yang memiliki tanggung jawab lebih besar dalam melaksanakan pembelajaran. Tujuan dari jigsaw ini adalah mengembangkan kerja tim, keterampilan belajar cooperative, dan menguasai pengetahuan secara mendalam yang tidak mungkin diperoleh apabila mereka mencoba untuk mempelajari semua materi sendirian. (http://sunartons,wordpress.2008.com).

Tahap pertama, siswa dikelompokkan dalam bentuk kelompok-kelompok kecil. Pembentukan kelompok siswa tersebut dapat dilakukan guru berdasarkan pertimbangan tertentu. Untuk mengoptimalkan manfaat belajar kelompok, keanggotan kelompok seyogyanya heterogen, baik dari segi kemampuannya maupun karakteristik lainnya. Dengan demikian, cara yang efektif untuk menjamin heterogenitas kelompok ini adalah guru membuat kelompok sendiri maka biasanya siswa akan memilih teman-teman yang sangat disukainya misalnya sesama jenis, sesama etnik, dan sama dalam kemampuan. Hal ini cenderung menghasilkan kelompok-kelompok yang homogen dan seringkali siswa tertentu tidak masuk dalam kelompok manapun. Oleh karena itu, memberikan kebebasan siswa untuk membentuk kelompok sendiri bukanlah cara yang baik, kecuali guru membuat batasan-batasan tertentu sehingga dapat menghasilkan kelompok-kelompok yang


(17)

heterogen. Pengelompokan secara acak juga dapat digunakan, khusus jika pengelompokan itu terjadi pada awal tahun ajaran baru dimana guru baru sedikit mempunyai informasi tentang siswa-siswanya.

Tahap kedua, jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-masing harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivirasnya. Soedjadi (2000) (Isjoni, 2009: 55) mengemukakan, jumlah anggota kelompok apabila makin besar, dapat mengakibatkan makin kurang efektif kerjasama antara para anggotanya. Dalam jigsaw ini setiap anggota kelompok ditugaskan untuk mempelajari materi tertentu. Kemudian siswa atau perwakilan dari kelompoknya masing-masing bertemu dengan anggota-anggota dari kelompok lain yang mempelajari materi yang sama. Selanjutnya, materi tersebut didiskusikan mempelajari serta memahami setiap masalah yang dijumpai sehingga perwakilan tersebut dapat memahami dan menguasai materi tersebut.

Pada tahap ketiga, setelah masing-masing perwakilan tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok masing-masing atau kelompok asalnya. Selanjutnya masing-masing anggota tersebut saling menjelaskan pada teman satu kelompoknya dapat memahami materi yang ditugaskan guru.

Pada tahap keempat, selanjutnya siswa diberikan tes/kuis, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi. Dengan demikian, secara umum penyelenggaran model belajar


(18)

jigsaw dalam proses belajar mengajar dapat menumbuhkan tanggung jawab siswa sehingga terlibat langsung secara aktif dalam memahami suatu persoalan dan menyelesaikannya secara kelompok. Pada kegiatan ini keterlibatan guru dalam proses belajar mengajar semakin berkurang dalam arti guru menjadi pusat kegiatan dikelas. Guru berperan sebagai fasilitator yang mengarahkan dan memotivasi siswa untuk belajar mandiri serta menumbuhkan rasa tanggung jawab serta siswa akan merasa senang berdiskusi tentang matematika dalam kelompoknya.

Di dalam model belajar jigsaw, meskipun guru tetap mengendalikan aturan, ia tidak lagi menjadi pusat kegiatan kelas, tetapi siswalah yang menjadi pusat kegiatan kelas. Motivasi teman sebaya dapat digunakan secara efektif di kelas untuk meningkatkan, baik pembelajaran kognitif siswa maupun pertumbuhan efektif siswa. Salah satu tantangan terbesar yang dihadapi guru adalah memotivasi siswa. Guru cenderung menggunakan kompetensi untuk memotivasi siswa mereka dan sering mengabaikan strategi yang didalamnya terdapat kerjasama dan motivasi teman sebaya yang dapat digunakan untuk membantu siswa fokus terhadap prestasi akademik. Model jigsaw dapat digunakan secara efektif di tiap level dimana siswa telah mendapatkan keterampilan akademis dari pemahaman, membaca maupun keterampilan kelompok untuk belajar bersama.

2.10 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan kajian pustaka diatas dapat dirumuskan hipotesis Penelitian Tindakan kelas sebagai berikut “Apabila dalam pembelajaran matematika di


(19)

kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur tahun pelajaran 2009/2010, guru menggunakan pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw dan memperhatikan langkah-langkah secara tepat, maka akan dapat


(20)

BAB III

METODELOGI PENELITIAN

3.1Setting Penelitian

Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di SD negeri 2 Metro Timur, yang terletak di Jl. Ki Hajar Dewantara No. 94 15A Kec. Metro Timur berhadapan dengan puskesmas campus dan berdampingan dengan Jl. Abri.

3.2Faktor yang di Observasi 3.6.1 Faktor Siswa

Dengan melihat kemampuan siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur melalui pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw, apakah aktivitas dan hasil belajar mereka akan mengalami peningkatan.

3.6.2 Faktor Guru

Melihat cara guru merencanakan pembelajaran serta bagaimana penerapan pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw di dalam kelas apakah sudah sesuai dengan tujuan.

3.3Subyek Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas dengan subyek peneliti adalah siswa kelas IV B semester II SD Negeri 2 Metro Timur dengan jumlah siswa 28 orang, 18 orang siswa laki-laki dan 10 orang siswa perempuan.


(21)

3.4Metode Penelitian

Penelitian ini menggunakan Classroom Action Research (penelitian tindakan kelas). Penelitian tindakan kelas sebagai setting dari penelitian. Dalam konteks penelitian kelas lebih ditekankan pada bagaimana keteranpilan teknik yang dimiliki guru bias menggali informasi untuk perbaikan pembelajaran.

3.5Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus atau lebih. Tiap siklus dilaksanakan sesuai dengan perubahan yang ingin dicapai, seperti yang telah didesain dalam faktor yang diselidiki. Untuk dapat melihat hasil belajar siswa dalam pelajaran matematika, maka diberikan tes diagnosis yang berfungsi sebagai evaluasi awal. Observasi awal ini dilakukan untuk dapat mengetahui tindakan yang tepat yang diberikan dalam rangka peningkatan hasil belajar matematika.

Dari evaluasi dan observasi awal maka dalam refleksi akan ditetapkan bahwa tindakan yang dipergunakan untuk meningkatkan hasil belajar matematika pada siswa kelas IV B adalah melalui pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw. Berdasarkan pada refleksi awal, maka PTK ini dilakukan dengan prosedur pokok yaitu perencanaan, pelaksanaan tindakan, observasi, dan refleksi dalam tiap siklus. Penelitian ini dilakukan pada semester ganjil yang dibagi menjadi 2 siklus, dan setiap siklus terdiri dari beberapa indikator dan setiap siklus diadakan tes formatif, rencana penelitian ini dapat dilihat dalam gambar berikut:


(22)

Gambar 1. Siklus penelitian tindakan kelas mengacu pada Elliot’s (Hopkins dalam Wiriaatmadja, 2007 : 67).

3.6Alur Penelitian 3.6.1 Siklus I

Pada siklus pertama materi pembelajarannya adalah kesetaraan satuan. Secara rinci pelaksanaan pembelajaran penelitian tindakan kelas ini meliputi :

3.6.1.1 Tahap Perencanaan

a. Mengidentifikasi masalah.

b. Merumuskan dan menganalisis masalah.

c. Merancang pembelajaran dengan pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw dengan materi pelajarannya adalah

“kesetaraan satuan”.

d. Mendiskusikan penerapan pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw.

Orientasi Lapangan

Tindakan 2 Observasi 2 Analisis Refleksi 2 Rencana

Analisia Refleksi Observasi Tindakan 1

Perbaikan Rencana 2


(23)

e. Menyiapkan instrumen penilaian. f. Menyusun kelompok belajar siswa. g. Merencanakan tugas kelompok.

3.6.1.2 Tahap Tindakan

a. Melaksakan langkah-langkah sesuai dengan perencanaan. Guru memasuki kelas, memberikan salam dan perkenalan. Setelah itu guru menjelaskan pembelajaran matematika dengan menggunakan metode Cooperatif. Siswa dikelompokkan dalam kelompok-kelompok kecil. Jumlah siswa yang bekerja sama dalam masing-masing kelompok harus dibatasi, agar kelompok-kelompok yang terbentuk dapat bekerja sama secara efektif, karena suatu ukuran kelompok mempengaruhi kemampuan produktivitasnya. Masing-masing perwakilan kelompok tersebut dapat menguasai materi yang ditugaskannya, kemudian masing-masing perwakilan tersebut kembali ke kelompok asalnya. Selanjutnya siswa diberikan tes/kuis. Hal tersebut dilakukan untuk mengetahui apakah siswa sudah dapat memahami suatu materi.

b. Melakukan pengamatan terhadap setiap langkah-langkah kegiatan sesuai dengan rencana.

c. Memperhatikan alokasi waktu yang ada dengan banyaknya kegiatan yang dilaksanakan.


(24)

d. Mengantisipasi dengan melakukan solusi apabila menemui kendala saat melakukan tahap tindakan.

3.6.1.3 Tahap Mengamati

a. Melakukan diskusi dengan guru SD dan kepala sekolah untuk rencana observasi.

b. Melakukan pengamatan terhadap penerapan pendekatan

Cooperative Learning tipe jigsaw yang dilakukan guru kelas IV B bidang studi matematika.

c. Mencatat setiap kegiatan dan perubahan yang terjadi saat penerapan pendekatan pembelajaran Cooperative Learning

tipe jigsaw. Kelemahannya: siswa masih kesulitan memahami cara kerja metode jigsaw. Kelebihannya: siswa merasa senang dengan adanya metode pembelajaran yang baru, siswa menjadi aktif dalam belajar.

d. Melakukan diskusi dengan guru untuk membahas tentang kelemahan dan kekurangan yang dilakukan guru serta memberikan saran.

e. Perbaikan untuk pembelajaran berikutnya.

3.6.1.4 Tahap Refleksi

a. Menganalisis temuan saat melakukan observasi. Masalah yang ditemukan pada saat pembelajaran yaitu siswa masih suka ribut di dalam kelas, siswa belum mengerti materi yang akan diberikan, siswa masih binggung dengan metode


(25)

pembelajaran Cooperatif. Pada awal pembelajaran guru mengalami kesulitan untuk mengatur siswa, di karenakan siswa masih belum mengerti metode pembelajaran yang akan diajarkan.

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat me- nerapkan pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw dengan memperhatikan langkah selanjutnya.

c. Melakukan refleksi terhadap pendekatan pembelajaran

CooperativeLearning tipe jigsaw.

d. Melakukan refleksi terhadap kreativitas siswa dalam pembelajaran matematika dengan materi pelajaran

“kesetaraan satuan”.

e. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

3.6.2 Siklus II

Berdasarkan hasil temuan kesulitan dan kelemahan yang terjadi pada proses pembelajaran siklus I, maka dilakukan perbaikan dan pengembangan tindakan pada siklus II. Materi pembelajaran pada siklus II adalah luas dan keliling.

3.6.2.1 Tahap Perencanaan

a. Hasil refleksi di evaluasi, didiskusikan dan mencari upaya perbaikan untuk diterapkan pada pembelajaran berikutnya. b. Mendata masalah dan kendala yang dihadapi saat

pembelajaran.


(26)

3.6.2.2 Tahap Melakukan Tindakan

a. Melakukan analisis pemecahan masalah.

b. Melakukan tindakan perbaikan II dengan memaksimalkan penerapan pendekatan Cooperative learning tipe jigsaw

dengan materi pelajarannya adalah “keliling dan luas”. 3.6.2.3 Tahap Mengamati

a. Melakukan pengamatan terhadap penerapan pembelajaran

Cooperative Learning tipe jigsaw. b. Mencatat perubahan yang terjadi.

c. Melakukan diskusi membahas masalah yang dihadapi saat pembelajaran dan memberikan balikan.

3.6.2.4 Tahap Refleksi

a. Menganalisi temuan saat melakukan observasi. Masalah yang muncul pada saat pembelajaran siklus II adalah siswa masih suka bermain, siswa ribut di dalam kelas.

b. Menganalisis kelemahan dan keberhasilan guru saat menerapkan pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw. Keberhasilan yang dicapai pada saat pembelajaran dengan menggunakan metode jigsaw yaitu hasil belajar siswa meningkat, siswa senang dengan model pembelajaran yang digunakan.

c. Melakukan refleksi terhadap pendekatan pembelajaran


(27)

d. Melakukan refleksi terhadap keaktivan siswa dalam pembelajaran matematika.

e. Melakukan refleksi terhadap hasil belajar siswa.

3.7Data dan Sumber Data

Untuk lebih menjamin keakuratan data penelitian dilakukan perekaman data dalam pengambilan gambar. Data yang diperoleh dianalisis dan di deskripsikan sesuai permasalahan yang ada dalam bentuk laporan hasil penelitian. Rancangan pembelajaran melalui pendekatan Cooperative Learning tipe jigsaw dilakukan oleh teman sejawat dan guru mata pelajaran matematika. Untuk hasil belajar siswa digunakan deskripsi data kuantitatif.

Selama mengadakan pengamatan digunakan beberapa perlengkapan instrumen yaitu :

3.7.1 Lembar observasi terfokus yang digunakan untuk mencatat tindakan guru selama pembelajaran dilakukan oleh guru mitra.

3.7.2 Tes hasil belajar disusun berdasarkan rumusan tujuan pembelajaran khusus, perangkat tes tersebut digunakan pada uji terakhir yang dilaksanakan setelah selesai kegiatan pembelajaran setiap siklus.

3.8Teknik Analisis Data

Dalam penelitian ini akan dianalisis dengan menggunakan analisis kuantitatif. Analisis untuk data kuantitatif akan digunakan untuk mendeskripsikan berbagai dinamika kualitas hasil belajar siswa. Peneliti menjumlahkan nilai yang diperoleh siswa, selanjutnya dibagi dengan jumlah siswa kelas tersebut sehingga diperoleh nilai rata-rata, ini dapat dirumuskan :


(28)

� =∑�∑�

Keterangan :

� = Nilai rata-rata

∑� = Jumlah semua nilai hasil ∑� = Jumlah siswa

3.9Indikator Keberhasilan

Sebagai indikator keberhasilan pelaksanaan penelitian kelas ini, dapat dilihat dari adanya peningkatan rata-rata nilai siswa setiap siklusnya dan kriteria ketuntasan maksimum untuk mata pelajaran matematika kelas IV B di SD Negeri 2 Metro Timur. Kriteria ketuntasan maksimum untuk pelajaran matematika adalah 5,1. Seorang siswa dianggap tuntas belajar jika siswa tersebut menyelesaikan sekurang-kurangnya mendapat nilai 5,1 dan suatu kelas dianggap tuntas dalam belajar apabila mencapai angka 80% dari jumlah siswa yang memperoleh nilai sekurang-kurangnya 5,1.


(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1Kesimpulan

Berdasarkan penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan di SD Negeri 2 Metro Timur dalam pembelajaran matematika melalui pendekatan cooperative learning tipe jigsaw dapat disimpulkan sebagai berikut :

1. Menggunakan pendekatan cooperative learning tipe jigsaw dapat

meningkatkan aktivitas belajar siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur dalam pembelajaran matematika. Rata-rata persentase aktivitas belajar siswa pada siklus I pertemuan 1 adalah 51,79% dengan kategori kurang aktif dan pertemuan 2 dengan nilai rata-rata aktivitas siswa 59,82% dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II pertemuan 1 dengan nilai rata-rata aktivitas siswa 72,21% dalam kategori cukup aktif dan pada pertemuan 2 nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 85,71% dengan kategori aktif. Atau dapat di katakan aktivitas belajar siswa menunjukan peningkatan sebesar 33,92%.

2. Menggunakan pendekatan cooperative learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur dalam menyelesaikan pembelajaran matematika. Rata-rata hasil belajar siswa pada siklus I dengan jumlah siswa yang belum tuntas 64,3%, (18 siswa) dan yang jumlah siswa yang tuntas 35,7% ( 10 siswa). Setelah


(30)

dilakukan tindakan pada siklus II sebesar 92,86% (26 siswa) telah tuntas belajar dan 7,14% (2 siswa) yang tidak tuntas belajar.

5.2Saran

Setelah penelitian ini selesai dilaksanakan, selanjutnya penulis ingin

menyampaikan saran-saran yang berguna bagi pelaksanaan pendidikan dalam rangka memikul tanggung jawab bersama untuk memajukan pendidikan sebagai berikut :

5.2.1 Bagi guru

Hendaknya guru mata pelajaran selalu memperhatikan kesulitan belajar peserta didik yang menjadi tanggung jawab dan berusaha mengatasinya, salah satu diantaranya dengan menggunakan metode pembelajaran yang tepat sehingga menciptakan interaksi belajar mengajar dengan berbagai komponen pembelajaran, yang akhirnya dapat mempengaruhi siswa belajar mencapai hasil belajar secara maksimal.

5.2.2 Bagi siswa

Untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Agar hasil belajar yang dicapai oleh siswa mendapatkan nilai yang maksimal.

5.2.3 Bagi sekolah

Penggunaan metode Cooperative Learning tipe jigsaw dalam pembelajaran adalah sebagai masukan dalam rangka perbaikan kegiatan pembelajaran.


(31)

5.2.4 Bagi peneliti berikutnya

Peneliti dapat bekerja sama dengan guru sehingga dapat mengetahui permasalahan atau kesulitan belajar yang terjadi didalam proses belajar mengajar.


(32)

DAFTAR PUSTAKA

Adjie, Nahrowi. 2006. Pemecahan Masalah Matematika. UPI PRESS : Bandung.

Asma, Nur. 2006. Model Pembelajaran Kooperatif. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Baharuddin dan Nur, Esa. 2008. Teori Belajar dan Pembelajaran. Ar-Ruzzmedia : Jakarta.

Bahri, Syaiful dan Zain, Aswan. 2006. Strategi Belajar Pembelajaran. Rineka Cipta : Jakarta.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1998. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Balai Pustaka : Jakarta.

Djauhari, Siddiq. 2008. Pengembangan Bahan Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi : Jakarta.

Http://sunartons,wordpress,2008.com

Isjoni. 2009. Cooperatif Learning. Alfabeta : Bandung.

Muhibbin, Syah. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Lapono Nabisi, dkk. 2008. Belajar dan Pembelajaran SD. Direktorat Jendral Pendidikan Tinggi : Jakarta.

Pitajeng. 2006. Pembelajaran Matematika yang Menyenangkan. Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Poerwanti. Endang dkk. 2008. Asesmen Pembelajaran SD. Dirjen Dikti Depdiknas : Jakarta

Rohani. Ahmad. 1997. Media Intruksional Edukatif. Rineka Cipta : Jakarta. Sugiono. 2007. Metode Penelitian Kuantitatif kualitatif and R&D. Alfabeta :


(33)

Suherman. 2008. Upaya Meningkatkan Aktivitas Belajar Siswa Yang Berdampak Pada Hasil Belajar Menggunakan Metode Mastery Learning Discovery Berbasis Komik Matematika. Universitas Lampung : Lampung.

Soekamta. 2009. Panduan E-Tugas Akhir PJJ S1 PGSD. Ditjen Dikti Depdiknas: Jakarta.

Sunarto, NS. 2008. Pembelajaran Kooperatif. http://sunartons.wordpress.com/ pembelajaran/kooperatif.

Susanti. Yeni. 2009. Penerapan Pendekatan Keterampilan Proses Untuk

Meningkatkan Aktivitas dan Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV Negeri 1 Rama NIrwana. Lampung : Lampung.

Suwangsih, Erna. 2006. Model Pembelajran Matematika. UPI PRESS : Bandung.

Syah Muhibbin. 2007. Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang SISDIKNAS. Citra Umbara : Bandung.

Universitas Lampung. 2008. Format Penulisan Karya Ilmiah. Penerbit Universitas Lampung : Bandar Lampung.

Uno, B Hamzah. 2006. Perencanaan Pembelajaran. Bumi Aksara : Bandung. Wardani, IGAK. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Universitas Terbuka :

Jakarta.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2007. Metode Penelitian Tindakan Kelas. PT. Remaja Rosdakarya : Bandung.


(34)

(35)

ABSTRAK

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING

TIPE JIGSAW DI KELAS IVB SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

Oleh MUQIITANIA

Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam pembelajaran matematika akan meningkatkan hasil belajar siswa. Salah satu model yang dapat mengembangkan kemampuan siswa adalah model pembelajaran cooperative, dan diantara tipe-tipe dalam pembelajaran cooperative terdapat tipe jigsaw. Tipe ini dipilih sebab memiliki ciri khas yaitu adanya kelompok asal dan kelompok ahli dimana siswa yang kurang kemampuannya akan meningkat semangat belajarnya sebab ia diberi kesempatan dan tanggung jawab untuk menguasai suatu materi pelajaran agar dapat menjelaskan kepada teman-temannya dalam kelompok asal. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan hasil dan aktivitas belajar siswa. Subyek dalam penelitian tindakan ini adalah siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur Tahun Pelajaran 2009/2010 yang berjumlah 28 orang.

Penelitian tindakan kelas ini terdiri dari dua siklus. Rata-rata hasil pretes pada siklus I yang diperoleh siswa untuk materi Kesetaraan Satuan 47,71% dimana 64,3% siswa belum tuntas belajar. Setelah dilakukan tindakan, hasil postes siklus I memberikan rata-rata sebesar 64,29% dengan 34,7% siswa belum tuntas belajar. Rata-rata hasil pretes siklus II untuk materi Keliling dan Luas adalah 57,86% dimana sebesar 34,7% siswa belum tuntas belajar, dan rata-rata postes siklus II adalah 70% dimana 7,14% siswa belum tuntas belajar. Sedangkan nilai rata-rata aktivitas pada siklus I pertemuan 1 adalah 51,79% dengan kategori kurang aktif dan pertemuan 2 dengan nilai rata-rata aktivitas siswa 59,82% dengan kategori cukup aktif. Pada siklus II pertemuan 1 dengan nilai rata-rata aktivitas 73,21% dalam kategori cukup aktif dan pada pertemuan 2 nilai rata-rata aktivitas siswa adalah 85,71 dengan kategori aktif. Kesimpulannya bahwa pembelajaran matematika menggunakan metode Cooperative Learning tipe jigsaw dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur.


(36)

TIPE JIGSAW DI KELAS IV B SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Oleh MUQIITANIA

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Guna Memperoleh Gelar SARJANA PENDIDIKAN

Pada

Jurusan Ilmu Pendidikan

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(37)

MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIF LEARNING

TIPE JIGSAW DI KELAS IV B SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010

(Skripsi)

Oleh MUQIITANIA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS LAMPUNG

BANDAR LAMPUNG

2012


(38)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Metro pada tanggal 01 November 1987, sebagai anak petama dari dua bersaudara, dari Bapak Yuliar Mariyanto dan Ibu Nursanatun Fauziah Nasution. Mengenai pendidikan yang pernah ditempuh antara lain:

1. Pendidikan TK Aisyiyah Metro Pusat lulus tahun 1993. 2. Pendidikan SD Negeri 4 Metro Pusat lulus tahun 1999. 3. Pendidikan SMP Muhammadiyah 1 Metro lulus tahun 2002. 4. Pendidikan SMA Utama Wacana Metro Barat lulus tahun 2005.

5. Kemudian masuk Universitas Lampung tahun 2006 dengan mengambil Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Jurusan Ilmu Pendidikan Program Studi S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar.


(39)

Puji syukur Penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya, skripsi ini dapat diselesaikan. Skripsi dengan judul:

“Peningkatan Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan

Cooperative Learning Tipe Jigsaw Di Kelas IVB SD Negeri 2 Metro Timur Tahun Pelajaran

2009/2010” adalah salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Universitas Lampung.

Dalam pembuatan skripsi ini, penulis menyadari keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang penulis miliki, sehingga banyak mendapat petunjuk dan bantuan dari berbagai pihak. Maka dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. H. Bujang Rahman, M.Si. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

2. Bapak Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan Fakultas, Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung.

3. Bapak Dr. H. Darsono M.Pd. Ketua Program Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Keguruan dan Ilnu Pendidikan Universitas Lampung.

4. Ibu Dra. Asmaul Khair, M.Pd. Ketua PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

5. Bapak Dr. Alben Ambarita, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing Akademik, yang telah banyak membantu mengarahkan dan membimbing sampai skripsi ini selesai.

6. Ibu Dra. Hi. Nelly Astuti, M.Pd. Selaku Dosen Pembimbing I, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini terwujud.

7. Bapak Drs. A. Sudirman, S.Pd. M. H. Selaku Dosen Pembimbing II, yang telah banyak membantu mengarahkan, membimbing, dan memberi dorongan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini terwujud.

8. Bapak Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd. Selaku Dosen Pembahas, yang telah banyak membahas, mengarahkan, dan memberi masukan dengan kesabaran dan tulus sampai skripsi ini terwujud.

9. Bapak/Ibu Dosen dan Staf Karyawan S-1 PGSD UPP Metro, yang telah membantu sampai skripsi ini selesai.

10.Kepala Sekolah SD Negeri 2 Metro Timur Ibu Dra. Marya Nurita, dan Ibu Marizati, S.Pd. selaku guru mata pelajaran matematika SD Negeri 2 Metro Timur dan para siswa kelas IV B yang telah membantu kelancaran selama penelitian.


(40)

12.Suamiku dan anakku yang selalu memberikan dukungan, doa, dan yang selalu memberi semangat, dalam menyelesaikan studi ini.

13.Seluruh rekan-rekan S-1 PGSD angkatan ’06, terima kasih atas bantuan dan juga dukungannya.

Semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca umumnya dan penulis khususnya. Tegur, kritik, dan saran yang membangun demi peningkatan kualitas skripsi ini di masa mendatang sangat penulis harapkan.

Bandar Lampung, 20 September 2012 Penulis,

Muqiitania NPM 0613053042


(41)

“Jadikan kele

mahan sebagai kekuatan yang besar dan

percaya pada diri kita sendiri, karena orang lain

tidak akan bisa mempercayai kita jika kita sendiri meragukan kemampuan kita”

“ Tak ada usaha yang sia

-sia apabila kita selalu berusaha


(42)

1. Tim Penguji :

Ketua : Dra. Nelly Astuti M.Pd. ...

Sekretaris : Drs. A. Sudirman, S. Pd., M. H. ...

Penguji

Bukan Pembimbing : Drs. Kojat Sudiatmaja, M.Pd. ...

2. Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Dr. H. Bujang Rahman, M. Si NIP 196003151985031003


(43)

Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama Mahasiswa : Muqiitania

NPM : 0613053042

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Lokasi Penelitian : SD Negeri 2 Metro Timur

Dengan ini menyatakan dengan sesungguhnya bahwa Skripsi yang berjudul : ”Peningkatan

Hasil Belajar siswa Dalam Pembelajaran Matematika Melalui Pendekatan Cooperative Learning Tipe Jigsaw Di Kelas IV B SD Negeri 2 Metro Timur Tahum Pelajaran 2009/2010” tersebut adalah benar-benar hasil karya sendiri, bukan plagiat. Tercantumnya kutipan dalam skripsi ini sesuai dengan kode etik karya ilmiah.

Demikian pernyataan ini saya buat untuk dapat digunakan seperlunya dan apabila di kemudian hari ternyata pernyataan ini tidak benar, maka saya sanggup dituntut berdasarkan Undang-Undang dan Peraturan yang berlaku.

Bandar Lampung, 20 September 2012 Yang membuat pernyataan,

Muqiitania


(44)

Skripsi ini kupersembahkan untuk :

Ayahanda dan Ibunda tercinta yang selalu memberi dukungan, semangat dan mendoakan

yang tebaik untuk keberhasilanku

Suamiku Novianto Prayitno, anakku Salsabila Aura Pratiwi, adikku Yanuriel Al Hafizh

yang selalu mendambakan keberhasilanku

Orang-orang yang ku sayangi dan semua rekan-rekan yang selalu memberi motivasi

dan membantu ku hingga skripsi ini dapat terselesaikan dengan baik.

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Prodi S1 PGSD Universita Lampung

sebagai Almamaterku


(45)

Judul Skripsi : PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV B SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nama : Muqiitania

NPM : 0613053042

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Dra. Nelly Astuti, M. Pd. Drs. A. Sudirman, S. Pd., M. H. NIP 131760216 NIP 19540505 198303 1 003

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(46)

(47)

(48)

(49)

(50)

(1)

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul Skripsi : PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM

PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IV B SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010

Nama : Muqiitania

NPM : 0613053042

Program Studi : S-1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Jurusan : Ilmu Pendidikan

Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Lampung

Menyetujui :

Komisi Pembimbing

Dra. Nelly Astuti, M. Pd. Drs. A. Sudirman, S. Pd., M. H.

NIP 131760216 NIP 19540505 198303 1 003

Ketua Jurusan Ilmu Pendidikan

Drs. Baharuddin Risyak, M.Pd. NIP 19510507 198103 1 002


(2)

(3)

(4)

(5)

(6)

Dokumen yang terkait

PENINGKATAN HASIL BELAJAR SISWA DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI KELAS IVB SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2009/2010.

0 8 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MENGGUNAKAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN IPS SISWA KELAS VA SD NEGERI 8 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 10 272

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA KELAS VA SDN 08 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 7 57

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE JIGSAW PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS V SD NEGERI 5 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

1 15 50

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TEKNIK MAKE A MATCH SISWA KELAS V A SD NEGERI 2 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2011/2012

0 14 115

PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

1 4 88

JUDUL INDONESIA: PENERAPAN MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE GROUP INVESTIGATION UNTUK MENINGKATKAN MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR MELALUI TEMA CITA-CITAKU SISWA KELAS IVB SD NEGERI 05 METRO TIMUR TAHUN PELAJARAN 2013/2014

0 7 87

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL COOPERATIVE LEARNING TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) SISWA KELAS VB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2012/2013

0 3 47

PENINGKATAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN MATEMATIKA MELALUI PENERAPAN PENDEKATAN REALISTIC MATHEMATICS EDUCATION PADA SISWA KELAS IVB SD NEGERI 3 METRO PUSAT TAHUN PELAJARAN 2014/2015

3 24 99

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA KELAS IV MELALUI COOPERATIVE LEARNING TIPE JIGSAW DI SD 1 PRAMBATAN KIDUL KUDUS

0 0 23